Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

IBU MELAHIRKAN DI RUANG BERSALIN RSUD WONOSARI

DISUSUN OLEH:
Surya Alam
NIM. P2105033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KLATEN
2021
A. Pengertian
Persalinan adalah proses alamiah membuka dan menipisnya serviks dan
turunnya janin ke dalam jalan lahir. Persalinan normal adalah proses pengeluaran
janin secara alamiah yang kehamilannya sudah cukup bulan (37-42 minggu), lahir
spontan tanpa komplikasi pada ibu maupun janin (Dwi Asri H & Cristine Clervo
P. 2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang
tekah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses
ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yaitu ditandai dengan
perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.
Persalinan adalah proses pengeluaran kelahiran hasil konsepsi yang dapat
hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan yang
menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar
melalui jalan lahir dengan presentase belakang kepala tanpa alat atau bantuan
(lahir spontan) serta tidak ada komplikasi pada ibu dan janin (Indah & Firdayanti.
2019).

B. Penyebab Persalinan
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim,
pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah. 2011).
1. Teori penurunan hormone
Satu sampai dua minggu sebelum partus dimulai, terjadi penurunan hormone
progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot-otot
polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga
timbul his bila progesterone turun.
2. Teori plasenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontaksi rahim.
3. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
4. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terlihat ganglion servikale (fleksus franterhauss). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontaksi uterus.
5. Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukkan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frakenhauser,
amniotomi (pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan infus.

C. Tanda-Tanda Persalinan
Tanda-tanda permulaan persalinan adalah lightening atau settling atau
dropping yang merupakan kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama
pada primigravida. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. Perasaan
sering-sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawah janin. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah diuterus (fase labor pains). Serviks menjadi lembek,
mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa bercampur darah (bloody show)
(Haffieva. 2011).
Tanda-tanda in partu:
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur
2. Keluar lendir dan bercampur darah yang lebih banyak, robekan kecil pada
bagian serviks
3. Kadang-kadang ketuban pecah
4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar

D. Macam-Macam HIS
1. Kontraksi dini
Kontraksi jenis ini biasanya terjadi saat awal-awal kehamilan atau saat
trimester pertama kehamilan. Kondisi ini terjadi saat tubuh masih sedang
dalam proses penyesuaian dengan berbagai perubahan akibat adanya
kehamilan. Kontraksi terjadi akibat meregangnya ligamen disekitar rahim
biasanya diikuti oleh perut kembung, konstipasi, dan dehidrasi.
2. Kontraksi palsu/braxton-hicks
Kontraksi jenis ini biasanya terjadi saat kehamilan masuk usia 32-34 minggu.
Waktunya tidak bisa ditentukan namun biasanya terjadi setiap 30 menit sekali
dengan lama kontraksi 30 detik. Rasanya nyeri seperti nyeri kram haid. Jika
kontraksi ini tidak terjadi menjadi lama, kemudian intervalnya semakin
memendek dan tidak bertambah kuat, maka persalinan tidak akan terjadi
dalam waktu seekarang. Berendam untuk meredakan kontraksi dengan
menggunakan air hangat. Namun jika kontraksi semakin kuat dan interval
semakin pendek maka bisa menjadi petunjuk bahwa persalinan akan segera
berlangsung.
3. Kontraksi saat berhubungan
Pada saat berhubungan dapat juga menimbulkan terjadinya kontraksi. Oleh
karena itu sebelum berhubungan, pastikan terlebih dulu melalui pemeriksaan
dokter bahwa kehamilan dinyatakan sehat. Kontraksi yang terjaadi saat
berhubungan, tidak menjadikan resiko lahir prematur, selama kehamilannya
sehat dan tanpa komplikasi.
4. Kontraksi sebenarnya
Kontraksi sebenarnya terjadi menjelang persalinan. Kontraksi berlangsung
selama 40-60 detik, terjadi di setiap 10 sampai 20 menit atau satu jam,
kemudian kontraksi terjadi menjadi lebih sering. Kontraksi sebenarnya akan
diikuti oleh pembukaan mulut rahim, keluarnya cairan atau lendir yang
bercampur darah yang berwarna kecoklatan yang merupakan sebagai
sumbatan lendir atau mukus pada leher rahim.

E. Faktor Persalinan
1. Passage (jalan lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks, dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta
dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus
normal. Passage terdiri dari, bagian keras tulang-tulang panggul (rangka
panggul) dan bagian lunak yaitu otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen pintu
panggul.
2. Power
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer
atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-
otot rahim. Kekuatan yang mendorong janin keluar (power), terdiri dari:
a. His (kontraksi otot uterus)
Adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik
dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot-otot rahim menguncup serta
mendorong janin dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan
serviks.
1) Kontraksi otot-otot dinding perut
2) Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
3) Ketegangan dalam ligmentous action terutama ligamentum rotundum
Kontraksi uterus atau His yang normal karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat:
1) Kontraksi simetris
2) Fundus dominan
3) Relaksasi
4) Involuntir: terjadi di luar kehendak
5) Intermitten: terjadi secara berkala (berselang-seling)
6) Terasa sakit
7) Terkoordinasi
8) Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia, dan osiksi
Perubahan-perubahan akibat his:
1) Pada uterus dan serviks, uterus terasa keras/padat karena kontraksi.
Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta
menyebabkan serviks menjadi mendatar (effecement) dan terbuka
(dilatasi)
2) Pada ibu rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim juga aa
kenaikan nadi dan tekanan darah
3) Pada janin pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang,
maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat
(bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia
fisiologis
Dalam melakukan observasi pada ibu-ibu bersalin hal-hal yang harus
diperhatikan dari his:
1) Frekuensi his, jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau
persepuluh menit
2) Intensitas his, kekuatan his diukur dalam mmHg, intensitas dan
frekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin
meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa
aktifitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan-jalan
sewaktu persalinan masih dini
3) Durasi atau lamanya his, lamanya setiap his berlangsung diukur
dengan detik, misalnya selama 40 detik
4) Datangnya his, apakah sering, teratur, atau tidak
5) Interval jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his
datang tiap 2 sampai 3 menit
6) Aktivitas his, frekuensi x amplitudo diukur dengan unit montevideo
b. His palsu
His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus,
kandung kemih, dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri. His palsu
timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan cukup bulan.
His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah pasien sehingga
pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien berada dalam kondisi yang
jelek, baik fisik maupun mental.
c. Kelainan kontraksi otot rahim
1) Inertia uteri
a) His yang sifatnya lemah, pendek, dan jarang dari his yang normal
yang terbagi menjadi: inertia uteri primer, apabila sejak semula
kekuatannya sudah lemah
b) Inertia uteri sekunder, his cukup kuat tapi kemudian melemah.
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan,
bagian terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban pecah. His
yang lemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin
sehingga memerlukan konsultasi atau merujuk ke fasilitas
kesehatan.
2) Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat
kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi:
a) Persalinan presipitatus
b) Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam, akibat
mungkin fatal
c) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
3) Inkoordinasi otot rahim
Keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan
sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan
atau pengeluaran janin dari dalam rahim. Penyebab inkoordinasi
kontraksi otot rahim adalah:
a) Faktor usia penderita elative tua
b) Pimpinan persalinan
c) Karena induksi persalinan dengan oksitosin
d) Rasa takut dan cemas
3. Passenger
Passanger terdiri dari janin dan plasenta. Janin merupakan passanger utama
dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang paling
besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala dapat
mempengaruhi jalan persalinan.
Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passenger adalah
kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun
anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan
kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.
4. Psikis (psikolpgis)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itu benar-benar
terjadi realitas "kewanitaan sejati" yaitu munculnya rasa bangga bisa
melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan
kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu "keadaan
yang belum pasti" sekarang menjadi hal yang nyata
Psikologis meliputi:
1) Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
2) Pengalaman bayi sebelumnya
3) Kebiasaan adat
4) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
Sikap negatif terhadap persalinan dipengaruhi oleh:
1) Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
2) Persalinan sebagai ancaman pada sellf-image
3) Medikasi persalinan
4) Nyeri persalinan dan kelahiran
5. Penolong
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini. Bidan adalah mengantisipasi dan
menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses
tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan.

F. Kala Persalinan
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006) yaitu:
1. Kala Itu (kala pembukaan)
In partu (parti dimulai) ditandi dengan keluarnya lendir bercampur darah,
serviks mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnua pembuluh
darah kapiler, kan alis servikalis.
Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase:
a. Fase laten
Pembukaan serbiks berlangsung lambat, sampai pembukaan berlangsung 2
jam, cepat menjadi cm.
b. Fase aktik
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase:
1) Periode akselerasi: berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm
2) Periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan
berlangsung 2 jam, cepat menjadi 9 cm
3) Periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10cm
Akhir kala itu serviks mengalami dilatasi penuh, uterus serviks dan vagina
menjadi saluran yang continue, selaput ambil ruptur, kontraksi uterus kuat tiap
2- menit selama 50-60 detik untuk setiap kontraksi, kepala jamin turun ke
pelvis.
2. Kala II (pengeluaran janin)
His terkoodinir cepat dan lebih lama, Kira-kira 2-3menit sekali, kepala janin
telah turun dan masuk panggil, sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot
dasar panggil yang secara reflek menimbulkan rasa ingin meneran karena
tekanan pada regnum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus
membuka. Pada waktu his kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan
perineum merenggang. Dengan his mengeran yang terpimpin akan lahir dan
diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada promo 1,5-2 jam, pada multi 0,5
jam.
3. Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras
dengan fundus uteri sehingga pucat, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya.
Beberapa saat kemudian timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta
terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan
sedikit dorongan dari simpisis/fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30
menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran
darah kira-kira 100-200 cc.
4. Kala IV
Pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan
ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga
kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas
uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat oksitosin.

G. Mekanisme persalinan:
Janin dengan presentasi belakang kepala, ditemukan hampir sekitar 95% dari
semua kehamilan. Presentasi janin paling umum dipastikan dengan palpasi
abdomen dan kadangkala diperkuat sebelum atau pada saat awal persalinan
dengan pemeriksaan vagina (toucher). Pada kebanyakan kasus, presentasi
belakang kepala masuk dalam pintu atas panggil dengan sutura sagitalis
melintang.
Karena panggul mempunyai bentuk yang tertentu, sedangkan ukuran-ukuran
kepala bayi hampir sama besarnya dengan ukuran dalam panggul, maka jelas
bahwa kepala harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari pintu
atas panggul, maka hal ini akan mempersulit persalinan, karena diameter antara
posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu atas panggul. Sebaliknya pada
pintu bawah panggul, sutura sagitalis dalam jurusan muka belakang yang
menguntungkan karena ukuran terpanjang pada pintu bawah panggul iadalah
diameter antero posterior.
Gerakan-gerakan utama dari mekanisme persalinan adalah:
1. Penurunan kepala
2. Fleksi
3. Rotasi dalam (putaran paksi dalam)
4. Ekstensi
5. Ekspulsi
6. Rotasi luar (putaran paksi luar)

H. Partus Set
1. Bak instrumen, berfungsi sebagai tempat wadah untuk membawa alat steril
yang dibutuhkan saat persalinan.
2. ½ kotcher, berfungsi sebagai alat untuk memecahkan ketuban saat persalinan.
Pemecahan ketuban dilakukan jika kepala bayi sudah turun tetapi ketuban
belum pecah.
3. Gunting episiotomi, yang berfungsi untuk menggunting jalan lahir searah
jarum angka 5. Episiotomi dilakukan jika perineum kaku atau bayi yang
dilahirkan terlalu besar yang menyebabkan persalinan lama.
4. Klem arteri, ini ada yang lurus dan bengkok kegunaannya untuk menjepit atau
menekan sesuatu benda. Klem arteri bermanfaat untuk menghentikan
perdarahan pembuluh darah kecil yang tanpa menimbulkan kerusakan yang
tidak dibutuhkan.
5. Pinset cirugis, penggunaannya adalah untuk menjepit jaringan pada waktu
diseksi dan penjahitan luka memberi tanda pada kulit sebelum memulai insisi.
6. Pinset anatomis, penggunaanya adalah untuk menjepit kassa sewaktu menekan
luka menjepit jaringan yang tipis dan lunak.
7. Gunting lurus, yang berfungsi untuk mendorong benang heating pada robekan
jalan lahir.
8. Penjepit tali pusat, berfungsi untuk mengikat tali pusat supaya tidak terjadi
infeksi jika diikat menggunakan benang saja.
9. De lee, yaitu berfungsi untuk menghisap lendir yang ada di saluran pernafasan
bayi yang diakibatkan terkena air ketuban.
10. Kateter, berfungsi untuk mengeluarkan dan mengosongkan urin agar tidak
mengganggu kontraksi rahim saat persalinan
11. Gunting tali pusat, berfungsi sebagai alat untuk memotong pusat yang
menyatukan aliran darah ibu dengan bayi.
12. Handscoon, berfungsi sebagai alat perlindungan diri agar tidak terkena darah
dan virus dari luar. Sarung tangan ini biasanya dipakai oleh tenaga medis agar
terhindar dari infeksi serta mencegah terjadinya penularan kuman.

I. Proses Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan (SDKI, 2016)
a. Kala I
1) Nyeri melahirkan, berhubungan dengan:
a) Dilatasi serviks
b) Pengeluaran janin
2) Keletihan, berhubungan dengan:
a) Kondisi fisiologis: kehamilan
b) Persalinan
b. Kala II
1) Nyeri melahirkan, berhubungan dengan:
a) Dilatasi serviks
b) Pengeluaran janin
2) Risiko infeksi, berhubungan dengan:
a) Prosedur invasif
b) Peningkatan paparan ogranisme patogen lingkungan
c. Kala III
1) Resiko perdarahan, berhubungan dengan:
a) Komplikasi pasca partum: retensi plasenta
b) Tindakan pembedahan
2) Nyeri melahirkan, berhubungan dengan:
a) Dilatasi serviks
b) Pengeluaran plasenta
d. Kala IV
1) Risiko infeksi, berhubungan dengan:
a) Kerusakan integritas kulit: luka episiotomi proses persalinan
b) Peningkatan organisme patogen lingkungan
2) Risiko syok, berhubungan dengan:
a) Kekurangan volume cairan
b) Hipoksemia
c) Hipoksia
2. Rencana Keperawatan (SLKI, 2018) (SIKI, 2018)
a. Kala I
Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Nyeri Setelah dilakukan Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri
melahirkan intervensi selama 1x24 1. Identifikasi lokasi, 1. Mengetahui
jam maka tingkat nyeri karakteristik, durasi,
perkembangan nyeri
menurun, dengan frekuensi, kualitas,
kriteria hasil: skala, intensitas pasien
1. Keluhan nyeri nyeri 2. Mengurangi nyeri
terkontrol pada 2. Berikan terapi
dengan terapi
skala 4 (cukup nonfarmakologis
menurun) untuk mengurangi nonfarmakologis
2. Meringis terkontrol nyeri 3. Membantu
pada skala 4 (cukup 3. Anjurkan teknik
meredakan nyeri
menurun) nonfarmakologis
untuk mengurangi pasien
nyeri 4. Membantu
4. Kolaborasi dalam mengurangi nyeri
pemberian
analgesik, jika perlu dengan farmakologis

b. Kala II
Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Nyeri Setelah dilakukan Perawatan Persalinan Perawatan Persalinan
melahirkan intervensi selama 1x24 1. Monitor tanda-tanda 1. Mengetahui tanda-
jam maka status persalinan
tanda persalinan
intrapartum, dengan 2. Anjurkan teknik
kriteria hasil: nonfarmakologis 2. Mengurangi nyeri
1. Dilatasi serviks 3. Anjurkan ibu dengan terapi
terkontrol pada mengosongkan
nonfarmakologis
skala 4 (cukup kandung kemih
meningkat) 3. Agar tidak
2. Frekuensi terkontrol menghambat
pada skala 4 (cukup
kontraksi dan
menurun)
turunnya janin ke
jalan lahir
c. Kala III
Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Risiko Setelah dilakukan Perawatan Pasca Perawatan Pasca
Perdarahan intervensi selama 1x24 Persalinan Persalinan
jam maka status 1. Monitor fundus uteri
1. Mengetahui
intrapartum, dengan dan kontraksi
kriteria hasil: 2. Anjurkan teknik perkembangan
1. Dilatasi serviks nonfarmakologis persalinan plasenta
terkontrol pada untuk mengurangi
2. Mengurangi nyeri
skala 3 (sedang) nyeri
2. Perdarahan 3. Ajarkan cara dengan terapi
terkontrol pada perawatan perineum nonfarmakologis
skala 3 (sedang) yang tepat
3. Memberi rasa
4. Kolaborasi dalam
pemberian obat nyaman dan
misalnya inj mencegah infeksi
oksitosin 4. Membantu memicu
kontraksi rahim dan
meningkatkan
intensitasnya

d. Kala IV
Diagnosa Tujuan dan
Intervensi Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
Risiko infeksi Setelah dilakukan Perawatan Perineum Perawatan Perineum
intervensi selama 1x24 1. Monitor insisi atau 1. Mengetahui robekan
jam maka integritas robekan perineum
pada perineum dan
kulit dan jaringan misal episiotomi
meningkat, dengan 2. Bersihkan area pemulihan jaringan
kriteria hasil: perineum secara 2. Memberikan rasa
1. Kerusakan jaringan teratur
nyaman pada pasien
terkontrol pada 3. Pertahankan
skala 4 (cukup perineum tetap 3. Mencegah infeksi
menurun) kering pada perineum
2. Kerusakan lapisan 4. Ajarkan pasien dan
4. Mengetahui adanya
kulit terkontrol pada keluarga
skala 4 (cukup mengobservasi tanda abnormal pada
menurun) tanda abnormal pada perineum
3. Nyeri terkontrol perineum, misal
pada skala 4 (cukup infeksi, kemerahan, 5. Membantu mengatasi
menurun) pengeluaran cairan infeksi dengan obat
4. Perdarahan abnormal
terkontrol pada 5. Kolaborasi dalam
skala 4 (cukup pemberian
menurun) antiobiotik, jika
perlu

J. DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta:


EGC.
Masriroh, Siti. 2013. Keperawatan Obstetri & Ginekologi. Imperium:
Yogyakarta.
Perry & Potter. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses dan
praktik. Ed 4 Volume 1. Jakarta: EGC.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Ed 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Ed 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Ed 1. Jakarta: DPP PPNI.
Pukdiknakes, 2003 dalam Yanti & Sundawati 2011. Konsep Asuhan
Kehamilan. Jakarta: Pusdiknakes
Purwaningsih, Wahyu dkk. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas.
Jogjakarta: Nuha Medika.
Reeder, 2011. Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi dan
Keluarga. Jakarta: EGC
Rohmah, Nikmatur dkk. 2009. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi.
Jogjakarta : Arruzz Media.
Wiknjosastro H, 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai