Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL

LIA LASTARI

NIM. PO71200200031

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES JAMBI
2022
A. Definisi Persalinan
Intranatal care adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu (Nugroho,2011).
Persalinan adalah suatu proses yang dialami, peristiwa normal, namun
apabila tidak dikelola dengan tepat dapat berubah menjadi abnormal.
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan
atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari tubuh ibu. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
baik pada ibu maupun pada janin.
B. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011).
1. Teori penurunan hormone 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi
penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai
penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
2. Teori placenta menjadi tua Turunnya kadar hormone estrogen dan
progesterone menyebabkan kekejangan  pembuluh darah yang menim
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim. bulkan kontraksi
rahim.
3. Teori distensi rahim Rahim yang menjadi besar dan merenggang
menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi
utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik  Di belakang servik terlihat ganglion
servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan
misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
5. Induksi partus Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria
yang dimasukan dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser, amniotomi  pemecahan  pemecahan ketuban), ketuban),
oksitosin oksitosin drip yaitu pemberian pemberian oksitosin oksitosin
menurut menurut tetesan tetesan  perinfus.

C. Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat
menyebabkan nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim,
penurunan  progesteron,  peningkatan oxytoksin, peningkatan prostagland
peningkatan oxytoksin, peningkatan prostaglandin, dan tekanan kepala bayi,
dan tekanan kepala bayi.
Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan SAR dan penipisan
SBR. Penipisan SBR menyebabkan Penipisan SBR menyebabkan pembukaan
servik. pembukaan servik. Penurunan kepala bayi Penurunan kepala bayi
yang terdiri yang terdiri dari beberapa tahap antara lain enggament, descent,
fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi kepala janin, rotasi
eksterna. Semakin menurunnya kepala  bayi menimbulkan rasa mengejan
sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan terjadinya robekan
jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri. Setelah bayi lahir kontraksi rahim
akan berhenti 5-10 menit, kemudian akan berkontraksi lagi. Kontraksi akan
mengurangi area plasenta, rahim bertambah kecil, dinding menebal yang
menyebabkan  plasenta  plasenta terlepas terlepas secara bertahap. bertahap.
Dari berbagai berbagai implantasi implantasi plasenta plasenta antara lain
mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir sebagai tempat invasi
bakteri secara asending yang dapat menyebabkan terjadi risiko tinggi infeksi.
Dengan pelepasan  plasenta  plasenta maka produksi produksi estrogen
estrogen dan progesteron progesteron akan mengalami mengalami penurunan,
sehingga penurunan, sehingga hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi
dimulai.
D. Pathway

E. Istilah yang Berkaitan Dengan Umur Kehamilan dan Berat Janin yang
Dilahirkan.
1) Abortus
- Terhentinya dan dikeluatkannya hasil konsepsi sebelum
mampu hidup diluar kandungan
- Umur hamil sebelum 28 minggu
- Berat janin kurang dari 1000 gram
2) Persalinan prematuritas
- Persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu
-Berat janin kurang dari 2.449 gram.
3) Persalinan Aterm
- Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu
- Berat janin diatas 2500 gram
4) Persalinan Serotinus
- Persalinan melampaui umur 42 minggu
- Pada janin terdapat tanda postmaturitas
5) Persalinan Presipitatus
- Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam.

