Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

TINJAUAN TEORI

1.1. Tinjauan Medis


1.1.1. Pengertian
Persalinan menurut (Verney, 2010) adalah rangkaian proses yang
berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu yang dimulai dengan
kontraksi persalinan sejati yang ditandai dengan perubahan progresif dari
serviks dan diakhiri dengan pengeluaran plasenta.
Persalinan dan pelahiran adalah focus dan klimaks proses reproduksi.
Persalinan dan pelahiran adalah tantangan fisik dan emosional bagi ibu.
terdapat hubungan antara “power” uterus (kontraksi), “passage” jalan lahir
(tulang panggul dan jaringan lunak pada dasar panggul dan perineum) dan
“passenger” (janin). Setiap kontraksi meningkatkan dilatasi serviks uterus dan
penurunan janin (Debbi.Holmes,Philip.N.Baker, 2011;217)
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
didorong keluar melalui jalan lahir (Prawirohardjo, 2012).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba, 2014).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada
usia kehamilan cukup bulan(setalah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan dimulai(inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
mengakibatkan perubahan serviks (Depkes RI, 2015).
1.1.2. Etiologi (Reeder, 2013)
Apa yang menyebabkan terjadinya persalinan belum diketahui benar, yang ada
hanya merupakan teori – teori kompleks antara lain :
a. Teori penurunan hormon
Terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron pada 1-2 minggu
sebelum partus dimulai. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot
polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga
timbul his bila kadar progesteron turun.
b. Teori plasenta menjadi tua
Hal tersebut akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron
yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan
kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot
rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenta
d. Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terdapat ganglion servikale (fleksus frankenhauser). Bila
ganglion ini di geser atau di tekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul
kontraksi usus.
e. Induksi partus (Induction of labour)
Partus dapat ditimbulkan dengan jalan:
Gagang laminaria : Beberapa laminaria dimasukkan kedalam kanalis
servik alis dengan tujuan merangsang pleksus
frankenhauser.
Amniotomi : Pemecahan ketuban.
Oksitosin drip : Pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.

1.1.3. Klasifikasi
1.1.3.1 Macam-macam persalinan menurut Manuaba (2009; h. 144) adalah:
1. Persalinan spontan: Bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri.
2. Persalinan buatan: Bila persalinan dengan rangsangan sehingga terdapat
kekuatan untuk persalinan.
3. Persalinan anjuran: Yang paling ideal sudah tentu persalinan spontan karena
tidak memerlukan bantuan apapun yang mempunyai trauma persalinan yang
paling ringan sehingga kualitas sumber daya manusia dapat terjamin.

Macam-macam persalinan menurut Sulistyawati (2010) adalah:


1. Persalinan Spontan: Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
melalui jalan lahir ibu.
2. Persalinan Buatan: Proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
misalnya ektraksi vacum atau sectio caesaria (SC).
3. Persalinan Anjuran: Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi
baru berlansung setelah pemecahan selaput ketuban, pemberian pitocyn dan
prostaglandin.

Persalinan berdasarkan umur kehamilan dan berat janin dibedakan :


a. Abortus
Bila umur kehamilan kurang dari 20 minggu dan bila berat janin kurang
dari 500 gram
b. Persalinan Imaturus
Bila umur kehamilan kurang dari 28 minggu dan berat janin kurang dari
1000 gram
c. Persalinan Prematur
Bila umur kehamilan antara 28 – 36 minggu dan berat janin kurang dari
2499 gram.
d. Persalinan aterm atau cukup bulan
Persalinan yang terjadi pada kehamilan 36 – 42 minggu dan berat janin
lebih dari 2500 gram
e. Persalinan Serotinus
Persalinan yang terjadi pada kehamilan lebih dari 42 minggu dan janin
terdapat tanda – tanda post matur (keriput seperti orang tua, dan kulit
mengelupas).
f. Persalinan Praesipitatus
Suatu persalinan yang terjadi sangat cepat yaitu kurang dari 3 jam. Efek
pada bayi yaitu oksigen dan nutrisi berkurang sehingga pada bayi terjadi
hipoksia dan asfiksia, efek pada ibu adalah perdarahan.

