LANDASAN TEORI
2.1 Persalinan
3. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Yang mana persalinan dianggap normal jika prosesnya
menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum
(JNPK, 2007).
9
10
a. Terjadi Lightening
uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP. Pada multigravida, tanda ini
4) Durasi pendek
d. Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih
2. Gejala Persalinan
sebagai berikut :
a. Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur
b. Keluar lendur bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena
robekan kecil pada servik. Sumbatan mukus yang berasal dari sekresi
yang normal terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi pada 12%
wanita dan lebih dari 80% wanita akan memulai persalinan secara
1) Nulipara
2) Multipara
meneran.
13
atas :
1) His pendahuluan atau his palsu (false labor Pains), yang sebetulnya
lainnya dan bersifat nyeri. Sifat his normal adalah sebagai berikut :
e) Pada setiap his terjadi perubahan pada serviks yaitu menipis dan
membuka.
intraabdominal.
14
Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang padat, dasar
jalan lahir yang relatif kaku, oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul
Tulang panggul terdiri atas empat tulang, yakni dua tulang koksa,
3) Pintu bawah panggul terdiri atas dua segitiga dengan dasar yang
Jalan lahir lunak pada panggul terdiri atas uterus, otot dasar panggul,
dan perineum.
1) Uterus
sebagai berikut :
- Segmen atas uterus, terdiri atas fundus dan bagian uterus yang
janin keluar.
Otot dasar panggul terdiri atas otot-otot dan ligamen yaitu dinding
3) Perineum
vaskular, dan berisi jaringan lemak. Saat persalinan otot ini sering
simfisis pubis.
Plasenta juga harus melalui jalan lahir sehingga dapat juga di anggap
4. Psikis (Psikologis)
c. Kebiasaan adat
5. Penolong
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam
Persalinan kala I di bagi menjadi dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif.
b. Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama 6 jam dan
di bagi 3 subfase,
4cm.
10 cm atau lengkap.
atu lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara
menunjukan:
Lama persalinan
Primipara Multipara
Total 14 ½ 7 ¾
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
fundus
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah
proses tersebut.
Tingkat kesadaran
b. Kontraksi uterus
atau episiotomi)
kelahiran bayi. Karena alasan ini, penting sekali untuk memantau ibu
secara ketat segera setelah setiap tahapan atau kala persalinan diselesaikan.
Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pasca persalinan.
menit dalam 1 jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala
IV
c. Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam
kedua pascapersalinan
lembek.
23
1. Asuhan Persalinan Normal adalah Asuhan yang bersih dan aman selama
2. Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan yang bersih dan aman dari setiap
pascapersalinan dan hipotermia serta asfiksia bayi baru lahir (JNPK, 2007).
Ada beberapa tujuan Asuhan Persalinan Normal menurut beberapa teori, yaitu
sebagai berikut :
yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui
Menurut Rohani (2011), ada beberapa persiapan peralatan alat yang harus
1. Peralatan
1) Gunting episiotomi
6) Kateter Nelaton
8) Kassa steril
b. Metlin
c. Set Hecting
1) Pegangan jarum
2) Pinset
3) Spuit 10 ml
d. Tensimeter
f. Termometer
h. Set Resusitasi
2. Bahan
a. Oksitosin 10 U 1 ampul
b. Ergometrin 1 ampul
c. Catgut
d. Lidokain 1% atau 2%
e. Aquades
g. Kassa
h. Klorin 0,5 %
i. Larutan RL
j. Partograf
k. Formulir rujukan
l. Alat tulis
b. Pembalut
c. Pakaian ibu
d. Pakaian bayi
e. Popok
g. Handuk 2 buah
h. Topi bayi
4. Perlengkapan penolong
a. Kacamata
b. Celemek
c. Masker
e. Handuk pribadi
27
h. Sikat kuku
5. Perlengkapan lainnya
d. Bengkok
e. Lampu sorot
f. Tempat plasenta
g. Kom sedang
k. Washlap 2 buah
Benang Merah, yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan
a) Pengumpulan Data
1) Data Subjektif
2) Data Objektif
b) Diagnosis
1) Membuat rencana
2) Melaksanakan rencana
d) Evaluasi
3. Pencegahan Infeksi
dan jamur.
4. Pencatatan (dokumentasi)
Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan bayinya,
jika asuhan tidak dicatat dapat dianggap bahwa tidak pernah dilakukan
5. Rujukan
mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun
vagina
lahir. Untuk asfiksia, tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih
dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
a) Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal
bahu bayi
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan
5. Mengenakan sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam.
memakai sarung tangan DTT dan steril pastikan tidak terjadi kontaminasi
kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi.
32
lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi / saat relaksasi uterus
Meneran
11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan
bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
secara benar.
33
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. Bila ada rasa
ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman.
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat
untuk meneran :
b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
g) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120
(multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
34
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang menahan dengan kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi
b) Jika tali pusat melilit lehr secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
35
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu
baru lahir)
36
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan tubuh lainnya kecuali bagian
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi
baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit
a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yan telah dijepit (lindungi perut
b) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi.
Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel di dada atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara
payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35. letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir
setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
Mengeluarkan plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan
arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir
5) Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit stelah bayi lahir atau bila
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin
disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
teraba keras).
39
Menilai Perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam.
b) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah
berhasil menyusu.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan atau pengukuran bayi, beri tetes
kiri anterolateral.
40
disusukan.
b) Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil
menyusu didalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil
menyusu.
Evaluasi
pervaginam.
47. Ajarkan ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama
pascapersalinan.
41
50. Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
didekontaminasi.
sesuai.
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan
kering.
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% balikkan
bagian ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 15 menit.
Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital
2.1.10 Kinerja
1. Pengertian kinerja
Kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) berupa produk
kontribusi kepada organisasi yang antara lain kuantitas ditempat dan kualitas
pekerjaan, dalam hal ini meliputi hasil yang dicapai kerja tersebut (Mathis,
2005).
a. Penilaian Kinerja
kinerja :
Penilai melakukan pada saat kritis saja yaitu waktu dimana perilaku
sebaliknya.
c) Esay (Essay)
d) Narasi (Naratif)
b. Pengukuran Kinerja
alat pengukur kinerja yang tepat. Pengukuran kinerja paling tidak harus
dan outcome (value added atau dampak aktifitas). Perilaku, hasil dan nilai
a) Input
output.
b) Proses (Process)
rencana.
46
antara lain ;
2005).
47
tim).
2.2.1 Pendidikan
orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau
1851 dimana saat itu tenaga penolong persalinan adalah dukun, dan
(Febrina, 2012).
50
diantaranya:
Konsultan
Pendidikan Magister S2
Kebidanan
Pendidikan Bidan
SMA
2.2.2 Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
b. Tingkatan Pengetahuan
1) Tahu
2) Memahami
3) Aplikasi
4) Analisis
diketahui.
53
5) Sintesis
6) Evaluasi
c. Kategori Pengetahuan
seluruh pertanyaan
seluruh pertanyaan
seluruh pertanyaan
d. Pengukuran Pengetahuan
P = f x 100%
n
Keterangan =P : Persentase yang dicari
n : Jumlah pertanyaan
54
dalam dua kategori, yaitu kompetensi inti dasar yang merupakan kompetensi
minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan, dan kompetensi tambahan atau
keputusan yang tepat bidan harus dibekali cara-cara berpikir kritis, logis,
(Wahyuningsih, 2005).
2.2.3 Sikap
a. Pengertian Sikap
bersangkutan senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik,
yang tidak dapat dilihat secara langsung, sehingga sikap hanya dapat
ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Sikap atau perilaku bidan yang
bidan yang memiliki sikap yang baik jelas akan mampu melaksanakan
pokok, yakni :
objek.
berikut:
1) Menerima (receiving)
2) Menanggapi (Responding)
3) Menghargai (Value)
merespons.
bila ada orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko orang lain.
58
d. Pembentukan Sikap
e. Pengukuran Sikap
f. Kategori Sikap
Menurut Faturrochman (2010), ada dua kategori sikap yang yaitu sebagai
berikut:
komponen emosional, atau perasaan dan sikap dipelajari dari orang tua, guru
dengan cara yang ramah, hangat, agresif, bermusuhan, apatis atau dengan
gambaran atau cerminan sikap seseorang bidan, apabila sikap itu positif
sejak awal dikembangkan oleh bidan tersebut maka perilaku kerja yang
timbulkan oleh bidan adalah baik, dengan perilaku kerja bidan yang positif
dilakukannya. Makin baik sikap seseorang bidan yang kita ukur maka makin
baik pula perilakunya, dan makin besar kemungkinan kita dapat memperoleh
hubungan yang signifikan antara sikap dan perilaku terhadap kinerja bidan
(Wawan, 2010).
61
karena persalinan membutuhkan usaha total ibu secara fisik dan emosional,
karena itu dukungan moril dan upaya bidan untuk menimbulkan rasa
dengan kebutuhan ibu, karena hakikatnya ibu yang melahirkan berada dalam
tahapan persalinan dan kondisi yang berbeda-beda satu sama lain, sehingga
Tasikmalaya, dengan jumlah populasi 118 bidan. Dari hasil penelitian ini
atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara
variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti
(Notoatmodjo, 2010).
Kinerja
- Sikap