TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun apabila
tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal (Mufdillah &
Hidayat, 2008).
2. Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan
atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
3. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot – otot polos rahim dan akan
turun.
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
perinfus.
C. Patofisiologi
menyebabkan nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim, penurunan
bayi. Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan SAR dan penipisan SBR.
Penipisan SBR menyebabkan pembukaan servik. Penurunan kepala bayi yang terdiri
dari beberapa tahap antara lain enggament, descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi
internal, ekstensi, ekspulsi kepala janin, rotasi eksterna. Semakin menurunnya kepala
menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri. Setelah bayi
lahir kontraksi rahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian akan berkontraksi lagi.
Kontraksi akan mengurangi area plasenta, rahim bertambah kecil, dinding menebal
plasenta antara lain mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir sebagai
tempat invasi bakteri secara asending yang dapat menyebabkan terjadi risiko tinggi
infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka produksi estrogen dan progesteron akan
mengalami penurunan, sehingga hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi dimulai.
D. Tanda-Tanda Persalinan
perubahan tertentu atau ada tanda-tanda bahwa persalinan terjadi tidak lama lagi
sekitar 2-4 minggu sebelum persalinan. Kepala janin mulai menetap lebih jauh
berkemih, dan akan lebih tertekan pada pelviks karena bayi lebih rendah dalam
pelviknya.
1. Persalinan Palsu
a. Terjadi lightening
karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan :
4) Durasinya pendek
2. Persalinan Sejati
lepas
E. Faktor Persalinan
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta dapat
melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal.
1) Os. Coxae
a) Os illium
b) Os. Ischium
c) Os. Pubis
3) Os. Coccygis
1) Pintu Panggul
midlet
c) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut
outlet
dan outlet.
2) Bidang-bidang
symphisis.
2. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his
atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga
primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi
otot-otot rahim.
Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja dengan
baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot rahim menguncup
sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih
kecil serta mendorong janin dan kantung amneon ke arah segmen bawah
1) Kontraksi simetris
2) Fundus dominan
3) Relaksasi
6) Terasa sakit
7) Terkoordinasi
8) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis
(dilatasi).
2) Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga ada
d. Dalam melakukan observasi pada ibu – ibu bersalin hal – hal yang harus
persepuluh menit.
masih dini.
5) Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang
e. His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus,
kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu
timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan. His
palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga pada
waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang jelek,
1) Inertia Uteri
a) His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal
b) Inertia uteri sekunder : His pernah cukup kuat tapi kemudian melemah
2) Tetania uteri
a) His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat
i. Persalinan Presipitatus
mungkin fatal
b) Pimpinan persalinan
3. Passanger
utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang
paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala
adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun
anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan
4. Psikis (Psikologis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-
benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias
kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “ keadaan yang
3) Kebiasaan adat
3) Medikasi persalinan
5. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi
dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses
proses persalinan.
(Prawirohardjo,2006)
F. Kala Persalinan
servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya pembuluh
a. Fase laten
b. Fase aktif
menjadi 10 cm.
Akhir kala I servik mengalami dilatasi penuh, uterus servik dan vagina
menjadi saluran yang continue, selaput amnio ruptur, kontraksi uterus kuat
tiap 2-3 menit selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi, kepala janin turun
ke pelvis.
janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada
otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan karena
tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka.
Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan diikuti oleh
seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-2 jam, pada multi 0.5 jam.
a. Mekanisme persalinan
palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal
sagitalis melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan
dan anterior.
ukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam
panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul dan pada
pintu bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura
sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini
ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero posterior.
1) Penurunan Kepala.
biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada
dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul
promontorium.
depan.
parietal belakang.
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal,
persalinan. Hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan retraksi dari
bokong janin. Dalam waktu yang bersamaan terjadi relaksasi dari segmen
bawah rahim, sehingga terjadi penipisan dan dilatasi servik. Keadaan ini
2) Fleksi
pergerakan ini dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-
ubun kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena
adanya tahanan dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis.
bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah
yang akan memutar ke depan kearah simpisis. Rotasi dalam penting untuk
4) Ekstensi
berada di bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal
ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
untuk melewatinya. Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai
dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada
pada pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala
6) Ekspulsi
bahu bayi lahir , selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan
janin dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput yang posisinya
kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya, rotasi
Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras
Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta
terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan
sedikit dorongan dari atas simpisis/fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30
menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah
4. Kala IV
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga
kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas uterus
1. Persalinan lama
4. Distosia bahu
5. Distensi uterus
7. Gawat janin
1. Kala I
a. Diagnosis
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm
dan kontraksi terjadi tertur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik.
b. Penanganan
kesakitan
6) Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan cara
sebelumnya.
cukup minum
c. Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada
2) Dilatasi serviks
yang menetap periksa ulang pasien setelah 4 jam untuk melihat perubahan
pada serviks. Pada tahap ini jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita
2. Kala II
a. Diagnosis
b. Penanganan
ibu agar merasa nyaman, menawarkan minum, mengipasi dan meijat ibu
ketakutan ibu
2) Ibu dibimbing untuk mengedan selama his, anjurkan kepada ibu untuk
mengambik nafas
3) Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi untuk
3. Kala III
b. Penangana
1) Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simpisis pubis.
2) Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm didepan
vulva.
3) Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (2-3
menit)
4) Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus-
klem pada tali pusat mendekati plasenta lepas, keluarkan dengan gerakan
ke bawah dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan dapat
8) Jika menggunkan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam
waktu 15 menit berikan oksitosin 10 unit Im. Dosis kedua dalam jarak
9) Periksa wanita tsb secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks
4. Kala IV
a. Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu
dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa –
sio ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari
1) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit
selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai
4) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
6) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi
8) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu dibantu
Wiknjosastro (2005)
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
menolong persalinan dan menataksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk asfiksia _ tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan
a. Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal
bahu bayi
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam
sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat
suntik)
ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
tersedia
Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi
lepaskan dan rendam dalam keaadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi / saat relaksasi uterus
Meneran
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan
abntu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya
ada
secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk
atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran :
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120
(multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
21. Tunggu kepala nayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala
ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari
lahir)
a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal)
28. Beritahu ibu bahwa dia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
tersebut
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap did ada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
35. Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, utnuk
secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami, atau anggota
minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
dorongan dorso-kranial)
5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau
tempat khusus
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit
1 jam.
a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini
b. biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
anterolateral
disusukan
b. Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil
menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil
menyusu
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
pascapersalinan
pertama pascapersalinan
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang) , periksa tanda vital dan
asuhan kala IV
J. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1) Integritas ego
3) Seksualitas
Servik dilatasi 0-4 cm mungkin ada lender merah muda kecoklatan atau
b. Diagnosa Keperawatan
system pendukung.
c. Intervensi
Diagnosa NIC
NO NOC Aktivitas
Keperawatan
1. Ansietas b/d krisis Setelah dilakukan asuhan Anciety 1. Orientasikan klien pada lingkungan, staf dan
situasi kebutuhan keperawatan selama reduction prosedur
tidak terpenuhi. ……..diharapkan ansietas pasien 2. Berikan informasi tentang perubahan psikologis
berkurang dengan criteria hasil: dan fisiologis pada persalinan
1. TTV dbn 3. Kaji tingkat dan penyebab ansietas
2. Pasien dapat 4. Pantau tekanan darah dan nadi sesuai indikasi
mengungkapkan perasaan
5. Anjurkan klien mengungkapkan perasaannya
cemasnya
3. Lingkungan sekitar pasien
6. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman untuk
pasien
tenang dan kondusif
2. Kurang Setelah dilakukan asuhan Teaching : 1. Kaji persiapan,tingkat pengetahuan dan harapan
pengetahuan keperawatan disease proses klien
tentang kemajuan selama….,pengetahuan pasien 2. Beri informasi dan kemajuan persalinan normal
persalinan b/d tentang persalinan meningkat 3. Demonstrasikan teknik pernapasan atau relaksasi
kurang mengingat dengan criteria hasil: dengan tepat untuk setiap fase persalinan
informasi yang Pasien dapat mendemonstrasikan
diberikan, teknik pernafasan dan posisi yang
kesalahan tepat untuk fase persalinan
interpretasi
informasi.
3. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan Infection 1. Kaji latar belakang budaya klien.
terhadap infeksi keperawatan selama….diharapkan control 2. Kaji sekresi vagina, pantau tanda-tanda vital.
maternal b/d infeksi maternal dapat terkontrol 3. Tekankan pentingnya mencuci tangan yang baik.
pemeriksaan vagina dengan criteria hasil: 4. Gunakan teknik aseptic saat pemeriksaan vagina.
berulang dan 1. TTV dbn 5. Lakukan perawatan perineal setelah eliminasi.
kontaminasi fekal. 2. Tidak terdapat tanda-tanda
infeksi
4. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan 1. Pantau masukan dan haluaran.
terhadap keperawatan selama…,diharapkan 2. Pantau suhu setiap 4 jam atau lebih sering bila suhu
kekurangan cairan cairan seimbang dengan kriterian tinggi, pantau tanda-tanda vital. DJJ sesuai
b/d masukan dan hasil: indikasi.
peningkatan 1. TTV 3. Kaji produksi mucus dan turgor kulit.
kehilangan cairan 2. Input dan output cairan 4. Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
melalui pernafasan seimbang 5. Pantau kadar hematokrit.
mulut. 3. Turgor kulit baik
5. Risiko tinggi Setelah dilakukan asuhan 1. Tentukan pemahaman dan harapan terhadap proses
terhadap koping keperawatan persalinan
individu tidak selama…..,diharapkan koping 2. Anjurkan mengungkapkan perasaan
efektif b/d pasien efektif dengan criteria 3. Beri anjuran kuat thd mekanisme koping positif
ketidakadekuatan hasil: dan
system pendukung. Pasien dapat mengungkapkan 4. Bantu relaksasi
perasaannya
Kala I (fase aktif)
a. Pengkajian
1) Aktivitas istirahat
2) Integritas ego
4) Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak di bawah pusat, pada posisi vertexs.
5) Seksualitas
Dilatasi servik dan 4-8 cm (1, 5 cm/jam pada multipara dan 1,2/ jam
pada primipara)
b. Diagnosa Keperawatan
kandung kemih.
3) Risiko tinggi terhadap koping individu tidak efektif b/d krisis situasi.
mobilitas gastrik.
5) Risiko tinggi terhadap kerusakan gas janin b/d perubahan suplay oksigen
a. Pengkajian
1) Aktivitas/ istirahat
a) Melaporkan kelelahan
relaksasi
2) Sirkulasi
3) Integritas ego
4) Eliminasi
5) Nyeri/ketidaknyamanan
6) Pernafasan
7) Seksualitas
hipertonik
c. Intervensi
Diagnosa NIC
NO NOC Aktivitas
Keperawatan
1. Nyeri akut b/d tekanan Setelah dilakukan asuhan Management nyeri 1. Identifikasi derajat ketidaknyamanan
mekanis pada bagian keperawatan 2. Berikan tanda/ tindakan kenyamanan seperti
presentasi selama….,diharapkan perawatan kulit, mulut, perineal dan alat-alat tahun
nyeri terkontrol dengan yang kering
criteria hasil: 3. Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk
1. TTV dalam batas mengedan
normal 4. Pantau tanda vital ibu dan DJJ
2. Pasien dapat 5. Kolaborasi pemasangan kateter dan anastesi
mendemostrasikan
nafas dalam dan
teknik mengejan
2. Perubahan curah Setelah dilakukan asuhan Cardiac care 3. Pantau tekanan darah dan nadi tiap 5 – 15 menit
jantung b/d fluktasi keperawatan 4. Anjurkan pasien untuk inhalasi dan ekhalasi selama
aliran balik vena selama…..,diharapkan upaya mengedan
kondisi cardiovaskuler 5. Anjurkan klien/pasangan memilih posisi persalinan
pasien membaik dengan yang mengoptimalkan sirkulasi
criteria hasil:
1. TD dan nadi dbn
2. Suplay O2 tersedia
3. Risiko tinggi terhadap Setelah asuhan Pressure 1. Bantu klien dan pasangan pada posisi tepat
kerusakan integritas keperawatan management 2. Bantu klien sesuai kebutuhan
kulit b/d pada interaksi selama….,diharapkan 3. Kolaborasi epiostomi garis tengah atau medic
hipertonik integritas kulit terkontrol lateral
dengan criteria hasil: 4. Kolaborasi terhadap pemantauan kandung kemih
Luka perineum tertutup dan kateterisasi
(epiostomi)
3. Kala III
a. Pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
2) Sirkulasi
c) Nadi melambat
4) Nyeri/ketidaknyamanan
5) Seksualitas
b. Diagnosa Keperawatan
oral, muntah.
a. Pengkajian
1) Aktivitas
2) Sirkulasi
kelahiran saesaria
3) Integritas Ego
4) Eliminasi
5) Makanan/cairan
6) Neurosensori
spinal
7) Nyeri/ketidaknyamanan
8) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
9) Seksualitas
b. Diagnosa Keperawatan
miometri
leluarga
Intervensi
Diagnosa NIC
NO NOC Aktivitas
Keperawatan
1. Nyeri akut b/d efek Setelah dilakukan asuhan Management nyeri 1. Kaji sifat dan derajat ketidaknyamanan
hormone, keperawatan 2. Beri informasi yang tepat tentang perawatan
trauma,edema jaringan, selama….,diharapkan selama periode pascapartum
kelelahan fisik dan nyeri terkontrol dengan 3. Lakukan tindakan kenyamanan
psikologis, ansietas criteria hasil: 4. Anjurkan penggunaan teknik relaksasi
Pasien dapat control nyeri 5. Beri analgesic sesuai kemampuan
2. Resiko tinggi Setelah dilakukan asuhan Fluid management 1. Tempatkan klien pada posisi rekumben
kekurangan volume keperawatan 2. Kaji hal yang memperberat kejadian intrapartal
cairan b/d selama….,diharapkan 3. Kaji masukan dan haluaran
kelelahan/ketegangan cairan simbang dengan 4. Perhatikan jenis persalinan dan anastesi,
miometri criteria hasil: kehilangan daripada persalinan
1. TD dalam batas 5. Kaji tekanan darah dan nadi setiap 15 menit
normal 6. Dengan perlahan massase fundus bila lunak
2. Jumlah dan warna 7. Kaji jumlah, warna dan sifat aliran lokhea
lokhea dbn 8. Kolaborasi pemberian cairan parentral
3. Perubahan ikatan Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh
proses keluarga b/d keperawatan bayi
transisi/peningkatan selama…..,diharapkan 2. Observasi dan catat interaksi bayi
anggota keluarga proses keluarga baik 3. Anjurkan dan bantu pemberian ASI, tergantung
dengan criteria hasil: pada pilihan klien
Ada kedekatan ibu
dengan bayi