F. Bentuk Persalinan
1) Persalinan Spontan Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri, dan melalui jalan lahir.
2) Persalinan Bantuan Persalinan dengan rangsangan yang dibantu dengan
tenaga dari luar, ekstraksi dengan forcep atau dengan dilakukan sectio
sesario.
3) Persalinan Anjuran Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, baru
berlangsung setelah  pemecahan ketuban
G. Tanda-tanda persalinan
a. Kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida. Pada
primigravida kepala anak pada bulan terakhir berangsur – angsur turun
kedalam rongga panggul. Pada multigravida, dinding rahim dan perut sudah
kendor kekenyalannya sudah berkurang sehingga kekuatan mendesak
kebawah tidak seberapa, biasanya kepala bru turun pada permulaan
persalinan.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering atau susah BAB karena vesika urinaria karena tertekan oleh
bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya his.
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, sekresi bertambah, kadang –
kadang bercampur darah.
H. Faktor Persalinan
1. Passage (jalan lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari
rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan
plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir
tersebut harus normal. Passage terdiri dari:
a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
b. Bagian lunak: otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen
1) Pintu Panggul
a) Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh
promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis.
b) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica,
disebut midlet
c) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis,
disebut outlet
d) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet
dan outlet.
2) Bidang-bidang :
a) Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
symphisis dan promontorium
b) Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah
symphisis.
c) Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika
kanan dan kiri.
d) Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis
2. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his
atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga
primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan
retraksi otot-otot rahim.
a. Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
1) His (kontraksi otot uterus) Adalah kontraksi uterus karena otot – otot
polos rahim bekerja dengan baik dan    sempurna. Pada waktu
kontraksi otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan
lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin
dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum
b. Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat :
1) Kontraksi simetris
2) Fundus dominan
3) Relaksasi
4) Involuntir: terjadi di luar kehendak
5)  Intermitten: terjadi secara berkala (berselang-seling)
6) Terasa sakit
7) Terkoordinasi
8) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis
c. Perubahan-perubahan akibat his:
1) Pada uterus dan servik, uterus teraba keras/padat karena kontraksi.
Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta
menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement) dan terbuka
(dilatasi).
2) Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga
ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
3) Pada janin pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang,
maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat
(bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia
fisiologis.
d. Dalam melakukan observasi pada ibu-ibu bersalin hal-hal yang harus
diperhatikan dari his:
1) Frekuensi his, jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit
atau  persepuluh menit.
2) Intensitas his, kekuatan his diukur dalam mmHg. Intensitas dan
frekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin
meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa
aktifitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan – jalan
sewaktu persalinan masih dini.
3) Durasi atau lama his, lamanya setiap his berlangsung diukur dengan
detik, misalnya selama 40 detik.
4) Datangnya his, apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
5) Interval, jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his
datang tiap 2 sampe 3 menit
e. His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme
usus, kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His
palsu timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup
bulan. His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien
sehingga pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam
kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental.
f. Kelainan kontraksi otot rahim
1) Inertia Uteri
His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal
yang    terbagi menjadi: 
a) Inertia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya sudah
lemah
b) Inertia uteri sekunder: His pernah cukup kuat tapi kemudian
melemah
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan,
bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah
pecah. His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu
maupun janin sehingga memerlukan  konsultasi atau merujuk
penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.
2) Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat
kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi:
a) Persalinan Presipitatus
b) Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat
mungkin fatal
c) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
d) Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam
persalinan
e) Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan 
inversion  uteri
f) Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian
janin  dalam rahim
3) Inkoordinasi otot rahim
Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan
sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan
atau pengeluaran janin dari dalam rahim. Penyebab inkoordinasi
kontraksi otot rahim adalah:
a) Faktor usia penderita elative tua
b) Pimpinan persalinan
c) Karena induksi persalinan dengan oksitosin
d) Rasa takut dan cemas
3. Passanger
Passanger  terdiri dari janin dan plasentaa. Janin merupakan
passangge utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena
bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan
besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kelainan-kelainan yang
sering menghambat dari pihak passangger adalah  kelainan ukuran dan
bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan
letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak
seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.
I. Proses persalinan
1) Kala I.
a. Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm)
b. Terbagi menjadi 2 fase :
1) fase laten : serviks berdilatasi kurang dari 4 cm
2) fase aktif : serviks berdilatasi 4 – 9 cm, kecepatan pembukaan 1 cm
atau lebih perjam, penurunan kepala dimulai.
c. Pada kala pembukaan his belum begitu kuat, datangnya 10 – 15 menit
dan tidak seberapa mengganggu ibu hingga ia sering masih dapat
berjalan
d. Lambat laun his bertambah kuat, interval menjadi lebih pendek, kontraksi
lebih kuat dan lebih lama, lendir darah bertambah banyak.
e. Lamanya kala I untuk primipara 12 jam dan untuk multipara 8 jam.
Kemajuan persalinan dalam kala I :
Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
a. Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan
durasi.
b. Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama
persalinan faseaktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah kiri
garis waspada).
c. Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Kemajuan yang kurang baik pada kala I :
a. Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
b. Kecepatan pembukaan servuks lebih lambat dari 1 cm perjam selama
persalinan fase aktif ( dilatasi serviks berada disebalah kanan garis
waspada).
c. Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Kemajuan pada kondisi ibu.
a. Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan
dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau
IV dan berikan analgesik secukupnya.
b. Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
c. Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi yang
kurang. Segera berikan dextrose IV.
Kemajuan pada kondisi janin.
a. Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 x /
menit) curigai adanya gawat janin.
b. Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi
sempurna digolongkan dalam malposisi atau malpresentasi.
2) Kala II
a. Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
b. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100 detik, datngnya
tiap 2 – 3 menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai
dengan keluarnya cairan yang kekuningan secara sekonyong – konyong
dan banyak.
c. Pasien mulai mengejan.
d. Pada akhir kala 2 sebagai tanda bhwa kepala sudah sampai didasar
panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
e. Dipuncak his, bagian terkecil dri kepala nampak dalam vulva, tetapi
hilang lagi waktu his berhenti. Pada his berikutnya bagian kepala yang
nampak lebih besar lagi, tetapi surut kembali kalau his terhenti. Kejadian
ini disebut kepala membuka pintu.
f. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran terbesar
dari kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak dapat mundur lagi. Pada
saat ini tonjolan tulang ubun – ubun saat ini telah lahir dan sub oksiput
ada dibawah simpisis. Pada saat ini disebut kepala keluar pintu. Karena
pada his berikutnya dengan ekstensi lahirlah ubun – ubun besar, dahi dn
mulut pad komisura posterior.
g. Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dn kemudian terjadi putaran paksi
luar, sehingga kepala melintang. Sekarang vulva menekan pad leher dan
dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan
cairan.
h. Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian baru depan
disusul oleh seluruh badan anak dengan fleksi lateral sesuai dengan paksi
jalan lahir.
i. Lamanya kala 2 pada primi kurang lebih 50 menit dan pada multi kurang
lebih 20 menit.
3) Kala III
a. Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta.
b. Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit dan pelepasan plasenta hanya
memakan waktu 2 – 3 menit.
4. Kala IV

a. Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.


J. Mekanisme Persalinan
Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar
95% dari semua kehamilan. Presentasi janin paling umum dipastikan dengan
palpasi abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal
persalinan dengan pemeriksaan vagina (toucher). Pada kebanyakan kasus,
presentasi belakang kepala masuk dalampintu atas panggul dengan sutura
sagitalis melintang. Oleh karena itu kita uraikan dulu mekanisme persalinan
dalam presentasi belakang kepala dengan posisi ubun-ubun kecil melintang dan
anterior.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu , sedangkan ukuran-
ukuran kepala bayi hampir sama besarnya dengan dengan ukuran dalam
panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul mulai dari pintu atas panggul, ke bidang tengah panggul dan pada
pintu bawah panggul, supaya anak dapat lahir. Misalnya saja jika sutura
sagitalis dalam arah muka belakang pada pintu atas panggul, maka hal ini akan
mempersulit persalinan, karena diameter antero posterior adalah ukuran yang
terkecil dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada pintu bawah panggul, sutura
sagitalis dalam jurusan muka belakang yang menguntungkan karena ukuran
terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero posterior.
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah:
1. Penurunan kepala.
2. Fleksi.
3. Rotasi dalam ( putaran paksi dalam)
4. Ekstensi.
5. Ekspulsi.
6. Rotasi luar ( putaran paksi luar)
Dalam kenyataannya beberapa gerakan terjadi bersamaan,  akan tetapi untuk
lebih jelasnya akan dibicarakan gerakan itu satu persatu.
1. Penurunan Kepala.
Pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul 
biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi pada
multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan persalinan. Masuknya
kepala ke dalam PAP, biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan
dengan fleksi yang ringan. Masuknya kepala melewati pintu atas panggul
(PAP), dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis terdapat
di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara simpisis dan promontorium.
Pada sinklitismus os parietal depan dan belakang sama tingginya.
Jika sutura sagitalis  agak ke depan mendekati simpisis atau agak ke
belakang mendekati promontorium, maka dikatakan kepala dalam keadaan
asinklitismus, ada 2 jenis asinklitismus yaitu:
a. Asinklitismus posterior :   Bila sutura sagitalis mendekati simpisis dan
os  parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.
b. Asinklitismus anterior  :   Bila sutura sagitalis mendekati promontorium
sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.
Derajat sedang asinklitismus pasti terjadi pada persalinan normal,
tetapi kalau berat gerakan ini dapat menimbulkan disproporsi sepalopelvik
dengan panggul yang berukuran normal sekalipun. Penurunan kepala lebih
lanjut terjadi pada kala I dan kala II persalinan. Hal ini disebabkan karena
adanya kontraksi dan retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan
tekanan langsung fundus pada bokong janin. Dalam waktu yang
bersamaan terjadi relaksasi dari segmen bawah rahim, sehingga terjadi
penipisan dan dilatasi servik. Keadaan ini menyebabkan bayi terdorong ke
dalam jalan lahir. Penurunan kepala ini juga disebabkan karena tekanan
cairan intra uterine, kekuatan mengejan atau adanya kontraksi otot-otot
abdomen dan melurusnya badan anak.
a. Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat di antara
simpisis dan promontorium.
b. Sutura sagitalis mendekati simpisis dan os  parietal belakang lebih
rendah dari os parietal depan
c. Sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os parietal depan
lebih rendah dari os parietal belakang
2. Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang ringan.
Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah. Pada pergerakan
ini dagu dibawa lebih dekat ke arah dada janin sehingga ubun-ubun kecil
lebih rendah dari ubun-ubun besar hal ini disebabkan karena adanya tahanan
dari dinding seviks, dinding pelvis dan lantai pelvis. Dengan adanya fleksi,
diameter suboccipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter
suboccipito frontalis (11 cm). sampai di dasar panggul, biasanya kepala
janin berada dalam keadaan fleksi maksimal.
3. Rotasi Dalam (Putaran Paksi Dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan janin
memutar ke depan ke bawah simpisis. Pada presentasi belakang kepala
bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang
akan memutar ke depan kearah simpisis. Rotasi dalam penting untuk
menyelesaikan persalinan, karena rotasi dalam merupakan suatu usaha
untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya
bidang tengah dan pintu bawah panggul.
4. Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil
berada di bawah simpisis, maka terjadilah ekstensi dari kepala janin. Hal
ini di sebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan ke atas sehingga kepala harus mengadakan fleksi
untuk melewatinya. Kalau kepala yang fleksi penuh pada waktu mencapai
dasar panggul tidak melakukan ekstensi maka kepala akan tertekan pada
perineum dan dapat menembusnya.
Subocciput yang tertahan pada pinggir bawah simpisis akan
menjadi pusat pemutaran (hypomochlion), maka lahirlah berturut-turut
pada pinggir atas perineum: ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut dan
dagu bayi dengan gerakan ekstensi.
5. Rotasi Luar (Putaran Paksi Luar)
Kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu
kepala bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk
menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam.
Bahu melintasi pintu dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul
bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya,
sehingga di dasar panggul setelah kepala bayi lahir, bahu mengalami
putaran dalam dimana ukuran bahu (diameter bisa kromial) menempatkan
diri dalam diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul. Bersamaan
dengan itu kepala bayi juga melanjutkan putaran hingga belakang kepala
berhadapan dengan tuber ischiadikum sepihak.
6. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis
dan menjadi hipomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua
bahu bayi lahir, selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan
sumbu jalan lahir. Dengan kontraksi yang efektif, fleksi kepala yang
adekuat, dan janin dengan ukuran yang rata-rata, sebagian besar oksiput
yang posisinya posterior berputar cepat segera setelah mencapai dasar
panggul, dan persalinan tidak begitu bertambah panjang. Tetapi pada kira-
kira 5-10 % kasus, keadaan yang menguntungkan ini tidak terjadi. Sebagai
contoh kontraksi yang buruk atau fleksi kepala yang salah atau keduanya,
rotasi mungkin tidak sempurna atau mungkin tidak terjadi sama sekali,
khususnya kalau janin besar.

K. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi)
2. Pemeriksaan laboratorium rutin(Hb dan urinalisis serta protein urine)

L. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta previa
tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
1. Kaji kondisi fisik klien
2. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3. Menganjurkan klien istirahat
4. Mengobservasi perdarahan
5. Memeriksa tanda vital
6. Memeriksa kadar Hb
7. Berikan cairan pengganti intravena RL
8. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus
masih prematur

M. Diagnosa keperawatan tujuan dan intervensi.


Kala I :

1) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi


dan intensitas kontraksi uterus.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien dapat
beradaptasi terhadap nyeri dengan KH :

a. Tampak rileks diantara kontraksi


b. Dapat mengontrol penyebab nyeri
Intervensi :
a. Kaji derajat ketidak nyamanan malalui isyarat verbal dan non verbal.
b. Jelaskan penyebab nyeri.
c. ajarkan klien cara mengontrol nyeri dengan menggunakan tehnik
pernapasan / relaksasi yang tepat dan masses pinggang
d. Bantu tindakan kenyamanan mis : gosokan pada kaki, punggung, tekanan
sakral, perubahan posisi.
e. Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1- 2 jam, palpasi diatas simpisis
untuk menentukan ada tidaknya distensi setelah blok syaraf.
f. Hitung waktu dan catat frekuensi, intensitas dan pola kontraksi uterus
setiap 30 menit.
g. Monitor vital sign.
2) Resti cedera / distress terhadap janin behubungan dengan hipoksia jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih selama 1 x 3
jam tidak terjadi cedera pada janin dengan KH :
a. DJJ dalam batas normal
Intervensi :
a. Lakukan palpasi (leopold) untuk menentukan posisi janin, berbaring dan
presentasi.
b. Hitung DJJ dan perhatikan perubahan periodik pada respon terhadap
kontraksi uterus.
c. Catat kemajuan persalinan.
3) Resti cedera terhadap maternal berhubungan dengan perlambatan mortilitas
gastric, dorongan fisiologis.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 1 x 2 jam
tidak terjadi cedera pada maternal dengan KH :
a. Klien mengatakan resiko dan alasan dan intervensi khusus sudah
dimengerti.
b. Klien kooperatif untuk melindungi diri sendiri / janin dari dari cedera.
c. Klien bebas dari cedera / komplikasi
Intervensi :
a. Pantau aktivitas uterus , catat frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi.
b. Lakukan tirah baring saat persalinan menjadi lebih intensif. Hindari
meninggalkan klien tanpa perhatian.
c. Tempatkan klien pada posisi agak tegak miring kiri
d. Berikan perawatan perineal setiap 4 jam.
e. Pantau suhu dan nadi.
f. Berikan es batu atau cairan jernih pada klien bila memungkinkan, hindari
makanan padat.
g. Anjurkan klien untuk bernapas pendek dan cepat atau meniup bila ada
dorongan untuk mengejan.
4. Resti gngguan pertukran gas pada janin berhubungan dengan perubahan
suplai O2 atau aliran darah : anemia dan pendarahan sekunder
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan pertukaran gas pada janin dengan KH :

a. DJJ dalam batas normal (120 – 160 x / menit).


b. Bayi tidak mengalami hipoksia selama persalinan.
Intervensi :
a. Kaji faktor – faktor maternal atau kondisi yang menurunkan sirkulasi
uteroplasental.
b. Pantau DJJ setiap 15 – 30 menit.
c. Pantau DJJ dengan segera bila ketuban pecah.
d. Pantau besarnya janin pada jalan lahir melalui pemerikasaan vagina .
e. Kaji perubahan DJJ selama kontraksi.
5. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan dilatasi atau
regangan dan hipoksia jringan, tekanan mekanik dari bagian presentasi.
Tujuan :
Pasien dapat bertoleransi terhadap nyeri dengan KH :
a. Klien menyatakan rasa nyeri berkurang.
b. Klien mampu menggunakan tehnikm yang tepat untuk mempertahankan
kontrol, istirahat diantara kontraksi.
Intervensi :
a. Kaji derajat ketidakmampuan melalui isyarat verbal dan non verbal.
b. Kaji perubahan klien terhadap sentuhan fisik selama kontraksi.
c. Pantau frekuensi, durasi, dan intensitas kontraksi uterus.
d. Bantu klien dan ajarkan mengubah bernapas menjadi lebih cepat mis :
tiupan napas pendek dan cepat.
e. Berikan lingkungan yang tenang dengan ventilasi adekuat.
f. Lakukan gosokan sakral / punggung, pengubahan posisi.
g. Pantau dilatasi serviks.
h. Catat penonjolan perineal.
i. Anjurkan klien untuk berkemih (fase laten)
j. Berikan dorongan dan informasi tentang kemajuan persalinan dan
berikan reinforcement untuk upaya klien / pasangan.
k. Pantau tanda vital ibu dan janin.
l. Kolaborasi pemberian analgesik.
6. Resti terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan
aliran balik vena, hipovolemia, perubahan tahanan vskuler sistemik.
Tujuan :
Tidak terjadi penurunan curah jantung dengan KH :
a. Tanda – tanda vital sesuai terhadap tahap persalinan.
b. Tidak ada edema, DJJ dalam batas normal (120 – 160 x / menit).
Intervensi :
a. Kaji tekanan darah dan nadi diantara kontraksi, sesuai indikasi
b. Perhatikan ada dan luasnya edema.
c. Pantau DJJ selama dan diantara kontraksi.
d. Infus balance cairan.
7. Kurangnya pengetahuan tentang proses persalinan berhubungan dengan
kurangnya sumber – sumber informasi.
Tujuan :
Klien dan keluarga mengetahui tentang proses persalinan dengan KH :
a. Klien memahami respon fisiologis setelah melahirkan.
b. Secara aktif klien ikut dalam upaya mendorong untuk meningkatkan
pengeluaran plasenta.
Intervensi :
a. Diskusikan proses normal persalinan kala III.
b. Jelaskan alasan untuk respon perilaku seperti menggigit, tremor.
c. Diskusikan ritinitas periode pemulihan selama 4 jam pertama setelah
melahirkan.

Kala II :
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif,
penurunan masukan
Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan volume cairan dalam tubuh dengan KH :
a. Tanda – tanda vital dalam batas normal.
b. Keluaran urine adekuat.
c. Membran mukosa kental.
d. Bebas dari rasa haus.
Intervensi :
a. Ukur masukan dan keluaran.
b. Kaji turgor kulit, beri cairan peroral.
c. Pantau tanda – tanda vital sesuai indikasi.
d. Kaji DJJ dan perhatikan perubahan periodek.
e. Atur posisi klien tegak atau lateral.
f. Kolaborasi pemberian cairan parenteral
2. Resti infeki terhadap maternal berhubungan dengan prosedur infasif
berulang. Trauma jaringan, perslinan lama.
Tujuan :
Klien tidak terjadi infeksi dengan KH :
a. Bebas dari tanda – tanda infeksi (rubor, tumor, dolor, calor, dan
fungsilaesa)
Intervensi :
a. Lakukan perawatan perineal setiap 4 jam menggunakan tehnik aseptik.
b. Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.
c. Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu dengan
menggunakan tehnik aseptik.
d. Pantau tanda – tanda vital dan laborat leukosit.
e. Gunakan aseptik bedah pada persiapan peralatan.
f. Batasi jumlah orang yang ada pada saat persalinan.

Kala III :
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran
pervaginam akibat atonia.
Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan volume cairan akibat HPP. Dengan KH :

a. Kontraksi uterus adekuat.


b. Kehilangan darah dalam batas normal (<500 ml).
c. Tanda – tanda vital dalam batas normal.
Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk masase fundus.
b. Pantau tanda – tanda vital dan pengeluaran pervaginam.
c. Palpasi uterus dan masase uterus perlahan setelah pengeluaran plasenta.
d. Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta.
e. Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan yang berlebihan.
f. Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin, perhatikan ukuran,
insersi tali pusat dan ketuban.
g. Berikan cairan peroral.
h. Hindari menarik tali pusat secara berlebihan.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan,
respon fisiologis setelah melahirkan.
Tujuan :
Pasien dapat beradaptasi terhadap rasa nyeri dengan KH :
a. Klien menyatakan nyeri berkurang atau klien beradaptasi dengan
nyerinya.
b. Ekspresi wajah rileks tak gelisah.
c. Perut tidak mules, luka bersih dan tidak bengkak.
Intervensi :
a. Bantu dengan penggunaan tehnik pernapasan selama perbaikan luka.
b. Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.
c. Lakukan perawatan luka episiotomi dengan tehnik aseptik dan oleskan
salep topikal.
d. Ganti pakaian dan klien yang basah, berikan selimut yang hangat.
e. Jelaskan pada klien perubahan fisiologis setelah melahirkan.
Kala IV :

1. Perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau


peningkatan perkembangan anggta keluarga.
Tujuan :
Klien mampu beradaptasi dengan perubahan setelah melahirkan dengan KH
a. Klien menggendong bayinya.
b. Klien mampu mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan ikatan yang
tepat.
Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi.
b. Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi serta membantu
dalam perawatan bayi, sesuai kondisinya.
c. Observasi dan catat interaksi bayi – keluarga, perhatikan perilaku untuk
menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus.
d. Catat perilaku / pengungkapan yang menunjukkan kekecewaan / kurang
minat / kedekatan.
e. Terima keluarga dan sibling dengan senang hati selama periode
pemulihan.
f. Jamin privasi keluarga pada pemeriksaan selama interaksi awal dengan
bayi baru lahir sesuai kondisi ibu dan bayi.
g. Anjurkan dan bantu pemberian ASI.
2. Resti kekurangan cairan berhubungan dengan kelelahan atau kegagalan
meometri dan mekanisme homeostatic.
3. Gangguan istirhat tidur berhubungan dengan kontraki uterus.

DAFTAR PUSTAKA
Amaterasu,Erwin.2013. Laporan Pendahuluan Persalinan Normal.
(http://erwinamaterasu.blogspot.co.id/2013/09/lp-persalinan-normal.html).
Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal.
Dimuat dalam
http:///D:/MATERNITY%20NURSING/LP%20PERSALINAN/laporan-
pendahuluan-pada-pasien-dengan.html.
Krisna Utami, Sintya.2015.Laporan Pendahuluan Persalinan Normal.
(http://glowingsintya.blogspot.co.id/2014/10/laporan-pendahuluan-persalinan-
normal.html).
Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan Paenyakit
Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Oktavianus, Andri.2016. Laporan Pendahuluan Persalinan Normal.
(http://florenciamilani.blogspot.co.id/2016/06/lp-persalinan-normal.html).
Sectiono, Wiwing. 2013.Laporan Pendahuluan Persalinan Normal.
(http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/11/laporan-pendahuluan-persalinan-
normal.html#WbXytJKGPIU).

Anda mungkin juga menyukai