Anda di halaman 1dari 6

Pendahuluan

Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan terjadinya serangkaian


perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Hal
ini didefinisikan sebagai pembukaan serviks yang progresif, dilatasi, atau keduanya
akibat kontraksi rahim teratur yang sekurang-kurangnya terjadi setiap 5 menit dan
berlangsung sampai 60 detik.
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang
mungkin terjadi pada ibu atau janin. Bila diambil keputusan untuk melakukan campur
tangan, harus dipertimbangkan dengan hati-hati. Tiap campur tangan bukan saja
membawa keuntungan potensial, tetapi juga resiko potensial pada sebagian besar kasus.
Penanganan yang terbaik dapat berupa “observasi yang cermat”.
Seorang bidan harus mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab persalinan sehingga
dalam memberikn asuhan kebidanan pada proses persalinan diharapkan dapat
memperhatikan faktor-faktor tersebut
His (Kontraksi Uterus)
His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Pada bulan terakhir dari kehamilan
dan sebelum persalinan dimulai, sudah ada kontraksi rahim yang disebut his. His
dibedakan sebagai berikut :
1. His pendahuluan atau his palsu (false labr pains), yang sebetulnya hanya merupakan
peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat tidak teratur
dan menyebabkan nyeri di perut bagian bawah dan lipat paha, tidak menyebabkan
nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah seperti his persalinan.
Lamanya kontraksi pendek dan tidak bertambah kuat bila ibu berjalan, bahkan sering
berkurang.
2. His persalinan
Walaupun his merupakan suatu kontraksi dari otot-otot rahim yang fisiologis, akan
tetapi bertentangan dengan kontraksi fisiologis lainnya dan bersifat nyeri. Perasaan nyeri
tergantung juga pada ambang nyeri dari penderita, yang ditentukan oleh kondisi jiwanya.
Kontraksi rahim bersifat otonom, artinya tidak dipengaruhi oleh kemauan, namun dapat
dipengaruhi dari luar, misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan.
Sifat his yang normal adalah sebagai berikut :
1. Kontraksi otot rahim dimulai dari salah sat tanduk rahim atau cornu
2. Fundal dominan, yaitu kekuatan paling tinggi di fundus uteri
3. Kekuatannya seperti gerakan memeras ini rahim
4. Otot rahim yang berkontraksi tidak kembali ke panjang semula, sehingga terjadi
retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim
5. Pada setiap his terjadi perubahan pada serviks yaitu menipis dan membuka
Hal yang harus diobservasi pada his persalinan :
1. Frekuensi adalah jumlah his dalam waktu tertentu, biasanya per 10 menit
2. Amplitudo atau intensitas adalah kekuatan his diukur dalam mmHg. Dalam
praktiknya kekuatan His dapat diraba secara palpasi. Kekuatan kontraksi menimbulkan
naiknya tekanan intra uteri sampai 35 mmHg. Kekuatan kontraksi secara klinis
ditentukan dengan mencoba apakah jari kita dapat menekan dinding rahim kedalam.
3. Aktivitas his adalah hasil perkalian frekuensi dengan amplitudo, diukur dengan unit
Montevideo. Contoh : frekuensi suatu his 3, terjadi per 10 menit, dengan amplitudonya
50 mmHg, maka aktifitas rahim = 3 x 50 = 150 unit montevideo.
4. Durasi his adalah lamanya setiap his berlangsung diukur dengan detik, misalnya
selama 40 detik.
5. Datangnya his terjadi sering, teratur atau tidak.
6. Interval antara 2 kontraksi adalah masa relaksasi. Pada permulaan persalinan, his
timbul sekali dalam 10 menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.
Dari keenam hal yang disebutkan diatas, hasil observasi yang biasanya dicatat
dilapangan adalah frekuensi dan durasi his.
Aktivitas uterus
Pada kehamilan menjelang 7 bulan, saat dilakukan pemeriksaan palpasi atau
pemeriksaan dalam, dapat diraba adanya kontraksi-kontraksi kecil pada rahim (Braxton
Hicks) dengan amplitudo 5 mmHg dan berlangsung sebentar.
Sesudah kehamilan 30 minggu, aktivitas rahim akan menjadi lebih kuat dan lebih
sering. Pada kehamilan diatas 36 minggu, dan pada pembukaan kala I, his timbul lebih
sering dan lebih kuat, pembukaan serviks 2 cm.
Pada akhir kala I, kontraksi uterus lebih meningkat, lebih sering dan lebih teratur
dengan amplitudo 60 mmHg. Pada kala pengeluaran, his menjadi lebih efektif,
terkoodinasi, simetris dengan fundal dominan, kuat, dan lebih lama (60-90 detik). Pada
waktu relaksasi, kekuatan tonus uterus kurang dari 12 mmHg karena keadaan istirahat.
Perubahan-Perubahan akibat His
1. Pada uterus dan serviks, uterus teraba keras dan padat karena kontraksi. Tekanan
hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterik naik, menyebabkan serviks menjadi
mendatar dan membuka.
2. Ibu akan terasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim, juga ada
peningkatan nadi dan tekanan darah.
3. Pada janin, pertukaran oksigen pada sirkulasi uteroplasenta berkurang, maka timbul
hipoksia janin. Pada kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin, asfiksia, dengan denyut
jantung janin diatas 160x per menit.
Pembagian sifat-sifat his
1. His pendahuluan
 His tidak kuat dan tidak teratur
 Menyebabkan bloody show
2. His pembukaan
 His membuka serviks sampai terjadi pembukaan lengkap 10 cm
 Mulai kuat, teratur dan sakit
3. His pengeluaran
 Sangat kuat, teratur, simetris, terkoordinasi dan lama
 His untuk mengeluarkan janin
 Koordinasi antara his, kontraksi otot perut, kontraksi diafragma, dan ligamen
4. His pelepasan plasenta
Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta
5. His pengiring
Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri (meriang), menyebabkan pengecilan rahim dalam
beberapa jam atau hari.

Kontraksi involunter dan volunter bekerja secara bersamaan untuk mengeluarkan


janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut kekuatan primer, menandai
dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk
mendorong, disebut kekuatan sekuder, yang memperbesar kekuatan kontraksi involunter.
His atau kekuatan primer berasal dari titik pemicu tertentu, terdapat pada penebalan
lapisan otot di segmen uteru bagian atas. Berawal dari titik pemicu, kontraksi dihantarkan
ke uterus bagian bawah dalam bentuk gelombang, dan diselingi periode istirahat singkat.
Hal ini digunakan untuk menggambarkan kontraksi involunter, frekuensi (waktu antar
kontraksi yaitu antara awal suatu kontraksi dan awal kontraksi berikutnya), durasi (lama
kontraksi), dan intensitas (kekuatan kontraksi). Kekuatan primer membuat serviks
menipis (effacement) dan berdilatasi, sehingga janin turun. Penipisan serviks adalah
pemendekan dan penipisan serviks selama tahap pertama persalinan pada kehamilan
aterm pertama, effacement biasanya terjadi lebih dahulu daripada dilatasi, pada
kehamilan berikutnya, effacement dan dilatasi cendeerung terjadi bersamaan.
Dilatasi serviks adalah pembesaran muara dan saluran serviks, yang terjadi pada awal
persalinan. Diameter meningkat dari 1cm sampai dilatasi lengkap 10 cm agar janin aterm
dapat dilahirkan. Apabila dilatasi serviks lengkap, serviks tidak dapat lagi diraba, hal ini
menandakan akhir tahap pertama persalinan.
Dilatasi serviks terjadi karena komponen muskulofibrosa tertarik dari serviks ke arah
atas. Kontraksi uterus yang kuat, tekanan yang ditimbulkan oleh cairan amnion selama
ketuban utuh, atau kekuatan yang timbul akibat tekanan bagian presentasi membuat
serviks berdilatasi. Jaringan parut akibat infeksi atau pembedahan dapat menghambat
dilatasi serviks.
Kelainan kontraksi otot rahim
1. Inersia uteri
His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his normal. Inersia uteri terbagi
menjadi :
a. Inersia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya sudah lemah
b. Inersia uteri sekunder :
a) His pernah cukup kuat tetapi kemudian melemah
b) Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan, bagian
terendah terdapat kaput dan mungkin ketuban telah pecah
His yang melemah dapat menimbulkan bahaya terhadap ibu maupun janin, sehingga
memerlukan konsultasi atau tindakan rujukan penderita kerumah sakit, puskesmas atau ke
dokter spesialis.
2. Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga otot rahim tidak mendapat
kesempatan untuk beraksi. Akibat dari tetania uteri adalah sebagai berikut :
a. Persalinan presipitatus
Persalinan yang berlangsung dalam waktu 3 jam. Akibatnya mungkin fatal.
a) terjadi persalinan tidak pada tempatnya
b) Terjadi trauma janin karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan
c) Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan inversio
uteri.
b. Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uteri sampai kematian janin dalam
rahim
3. Inkoordinasi otot rahim
Keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan sulitnya kekuatan
otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan atau pengeluaran janin dari dalam
rahim.
Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah sebagai berikut :
a) Faktor usia penderita relatif tua
b) Pimpinan persalinan
c) Karena induksi persalinan dengan oksitosin
d) Rasa takut dan cemas

Anda mungkin juga menyukai