Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

Konsep Ibu BersalinRuang Bersalin


(VK) RSUD ABDUL MANAP JAMBI

DISUSUN OLEH:
Alvina Nova R
PO71200210036
TINGKAT 3 B

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
JAMBI TAHUN AJARAN 2023
A. Konsep Teori
1. Definisi
Persalinan adalah proses pengeluaran kelahiran hasil konsepsi yang dapat
hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan yang
cukup bulan (37-42 minggu) dengan ditandai adanya kontraksi uterus yang
menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar
melalui janin keluar melalui jalan lahir dengan jalan lahir dengan presentase
belakang kepala presentase belakang kepala tanpa alat tanpa alat atau bantuan
(lahir spontan) serta tidak ada komplikasi pada ibu dan janin (Indah & Firdayanti,
2019).

Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm


(bukan premature atau postmatur), mempunyai onset yang spontan
(tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya
(bukan partus presipita partus presipitatus atau partus lama), mempuny lama),
mempunyai janin (tunggal janin (tunggal) dengan presentasi vertex (puncak
kepala) dan oksiput pada bagian anterior Pelvis pelvis terlaksana terlaksana tanpa
bantuanartificial bantuanartificial (seperti (seperti forsep), forsep), tidak
mencakup mencakup komplikasi (seperti likasi (seperti perdarahan hebat), ahan
hebat), dan mencakup pelahiran plasenta dan mencakup pelahiran plasenta yang
normal (Sari dan Kurnia, yang normal (Sari dan Kurnia, 2015).

Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan


cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu badan, presentasi belakang
serta dengan tenaga ibu sendiri. (Saifuddin, 2014).

2. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi
rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
a. Teori penurunan
Hormone 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Progesterone dan estrogen. Fungsi
progesterone Fungsi progesterone sebagai sebagai penenang otot
penenang otot – otot polos rahimdan akan menyebabk akan
menyebabkan kekejangan pembulu angan pembuluh darah sehingga
timbul his bilaprogesterone turun.
b. Teori plasenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik
ototototrahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus
franterrhauss).Bilaganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala
janin akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi Partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus franken
hauser,amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian
oksitosi nmenurut tetesan perinfus.

3. Fisiologi
Terjadinya proses persalinan menurut (Armi & Oktarani, 2014) ada beberapa
2014) ada beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya his yaitu:
a. Hormon estrogen meningkatkan sensivitas otot rahim, sehingga
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar misal rangsangan
oksitosin, prostaglandin, dan rangsangan mekanis.
b. Progesteron Progesteron menurunkan menurunkan sensitivitas sensitivitas
otot rahim, menyulitkan menyulitkan penerimaan penerimaan rangsangan
rangsangan dari luar seperti seperti rangsangan rangsangan oksitosin,
oksitosin, prostaglandin, prostaglandin, rangsangan rangsangan mekanis,
mekanis, dan menyebabkan menyebabkan otot rahim dan otot polos
relaksasi.

4. Tanda dan gejala


Tanda – tanda seorang ibu memasuki masa persalinan menurut (Harini &
Fitri, 2018) adalah:
a. His persalinan
Timbulnya his persalinan adalah terasanya nyeri melingkar
dari punggung punggung memancar memancar ke perut depan semakin
semakin lama semakin semakin pendek pendek intervalnya dan semakin
kuat intensitasnya.
b. Body show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Pembukaan dari canalis cervikalis keluar disertai dengan lendir
darah yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada
bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa kapiler darah
terputus.
c. Premature rupture of membrane
Keluarnya cairan banyak dari jalan lahir yang disebabkan ketuban
pecah atau selaput janin robek ketuban pecah pada saat pembukaan
lengkap atau keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat tetapi
ketuban pecah pada pembukaan kecil tetapi dengan demikian diharapkan
persalinan akan lahir dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.
5. Faktor persalinan
a. Passage ( jalan lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari
rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan
plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir
tersebut harus normal. Passage terdiri dari:
1) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
a) Os. Coxae
 Os illium
 Os. Ischium
 Os. Pubis
b) Os. Sacrum = promotorium
c) Os. Coccygis
2) Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen
Pintu Panggul
a) Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh
promontorium,linea inominata dan pinggir atas
symphysis
b) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina
ischiadica, disebut midlet.
c) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus
pubis, disebut outlet.
d) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada
antara inlet dan outlet.
b. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari
his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan
tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi
dan retraksiotot-otot rahim.Kekuatan yang mendorong janin keluar
(power) terdiri dari:
1) His (kontraksi otot uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot
Rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek.
Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan
kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum
Dalam melakukan observasi pada ibu – ibu bersalin hal – hal yang
harus diperhatikan dari his:
1) Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya
permenit atau persepuluh menit.
2) Intensitas his Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas
danfrekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan,
semakinmeningkat waktu persalinan semakin maju. Telah
diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar jika wanita
tersebut berjalan – jalan sewaktu persalinan masih dini.
3) Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukur
dengan detik, misalnya selama 40 detik.
4) Datangnya his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
5) Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya
his datangtiap 2 sampe 3 menit.
6) Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit
Montevideo

Kelainan kontraksi Otot Rahim


a) Inertia Uteri
1) His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang
normal yang terbagi menjadi: Inertia uteri primer: apabila
sejak semula kekuatannya sudah lemah.
2) Inertia uteri sekunder: His pernah cukup kuat tapi
kemudian melemah. Dapat ditegakkan dengan melakukan
evaluasi pada pembukaan, bagian terendah terdapat kaput
dan mungkin ketubantelah pecah. His yang lemah dapat
menimbulkan bahaya terhadap ibumaupun janin sehingga
memerlukan konsultasi atau merujuk penderita ke rumah
sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis
b) Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat
kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat
terjadi
:
1) Persalinan Presipitatus
2) Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat
mungkin fatal
3) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
 Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat
persiapan dalam persalinan.
 Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan
perdarahaninversion uteri.
 Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin
sampai kematian janin dalam Rahim.
c. Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan
passangge utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala
karena bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin.
Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan.Kelainan –
kelainan yang sering menghambat dari pihak passangger adalah kelainan
ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun
anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi,
kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.
d. Psikis (Psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah
benar- benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa
bangga bisa melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah
mendapatkan kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai
suatu “keadaan yang belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata.
Psikologis meliputi:
1) Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
2) Pengalaman bayi sebelumnya
3) Kebiasaan adat
4) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
e. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah
mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu
dan janin. Proses tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong
dalam menghadapi proses persalinan.

6. Kala Persalinan
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
1) Kala I ( Pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis.Kala pembukaan dibagi
menjadi 2 fase:
a) Fase laten Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai
pembukaan berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
b) Fase aktik Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase:
 Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
 Periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam,
pembukaan berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm.
 Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam
pembukaanmenjadi 10 cm.
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan
vagina menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi
uterus kuat tiap 2-3 menit selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi,
kepala janin turun ke pelvis.
2) Kala II ( Pengeluaran Janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali,
kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa
ngedan karena tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB dengan
tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva
membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin
akan lahir dan diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-2
jam, pada multi 0.5 jam.

Mekanisme persalinan:
Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar 95
%dari semua kehamilan.Presentasi janin paling umum dipastikan dengan
palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal
persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher ). Pada kebanyakan kasus,
presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura
sagitalis melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme
persalinan dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun
kecil melintang dan anterior.Karena panggul mempunyai bentuk yang
tertentu , sedangkan ukuran-ukuran kepala bayi hampir sama besarnya
dengan dengan ukuran dalam panggul, maka jelas bahwa kepala harus
menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul,
ke bidang tengah panggul dan pada pintu bawah panggul, supaya anak
dapat lahir. Misalnya saja jika sutura sagitalis dalam arah muka belakang
pada pintu atas panggul, maka hal ini akan mempersulit persalinan, karena
diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas
panggul. Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura sagitalis dalam
jurusan muka belakang yang menguntungkan karena ukuranter panjang
pada pintu bawah panggul ialah diameter antero posterior.Gerakan-
gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah:
 Penurunan kepala.
 Fleksi.
 Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
 Ekstensi.
 Ekspulsi.
 Rotasi luar ( putaran paksi luar)
3) Kala III ( pengeluaran Plasenta)
Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus
terabakeras dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x
sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10
menit,seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir
secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus
uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200
cc.
4) Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir,
mengamatikeadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
Dengan menjagakondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-
menerus. Tugas uterusini dapat dibantu dengan obat-obat oksitosin.

