Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION LBM 4


REPRODUKSI 1

Nama : MOH. ALI AZHAR


NIM : 020.06.0054
Kelas : B
Blok :Reproduksi 1
Dosen : dr.Dina Qurratu Ainin, MHPE

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

PERJUANGAN IBU

Skenario

Ny. Ema, 29 tahun, yang sedang hamil 9 bulan mengeluh perut mulas sejak sore hari.
Ini adalah kehamilan pertama sehingga sangat rajin memeriksakan kehamilnnya ke bidan.
Terakhir kontrol 2 bulan yang lalu, saat usia kehamilan 7 bulan. Ny. Ema memang rutin
memeriksakan kehamilan, selama kehamilan ia sudah 4 kali memeriksakan diri ke bidan.

Hari ini Ny. Ema menyatakan mulas terasa semakin lama semakin sering, gerakan janin
masih terasa aktif, bloody slym ( ). Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas
normal, pemeriksaan abdomen fundus uteri 3 jari dibawah processus xypoideus. Pemeriksaan
Leopold didapatkan punggung kanan, kepala bayi telah masuk dalam PAP, His (-), DJJ 12-13-
12. Pemeriksaan VT didapatkan hasil portio posterior, bukaan (-), promontorium tidak teraba.
Dokter menganjurkan pasien untuk kontrol ke Poli esok hari untuk pemeriksaan USG. Dokter
juga menjelaskan tanda-tanda persalinan ke pada Ny. Ema.

Lima hari kemudian Ny. Ema datang kembali ke IGD mengeluh sudah keluar lendir
campur darah. Riwayat keluar cairan (-). Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam
batas normal, pemeriksaan Leopold TFU 31 cm, punggung kanan, kepala telah masuk PAP
3/5, His (+) 2/40", DJJ 12-12 12. Pemeriksaan VT didapatkan bukaan 4 cm, effacement 75%,
ketuban (+), teraba kepala, UUK anterior, Hodge III. Dokter menjelaskan kondisi Ny. Ema
kepada suami.

Deskripsi skenario

Dari diskusi kami dapat kami temukan permasalah yang di mana pada skenario ny. Ema
adalah sorang pasie yang rutin memeriksa kandunganya kemudian pada bulan bulan trakhir ny
ema merasakan nyeri perut, kemudian dapat kami diskusikan ciri untuk persalinan, pada saat
ny. Ema pergi ke rs maka kami juga dapatkan bebrapap materi yang kami jadikan bahan diskusi
seperti bagaimana proses persalinan normal kepada ny.ema kemudian bagaimana factor factor
yang mempengaruhi persalinan dan sampe yang terakhir bagaimana Langkah Langkah setelah
melahirkan atau yang di kenal dengan nifas. Maka grup kami melakukan diskusi sehingga
mendapatkan permasalahan permasalahn tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian persalinan

Persalinan normal adalah terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-40 minggu) lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi
baik ibu maupun janin (Prawirohardjo, 2005).Persalinan berlangsung melalui siklus umpan
balik positif. Setelah kepekaan uterus terhadap oksitosin mencapai suatu tingkat kritis dan
kontraksi uterus yang teratur telah dimulai, kontraksi miometrium ini secara progresif
bertambah sering, kuat, dan lama sepanjang persalinan hingga isi uterus dikeluarkan. Pada awal
persalinan, kontraksi berlangsung 30 detik atau kurang dan terjadi setiap sekitar 25 hingga 30
menit; pada akhir persalinan, kontraksi tersebut berlangsung 60 hingga 90 detik dan terjadi
setiap 2 hingga 3 menit. Seiring dengan kemajuan persalinan, terjadi siklus umpan balik positif
yang melibatkan oksitosin dan prostaglandin serta secara terus-menerus meningkatkan
kontraksi miometrium. Setiap kontraksi uterus dimulai di puncak uterus dan hingga ke bawah,
mendorong janin menuju serviks. Tekanan janin terhadap serviks menyebabkan dua hal.
Pertama, kepala janin mendorong serviks yang telah lunak dan menyebabkan kanalis servikalis
membuka. Kedua, stimulasi reseptor di serviks akibat tekanan oleh janin mengirimkan sinyal
saraf ke medula spinalis dan kemudian ke hipotalamus, yang nantinya memicu pelepasan
oksitosin dari hipofisis posterior. Oksitosin tambahan ini menyebabkan kontraksi uterus
menjadi lebih kuat. Akibatnya, janin terdorong lebih kuat menekan serviks, merangsang
pelepasan lebih banyak oksitosin, dan demikian seterusnya. Siklus ini bertambah kuat karena
oksitosin merangsang produksi prostaglandin oleh desidua. Sebagai perangsang miometrium
yang kuat, prostaglandin meningkatkan kontraksi uterus. Sekresi oksitosin, produksi
prostaglandin, dan kontraksi uterus terus meningkat melalui umpan-balik positif sepanjang
persalinan hingga pelahiran janin melenyapkan tekanan pada serviks. ( Sherwood. 2019)

Tahap tahap Persalinan dibagi menjadi tiga tahap: (1) dilatasi serviks, (2) pelahiran
bayi, dan (3) pelahiran plasenta. Pada permulaan persalinan atau suatu waktu pada tahap
pertama, membran yang membungkus kantong amnion, atau "kantong air" (ketuban), pecah.
Cairan amnion yang keluar dari vagina membantu melumasi jalan lahir. ( Sherwood. 2019)

1. Selama tahap pertama, serviks dipaksa melebar untuk mengakomodasi garis


tengah kepala bayi, biasanya hingga maksimal 10 cm. Tahap ini adalah yang
paling lama, berlangsung dari beberapa jam hingga 24 jam pada kehamilan
pertama. Jika bagian tubuh lain janin selain kepala yang menghadap ke serviks,
bagian tersebut biasanya kurang efektif daripada kepala untuk "membuka"
serviks. Kepala memiliki garis tengah terbesar pada tubuh bayi. Jika bayi
mendekati jalan lahir dengan kaki terlebih dahulu, kaki mungkin tidak dapat
melebarkan serviks cukup lebar untuk dilalui kepala. Pada kasus ini, tanpa
intervensi medis, kepala bayi akan tersangkut di belakang lubang serviks yang
sempit.
2. Tahap kedua persalinan, pengeluaran bayi yang sebenarnya, dimulai setelah
dilatasi serviks lengkap. Ketika bayi mulai bergerak melewati serviks dan
vagina, reseptor-reseptor regang di vagina mengaktifkan suatu refleks saraf
yang memicu kontraksi dinding abdomen secara sinkron dengan kontraksi
uterus. Kontraksi abdomen ini sangat meningkatkan gaya yang mendorong bayi
melewati jalan lahir. Ibu dapat membantu mengeluarkan bayinya dengan secara
sengaja mengontraksikan otot-otot abdomennya bersamaan dengan kontraksi
uterus (yaitu, "mengejan" saat timbul "nyeri persalinan"). Tahap 2 biasanya jauh
lebih singkat daripada tahap pertama dan berlangsung 30 hingga 90 menit. Bayi
masih melekat ke plasenta oleh tali pusat saat lahir. Tali pusat ini diikat dan
dipotong, dengan puntung akan menciut dalam beberapa hari untuk membentuk
umbilicus.
3. Segera setelah bayi lahir, terjadi rangkaian kontraksi uterus kedua yang
memisahkan plasenta dari miometrium dan mengeluarkannya melalui vagina.
Pelahiran plasenta, atau afterbirth, merupakan tahap ketiga persalinan, biasanya
merupakan tahap paling singkat, selesai dalam 15 hingga 30 menit setelah bayi
lahir. Setelah plasenta dikeluarkan, kontraksi miometrium yang berkelanjutan
menyebabkan pembuluh darah uterus yang mengalir ke tempat perlekatan
plasenta terjepit untuk mencegah perdarahan. ( Sherwood. 2019)

Persalinan dipengaruhi 3 faktor, antara lain:

1. (passage) Jalan lahir


Jalan lahir dibagi menjadi bagian keras (tulang dan sendi) dan (otot-otot,
jaringan, dan ligamen). Lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya
bayi meskipun itu jaringan lunak, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses
persalinan. Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif
kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul perlu diperhatikan sebelum persalinan
dimulai (Sumarah et al, 2009)

2. ( passenger ) janin

Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi
beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.
Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka plasenta dianggap juga 11
sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang
menghambat proses persalinan pada kehamilan normal (Sumarah et al, 2009)

3. ( Power ) kekuatan
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi otot-oto
perut,kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer yang diperlukan
dalam persalinan adalah his yaitu kontraksi otot-otot rahim, sedangkan sebagai
kekuatan sekundernya adalah tenaga meneran ibu (Rohani et al.2011).
4. Position (posisi)
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Menurut
Melzack, dkk tahun 1991 dalam Bobak (2012) mengubah posisi membuat rasa letih
hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi yang baik dalam
persalinan yaitu posisi tegak yang meliputi posisi berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok.
Posisi tegak dapat memberikan sejumlah keuntungan, hal itu dikarenakan posisi tegak
memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin, dapat mengurangi insiden
penekanan tali pusat, mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu dan mencegah
kompresi pembuluh darah serta posisi tegak dapat membuat kerja otot-otot abdomen
lebih sinkron (saling menguatkan) dengan rahim
saat ibu mengedan (Bobak, 2012).
5. Psychologic Respons (Psikologis)
Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana tersedianya dorongan positif,
persiapan persalinan, pengalaman lalu, dan strategi adaptasi/coping (Sukarni &
Wahyu, 2013). Psikologis adalah bagian yang krusial saat persalinan, ditandai
dengan cemas atau menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasi
nyeri persalinan. Respon fisik terhadap kecemasan atau ketakutan ibu yaitu
dikeluarkannya hormon katekolamin. Hormon tersebut menghambat kontraksi
uterus dan aliran darah plasenta (Manurung, 2011).Faktor psikologis tersebut meliputi
hal-hal sebagai berikut: Melibatkan psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual;
Pengalaman melahirkan bayi sebelumnya; Kebiasaan adat; Dukungan dari orang
terdekat pada kehidupan ibu (Rohani et al, 2011).

Dalam persalinan terdapat beberapa hormone yang berperan dalam hal tersebut sebagai berikut:

Hormone estrogen Selama awal gestasi, kadar estrogen ibu relatif rendah, tetapi seiring
dengan kemajuan kehamilan, sekresi estrogen plasenta terus meningkat. Pada hari-hari tepat
menjelang persalinan, terjadi lonjakan kadar estrogen yang menyebabkan perubahan pada
uterus dan serviks untuk mempersiapkan kedua struktur ini untuk persalinan dan pelahiran,
Pertama, estrogen kadar tinggi mendorong sintesis konekson di dalam sel-sel otot polos uterus.
Sel-sel miometrium ini secara fungsional tidak berkaitan sama sekali hampir di sepanjang masa
gestasi. Konekson yang baru terbentuk disisipkan di membran plasma miometrium untuk
membentuk taut celah yang secara elektrik menyatukan sel-sel otot polos uterus sehingga
mereka mampu berkontraksi secara terkoordinasi. ( Sherwood. 2019)

Secara bersamaan, estrogen kadar tinggi secara drastis dan progresif meningkatkan
konsentrasi reseptor oksitosin di miometrium. Bersama-sama, perubahan-perubahan
miometrium ini menyebabkan responsivitas uterus terhadap oksitosin meningkat yang
akhirnya memicu persalinan. Selain mempersiapkan uterus untuk persalinan, estrogen kadar
tinggi juga mendorong pembentukan prostaglandin lokal yang berperan dalam pematangan
serviks dengan merangsang enzim enzim serviks yang secara lokal menguraikan serat
kolagen. Selain itu, berbagai prostaglandin itu sendiri meningkatkan responsivitas uterus
terhadap oksitosin.

Hormone oksitosin adalah suatu hormon peptida yang diproduksi oleh hipotalamus,
disimpan di hipofisis posterior, dan dibebaskan ke dalam darah dari hipofisis posterior pada
stimulasi saraf oleh hipotalamus (lihat h. 699). Oksitosin menjalankan fungsinya melalui jalur
IP3/Ca2+/DAG. Sebagai stimulan otot uterus yang kuat, oksitosin berperan kunci dalam
kemajuan persalinan. ( Sherwood. 2019)

Corticotropin-Releasing Hormone (CRH) yang dikeluarkan oleh plasenta bagian janin


ke dalam sirkulasi ibu dan janin tidak saja mendorong pembentukan estrogen plasenta sehingga
akhirnya menentukan saat dimulainya persalinan, tetapi juga mendorong perubahan-perubahan
di paru janin yang dibutuhkan untuk menghirup udara Ingat kembali bahwa CRH dalam
keadaan normal dikeluarkan oleh hipotalamus dan mengatur pengeluaran ACTH oleh hipofisis
anteriorACTH kemudian merangsang pembentukan kortisol dan DHEA oleh korteks adrenal.
Pada janin, sebagian besar CRH berasal dari plasenta dan bukan semata-mata dari hipotalamus
janin. Sekresi kortisol tambahan yang dirangsang oleh CRH ekstra mendorong pematangan
paru janin. Secara spesifik, kortisol merangsang sintesis surfaktan paru, yang mempermudah
ekspansi paru dan mengurangi kerja bernapas . Peningkatan laju sekresi DHEA oleh korteks
adrenal sebagai respons terhadap CRH plasenta menyebabkan peningkatan kadar sekresi
estrogen plasenta karena plasenta mengubah DHEA dari kelenjar adrenal janin menjadi
estrogen, yang kemudian masuk ke dalam aliran darah ibu. Jika sudah cukup tinggi, estrogen
ini mengaktifkan proses-proses yang memulai persalinan. Karena itu, durasi kehamilan dan
pelahiran ditentukan terutama oleh kecepatan produksi CRH oleh plasenta. Demikianlah, "jam
plasenta" menandai rentang waktu hingga persalinan. Saat persalinan telah ditentukan sejak
awal kehamilan, dengan pelahiran pada titik akhir proses pematangan yang terbentang
sepanjang proses gestasi. Dentingan jam plasenta diukur oleh laju sekresi plasenta. Seiring
dengan kemajuan kehamilan, kadar CRH dalam plasma ibu meningkat. Para peneliti dapat
secara akurat memperkirakan waktu persalinan dengan mengukur kadar CRH plasma ibu
bahkan sejak akhir trimester pertama. Kadar yang lebih tinggi daripada normal dilaporkan
berkaitan dengan persalinan prematur, sedangkan kadar yang lebih rendah daripada normal
mengisyaratkan persalinan melewati jadwal. Hal ini dan data lain menunjukkan bahwa
persalinan dimulai ketika kadar kritis CRH plasenta tercapai. Kadar kritis CRH ini memastikan
bahwa ketika persalinan dimulai, bayi telah siap hidup di luar rahim. Hal ini dicapai melalui
peningkatan secara bersamaan kortisol janin yang di-perlukan untuk pematangan paru dan
estrogen yang diperlukan untuk perubahan-perubahan uterus yang memulai persalinan. (
Sherwood. 2019)

Langkah Langkah dalam persalinan normal

Sebagai seorang dokter yang Langkah pertama dalam pertolongan persalinan yaitu
adalah memimpin persalinan dengan cara yaitu memngisi lebar patograf tujuan dari pengisisan
lebar patograf kita sebagai dokter mampu mengobservasi pasien dalam perkembangan
persalinan contohnya kita akan melakukan pemeriksaan dalam dalam dan pemeriksaan luar,
kemudian bertujuan untuk mendeteksi apakah persalinan secara normal atau cecar . kemudian
melakukan pemeriksaan luar berupa pemeriksaan leopold dari 1 samapi 4 lepold 1 bertujuan
untuk mengetahui TFU apakah sudah berada 3 jari di bawah proccesus xipoideus, leopold 2
menegtahui letak punggung kanan dan punngung kiri janin senggiga nantinya kita mampu
melakukan pengukuran DJJ. Dalam pengukuran DJJ caranya yaitu menegtahui punggung dari
janin kemudian letakan leanec di punngungnya karna jantung janin lebih mudah di temukan di
dekat punggung kemudian hitung dengan 5 detik pertama 5 detik ke 3 dan 5 detik kelima
kemudian jumlahkan dan di kali 4 seperti pada skenario. leopold 3 mengukur apakah janin
sudah masuk dari PAP, leopold 4 menentukan berapa jauh masuknya jadin dari PAP.
Menggunakan per/5 tangan . setelah proses di atas kita sudah lakukan maka selanjutnya
melakukan Tindakan kala 2 yangdimana kita tentukan masuk masuk dari persalinan yaitu
dokter atau bidan mampu menetukan pembukaan serviks 10cm, ibu mempunyai keinginan
mengenjan his dari myometrium semakin cepat dan anus terbuka, selanjutnya mempersiapkan
obat obatan dan peralatan, persiapan oprator, memposisikan ibu dan melakukan Tindakan
persalinan dan sehabis itu melakukan pembersihan secara aseptic.( Suprapti, et all. 2018.
Praktik Klinik Kebidanan II. Jakarta Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Kemenkes RI )

Fisiologi nifas

Masa nifas mulai setelah partus selesai, dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan
tetapi seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3
bulan. Perubahan alat-alat genetalia ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Selama
involusi, jaringan endometrium yang tertinggal dan tidak dikeluarkan bersama plasenta secara
bertahap mengalarni disintegrasi dan terlepas, menghasilkan duh vagina yang disebut lokia
yang terus keluar selama tiga hingga enam minggu setelah persalinan. Setelah periode ini,
endometrium pulih ke keadaan sebelum hamil. Involusi terutama disebabkan oleh penurunan
tajam estrogen dan progesteron darah saat plasenta sebagai sumber steroid ini keluar saat
persalinan. Proses ini dipercepat pada ibu yang menyusui bayinya karena terjadi pelepasan
oksitosin akibat isapan. Selain berperan penting dalam menyusui, pelepasan oksitosin yang
dipicu oleh menyusui ini mendorong kontraksi miometrium yang membantu mempertahankan
tonus otot uterus, mempercepat involusi. Involusi biasanya tuntas dalam waktu sekitar empat
minggu pada ibu yang menyusui, tetapi memerlukan sekitar enam minggu pada mereka yang
tidak menyusui bayinya Dengan mobilisasi dini, ibu dapat sesegera mungkin melakukan buang
air besar dan buang air kecil setelah melahirkan. Buang air besar secara spontan bisa tertunda
selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan, keadaan ini bisa disebabkan karena tonus
otot usus menurun selama proses persalinan. Fungsi ginjal akan kembali normal dalam waktu
satu bulan setelah melahirkan. Hal tersebut merupakan perubahan fisiologis, tetapi perlu
dilakukan mobilisasi dini. Pada hari ke-10 uterus tidak teraba lagi.( JURNAL EDU HEALTH,
VOL. 4 No. 2, SEPTEMBER 2014)
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam pembahasan di atas dapat di simpulkan bahwa dalam proses persalinan di mulai
saat kada hormone mulai terpenuhi danmulai saraf saraf mulai tengsang oleh janin. Dalam
persalinan hormone oksitosin yang paling berperan dalam persalinan karna oksitosin akan
memlepaskan prostaglandin. Prostaglandin adalah hormone kontraksi yang mampu
menyebabkan uterus berkontraksi dan selanjutnya janin akan di dorong keluar sehingga servik
akan mulai terbuka hingga bukaan 10. Pada bukaan 10 janin akan mulai proses keluar sehingga
persalinan akan berlangsung. Setelah masa persalinan berakhir maternal akan melakukan
proses kedua yaitu melahirkan plasenta namun dalam melahirkan plasenta tidak membutuhkan
waktu yang begitu lama seperti melahirkan janin. Sehabis meternal melahirkan maka
selanjutnya akan masuk masa nifas yang membutuhkan waktu 4-6 mingg biasanya ibu yang
menyusi akan mengalami masa nifasnya lebih cepat dari pada yang tidak menyusui.

Daftar Pustaka

Guyton, A. C., Hall, J. E., 2019. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran;. Ed: 13. Jakarta: EGC.

JURNAL EDU HEALTH, VOL. 4 No. 2, SEPTEMBER 2014

Sherwood, LZ. 2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 8. EEG Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta
Suprapti, et all. 2018. Praktik Klinik Kebidanan II. Jakarta Pusat Pendidikan Sumber Daya
Manusia Kesehatan Kemenkes RI
Sarwono Prawiroharjo. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Tortora GJ & Derrickson B 2009. Principles of Anatomy & Physiology. 14th Ed. New Jersey:
John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai