DI SUSUN OLEH
RITA AFRIMIYANTI
(PO 71242230406)
DOSEN PEMBIMBING
VERAWATI PULUNGAN, SST.,MKM
A. Pengertian Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah proses penngeluaran konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, 2010 dalam Legawati, 2018).
Persalinan adalah proses penngeluaran konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba 2010). Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput
ketuban keluar dari Rahim. Persalinan diangap abnormal jika prosesnya terjadi
pada usia cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai dengan penyulit (APN,
2013).
2. Jenis Persalinan
Jenis persalinan menurut (Legawati 2019) adalah sebagai berikut:
a. Persalinan spontan
Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui
jalan lahir ibu tersebut.
b. Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi
forcep atau dilakukan operasi sectio caesarea.
c. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung
setelah pemecahan ketuban, pemberian Pitocin atau prostaglandin.
3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Persalianan
a. Passage (jalan lahir)
Passage atau faktor jalan lahir terbagi atas bagian keras dan bagian
lunak. Bagian keras terdiri dari tulang-tulang panggul (rangka panggul).
Bagian lunak terdiri dari otot-otot, jaringan - jaringan dan ligament -
ligament.
b. Power (Tenaga)
Kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong
janin keluar dalam persalinan ialah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi
diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerjasama yang baik dan
sempurna.
1) His
Adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat: kontraksi simetris, fundus
dominan, kemudian diikuti relaksasi. Pada saat kontraksi otot-otot
rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum
uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantong amnion kearah
bawah rahim dan serviks. Dalam melakukan observasi pada ibu
bersalin, hal-hal yang harus diperhatikan dari his adalah:
a) Frekuensi his adalah jumlah his dalam waktu tertentu biasanya
permenit atau per 10 menit
b) Intensitas his adalah kekuatan his (adekuat atau lemah)
c) Durasi (lama his) adalah lamanya setiap his berlangsung dan
ditentukan dengan detik, misalnya 50 detik
d) Interval his adalah jarak antara his satu dengan his berikutnya,
misalnya his datang tiap 2 – 3 menit
e) Datangnya his apakah sering, teratur atau tidak.
Perubahan - perubahan akibat his, diantaranya:
a) Pada uterus dan serviks
Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Serviks tidak
mempunyai otot-otot yang banyak, sehingga setiap muncul his
maka terjadi pendataran (effacement) dan pembukaan (dilatasi) dari
serviks.
b) Pada ibu
Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim,
terdapat pula kenaikan nadi dan tekanan darah.
c) Pada janin
Pertukaran oksigen pada sirkulasi utero–plasenter kurang
sehingga timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat dan
kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis. Jika benar
terjadi hipoksia yang cukup lama, misalnya pada kontraksi tetanik,
maka terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut jantung janin
diatas 160 permenit dan tidak teratur.
2) Tenaga mengejan
Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga
yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh
kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian
tekanan intra abdominal. Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan
saat buang air besar tetapi jauh lebih kuat lagi. Saat kepala sampai pada
dasar panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan ibu menutup
glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perutnya dan menekan
diafragmanya ke bawah. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil, bila
pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada his. Tanpa
tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita
yang lumpuh otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan
forceps. Tenaga mengejan ini juga melahirkan placenta setelah plasenta
lepas daridinding rahim.
c. Passenger
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin
yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian terbawah, dan
posisi janin.
1) Sikap (habitus) Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan
sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya
dalam sikap fleksi dimana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam
keadaan fleksi, lengan bersilang di dada.
2) Letak (situs) Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu
ibu misalnya Letak Lintang dimana sumbu janin tegak lurus pada
sumbu ibu. Letak membujur dimana sumbu janin sejajar dengan sumbu
ibu, ini bisa letak kepala atau letak sungsang.
3) Presentasi Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian
bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam.
Misalnya presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu dan
lain-lain.
a) Bagian terbawah janin, sama dengan presentasi hanya lebih
diperjelas istilahnya.
b) Posisi janin untuk indikator atau menetapkan arah bagian terbawah
janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau belakang terhadap
sumbu ibu (maternal–pelvis). Misalnya pada letak belakang kepala
(LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan belakang
(Kurniawati and Mirzanie 2009).
4. Tanda Persalinan
Tanda persalinan menurut (Sulfianti et al. 2020) adalah sebagai berikut:
a. Tanda – Tanda Permulaan Persalinan
Sebelum terjadinya persalinan beberapa minggu sebelumnya wanita
memasuki “bulannya” atau “minggunya” atau “harinya” yang disebut kala
pendahuluan. Ini memberikan tanda – tanda sebagai berikut: Lightening atau
settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida. Pada Multipara, perut kelihatan lebih melebar,
fundus uteri menurun, perasaan sering kencing atau susah kencing karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin dari uterus, kadang –
kadang disebut “farse labor pains”, serviks menjadi lembek, muai mendatar
dan sekresinya bertambah bias bercampur darah (bloody show).
b. Tanda – Tanda Timbulnya Persalinan (Inpartu)
Pada fase ini sudah memasuki tanda – tanda inpartu:
1) Terjadinya his persalinan
His adalah kontraksi Rahim yang dapat diraba menimbulkan rasa
nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan serviks kontraksi
rahim yang dimulai pada 2 face maker yang letaknya di dekat cornu uteri.
His yang menimbulkan pembukaan serviks dengan kecepatan tertentu
disebut his efektif. His efektif mempunyai sifat adanya dominan
kontraksi uterus pada fundus uteri, kontraksi berlangsung secara sinkron
dan harmonis, adanya intensitas kontraksi yang maksimal diantara dua
kontraksi, irama teratur dan frekuensinya kian sering, lama his berkisar
45-60 detik. Pengaruh his ini dapat menimbulkan desakan di daerah
uterus (meningkat) terjadi penurunan janin, terjadi penebalan pada
dinding korpus uterus, terjadi peregangan dan penipisan pada isthmus
uteri, serta terjadinya pembukaan pada kanalis servikalis.
His persalinan memiliki sifat sebagai berikut:
a) Pinggang terasa sakit dan mulai menjalar ke depan
b) Teratur dengan interval yang makin pendek dan kekuatannya makin
besar
c) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
d) Penambahan aktivitas (seperti berjalan) maka his tersebut semakin
meningkat disebabkan oleh robeknya pembuluh darah waktu serviks
membuka.
2) Keluarnya lendir bercampur darah (show)
Lendir berasal dari pembukaan kanalis servikalis. Sedangkan
pengeluaran darahnya disebabkan oleh robeknya pembuluh darah waktu
serviks membuka.
3) Ketuban pecah
Sebagian ibu hamil mengeluarkan air ketuban akibat pecahnya
selaput ketuban menjelang persalinan. Jika ketuban sudah pecah, maka
ditargetkan persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam. Namun, apabila
persalinan tidak tercapai maka persalinan harus diakhiri dengan tindakan
tertentu, misalnya ekstraksi vakum atau sectio caesarea.
4) Dilatasi dan effacement
Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara berangsur –
angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah pendataran atau
pemendekan kanalis servikalis yang semula panjang 1-2 cm menjadi
hilang sama sekali, sehingga tinggal hanya ostium yang tipis seperti
kertas. Untuk rasa sakit yang dirasakan oleh wanita pada saat
menghadapi persalinan berbeda - beda tergantung dari rasa sakitnya,
akan tetapi secara umum wanita yang akan mendekati persalinan akan
merasakan.
5. Persalinan Kala I
a. Pengertian
Persalinan kala I atau kala pembukaan adalah periode persalinan yang
dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan service
menjadi lengkap (Diana, Mail, and Rufaida 2019).
b. Klasifikasi
Klasifikasi Persalinan Kala I berdasarkan kemajuan maka kala I menurut
(Diana, Mail, and Rufaida 2019) dibagi menjadi:
1) Fase laten
Yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0 sampai 3 cm
yang membutuhkan waktu 8 jam.
2) Fase Aktif
Yaitu fase pembukaan yang lebih cepat membutuhkan waktu 6 jam
yang terbagi lagi menjadi:
a) Fase akselerasi (fase percepatan) dari pembukaan 3 cm sampai 4
cm yang dicapai dalam 2 jam
b) Fase dilatasi maksimal dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang
dicapai dalam 2 jam
c) Fase deselerasi (kurangnya kecepatan) dari pembukaan 9 cm
sampai 10 cm yang dicapai dalam 2 jam
6. Asuhan persalinan kala II
a. Pengertian
Kala II disebut juga kala pengeluaran dimulai dari pembukaan serviks sudah
lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut
sebagai kala pengeluaran bayi (Oktarina 2015).
b. Tanda dan gejala kala II persalinan
1) Ibu merasakan ingin meneran secara bersamaan dengan terjadinya
kontrasepsi
2) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan vaginanya
3) Perineum menonjol
4) Vulva-vagina dan sphincter ani membuka
5) Meningkatkan pengeluaran lendir bercampur darah
6) Pembukaan serviks telah lengkap, atau
7) Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
c. Mekanisme persalinan
1) Engagement
2) Fleksi
3) Putaran paksi dalam
4) Ekstensi
5) Putatan paksi luar
6) Melahirkan bahu kanan dan kiri
7) Seluruh badan lahir lengkap
d. Langkah-langkah pertolongan persalinan
1) Mengenali tanda-tanda kala II
2) Menyiapkan pertolongan persalinan (memastikan kelengkapan peralatan
dan obat-obatan)
3) Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik (melakukan PD,
periksa DJJ)
4) Melakukan persiapan persalinan (mendekatkan peralatan,memakai APD
lengkap, membantu proses persalinan)
5) Penanganan BBL (nilai keadaan bayi, jaga kehangatan , dan keringkan
tubuh bayi)
e. Episiotomi (perlukaan jalan lahir)
1) Pengertian
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang
menyebabkan terpotngnya selaput lendih vagina, cincin selaput dara,
jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit
sebelah depan perineum (Prawirohardjo 2016).
Luka perineum adalah perlukaan perineum pada diafragma
urogenitalis dan musculus levator ani, yang terjadi pada waktu persalinan
normal, atau persalinan dengan alat, dapat terjadi tanpa luka pada kulit
perineum atau pada vagina, sehingga tidak terlihat dari luar. Perlukaan
jalan lahir terdiri dari, robekan perineum yang terjadi pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan ini dapat dihindari atau dikurangi dengan menjaga jangan
sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat (Judha
2015).
2) Etiologi
Robekan pada perineum umumnya terjadi pada persalinan dimana,
kepala janin terlalu cepat lahir, persalinan tidak dipimpin sebagaimana
mestinya, sebelumnya pada perineum terdapat banyak jaringan parut, dan
pada persalinan dengan distosia bahu (Prawirohardjo 2016).
3) Indikasi Episiotomi
Indikasi untuk melakukan episiotomi dapat timbul dari pihak ibu
maupun janin nya (Prawirohardjo 2016).
a) Indikasi janin
Gambar Engagement
2. Descensus = penurunan Ialah penurunan kepala lebih lanjut
kedalam panggul. Faktor-faktor yang
mempengaruhi descensus antara lain
tekanan air ketuban, dorongan langsung
fundus uteri pada bokong janin, kontraksi
otot-otot abdomen, ekstensi badan janin.
Gambar Ekspulsi
Gambar Mekanisme Persalinan Letak Belakang Kepala(Sarwono, 2008)
14. Penatalaksanaan
Menurut JNPK-KR (2012, hal. 180) untuk melakukan asuhan persalinan normal
dirumuskan 60 langkah asuhan yaitu sebagai berikut:
I. Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua
1. Mendengarkan dan melihat tanda Kala Dua persalinan
● Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam sarung tangan ter
● Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
● Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali
posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
● Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
●
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah pembukaan lengka
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang
waktu 60 menit
V. Persiapan Untuk Melahirkan Bayi
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6cm
16. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahn
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
VI. Pertolongan Untuk Melahirkan Bayi
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara
efektif atau bernafas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
Perhatikan!
● Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian
atas kepala bayi
● Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara
spontan
Lahirnya Bahu
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus
pubis dan kemudian gerakkan kearah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang
Lahirnya Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk menopang kepala dan
bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan
siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan
telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan
ibu jari pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu
dengan jari telunjuk)
VII Asuhan Bayi Baru Lahir
25. Lakukan penilaian (selintas):
● Apakah bayi cukup bulan?
D. DAFTAR PUSTAKA
Anggeni, Untari. 2019. “Perbedaan Posisi Persalinan Setengah Duduk Dengan Posisi
Jongkok Terhadap Lamanya Kala Ii Di Bpm Erniwaty Babat Supat.” Jurnal
Kesehatan dan Pembangunan 9(18): 113–22.
Diana, Sulis, Erfiani Mail, and Zulfa Rufaida. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Persalinan Dan Bayi. Baru Lahir. 1st ed. Surakarta: Oase Group.
https://books.google.co.id/books?
id=pQC5DwAAQBAJ&printsec=copyright&hl=id#v=onepage&q&f=false.
Fakhriyah, Siska Puji Astuti. 2017. “19PendahuluanData Survey Dasar
KesehatanIndonesia (SDKI) Menunjukkan AKI DiIndonesia Masih Tinggi
Yaitu 359 Per100.000 Kelahiran Hidup. Angka Inimengalami Kenaikan Jika
Dibandingkandengan SDKI Tahun 2007, Yaitu Sebesar 228per 100.000
Kelahiran Hidup (1).M.” (8): 19–23.
Hakiki, Miftahul, and EkaFauziah Oktaviana. 2018. “Perbedaan Posisi Miring
Dengan Setengah Duduk Pada Pada Ibu Bersalin Dalam Percepatan Persalinan
Kala II.” 6(2): 90–103.
Indrasari, Nelly. 2020. “Perbedaan Lama Persalinan Kala II Pada Posisi Miring Dan
Posisi Setengah Duduk.” Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik X(1): 75–81.
https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/321.
Judha. 2015. “Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan.”
Kurniawati, Desy, and Hanifah Mirzanie. 2009. Obgynacea : Obstetri & Ginekologi.
Yogyakarta: Tosca Enterprise.
Legawati. 2019. Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Malang: Wineka Media.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan KB
Untuk Pendidikan Bidan. 2nd ed. Jakarta: EGC.
Oktarina, Mika. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru
Lahir. 1st ed. Yogyakarta: Deepublish.
Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan. ke-4. Jakarta: Bina Pustaka.
———. 2018. Ilmu Kebidanan. eds. Abdul Bari Saifuddin, Trijatmo Rachimhadh,
and Gulardi H. Wiknjosastro. Jakarta: Bina Pustaka.
Rahayu, Teta Puji, Agung Suharto, and Rahayu Sumaningsih. 2018. “Modul Ajar1
KEBIDANAN KOMUNITAS.” Prodi D-3 kebidanan magetan polekkes
kemenkes surabaya: 1–146.
Sulfianti et al. 2020. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. 1st ed. Surakarta: Yayasan
Kita Menulis.
Varney, Helen, Jan M.Kriebs, and Carolyn L.Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan. 4th ed. Jakarta: EGC.
Walyani, Elisabeth Siwi. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Pustaka Baru Pres.
Wardanis, Melly, Isye Fadmiyanor, and Ari Susanti. 2019. “Perbedaan Posisi
Persalinan Mc RobertDan Posisi Lithotomi Modifikasi Lateral Terhadap Lama
Persalinan Kala Ii Pada Ibu Primigravida Di Klinik Swasta Kota Pekanbaru
Tahun 2018.” Jurnal Proteksi Kesehatan 7(2): 101–6.