7. Penatalaksanaan
Upaya mengejan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah
oksigen ke plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara
spontan, mengedan, dan menahan nafas yang terlalu lama tidak dianjur.
Perhatikan DJJ (Denyut Jamtung Janin ) bradikardi yang lama mungkin terjadi
akibat lilitan tali pusat. Lakukan ekstraksi vakum atau forcep bila syarat
memenuhi penatalaksanaan partus lama menurut (Nadia & Endarti, 2016) antara
lain:
a. Persiapan kelahiran bayi dan perawatan prenatal yang baik akan
mengurangi insidensi partus lama.
b. Persalinan tidak boleh diinduksi atau dipaksakan kalau serviks belum
matang. Servik yang matang adalah servik yang panjangnya kurang dari
1,27 cm (0,5 inci), sudah mengalami pendataran, terbuka sehingga bisa
dimasuki sedikitnya satu jari dan lunak serta bisa dilebarkan.

B. Konsep asuhan keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah paling kritis dalam proses keperawatan. Bila
langkah ini tidak diselesaikan dalam cara berpusat-klien, perawat akan kehilangan
kendali terhadap langkah proses keperawatan selanjutnya. Ada dua jenis
pengkajian, yaitu pengkajian skrining dan pengkajian mendalam. Keduanya
membutuhkan pengumpulan data dan mungkin yang paling mudah untuk
diselesaikan (Nanda, 2018).
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Suatu
proses kolaborasi melibatkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian
dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian
dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat,
sehingga dapat dikelompokkan dilakukan sebelum mendapatkan data lengkap.
Pengkajian ini diperioritaskan untuk menentukan kondisi ibu dan janin (Mitayani,
2013)
2. Pengumpulan data
a. Identitas pasien
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan nama,
umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku, Alamat,
nomer rekam medis (RM), tanggal masuk rumah sakit (MRS), dan
tanggal pengkajian. Kaji juga identitas penanggung jawab atas pasien.
b. Data Kesehatan
Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien, keluhan yang
paling dirasakan pada saat dikaji
c. Riwayat obstetri dan ginekologi
Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan riwayat
menstruasi, riwayat pernikahan, riwayar kehamilan, persali persalinan,
nifas yang lalu, riwayat kehamilannya saat ini, dan riwayat
keluarga berencana.
d. Riwayat penyakit
Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan keluarganya, apakah
pasien dan keluarga memiliki penyakit keturunan seperti penyakit jantung,
hipertensi, diabetes melitus (DM) dan lainnya.
e. Pola kebutuhan sehari-hari
Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada pasien
seperti pengkajian pada pernafasan, nutrisi (makan dan minum),eliminasi
(BAB dan BAK), gerak badan atau aktivitas, istirahat tidur, berpakaian,
rasa nyaman (pasien merasakan adanya dorongan meneran, tekanan ke
anus, perineum menonjol), kebersihan diri, rasa aman, pola komunikasi
atau hubungan pasien dengan orang lain, ibadah, produktivitas, rekreasi,
kebutuhan belajar.
f. Pemeriksaan fisik
Mengkaji keadaan umum pasien terlebih seperti Glasgow coma scale
(GCS), tingkat kesadaran, tanda-tanda vital (TTV). Kemudian, dilanjutkan
dengan melakukan pemeriksaan fisik head to toe dari :
a) Kepala : pemeriksaan pada rambut, telinga, mata, mulut, dan leher.
Apakah ada kelainan pada bagian tertentu, ada benjolan atau tidak,
ada edema atau tidak.
b) Dada : pemerikasaan pada mamae, areola
c) Abdomen : pemeriksaan leopold, tinggi fundus uteri (TFU),
detak jantung janin (DJJ).
d) Genetalia dan perinium : pemeriksaan dalam seperti vaginal
toucher (VT), status portio, warna air ketuban.
e) Ekstremitas atas dan bawah : lihat dan raba apakah ada tanda-tanda
edema, varises, dan sebagiannya.
g. Data penunjang
Data penunjang dilakukan atas indikasi tertentu yang digunakan
untuk memperoleh keterangan yang lebih jelas. Pemeriksaan yang
dilakukan untuk mendapatkan data penunjang seperti pemeriksaan
laboratorium, dan pemeriksaan ultrasonography (USG).

h. Pengkajian nyeri
Pengkajian nyeri yang faktual dan akurat di butuhkan untuk
menetapkan data dasar, untuk menyeleksi terapi yang cocok dan untuk
mengevaluasi respons klien terhadap terapi. Keuntungan pengajian nyeri
bagi klien adalah bahwa nyeri diidentifikas, dikenali sebagai suatu yang
nyata, dapat di ukur, dan data dijelaskan, serta digunakan untuk
mengevaluasi perawatan (Potter & Perry, 2005). Beberapa aspek yang
perlu diperhatikan perawat dalam pengkajian nyeri pengkajian nyeri antara
lain :
1) Penentuan ada tidaknya nyeri
Dalam memulai pengkajian terhadap nyeri pada klien, hal
terpenting yang perlu diperhatikan oleh perawat adalah penentu
ada tidaknya nyeri pada klien.Perawat harus mempercayai ketika
klien melaporkan adanya ketidaknyamanan (nyeri) walaupun
dalam observasi perawat tidak menemukan cedera maupun luka.
Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien adalah nyata adanya
tetapi ada beberapa beberapa klien menyembunyikan rasa nyerinya
untuk menghindari pengobatan (Sulistiyo & And pengobatan
(Sulistiyo & Andarmoyo, 2013)
2) Klasifikasi pengalaman nyeri
Hal lain yang perlu diperhatikan oleh perawat adalah pengalaman
nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri yang dialami oleh
klien, karena hal ini akan sangat membantu untuk mengetahui pada
fase apa nyeri yang dirasakan oleh klien.
3) Fase tersebut antara lain: fase antisipasi, fase sensasi, dan fase
akibat. Fase tersebut mempengaruhi jenis terapi yang memiliki
kemungkinan paling besar untuk mengatasi nyeri (Potter & Perry,
2005)
4) Ekspresi terhadap nyeri. Amati cara verbal dan nonverbal klien
dalam mengomunikasikan rasa ketidaknyamanan. Perawat dapat
melakukan pengkajian dengan mengamati secara verbal melalui
kata-kata yang keluar dari klien seperti, “aduh”, “ouhh”, atau
“sakit”. Selain itu perawat dapat mengamati ekspresi nonverbal
dari klien seperti meringis, menekuk salah satu bagian tubuh, dan
poster tubuh yang tidak lazim (Sulistiyo & Andarmo Andarmoyo,
2013).
5) Karakteristik nyeri Untuk membantu klien dalam mengutarakan
masalah atau keluhannya secara lengkap, pengkajian yang bisa
dilakukan oleh perawat untuk mengkaji karakteristik nyeri bisa
menggunakan pendekatan analisis symptom.Komponen pengkajian
analisis symptom meliputi (PQRST). P (paliatif atau provocative)
merupakan yang menyebabkan timbulnya masalah, Q (quality dan
quantitiy) merupakan kualitas dan kuantitas nyeri, R (region)
merupakan lokasi nyeri, S (severity) adalah se keparahan dan T
(timing) merupakan waktu (Sulistiyo & Andarmoyo, 2013).
6) Diagnosis keperawatan yaitu suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial.
Diagnosis Keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons
klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan berkaitan dengan kesehatan kesehatan (PPNI,
2016). Diagnosis Diagnosis keperawatan keperawatan yang
ditegakkan dalam penelitian ini adalah nyeri melahirkan.

3. Diagnosis Keperawatan
1) Ansietas b.d krisis situasi kebutuhan tidak terpenuhi
2) Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
3) Resiko hypovolemia b.d kekurangan cairan aktif

4. Intervensi keperawatan
No Tujuan Intervensi Tanda
diagnosa tangan
perawat
D.0080 setelah Reduksi ansietas
Ansietas dilakukan observasi
Tindakan 1.monitor tanda tanda ansietas
keperawatan
selama 30 menit Terapeutik
di harapkan 1.ciptakan suasana terapeutik untuk
tingkat ansietas menumbuhkan kepercayaan
menurun dengan 2.pahami situasi yang membuat ansietas
kriteria hasil : 3.diskusikan perencanaan realistis tentang
- verbalisasi peristiwa yang akan datang
khawatir tentang
kondisi yang Edukasi
dihadapi 1.anjurkan keluarga untuk selalu disamping dan
menurun mendukung pasien
-perilaku gelisah 2.latih Teknik relaksasi
menurun
-pucat menurun
-pola tidur
membaik.
D.0077 Setelah Observasi :
Nyeri dilakukan 1. Identifikasi lokasi,karakteristik,
Akut Tindakan durasi, frekuensi, kualitas,
keperawatan intensitas nyeri.
selama 2x 24 2. Identifikasi skala nyeri
jam diharapkan 3. Identifikasi respon
tingkat nyeri nyeri non verbal
menurun dengan 4. Identifikasi faktor yang
kriteria hasil : memperberat dan
1. keluhan nyeri meringankan nyeri
menurun 5. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas
2. Meringis hidup
menurun 6. Monitor keberhasilan terapi komplementer
3. gelisah yang sudah diberikan
menurun 7. Monitor efek samping penggunaan analgetik
4. frekuensi
nadi membaik Terapeutik
1. Berikan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (mis: TENS, hypnosis,
akupresur, terapi music, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, Teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgesik secara
tepat
5. Ajarkan Teknik farmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
D.0034 Setelah Manajemen Hipovolemia
Risiko dilakukan
Observasi
hipovole Tindakan
mia keperawatan 1. Periksatanda dan gejala hipovolemia (mis:
selama 30 menit frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
diharapkan tekanan darah menurun, tekanan nadi
status cairan menyempit, turgor kulit menurun, membran
mukosa kering, volume urin menurun,
membaik
hematokrit meningkat, haus, lemah)
dengan kriteria
hasil: 2. Pantau asupan dan keluaran
1.tugor kulit
meningkat cairan Terapeutik
2.frekuensi nadi 1. Hitung kebutuhan cairan
membaik
3.tekanan darah 2. Berikan posisi Trendelenburg yang
membaik dimodifikasi
4.membran 3. Berikan asupan cairan oral

mukosa
Edukasi
membaik 1.Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
2.Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(mis: NaCL, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(mis: glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi memberikan cairan koloid
(albumin, plasmanate)
4. Kolaborasi menghadirkan produk darah

Evaluasi
1) Lakukan pemantauan kontraksi dan mencegah pendarahan pervaginam.
2) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
3) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
4) Periksa nadi dan kandung kemih ibu setiap 15 menit pada selama 1 jam pertama
pasca persalinan dan setiap dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca
persalinan
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, Sulistyo. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media
Harini, R. & Fitri. (201 i. (2018). Persalinan Persalinan Kala 1 Fase Aktif pada Ibu
Primigravida Primigravida (Counterpressure and Its Effect towards Labor Pain during 1st Active
Phase in Primigravida Mother ), 5(1), 29–33.
Herdman, T.H. (2018). NANDA International International Nursing Nursing Diagnoses:
Diagnoses: definitions definitions and classification 2018-2020. Jakarta: EGC.
Indah, & Firdayanti. (2019). Manajemen Asuhan K Manajemen Asuhan Kebidanan. Jurnal
MIDWIFER ebidanan. Jurnal MIDWIFERY , 1
Mitayani. (2013). Asuhan keperawatan maternita Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta
: SalembaMedika.
PPNI.(2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta : DPP PPNI
PPNI.(2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI
PPNI.(2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria hasil
Keperawatan. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai