Anda di halaman 1dari 12

REFRESHING

PRIMARY MILD CONTRACTIONS

Pembimbing:

dr. Hj. Husna Amelz, Sp.OG

Disusun Oleh

Putri Desti Juita Sari 2013730164

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

PERIODE 5 JUNI 2017 – 12 AGUSTUS 2017

RS ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI

2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, Puji syukur penyusun panjatkan kehadiran ALLAH SWT atas

terselesaikannya tugas refreshing yang berjudul “Primary Mild Contractions”.

Tugas ini disusun dalam rangka meningkatkan pengetahuan selama

Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Pada kesempatan ini, penyusun ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Hj. Husna Amelz,Sp.OG sebagai pembimbing.

2. Orang tua yang selalu mendoakan keberhasilan penyusun.

3. Teman-teman sejawat atas dukungan dan kerjasamanya.

Semoga dengan adanya laporan tugas ini dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan dan berguna bagi penyusun maupun peserta didik lainnya.

Penyusun menyadari bahwa laporan refreshing ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penyusun sangat membutuhkan saran dan kritik untuk

membangun laporan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta 5, Juli 2017

Penyusun
Primary Mild Contractions

Uterus terdiri dari tiga lapisan otot polos, lapisan luar longitudinal, lapisan

dalam sirkular dan diantara dua lapisan ini terdapat lapisan dengan otot-otot yang

beranyaman “tikar”. Seluruh lapisan otot ini bekerjasama dengan baik, sehingga

terdapat pada waktu his yang sempurna sifat-sifat:

a) Kontraksi yang simetris

b) Kontraksi paling kuat atau adanya dominasi difundus uteri, dan

c) Sesudah itu terjadi relaksasi

Pengetahuan fungsi uterus dalam masa kehamilan banyak dipelajari oleh

Caldeyro-Barcia dan hasil-hasilnya diajukan pada kongres kedua International

Federation of Gynaecology and Obstetrics di Montreal, Juni 1958. Ia memasukkan

kateter polietilen halus kedalam ruang amnion dan memasang mikrobalon

dimiometrium di fundus uteri, ditengah-tengah korpus uteri dan dibagian bawah

uterus. Semuanya kemudian disambung dengan kateter polietilen halus kealat


pencatat (electrometer). Dengan demikian dapat diketahui bahwa otot-otot uterus

tidak mengadakan relaksasi sampai 0, akan tetapi masih mempunyai tonus, sehingga

tekanan didalam ruang amnion masih terukur antara 6-12 mm Hg. Pada tiap kontraksi

tekanan tersebut meningkat disebut amplitudo atau intensitas his yang mempunyai

dua bagian: peningkatan tekanan yang agak cepat dan penurunan tekanan yang agak

lamban.

Frekuensi his adalah jumlah his dalam waktu tertentu. Amplitudo dikalikan

dengan frekuensi his dalam 10 menit menggambarkan keaktifan uterus dan ini di ini

ukur dengan unit Montevideo. Umpama amplitudo 50 mmHg, frekuensi his 3 x dalam

10 menit, maka aktifitas uterus adalah 50 x 3 = 150 unit Montevideo. Nilai yang

adekuat untuk terjadinya persalinan ialah 150-250 unit Montevideo.

Tiap his dimulai sebagai gelombang dari salah satu sudut dimana tuba masuk

ke dalam dinding uterus yang disebut sebagai pace maker, tempat gelombang his

berasal. Gelombang bergerak ke dalam dan ke bawah dengan kecepatan 2 cm tiap

detik sampai ke seluruh uterus.

His paling tinggi di fundus uteri yang lapisan ototnya paling tebal dan puncak

kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian uterus. Sesudah tiap his, otot-otot korpus

uteri menjadi lebih pendek daripada sebelumnya yang disebut sebagai retraksi. Oleh

karena serviks kurang mengandung otot, serviks tertarik dan terbuka (penipisan dan

pembukaan): lebih-lebih jika ada tekanan oleh bagian janin yang keras, umpamanya

kepala.

Aktivitas miometrium dimulai saat kehamian. Bila melakukan pemeriksaan

ginekologi waktu hamil kadang dapat di raba adaya kontraksi uterus (tanda Braxton
Hicks). Pada seluruh trimester kehamilan dapat di catat adanya kontraksi ringan

dengan amplitudo 5 mmHg yang tidak teratur. His sesudah kehamilan 30 minggu

terasa lebih kuat dan lebih sering. Sesudah 36 minggu aktifitas uterus lebih

meningkat lagi sampai persalinan di mulai. Jika persalinan mulai, yakni pada

permulaan kala 1, frekuensi dan amplitudo his meningkat.

Amplitudo uterus meningkat terus sampai 60 mmHg pada akhir kala 1 dan frekuensi

his menjadi 2 sampai 4 kontraksi selama 10 menit. Dan durasi his menjadi meningkat

dari hanya 20 detik pada permulaan partus sampai 60-90 detik pada akhir kala 1 atau

pada permulaan kala II. His yang sempurna dan efektif bila ada koordinasi dari

gelombang kontraksi, sehingga kontraksi simetris dengan dominasi di fundus uteri,

dan mempunyai amplitudo 40 sampai 60 mmHg yang berdurasi 60 sampai 90 detik,

dengan jangka waktu antara kontraksi 2 sampai 4 menit,dan pada relaksasi relaksasi

tonus uterus kurang dari 12 mmHg. Jika frekuensi dan amplitudo his lebih tinggi,

maka dapat mengurangi pertukaran O2. Terjadilah hipoksia janin dan timbul gawat

janin yang secara klinik dapat di tentukan dengan antara lain menghitung detak

jantung janin ataupun dengan pemerikaan kardiotokografi.

His menyebabkan pembukaan dan penipisan di samping tekanan air ketuban

pada permulaan kala 1 dan selanjutnya oleh kepala janin yang makin masuk ke

rongga panggul dan sebagai benda keras yang mengadakan tekanan kepada serviks

hingga pembukaan menjadi lengkap.

Secara klinis pengukuran ini kurang bermanfaat dan sampai saat ini

pengukuran kontraksi uterus di lakukan secara klinis dengan meletakan tangan pada

daerah fundus dan mencatat frekuansi, interval, dan durasinya. Arrabal dan Nagey
menemukan bahwa pengukuran klinik ini tidak akurat sehingga beberapa peneliti

mencoba pengukuran yang lebih akurat dengan berbagai peralatan misalnya Cohen

dengan Electromyography, secara tidak langsung dengan pemantauan internal janin

melalui elektrode kulit kepala ataupun secara external dengan kardiotokografi. Cohen

dan Jamaica Hospital Medical Center melakukan pengukuran voltase elektrik yang

di akibatkan kontraksi uterus dengan teknik Uterine Electromyography memakai

elektrode permukaan yang mirip EKG yang mungkin merupakan satu trobosan

pengukuran his yang lebih sederhana dan akurat tetapi tanpa resiko. Diharapkan

dengan penggunaan alat ini di klinik, diagnosis impartu dan kelainannya lebih akurat

di samping terjadi pengurangan biaya akibat terdiagnosisnya false Labor.

Beberapa faktor yang di duga berpengaruh terhadap kontraksi rahim adalah

besar rahim, besar janin, berat badan ibu, dan lain-lain.

Friedman, menjelaskan bahwa gambaran klinis kontraksi uterus, frekuensi,

intensitas, dan durasi di atas tidak dapat di percaya untuk mengukur kemajuan

persalinan ataupun indeks normalitas. Yang berguna untuk mengakses kemajuan

persalinan adalah pembukaan dan penurunan.

Di tingkat sel, mekanisme kontraksi ada dua yaitu yang akut dan kronik. Yang

akut diakibatkan masuknya ion kalsium (Ca2+) kedalam sel yang di mulai dengan

depolarisasi membran sel. Meningkatnya konsentrasi Ca2+ bebas dalam sel memicu

satu reaksi berantai yang menyebabkan pembentukan hubungnan (cross-bridges)

antara filamen aktin dan miosin shingga sel berkontraksi. Sementara itu, mekanisme

yang kronik di akibatkan pengaruh hormon yang memediasi transkipsi gen yang
menekan atau meningkatkan kontraktilitas sel yaitu CAP (Contraction Associate-

proteins).

Apa yang menyebabkan uterus mulai berkontraksi (mulai inpartu) sampai saat

ini masih belum bia di ketahui dengan pasti. Diperkirakan adanya sinyal

biomolekular dari janin yang di terima otak ibu akan memulai kaskade penurunan

progesteron, estrogen, dan peningkatan prostaglandin dan oksitosin sehingga

terjadilah tanda-tanda persalinan. Satu teori yang menyatakan bahwa janin

merupakan dirigen dari orkestrasi kehamilannya sendiri, dan komunikasi

biomolekular antara ibu dan janin ini merupakan bagian dari awal ikatan (bonding

and attachment) antara ibu dan janin yang akan terjalin seumur hidup.

DIFFERENSIASI AKTIVITAS UTERUS

Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang berbeda.

Segmen atas yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika persalinan

berlangsung. Bagian bawah relatif pasif dibanding dengan segmen atas, dan bagian

ini berkembang menjadi jalan lahir yang berdinding jauh lebih tipis. Segmen bawah

uterus analog dengan ismus uterus yang melebar dan menipis pada perempuan yang

tidak hamil. Segmen bawah secara bertahap terbentuk ketika kehamilan bertambah

tua dan kemudian menipis sekali pada saat persalinan. Dengan palpasi abdomen

kedua segmen dapat dibedakan ketika terjadi kontraksi, sekali pun selaput ketuban

belum pecah. Segmen atas uterus cukup kencang atau keras, sedangkan konsistensi

segmen bawah uterus jauh kurang kencang. Segmen atas uterus merupakan bagian
uterus yang berkontraksi secara aktif, segmen bawah adalah bagian yang

diregangkan, normalnya jauh lebih pasif.

Seandainya seluruh dinding otot uterus, termasuk segmen bawah uterus dan

serviks, berkontraksi secara bersamaan dan dengan intensitas yang sama, maka gaya

dorong persalinan akan jelas menurun. Di sinilah letak pentingnya pembagian uterus

menjadi segmen atas yang aktif berkontraksi dan segmen bawah yang lebih pasif

yang berbeda bukan hanya secara anatomik melainkan juga secara fisiologik. Segmen

atas berkontraksi, mengalami retraksi dan mendorong janin keluar, sebagai respons

terhadap gaya dorong kontraksi segmen atas, sedangkan segmen bawah uterus dan

serviks akan semakin lunak berdilatasi dan dengan cara demikian membentuk suatu

saluran muskalar dan fibromuskular yang menipis sehingga janin dapat menonjol

keluar.

Miometrium pada segmen atas uterus tidak berelaksasi sampai kembali ke

panjang aslinya setelah kontraksi, tetapi menjadi relatif menetap pada panjang yang

lebih pendek. Namun, tegangannya tetap sama seperti sebelum kontraksi. Bagian atas

uterus, atau segmen aktif, berkontraksi ke bawah meski pada saat isinya berkurang,

sehingga tegangan miometrium tetap konstan. Efek akhirnya adalah mengencangkan

yang kendur, dengan mempertahankan otot uterus tetap menempel erat pada isi

uterus. Sebagai konsekuensi retraksi, setiap kontraksi yang berikutnya mulai di

tempat yang ditinggalkan oleh kontraksi sebelumnya, sehingga bagian atas rongga

uterus menjadi sedikit lebih kecil pada setiap kontraksi berikutnya. Karena

pemendekan serat otot yang terus-menerus pada setiap kontraksi, segmen atas uterus
yang aktif menjadi semakin menebal di sepanjang kala pertama dan kedua persalinan

dan menjadi tebal sekali tepat setelah perlahiran janin.

Fenomena retraksi segmen atas uterus bergantung pada berkurangnya volume

isi uterus terutama pada awal persalinan ketika seluruh uterus benar-benar merupakan

sebuah kantong tertutup dengan hanya sebuah lubang kecil pada ostium serviks. Ini

memungkinkan semakin banyak isi intrauterin mengisi segmen bawah, dan segmen

atas hanya beretraksi sejauh mengembangnya segmen bawah dan dilatasi serviks.

Relaksasi segmen bawah uterus bukan merupakan relaksasi sempurna, tetapi

lebih merupakan lawan retraksi. Serabut-serabut segmen bawah menjadi teregang

pada setiap kontraksi segmen atas, dan sesudahnya tidak kembali ke panjang

sebelumnya tetapi relatif tetap mempertahankan panjangnya yang lebih panjang,

namun tegangan pada dasarnya tetap sama seperti sebelumnya. Otot-otot masih

menunjukkan tonus, masih menahan regangan, dan masih berkontraksi sedikit pada

saat ada rangsangan. Ketika persalinan maju, pemanjangan berturut-turut serabut otot

di segmen bawah uterus diikuti dengan pemendekan, normalnya hanya beberapa

milimeter pada bagian yang paling tipis. Sebagai akibat menipisnya segmen bawah

uterus dan bersamaan dengan menebalnya segmen atas, batas antara keduanya

ditandai oleh suatu lingkaran pada permukaan dalam uterus, yang disebut sebagai

cincin retraksi fisiologik. Jika permendekan segmen bawah uterus terlalu tipis, seperti

pada partus macet, cincin ini sangat menonjol, sehingga membentuk cincin retraksi

patologik. Ini merupakan kondisi abnormal yang juga disebut sebagai cincin Bandl.

Adanya suatu gradien aktivitas fisiologik yang semakin mengecil dari fundus sampai
serviks dapat diketahui dari pengukuran bagian atas dan bawah uterus pada persalinan

normal.

Faktor yang mempengaruhi persalinan salah satunya adalah power. Power


adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin
keluar persalinan ialah: His, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma dan aksi
dari ligament dengan kerjasama yang baik dan sempurna.

Kekuatan primer
Kontraksi involunter berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat pada penebalan
lapisan otot di segmen uterus bagian atas. Dari titik pemicu, kontraksi dihantar ke
uterus bagian bawah dalam bentuk gelombang, diselingi periode istirahat singkat.
Kontraksi ini berlangsung dari ringan ke sedang dengan durasi 30-45 detik.

Kekuatan primer membuat serviks menipis( Efaccement ) dan berdilatasi dan janin
turun. Penipisan serviks adalah pemendekan dan penipisan serviks selama tahap
pertama persalinan. Serviks yang dalam kondisi normal memiliki panjang 2 sampai 3
cm dan tebal 1 cm, terangkat keatas karena terjadi pemendekan gabungan otot uterus
selama penipisan segmen bawah rahim pada tahap akhir persalinan. Hal ini
menyebabkan bagian serviks yang tipis saja yang dapat diraba setelah effacement
lengkap.

Pendataran Serviks

Obliterasi atau pendataran serviks adalah pemendekan saluran serviks dari panjang
sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis
kertas. Proses ini disebut sebagai pendataran (effacement) dan terjadi dari atas ke
bawah. Serabut- serabut otot setinggi os serviks internum ditarik ke atas,atau
dipendekkan,menuju segmen bawah uterus,sementara kondisi os eksternum untuk
sementara tetap tidak berubah.
Saat pasien sudah masuk ke kala I atau sudah mengalami kontraksi primer,
hal yang harus diberi tahu kepada pasien:

 Posisi Ibu hamil:

Memberikan sirkulasi yang baik dan kenyamanan dengan cara:

o Posisi tegak lurus ( berjalan , duduk , atau jongkok) posisi ini


bermanfaat untuk : membuat janin turun, meningkatkan aliran
darah , meredakan sakit punggung , meluruskan sumbu jalan
lahir
o Tangan & lutut bisa meringankan sakit punggung, membantu
janin untuk memuta
o Posisi lateral dapat membantu janin berputar dengan baik dan
memperlambat kelahiran
 Psikologis :
Persiapan persalinan
Pengalaman persalinan sebelumnya
Dukungan dari orang-orang terdekat
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta: PT. Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

2. Cunningham, et.al. Obstetri Williams Edisi 21 Volume 1. Jakarta: EGC

3. http://academic.cuesta.edu/atorrey/ld.pdf di akses pada tanggal 5 juli 2017

Anda mungkin juga menyukai