1.1.3.2 Tanda-tanda Persalinan


a. Tanda persalinan sudah dekat.
Jika suatu persalinan akan terjadi maka akan menunjukkan suatu tanda yang
khusus sehingga dapat diketahui bahwa persalinan sudah dekat yaitu :
1) Terjadi Lightening
Menjelang kehamilan 36 minggu pada primigravida terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi mulai masuk PAP yang disebabkan
oleh :
- Kontraksi Braxton Hicks
- Ketegangan dinding perut
- Ketegangan ligamentum rotundum
- Gaya berat janin dimana kepala ke arah bawah
Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul dirasakan oleh ibu hamil :
- terasa ringan di bagian atas, rasa sesak berkurang
- di bagian bawah terasa sesak
- terjadi kesulitan saat berjalan
- sering miksi (beser kencing)
2) Terjadi his permulaan
Dengan makin tua kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesterone
makin berkurang, sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang
lebih sering, sebagai his palsu. Sifat his palsu (permulaan) :
- rasa nyeri ringan di bagian bawah
- datangnya tidak teratur
- tidak ada perubahan servik atau pembawa tanda
- durasinya pendek
- tidak bertambah bila beraktivitas
b. Tanda persalinan (Tanda Inpartu)
1) Terjadinya his persalinan Menurut Manuaba (2010;173)
His persalinan mempunyai sifat :
- Pinggang terasa sakit yang menjalar ke depan
- Sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin
besar
- Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks
- Makin beraktivitas (jalan) kekuatan makin bertambah
2) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda)
Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan :
- pendarahan dan pembukaan
- pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas
- Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah
3) Pengeluaran cairan
Pada permulaan persalinan sering ditandai oleh pecahnya ketuban dan
dengan ini diharapkan persalinan akan terjadi dalam 24 jam.
1.1.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
a. Power (His)
His atau kontraksi uterus adalah kekuatan kontraksi uterus karena otot-otot
polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna sifat His yang baik adalah
kontraksi simetris, fundus dominan, terkoordinasi dan relaksasi
(Ai.Nurasiah,dkk,2012;28). Pembagian His dan sifat-sifatnya adalah :
1) His pendahuluan adalah His yang sifatnya tidak kuat, datangnya tidak
teratur, menyebabkan keluarnya lendir darah.
2) His pembukaan (Kala I) adalah His yang menyebabkan pembukaan
serviks, kontraksi bersifat simetris, bagian fundus uteri sebagai pusat dan
mempunyai kekuatan yang paling besar, involunter artinya tidak dapat diatur
oleh ibu, intervalnya semakin lama semakin pendek, kekuatannya makin
besar dan pada kala II diikuti dengan reflek mengejan, kontraksi ini diikuti
retraksi artinya panjang otot rahim yang telah berkontraksi tidak akan
kembali ke panjang semula. Kontraksi rahim ini menimbulkan rasa sakit
pada pinggang, daerah perut, dan dapat menjalar ke paha
(Manuaba,2010;170).
3) His pengeluaran (Kala II) adalah His untuk mengeluarkan janin, sifatnya
sangat kuat, teratur, simetris dan terkoordinasi. Kekuatan His ini
menimbulkan putar paksi dalam, penurunan kepala atau bagian terendah
janin, menekan serviks dimana terdapat saraf fleksus Frankenhauser
sehingga terjadi reflex mengejan (Manuaba,2010;171).
4) His pelepasan plasenta (Kala III) adalah His yang kontraksi sedang untuk
melepaskan plasenta dari insersinya dan melahirkan plasenta.
5) His pengiring (Kala IV) adalah His yang sifat kontraksinya tetap kuat,
kekuatan kontraksi ini tidak diikuti oleh interval pembuluh darah tertutup
rapat dan terjadi kesempatan membentuk trombus. Melalui kontraksi yang
kuat dan pembentukan thrombus terjadi penghentian pengeluaran darah post
partum.

b. Passage (Jalan Lahir)


Menurut Manuaba (2010;373) jalan lahir merupakan komponen penting
dalam proses persalinan yang terdiri dari jalan lahir tulang dan jalan lahir
lunak. Jalan lahir merupakan komponen yang tetap, artinya dalam konsep
obstetric modern tidak diolah untuk dapat melancarkan proses persalinan
kecuali jalan lunak pada keadaan tertentu tanpa membahayakan janin.

c. Passenger (Penumpang)
Menurut Manuaba (2010;374) kepala janin merupakan bagian penting dalam
prose persalinan dan memiliki cirri sebagai berikut :
1) Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besarnya lahir, maka bagian
lainnya akan mudah lahir.
2) Persendian kepala berbentuk kogel, sehingga dapat digerakkan kesegala
arah dan memberikan kemungkinan untuk melakukan putar paksi dalam.
3) Letak persendian kepala sedikit kebelakang, sehingga kepala melakukan
fleksi untuk putar paksi dalam.

1.1.3.4 Tahapan Persalinan


a. Kala I
Menurut Mochtar (2011;71) inpartu atau mulainya persalinan ditandai
dengan keluarnya lender bercampur darah karena serviks mulai membuka
(dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah berasal dari pecahnya pembuluh
darah kapiler disekitar kanalis servikalis akibat pergeseran ketika serviks
mendatar dan membuka. Pada primigravida serviks diawali dengan
mengalami pendataran kemudian pembukaan atau berdilatasi dan
berlangsung antara 13-14 jam. Sedangkan pada multigravida mendatar dan
membuka dapat terjadi bersamaan dan berlangsung antara 6-7 jam. Kala I
dibagi atas dua fase yaitu :
1) Fase laten yaitu pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai
pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.
2) Fase aktif yaitu berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas tiga subfase
yaitu :
a) Periode akselerasi : berlangsung dalam 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm.
b) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm.
c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan
menjadi 10 cm.
b. Kala II
Pada kala pengeluaran janin, His terkoordinasi kuat, cepat dan lebih lama.
Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung reflex yang
menimbulkan rasa mengedan. Karena tekanan pada rectum, ibu merasakan
seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu His
kepala janin mulai tampak, vulva membuka, dan perineum meregang.
Dengan his dan mengedan yang terpimpin akan lahir kepala, diikuti oleh
seluruh badan janin. Kala II pada primigravida berlangsung selama satu
setengah jam sampai dua jam dan pada multigravida berlangsung setengah
jam sampai satu jam.

c. Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat dan
berisi plasenta yang mnjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa
saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10
menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan lahir
spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri.
Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah antara 100-200 cc
(Mochtar,2011;73).

d. Kala IV
Menurut Manuaba (2010;191) pimpinan kala IV terutama observasi ketat,
Karena bahaya perdarahan primer post partum terjadi pada dua jam pertama.
Observasi yang dilakukan adalah :
1) Kesadaran penderita, mencerminkan kebahagiaan karena tugasnya untuk
melahirkan bayi telah selesai
2) Pemeriksaan yang dilakukan adalah tekanan darah, nadi, pernafasan, dan
suhu, kontraksi rahim yang keras, perdarahan yang mungkin terjadi dari
plasenta rest, luka episiotomy, perlukaan pada serviks, kandung kemih
dikosongkan karena dapat mengganggu kontraksi rahim.
3) Bayi yang telah dibersihkan diletakkan disamping ibunya agar dapat
memulai pemberian asi.
4) Observasi dilakukan selama 2 jam dengan interval pemeriksaan setiap 15
menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua.
6. Mekanisme Persalinan Normal
Menurut Debbi Holmes, Philip N Baker (2011;224) mekanisme persalinan
mengacu pada serangkaian perubahan posisi dan sikap yang diambil janin
selama perjalanannya melalui jalan lahir. Mekanisme persalinan yang
dijelaskan disini adalah untuk persentasi vertex dan panggul ginekoid.
Hubungan kepala dan tubuh janin dengan panggul ibu berubah saat janin
turun melalui panggul. Hal ini sangat penting sehingga diameter optimal
tengkorak janin ada pada setiap kala penurunan.
a. Engagement
Kepala biasanya masuk ke panggul pada posisi transversal atau pada
beberapa posisi yang sedikit berbeda dari posisi ini sehingga memanfaatkan
diameter terluas panggul. Engagement dikatakan terjadi ketika bagian terluas
dari bagian persentasi janin berhasil masuk ke pintu atas panggul. Bilangan
perlimaan kepala janin yang dapat dipalpasi melalui abdomen sering
digunakan untuk menggambarkan apakah engagement telah terjadi. Jika
lebih dari dua perlima kepala janin dapat dipalpasi melalui abdomen, kepala
belum mengalami engagement.
b. Penurunan
Selama kala satu persalinan, kontraksi dan retraksi otot uterus memberikan
tekanan pada janin untuk turun. Proses ini dipercepat dengan pecah ketuban
dan upaya ibu untuk mengejan.
c. Fleksi
Ketika kepala janin turun menuju rongga tengah panggul yang lebih sempit,
fleksi meningkat. Fleksi ini merupakan gerakan pasif, sebagian karena
struktur disekitarnya, dan penting dalam meminimalkan diameter presentasi
kepala janin untuk memfasilitasi perjalanannya melalui jalan lahir. Tekanan
pada aksis janin akan lebih cepat disalurkan ke oksiput sehingga
meningkatkan fleksi.
d. Rotasi internal
Jika kepala fleksi dengan baik, oksiput akan menjadi titik utama dan saat
mencapai alur yang miring pada otot levator ani, kepala akan didorong untuk
berotasi secara anterior sehingga sutura sagital terletak di diameter enterior-
posterior pintu bawah panggul (yaitu diameter terluas).
e. Ekstensi
Setelah rotasi internal selesai, oksiput berada dibawah simfisis pubis dan
fontanela anterior berada dekat batas bawah sacrum. Jaringan lunak
perineum masih memberikan resistansi dan dapat mengalami trauma dalam
proses ini. Kepala yang fleksi sempurna mengalami ekstensi, dengan oksiput
keluar dari bawah simfisis pubis dan mulai mendistensi vulva. Hal ini
dikenal dengan crowning kepala.
f. Restitusi
Restitusi adalah lepasnya putaran kepala janin, yang terjadi akibat rotasi
internal. Restitusi adalah sedikit rotasi oksiput melalui seperdelapan
lingkaran (450). Saat kepala dilahirkan, oksiput secara langsung berada di
bagian depan.segera setelah kepala keluar dari vulva, kepala mensejajarkan
dirinya sendiri dengan bahu, yang memasuki panggul dengan posisi oblik
(miring) (Debbi.Holmes,Philip.N.Baker;2011;225).
g. Rotasi eksternal
Bahu bayi harus berotasi ke bidang anterior-posterior agar dapat dilahirkan.
Saat ini terjadi, oksiput berotasi melalui seperdelapan lingkaran lebih lanjut
ke posisi transversal. Ini disebut rotasi eksternal.
h. Pelahiran bahu dan tubuh janin
Ketika restitusi dan rotasi eksternal terjadi bahu akan berada dalam bidang
anterior-posterior. Bahu anterior berada dibawah simfisis pubis dan lahir
pertama kali dan bahu posterior lahir berikutnya.

1.1.4 Patofisiologi
Proses persalinan terjadi karena adanya tekanan kepala bayi, keregangan otot
rahim, penurunan progesteron, peningkatan oksitosin, peningkatan
prostaglandin sehingga menyebabkan kontraksi uterus dimana kontraksi
uterus dapat menyebabkan kelelahan pada ibu dan mengakibatkan deficit
volume cairan. Saat kontraksi uteru, kepala janin sudah masuk pintu panggul
secara reflektoris. Saat kepala janin masuk pintu panggul terjadi penurunan
kepala janin dan menyebabkan pembukaan servik yang mengakibatkan ibu
merasakan nyeri pada area vagina. Nyeri tersebut menimbulkan rasa ingin
mengejan. Apabila ibu mengejan dengan salah dan tidak terpimpin, maka
akan menyebabkan resiko tinggi cidera janin. Pada saat mengejan, terjadi
peregangan perineum. Apabila proses mengejan dilakukan secara terpimpin
maka keluarlah kepala janin dan seluruh tubuh. Pada peregangan perineum
terjadi robekan jalan lahir yang harus dilakukan heatcing sehingga
menimbulkan nyeri dan menghambat aktivitas ibu. Dan robekan jalan lahir
sangat berpotensi untuk terjadinya resiko tinggi infeksi

Pathway :

Tekanan kepala bayi, ketegangan otot rahim,


penurunan progesteron, peningkatan oksitosin

Kontraksi uterus Kelelahan

Kepala janin masuk pintu Deficit/Kekurangan


panggul secara reflektoris Volume Cairan

Penurunan kepala janin

Pembukaan servik
Nyeri

Rasa mengejan Proses persalinan

Dorongan fisiologis Peregangan perineum


Ansietas

Resiko Tinggi Dengan mengejan Robekan jalan lahir


Cidera Janin terpimpin, keluar kepala
dan seluruh tubuh
Nyeri
Bayi lahir
ResikoTinggi
Luka heatching Infeksi

Gangguan ADL

Intoleransi
Aktivitas

1.1.5 Mekanisme Persalinan


a. Pada permulaan persalinan kepala anak tepat di atas PAP (engangement)
dengan posisi ubun – ubun depan dan belakang sama tinggi
(synclitismus).Ubun – ubun depan tertahan simpisis sehingga ubun – ubun
belakang lebih rendah karena bagian belakang ada lengkung sacrum
(asinclitismus posterior)
b. Dengan adanya his, kepala makin turun sehingga tekanan simphisis terlepas
dan kepala berputar lagi sampai ubun – ubun depan dan ubun – ubun
belakang sama tinggi (sinclytismus)
c. Akhirnya sampai pada pintu bawah panggul dngan posisi kepala ubun –
ubun depan lebih rendah (asynclitismus anterior) sehingga posisi kepala
dalam keadaan fleksi.
d. Karena ruangan pintu bawah panggul lebih longgar dan lunak kepala
mengadakan putar paksi dalam sehingga ubun – ubun kecil berada di bawah
symphisis, saat ini terjadi moulase kepala janin.
e. Dengan kekuatan his dan mengejan kepala makin maju dan mengadakan
ekstensi dan defleksi (membuka pintu) dengan ubun – ubun kecil sebagai
hipomuclion (pusat putaran) dan lahirlah UUB, dahi, muka dan kepala
seluruhnya.
f. Kemudian kepala mengadakan putar paksi luar (restitusi) sesuai dengan letak
punggung.
g. Selanjutnya melahirkan badan anak
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher/VT)
b. Patograf
c. Pemeriksaan status obstetric : letak, posisi janin, DJJ, HIS
d. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan urine, pemeriksaan darah
1.1.7 Penatalaksanaan
a. Bantu ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan,
berilah dukungan dan keyakinan dirinya, berikan informasi mengenai proses
dan kemajuan persalinannya
b. Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang dapat
diberikan
c. Persiapkan semua alat untuk persalinan biasa.
1.1.8 60 Langkah Prosedur Persalinan Normal
I. MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA
1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran.
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina.
c. Perineum tampak menonjol.
d. Vulva dan sfingter ani membuka.
II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN
2. Pastikan perlengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
Untuk resusitasi → tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk/kain
bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60
cm di atas tubuh bayi.
a. Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi sertaganjal bahu bayi.
b. Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
partus set.
3. Pakai celemek plastic
4. Melepaskan dan menyimpan semua persalinan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue
atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa
dalam.
6. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik.
Gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril(pastikan tidak
terjadi kontaminasi pada alat suntik).
III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN
BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke
belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari arah depan kebelakang
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5 % langkah #9)
8. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kedalma larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan
rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci
kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan
10.Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit)
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-
hasil penilaian serta asuhan laiinya pada partograf
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU
PROSES BIMBINGAN MENERAN
11.Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan
bantuibu dalam memnemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan
kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan
dokumentasikan semua temuan yang ada.
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
12.Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu keposisi setengah duduk
atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13.Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk
meneran.
a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai.
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai keinginannya (kecuali
posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama).
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e. Anjurkan keluarga memberikan dukungan dan semangat untuk ibu.
f. Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum).
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera laghir setelah 120 menit
(2jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1jam) meneran (multigravida).
i. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
14.Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala
bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
15.Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu.
16.Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
17.Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
18.Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
dilindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi
dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau
bernafas cepat dan dangkal.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kasa atau kain
yang bersih
20.Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai
jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran.
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala
bayi
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong di antara dua klem tersebut.
21.Tunggu kepala bayi melakukan putara paksi luar secara spontan.
Lahirnya Bahu
22.Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala ke
arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya Badan dan Tungkai
23.Setalah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24.Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukan telunjuk diantara
kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainya).
V. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25.Lakukan penilaian (selintas):
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah air ketuban jernih, tidak tercampur mekonium?
c. Apakah bayi mengangis kuat dan/ atau bernafas tanpa kesulitan?
d. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK”, lanjut ke langkah resusitasi pada
afiksia bayi baru lahir (melihat penuntun berikutnya).
Bila semua jawaban “YA”,lanjut ke no 26.
26.Keringkan Tubuh Bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, dan bagian tubuh lainya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain kering.
Biarkan bayi di atas perut bayi.
27.Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusar dengan klemkira-kira 3 cm dari
pusar bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal(ibu) dan jepit kembali tali
pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
28. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yag telah di jepit dan lakukan
pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.
29. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kainatau selimut
yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka.
30.Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakkan bayi tengkurap ndi dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara
ibu dengan posisi lebih rendah dari puting ibu.
VI. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
31. Meletakkan kain bersih dan kering.Periksa kembali uterus untuk memeriksa
tidak adalagi bayi dalam uterus (hamil tunggal).
32.Beri tahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
33.Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan
oksitosin).
34.Pindahkan klem pada tali pusat hingga jarak 5-10 cm dari vulva.
35.Letakakan satu tangan di atas kain pada perut ibu. Di tepi atas siminalis, untuk
mendeteksi. Tangan lain memegang tali pusat.
36.Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-
hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga
untuk melakukan stimulasi puting susu.
37.Mengeluarkan plasenta
Terlepas, lakukan penegangan dan dorongan dorsal-kranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik talipusat dengan arah
sejajr lantai dan kemudian ke arah atasa, mengikuti porors jalan lahir
a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjalan sekitar 5-
10cm dari vulva dan lahirkan plasenta
b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat.
1) Beri dosis ulang oksitosin 10 unit IM
2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi
perdarahan, segera lakukan plasenta manual
38.Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian
lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan untuk
klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
39.Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan
melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15
detik masase.
VII. MENILAI PERDARAHAN
40.Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau
tempat khusus
41.Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan
42. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut
dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang
bersih dan kering.
44. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali
pusat sekitar 1 cm dari pusat.
45. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan
simpul mati yang pertama.
46.Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %.
47.Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk
atau kainnya bersih atau kering.
48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam :
• 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
• Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
• Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
• Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang
sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan
dengan anesthesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
50. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan
memeriksa kontraksi uterus.
51. Mengevaluasi kehilangan darah.
52. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan.
• Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama
pasca persalinan.
• Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Kebersihan dan Keamanan
53.Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
54.Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
55.Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
56.Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
57.Dekontaminasi tempat bersalin dengan lsrutan klorin 0,5%.
58.Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59.Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dokumentasi
60.Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV.

1.1.9 Komplikasi
Komplikasi persalinan terdiri dari persalinan macet, ruptura uteri, infeksi
atau sepsis, perdarahan, ketuban pecah dini (KPD), malpresentasi dan malposisi
janin.
1. Persalinan macet
Pada sebagian besar penyebab kasus persalinan macet adalah karena tulang
panggul ibu terlalu sempit atau gangguan penyakit sehingga tidak mudah
dilintasi kepala bayi pada waktu bersalin. Beberapa faktor yang mempengaruhi
kontraktilitas uterus sehingga berpengaruh terhadap lamanya persalinan kala
satu adalah:
a. Umur
b. Paritas
c. Konsistensi serviks uteri
d. Berat badan janin
e. Faktor psikis
f. Gizi dan anemia
2. Ruptura Uteri
Ruptura uteri atau sobekan uterus merupakan peristiwa yang sangat berbahaya,
yang umumnya terjadi pada persalinan kadang-kadang terjadi pada kehamilan
terutama pada kehamilan trimester dua dan tiga. Robekan pada uterus dapat
ditemukan oleh sebagian besar pada bawah uterus. Pada robekan ini kadang-
kadang vagina bagian atas ikut serta pula.
3. Infeksi atau sepsis
Wanita cenderung mengalami infeksi saluran genital setelah persalinan dan
abortus. Kuman penyebab infeksi dapat masuk ke dalam saluran genital dengan
berbagai cara, misalnya melalui penolong persalinan yang tangannya tidak
bersih atau menggunakan instrumen yang kotor. Infeksi juga berasal dari debu
atau oleh ibu itu sendiri yang dapat memindahkan organisme penyebab infeksi
dari berbagai tempat, khususnya anus. Pemasukan benda asing ke dalam vagina
selama persalinan seperti jamur, daun-daunan, kotoran sapi, lumpur atau
berbagai minyak, oleh dukun beranak juga merupakan penyebab infeksi.
Akibatnya infeksi menjadi salah satu penyebab kematian ibu di negara
berkembang dan infeksi ini ternyata tinggi pada abortus ilegal.
4. Malpresentasi dan malposisi
Adalah keadaan dimana janin tidak berada dalam presentasi dan posisi yang
normal yang memungkinkan terjadi partus lama atau partus macet. Diduga
malpresentasi dan malposisi kehamilan akan mempunyai akibat yang buruk jika
tidak memperhatikan cara dalam melahirkan. Pada kelahiran kasus ini harus
ditangani di Rumah Sakit atau Pelayanan kesehatan lain yang mempunyai.
fasilitas yang lebih lengkap dan sebaiknya anestesia telah disediakan dan
kemampuan untuk melakukan sectio caesaria harus sudah ada di tangan.
5. Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput secara spontan disertai keluarnya
cairan berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu, 1 jam atau
lebih sebelum proses persalinan berlangsung. Penyebab pecahnya selaput
ketuban secara pasti belum diketahui, tetapi beberapa bukti menunjukkan
bahwa bakteri atau sekresi maternal yang menyebabkan iritasi dapat
menghancurkan selaput ketuban, dan KPD pada trimester kedua mungkin
disebabkan oleh serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi.

1.2 Tinjauan Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
a. Aktivitas/ istirahat:
Monitor adanya kelelahan, ketidakmampuan melakukan relaksasi sendiri,
letargi dan adanya lingkaran hitam dibawah mata.
b. Sirkulasi:
Adanya peningkatan tekanan darah 5-10 mmHg diantara kontraksi
c. Integritas ego:
Berkurangnya kemampuan dalam mengontrol dan berespon terhadap
emosi, dapat diMonitor dari rentang dari perasaan fear, irritation, relief,
dan joy.
d. Eliminasi:
Monitor adanya keinginan defekasi yang involunter pada kontraksi,
kemungkinan adanya distensi kandung kemih, dan rabas fekal saat
mengejan.
e. Nyeri/ ketidaknyamanan:
Monitor apakah terdapat penurunan kesadaran diantara kontraksi karenan
nyeri seperti rasa terbakar pada perineum, kontraksi uterus kuat, meringis
selama kontraksi, adanya kemungkinan pasien melawan kontraksi karena
tidak ikut latihan persalinan saat ANC.
f. Pernapasan:
Frekuensi pernapasan meningkat
g. Keamanan :
Disforesis, bradikardia janin dapat terjadi selama kontraksi
h. Seksualitas :
Servik dilatasi penuh, bertambahnya perdarahan pervagina, perineum
menonjol, selaput ketuban pecah, dan peningkatan pengeluaran cairan
amnion selama kontraksi

1.2.2 Rencana Asuhan Keperawatan


a. Diagnosa keperawatan : nyeri akut berhubungan dengan agens cedera
fisik:trauma akibat persalinan
Nyeri akut (000132)
Definisi : Definisi : Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan
sebagai kerusakan (International Association the Study of Pain); awitan yang tiba
tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat di
antisipasi atau diprediksi.

Batasan karakteristik Faktor yang berhubungan


 Bukti nyeri dengan  Agens cedera biologis (mis.,
menggunakan standar daftar infeksi, iskemia, neoplasma)
periksa nyeri untuk pasien yang  Agens cedera fisik (mis., abses,
tidak dapat amputasi, luka bakar, terpotong,
mengunggkapkannya (mis., mengangkat berat, prosedur
Neonatal Infant Pain Scale, Pain bedah, trauma, olahraga
Assesment Checklist for Senior berlebihan)
with Limited Ability to  Agens cedera kimiawi (mis., luka
Communicate) bakar, kapsaisin, metilen klorida,
 Diaforesis agens mustard)
 Dilatasi pupil
 Ekspresi wajah nyeri (mis., mata
kurang bercahaya, tampak
kacau, gerakan mata berpencar
atau tetap pada satu fokus,
meringis)
 Fokus menyempit (mis.,
persepsi waktu, proses berpikir,
interaksi dengan orang dan
lingkungan)
 Fokus pada diri sendiri
 Keluhan tentang intensitas
menggunakan standar skala
nyeri (mis., skala Wrong-Baker
FACES, skala analog vasual,
skala penilaian numerik)
 Keluhan tentang karakteristik
nyeri dengan menggunakan
standar instrumen nyeri (mis.,
McGiLL Pain Questionnaire,
Brief Pain Inventory)
 Laporan tentang perilaku
nyeri/perubahan aktivitas (mis.,
anggota keluarga, pemberi
asuhan)
 Mengekspresikan perilaku (mis.,
gelisah, merengek, menangis,
waspada)
 Perilaku distraksi
 Perubahan pada parameter
fisiologi (mis., tekanan darah,
frekuensi jantung, frekuensi
pernapasan, saturasi oksigen,
dan end tidal karbon dioksida
[CO2])
 Perubahan posisi untuk
menghindari nyeri
 Perubahan selera makan
 Putus asa
 Sikap melindungi area nyeri
 Sikap tubuh melindungi

NOC :Tingkat Nyeri................................................................................Kode: 2102


Definisi : Keparahan dari nyeri yang diamati atau dilaporkan
Berat Cukup Sedang Ringan Tidak
Berat ada
SKALA OUT OUTCOME
SKALA COME 1 2 3 4 5 NA
KESELURUHAN
KESELURUH HAN
INDIKATOR
210201 Nyeri yang 1 2 3 4 5 NA
dilaporkan
210204 Penjangnya 1 2 3 4 5 NA
episode nyeri
210221 Menggosok area 1 2 3 4 5 NA
yang terkena
dampak
210217 Mengerang dan 1 2 3 4 5 NA
menangis
210206 Ekspresi nyeri 1 2 3 4 5 NA
wajah
210208 Tidak bisa 1 2 3 4 5 NA
beristirahat
210222 Agitasi 1 2 3 4 5 NA
210223 Iritabilitas 1 2 3 4 5 NA
210224 Mengernyit 1 2 3 4 5 NA
210225 Mengeluarkan 1 2 3 4 5 NA
keringat
210226 Berkeringat 1 2 3 4 5 NA
berlebihan
210218 Mondar mandir 1 2 3 4 5 NA
210219 Focus menyempit 1 2 3 4 5 NA
210209 Ketegangan otot 1 2 3 4 5 NA
210215 Kehilangan nafsu 1 2 3 4 5 NA
makan
210227 Mual 1 2 3 4 5 NA

210228 Intoleransi 1 2 3 4 5 NA
makanan
210210 Frekuensi nafas 1 2 3 4 5 NA

210211 Denyut jantung 1 2 3 4 5 NA


apical
210220 Denyut nadi 1 2 3 4 5 NA
radikal
210212 Tekanan darah 1 2 3 4 5 NA
210214 Berkeringat 1 2 3 4 5 NA

NIC :Manajemen Nyeri...........................................................................Kode : 1400


Definisi : pengurangan ataau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyemanan yang
dapat diterima oleh pasien.
Aktivitas-aktivitas  Kurangi atau eliminasi faktor-
 Lakukan pengkajian nyeri faktor yang dapat
komprehensif yang meliputi mencetuskan atau
lokasi meningkatkan nyeri(misalnya,
,karekteristik,onset/durasi, ketakutan , kelelahan,keadaan
frekuensi, kualitas, intensitas monoton dan kurang
atau beratnya nyeri dan faktor pengetahuan)
pencetus  Pertimbangkan keinginann
 Observasi adanya petunjuk pasien untuk berpartisipasi,
nonverbal mengenai ketidak- kemampuan berpaartisipasi,
nyamanan terutama pada kecenderungan, dukungan
mereka yang tidak bisa dari orang terdekat terhadap
berkomunikasi secara efektif dan kontraindikasi ketika
 Pastikan perawatan analgesic memilih strategi penurunan
bagi pasien dilakuka dengan nyeri
pemantauan yang ketat  Pilih dan implementasikan
 Gunakan strategi komunikasi tindakan yang beragam
terapeutik untuk mengetahui (misalnya,farmakologi,
pengalaman nyeri dan nonfarmakologi,
sampaikan penerimaan pasien interpersonal) untuk
terhadap nyeri memfasilitasi penurunan
 Gali pengetahuan dan nyeri, sesuai dengan
kepercayaan pasien mengenai kebutuhan
nyeri  Ajarkan prinsip-prinsip
 Perhatikan pengaruh budaya manajemen nyeri
terhadap respon nyeri  Pertmbangkan tipe dan
 Tentukan akibat dari sumber nyeri ketika memilih
pengalaman nyeri terhadap strategi penurunn nyeri
kualitashidup pasien (misalnya,  Dorong pasien untuk
tidur, nafsu makan, pengertian, memonitor nyeri dan
perasaan , hubungan peforma menangani nyerinya dengan
kerja, dan tanggung jawab tepat
peran)  Ajarkan penggunaan teknik
 Gali bersama pasien faktor- nonfarmakologi (seperti,
faktor yang dapat menurunkan biofeed back. TENS,
atau memperberat nyeri hypnosis, relaksasi,
 Evalasi pengalaman nyeri bimbingan antisipasif, terapi
dimasalaluyang meliputi music, terapi bermain,, terapi
riwayat nyeri kronik individu aktifitas, akupressur, aplikasi
atau keluarga atau nyeri yang panas/dingin dan pijatan,
menyebabkan sebelum , sesudah dan jika
disability/ketidakmampuan/kec memungkinkan , ketika
acatan, dengan tepat melakukan aktifitas yang
 Evaluasi bersama pasien dan menimbulkan nyeri, sebelum
tim kesehatan lain mengenai nyeri terjadi atau meningkat
efektivitas tindakan dan bersamaan dengan
pengontrolan nyer yang pernah tindakan penurunan rasa nyeri
di lakukan sebelumnya lainnya)
 Bantu keluarga dalam mencari  Gali penggunaan metode
dan menyediakan dukungan farmakologi yang di pakai
 Gunakan metode penilaian yang pasien saat ini untuk
sesuai dengan tahapan menurunkan nyeri
perkembangan yang  Ajarkan metodefarmakologi
memungkinkan untuk untuk menurunkan nyeri
meonitoring perubahan nyeri  Dorong pasien menggunakan
yang akan dapat membantu obat-oobatan penurun nyeri
mengidentifikasi faktor yang adekuat
pencetus actual dan potensial  Kolaborasi dengan pasien,
(missal, catatan perkembangan orang terdekat dan tim
dan catatan harian) kesehatan lainnya untuk
 Tentukan kebutuhan frekuensi memilih dan
untuk melakukan pengkajian mengimplementasikan
ketidaknyamanan pasien dan tindakan penurunan nyeri
mengimplementasikan rencana nonfarmakologi sesuai
monitor kebutuhan
 Berikan informasi mengenai  Beriakn individu penurun
nyeri , seperti penyebab nyeri, nyeri yang optimal dengan
berapa lama nyeri akan peresepan analgesic
dirasakan , dan antisipasi dari  Implementasikan penggunaan
ketidak-nyamanan akibat pasien – -terkontrol analgesic
prosedur (PCA), jika sesuai
 Kendalikan faktor lingkungan  Gunakan tindakan pengontrol
yang dapat mempengaaruhi nyeri sebelum nyeri
respon pasien terhadap bertambah berat
ketidaknyamanan (misalnya,  Berikan obat sebelum
suhu, ruangan , pencaahayaan, melakukan aktivitas untuk
suara bising) meningkatkan partisipasi,
 Informasikan tim kesehatan lain namun (lakukan) evaluasi
atau anggota keluarga mengenai (mengenai) bahaya dari sedasi
strategi nonfarmakologi yang  Pastikan pemberian analgesic
sedang di gunakan untuk dan atau strategi
mendorong pendekatan nonfarmakologi sebelum
preventif terkait dengan dilakukan prosedur yang
manajemen nyeri menimbulkan nyeri
 Gunakan pendekata multi  Periksa tingkat ketidak
disiplin untu manajemen nyeri , nyamanan bersama pasien ,
jika sesuai catat perubahan pada catatan
 Pertimbangkan untuk merujuk medis pasien , informasikan
pasien keluarga dan orang petugas kesehatan lain yang
terdekat pada kelompok merawat pasien
pendukung dan sumber-sumber  Evaluasi keefektifan dan dari
lainnya sesuai kebutuhan tindakan pengontol nyeri yang
 Berikan informasi yang akurat di pakai selama pengkajian
untuk meningkatkan
pengetahun dn respon keluarga nyeri dilakukan
terhadap pengalaman nyeri  Mulai dan modifikasi
 Libatkan keluarga dalam tindakan pengontrolan nyeri
modalitas penurunan nyeri, jika berdasarkan respon pasien
memungkinkan  Dukung istirahaat atau tidur
 Monitor kepuasan pasien yang adekuat untuk
terhadap manajeman nyeri membantu penurunan nyeri
dalam interval yang spesifik  Dorong pasien untuk
mendiskusikan pengalaman
nyerinya sesuai kebutuhan
 Beri tahu dokter jika tindakan
tidak berhasil dan jika keluhan
pasien saat ini berubah
signifikan dari pengalaman
nyeri sebelum nya

b. Diagnosa keperawatan : hambatan berjalan berhubungan dengan nyeri


akibat persalinan
Hambatan berjalan 00088
Definisi : keterbatasan pergerakan mandiri didalam lingkungan menggunakan
kaki
Batasan Karakteristik: Faktor yang Berhubungan:
 Hambatan kemampuan  Deconditioning fisik
berjalan dijalan menanjak  Gangguan keseimbangan
 Hambatan kemampuan  Gangguan kognitif
berjalan dijalan menurun  Gangguan mood
 Hambatan kemampuan  Gangguan musculoskeletal
berjalan dipermukaan tidak  Gangguan neuromuscular
rata
 Hambatan kemampuan  Gangguan penglihatan
menaiki tangga  Kekuatan otot tidak memadai
 Hambatan kemampuan  Kendala lingkungan (mis., tangga,
menyusuri tepi jalan tanjakan, permukaan tidak rata,
 Tidak mampu berjalan dengan rintangan, jarak, kurang alat bantu)
jarak tertentu  Kurang pengetahuan tentang
strategi mobilisasi
 Nyeri
 Obesitas
 Penurunan endurance
 Takut jatuh

NOC
Ambulasi : kursi roda 0201
Definisi : Tindakan personal untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain
dengan menggunakan kursi roda
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
tergang tergang tergang tergang tergangg
gu gu gu gu u
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN
Indikator
020101 Berpindah ke
dan dari kursi 1 2 3 4 5
roda
020102 Menjalankan
kursi roda 1 2 3 4 5
dengan aman
020103 Menjalankan 1 2 3 4 5
kursi roda
dalam jarak
dekat
020104 Menjalankan
kursi roda
1 2 3 4 5
dalam jarak
sedang
020105 Menjalankan
kursi roda
1 2 3 4 5
dalam jarak
jauh
020106 Menjalankan
kursi roda
melewati 1 2 3 4 5
pembatas
lantai
020107 Menjalankan
kursi roda
1 2 3 4 5
melewati pintu
keluar masuk
020108 Menjalankan
kursi roda
1 2 3 4 5
melewati jalan
yang landai

NOC
Pergerakan 0208
Definisi : kemampuan untuk bisa bergerak bebas ditempat dengan atau tanpa
alat bantu
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
tergang tergang tergang tergang tergangg
gu gu gu gu u
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5
KESELURUHAN
Indikator
020801 Keseimbanga
1 2 3 4 5
n
020809 Koordinasi 1 2 3 4 5
020810 Cara berjalan 1 2 3 4 5
020803 Gerakan otot 1 2 3 4 5
020804 Gerakan sendi 1 2 3 4 5
020802 Kinerja
pengaturan 1 2 3 4 5
tubuh
020805 Kinerja
1 2 3 4 5
transfer
020811 Berlari 1 2 3 4 5
020812 Melompat 1 2 3 4 5
020813 Merangkak 1 2 3 4 5
020806 Berjalan 1 2 3 4 5
020814 Bergerak
1 2 3 4 5
dengan mudah

NIC
Terapi latihan : Ambulasi 0221
Definisi : peningkatan dan bantuan berjalan untuk menjaga atau
mengembalikan fungsi tubuh otonom dan volunteer selama pengobatan dan
pemulihan dari penyakit atau cedera
Aktivitas-aktivitas :  Terapkan/sediakan alat bantu
 Beri pasien pakaianyang untuk ambulasi, jika pasien
tidak mengekang tidak stabil
 Bantu pasien untuk  Bantu pasien dengan ambulasi
menggunakan alas kaki awal dan jika diperluakan
yang memfasilitasi pasien  Instruksikan pasien mengenai
untuk berjalan dan pemindahan dan teknik
mencegah cedera ambulasi yang aman
 Sediakan tempat tidur  Monitor pengguanan kruk
berketinggian rendah, yang pasien/alat bantu berjalan
sesuai lainnya
 Tempatkan saklar posisi  Bantu pasien untuk berdiri dan
tempat tidur ditempat yang ambulasi dengan jarak tertentu
mudah dijangkau dan dengan sejumlah staf
 Dorong untuk duduk tertentu
ditempat tidur atau dikursi,  Bantu pasien untuk
sebagaimana yang dapat membangun pencapaian yang
ditoleransi realistis untuk ambulasi jarak
 Bantu pasien untuk duduk  Dorong pasien untuk bangkit
disisi tempat tidur untuk sebanyak dan sesering yang
memfasilitasi penyesuaian diinginkan
sikap tubuh
 Konsultasikan pada ahli
terapi fisik mengenai
rencana ambulasi, sesuai
kebutuhan
 Instruksikan ketersediaan
perangkat pendukung, jika
sesuai
 Instruksikan pasien untuk
memposisikan diri
sepanjang proses
pemindahan
 Gunakan sabuk untuk
berjalan untuk membantu
perpindahan dan ambulasi,
sesuai kebutuhan
 Bantu pasien untuk
berpindah, sesuai kebutuhan
 Berikan kartu penanda
dikepala tempat tidur untuk
memfasilitasi belajar
berpindah

1.2.3 Evaluasi
a. Bayi lahir secara spontan, tidak ada penyulit persalinan
b. Tidak terjadi cidera janin
c. Nyeri berkurang
d. Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi
e. Tidak terjadi infeksi

DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2015). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: HR Rasuna Said
Manuaba, Ide Bagus Gde. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:EGC
Prawirohardjo, Sarwono. (2012).Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka
Reeder, Sharon J. (2013). Keperawatan Maternitas: Kesehatan Wanita, Bayi, &
Keluarga. Jakarta: EGC
Sumarah,dkk.2009.Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan pada Ibu
Bersalin).Jakarta: Fitramaya
Bulechek, Gloria. M, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification. Singapore :
Elsevier
Moorhead, Sue, dkk. 2013.Nursing Outcomes Classification. Singapore : Elsevier

Anda mungkin juga menyukai