LIA LASTARI
NIM. PO71200200031
C. Patofisiologi
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat
menyebabkan nyeri. Ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim,
penurunan progesteron, peningkatan oxytoksin, peningkatan prostagland
peningkatan oxytoksin, peningkatan prostaglandin, dan tekanan kepala bayi,
dan tekanan kepala bayi.
Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan SAR dan penipisan
SBR. Penipisan SBR menyebabkan Penipisan SBR menyebabkan pembukaan
servik. pembukaan servik. Penurunan kepala bayi Penurunan kepala bayi
yang terdiri yang terdiri dari beberapa tahap antara lain enggament, descent,
fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi kepala janin, rotasi
eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan rasa mengejan
sehingga terjadi ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan terjadinya robekan
jalan lahir akibatnya akan terasa nyeri. Setelah bayi lahir kontraksi rahim
akan berhenti 5-10 menit, kemudian akan berkontraksi lagi. Kontraksi akan
mengurangi area plasenta, rahim bertambah kecil, dinding menebal yang
menyebabkan plasenta plasenta terlepas terlepas secara bertahap. bertahap.
Dari berbagai berbagai implantasi implantasi plasenta plasenta antara lain
mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir sebagai tempat invasi
bakteri secara asending yang dapat menyebabkan terjadi risiko tinggi infeksi.
Dengan pelepasan plasenta plasenta maka produksi produksi estrogen
estrogen dan progesteron progesteron akan mengalami mengalami penurunan,
sehingga penurunan, sehingga hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi
dimulai.
D. Pathway
E. Istilah yang Berkaitan Dengan Umur Kehamilan dan Berat Janin yang
Dilahirkan.
1) Abortus
- Terhentinya dan dikeluatkannya hasil konsepsi sebelum
mampu hidup diluar kandungan
- Umur hamil sebelum 28 minggu
- Berat janin kurang dari 1000 gram
2) Persalinan prematuritas
- Persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu
-Berat janin kurang dari 2.449 gram.
3) Persalinan Aterm
- Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu
- Berat janin diatas 2500 gram
4) Persalinan Serotinus
- Persalinan melampaui umur 42 minggu
- Pada janin terdapat tanda postmaturitas
5) Persalinan Presipitatus
- Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam.
F. Bentuk Persalinan
1) Persalinan Spontan Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri, dan melalui jalan lahir.
2) Persalinan Bantuan Persalinan dengan rangsangan yang dibantu dengan
tenaga dari luar, ekstraksi dengan forcep atau dengan dilakukan sectio
sesario.
3) Persalinan Anjuran Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban
G. Tanda-tanda persalinan
a. Kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida. Pada
primigravida kepala anak pada bulan terakhir berangsur – angsur turun
kedalam rongga panggul. Pada multigravida, dinding rahim dan perut sudah
kendor kekenyalannya sudah berkurang sehingga kekuatan mendesak
kebawah tidak seberapa, biasanya kepala bru turun pada permulaan
persalinan.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering atau susah BAB karena vesika urinaria karena tertekan oleh
bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya his.
e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, sekresi bertambah, kadang –
kadang bercampur darah.
H. Faktor Persalinan
1. Passage (jalan lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari
rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan
plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir
tersebut harus normal. Passage terdiri dari:
a. Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
b. Bagian lunak: otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen
1) Pintu Panggul
a) Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh
promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis.
b) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica,
disebut midlet
c) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis,
disebut outlet
d) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet
dan outlet.
2) Bidang-bidang :
a) Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
symphisis dan promontorium
b) Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah
symphisis.
c) Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika
kanan dan kiri.
d) Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis
2. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his
atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga
primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan
retraksi otot-otot rahim.
a. Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
1) His (kontraksi otot uterus) Adalah kontraksi uterus karena otot – otot
polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna. Pada waktu
kontraksi otot – otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan
lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin
dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
2) Kontraksi otot-otot dinding perut
3) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4) Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum
b. Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat :
1) Kontraksi simetris
2) Fundus dominan
3) Relaksasi
4) Involuntir: terjadi di luar kehendak
5) Intermitten: terjadi secara berkala (berselang-seling)
6) Terasa sakit
7) Terkoordinasi
8) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis
c. Perubahan-perubahan akibat his:
1) Pada uterus dan servik, uterus teraba keras/padat karena kontraksi.
Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta
menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement) dan terbuka
(dilatasi).
2) Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim. Juga
ada kenaikan nadi dan tekanan darah.
3) Pada janin pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang,
maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat
(bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia
fisiologis.
d. Dalam melakukan observasi pada ibu-ibu bersalin hal-hal yang harus
diperhatikan dari his:
1) Frekuensi his, jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit
atau persepuluh menit.
2) Intensitas his, kekuatan his diukur dalam mmHg. Intensitas dan
frekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin
meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa
aktifitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan – jalan
sewaktu persalinan masih dini.
3) Durasi atau lama his, lamanya setiap his berlangsung diukur dengan
detik, misalnya selama 40 detik.
4) Datangnya his, apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
5) Interval, jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his
datang tiap 2 sampe 3 menit
e. His Palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme
usus, kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His
palsu timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup
bulan. His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien
sehingga pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam
kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental.
f. Kelainan kontraksi otot rahim
1) Inertia Uteri
His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal
yang terbagi menjadi:
a) Inertia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya sudah
lemah
b) Inertia uteri sekunder: His pernah cukup kuat tapi kemudian
melemah
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan,
bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah
pecah. His yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu
maupun janin sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk
penderita ke rumah sakit, puskesmas atau ke dokter spesialis.
2) Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat
kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi:
a) Persalinan Presipitatus
b) Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat
mungkin fatal
c) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
d) Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam
persalinan
e) Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan
inversion uteri
f) Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian
janin dalam rahim
3) Inkoordinasi otot rahim
Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan
sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan
atau pengeluaran janin dari dalam rahim. Penyebab inkoordinasi
kontraksi otot rahim adalah:
a) Faktor usia penderita elative tua
b) Pimpinan persalinan
c) Karena induksi persalinan dengan oksitosin
d) Rasa takut dan cemas
3. Passanger
Passanger terdiri dari janin dan plasentaa. Janin merupakan
passangge utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena
bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan
besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan. Kelainan-kelainan yang
sering menghambat dari pihak passangger adalah kelainan ukuran dan
bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan
letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak
seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.
I. Proses persalinan
1) Kala I.
a. Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm)
b. Terbagi menjadi 2 fase :
1) fase laten : serviks berdilatasi kurang dari 4 cm
2) fase aktif : serviks berdilatasi 4 – 9 cm, kecepatan pembukaan 1 cm
atau lebih perjam, penurunan kepala dimulai.
c. Pada kala pembukaan his belum begitu kuat, datangnya 10 – 15 menit
dan tidak seberapa mengganggu ibu hingga ia sering masih dapat
berjalan
d. Lambat laun his bertambah kuat, interval menjadi lebih pendek, kontraksi
lebih kuat dan lebih lama, lendir darah bertambah banyak.
e. Lamanya kala I untuk primipara 12 jam dan untuk multipara 8 jam.
Kemajuan persalinan dalam kala I :
Kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala I :
a. Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan
durasi.
b. Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama
persalinan faseaktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah kiri
garis waspada).
c. Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Kemajuan yang kurang baik pada kala I :
a. Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
b. Kecepatan pembukaan servuks lebih lambat dari 1 cm perjam selama
persalinan fase aktif ( dilatasi serviks berada disebalah kanan garis
waspada).
c. Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Kemajuan pada kondisi ibu.
a. Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia sedang dalam keadaan
dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau
IV dan berikan analgesik secukupnya.
b. Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
c. Jika terdapat aceton didalam urine ibu, curigai masukan nutrisi yang
kurang. Segera berikan dextrose IV.
Kemajuan pada kondisi janin.
a. Jika didapati DJJ tidak normal (kurang dari 100 atau lebih dari 180 x /
menit) curigai adanya gawat janin.
b. Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan reflek fleksi
sempurna digolongkan dalam malposisi atau malpresentasi.
2) Kala II
a. Dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi.
b. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100 detik, datngnya
tiap 2 – 3 menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai
dengan keluarnya cairan yang kekuningan secara sekonyong – konyong
dan banyak.
c. Pasien mulai mengejan.
d. Pada akhir kala 2 sebagai tanda bhwa kepala sudah sampai didasar
panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.
e. Dipuncak his, bagian terkecil dri kepala nampak dalam vulva, tetapi
hilang lagi waktu his berhenti. Pada his berikutnya bagian kepala yang
nampak lebih besar lagi, tetapi surut kembali kalau his terhenti. Kejadian
ini disebut kepala membuka pintu.
f. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran terbesar
dari kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak dapat mundur lagi. Pada
saat ini tonjolan tulang ubun – ubun saat ini telah lahir dan sub oksiput
ada dibawah simpisis. Pada saat ini disebut kepala keluar pintu. Karena
pada his berikutnya dengan ekstensi lahirlah ubun – ubun besar, dahi dn
mulut pad komisura posterior.
g. Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dn kemudian terjadi putaran paksi
luar, sehingga kepala melintang. Sekarang vulva menekan pad leher dan
dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan
cairan.
h. Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian baru depan
disusul oleh seluruh badan anak dengan fleksi lateral sesuai dengan paksi
jalan lahir.
i. Lamanya kala 2 pada primi kurang lebih 50 menit dan pada multi kurang
lebih 20 menit.
3) Kala III
a. Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta.
b. Lamanya kala uri kurang lebih 8,5 menit dan pelepasan plasenta hanya
memakan waktu 2 – 3 menit.
4. Kala IV
K. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi)
2. Pemeriksaan laboratorium rutin(Hb dan urinalisis serta protein urine)
L. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan untuk penanganan plasenta previa
tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
1. Kaji kondisi fisik klien
2. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3. Menganjurkan klien istirahat
4. Mengobservasi perdarahan
5. Memeriksa tanda vital
6. Memeriksa kadar Hb
7. Berikan cairan pengganti intravena RL
8. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus
masih prematur
Kala II :
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan aktif,
penurunan masukan
Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan volume cairan dalam tubuh dengan KH :
a. Tanda – tanda vital dalam batas normal.
b. Keluaran urine adekuat.
c. Membran mukosa kental.
d. Bebas dari rasa haus.
Intervensi :
a. Ukur masukan dan keluaran.
b. Kaji turgor kulit, beri cairan peroral.
c. Pantau tanda – tanda vital sesuai indikasi.
d. Kaji DJJ dan perhatikan perubahan periodek.
e. Atur posisi klien tegak atau lateral.
f. Kolaborasi pemberian cairan parenteral
2. Resti infeki terhadap maternal berhubungan dengan prosedur infasif
berulang. Trauma jaringan, perslinan lama.
Tujuan :
Klien tidak terjadi infeksi dengan KH :
a. Bebas dari tanda – tanda infeksi (rubor, tumor, dolor, calor, dan
fungsilaesa)
Intervensi :
a. Lakukan perawatan perineal setiap 4 jam menggunakan tehnik aseptik.
b. Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.
c. Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu dengan
menggunakan tehnik aseptik.
d. Pantau tanda – tanda vital dan laborat leukosit.
e. Gunakan aseptik bedah pada persiapan peralatan.
f. Batasi jumlah orang yang ada pada saat persalinan.
Kala III :
1. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran
pervaginam akibat atonia.
Tujuan :
Tidak terjadi kekurangan volume cairan akibat HPP. Dengan KH :
DAFTAR PUSTAKA
Amaterasu,Erwin.2013. Laporan Pendahuluan Persalinan Normal.
(http://erwinamaterasu.blogspot.co.id/2013/09/lp-persalinan-normal.html).
Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal.
Dimuat dalam
http:///D:/MATERNITY%20NURSING/LP%20PERSALINAN/laporan-
pendahuluan-pada-pasien-dengan.html.
Krisna Utami, Sintya.2015.Laporan Pendahuluan Persalinan Normal.
(http://glowingsintya.blogspot.co.id/2014/10/laporan-pendahuluan-persalinan-
normal.html).
Nugroho, T. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah Dan Paenyakit
Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika.
Oktavianus, Andri.2016. Laporan Pendahuluan Persalinan Normal.
(http://florenciamilani.blogspot.co.id/2016/06/lp-persalinan-normal.html).
Sectiono, Wiwing. 2013.Laporan Pendahuluan Persalinan Normal.
(http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2013/11/laporan-pendahuluan-persalinan-
normal.html#WbXytJKGPIU).