Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan ataupun tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Sulistyowati & Nugraheny, 2013).
Persalinan yang normal terjadi pada usia kehamilan cukup bulan/setelah usia
kehamilan 37 minggu atau lebih tanpa penyulit. Pada akhir kehamilan ibu dan janin
mempersiapkan diri untuk menghadapi proses persalinan. Janin bertumbuh dan
berkembang dalam proses persiapan menghadapi kehidupan di luar rahim dan Ibu
menjalani berbagai perubahan fisiologis selama masa hamil sebagai persiapan
menghadapi proses persalinan dan untuk berperan sebagai ibu.
Proses persalinan dipengaruhi tiga faktor berupa passage (jalan lahir), passanger
(janin), power (kekuatan). Persalinan dapat berjalan dengan normal (Euthocia) apabila
ketiga faktor terpenuhi dengan baik. Selain itu terdapat faktor lain yang mempengaruhi
proses persalinan yaitu psikologis dan penolong. (Rohani dkk, 2011).
Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada
serviks yang membuka dan menipis dan berakhir dengan lahirnya bayi beserta plasenta
secara lengkap. Adapun nyeri melahirkan di sebabkan oleh faktor dilatasi serviks yaitu
kekuatan primer membuat serviks menipis/effacement, berdilatasi dan janin turun.
Dilatasi serviks adalah pelebaran muara dan saluran serviks, yang terjadi pada kala I
persalinan. Diameter meningkat dari 1 cm sampai dilatasi lengkap (sekitar 10 cm) agar
janin aterm dapat dilahirkan. Apabila dilatasi serviks sudah lengkap menandai akhir kala
I persalinan dan masuk kepada kala II persalinan. Dilatasi serviks terjadi karena
komponen muskulofibrosa tertarik dari serviks kearah atas, akibat kontraksi uterus yang
kuat. Tekanan yang ditimbulkan cairan amnion selama ketuban utuh atau kekuatan yang
timbul akibat tekanan bagian presentasi juga membantu serviks berdilatasi (Fauziah,
2015).

1
Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai mekanisme persalinan bidan harus
memahami materi tersebut yang akan dibahas pada makalah ini.

2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan mekanisme persalinan?
2. Bagaimana tahapan mekanisme persalinan?
3. Bagaimana tahapan persalinan?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi mekanisme persalinan?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian dari mekanisme persalinan.
2. Mengetahui tahapan mekanisme persalinan.
3. Mengetahui tahapan persalinan.
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mekanisme persalinan.

3
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MEKANISME PERSALINAN


Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Persalinan dan kehamilan normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang umumnya berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik paa
ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2009 : 100).
Persalinan merupakan proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan di mulai sejak
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. (Sondakh, 2015).
Proses persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhirnya dengan lahirnya
plasenta secara lengkap (Kumalasari, 2015:97).
Mekanisme persalinan normal adalah rentetan gerakan pasif janin pada saat
persalinan berupa penyesuaian bagian terendah (kepala) janin terhadap jalan lahir atau
panggul pada saat melewati jalan lahir.
Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan dengan
ukuran dirinya dengan ukuran panggul saat kepala melewati panggul.mekanisme ini
sangat diperlukan mengingat diameter janin yang lebih besar harus berada pada satu garis
lurus dengan diameter paling besar dari panggul (Sumarah, 2008 : 88).

B. TAHAPAN MEKANISME PERSALINAN


1. Kepala terfiksasi pada PAP (Engagement)
Gerakan masuknya kepala janin pada pintu atas panggul dan rongga panggul
merupakan syarat utama dimulainya persalinan. Pada sebagian besar primigravida
atau seorang wanita baru pertama kali hamil, masuknya kepala janin pada pintu atas
5

panggul dan rongga panggul terjadi sebelum permulaan persalinan yaitu terjadi pada
bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya baru terjadi pada permulaan
persalinan. Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul biasanya dengan sutura
sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan. Apabila sutura sagitalis berada di
tengah-tengah jalan lahir, tepat diantara symphysis dan promotorium, maka dikatakan
kepala dalam keadaan synclitismus.
2. Turun (Desensus)
Penurunan bagian janin atau desensus terjadi karena salah satu atau lebih faktor
tekanan cairan amnion, tekanan langsung fundus, usaha mengejan yang menggunakan
otot-otot abdomen dan ekstensi serta pelurusan badan janin.
a. Tekanan cairan amnion.
b. Kontraksi dan retraksi uterus.
Selama persalinan, uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang
berbeda. Segmen atas yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal
ketika persalinan berlangsung. Bagian bawah, relatif pasif dibanding
dengan segmen atas dan bagian ini berkembang menjadi jalan lahir yang
berdinding jauh lebih tipis. Segmen atas berkontraksi, mengalami retraksi
dan mendorong janin keluar; sebagai respons terhadap gaya dorong
kontraksi segmen atas, sedangkan segmen bawah uterus dan serviks akan
semakin lunak berdilatasi dan dengan cara demikian membentuk suatu
saluran muskular dan fibromuskular yang menipis sehingga janin dapat
menonjol keluar.
c. Tekanan intrabdominal ibu.
Salah satu faktor yang paling penting pada proses ekspulsi janin
adalah gaya yang dihasilkan oleh tekanan intraabdominal ibu yang
meninggi. Gaya ini terbentuk oleh kontraksi otot-otot abdomen secara
bersamaan melaiui upaya pernapasan paksa dengan lubang tempat udara
mengalir ke paru-paru atau glotis tertutup. Gaya ini disebut mengejan.
Dilatasi serviks atau perubahan ukuran serviks yang sebagian besar adalah
hasil dari kontraksi uterus yang bekerja pada serviks yang melunak
berlangsung secara normal, tetapi ekspulsi bayi dapat terlaksana dengan
6

lebih mudah kalau ibu diminta mengejan dan dapat melakukan perintah
tersebut selama terjadi kontraksi uterus.
d. Ekstensi dan pelurusan tubuh janin (Cunningham et al, 2014).
3. Fleksi
Setelah kepala janin terjadi desensus, kepala akan tertahan oleh serviks, dinding
panggul atau dasar panggul, dengan demikian kepala akan fleksi, dagu janin akan
mendekati dadanya dan diameter suboksipito bregmatika (belakang kepala) yang
lebih pendek menggantikan diameter oksipito frontal (puncak kepala) yang lebih
panjang. Keuntungan dari bertambah fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang lebih
kecil akan bisa melewati jalan lahir.
4. Putaran Paksi Dalam (Rotasi internal)
Kepala janin akan bergerak dari posisinya menuju anterior, menuju simpisis pubis
atau yang lebih jarang ke posterior, menuju lubang sacrum.
5. Ekstensi
Setelah kepala yang terfleksi maskimal mencapai vulva, kepala akan mengalami
ekstensi untuk melewati pintu keluar vulva yang mengarah ke atas dan ke depan.
Kepala dilahirkan melalui ekstensi terlebih dahulu, kemudian lahir oksiput, bregma,
dahi, hidung, mulut dan dagu.
6. Putaran Paksi Luar (Rotasi eksternal)
Gerakan yang sesuai dengan rotasi badan janin berfungsi membawa diameter
biakromion atau bahu berhimpit dengan diameter anteroposterior pintu bawah
panggul, dengan demikian satu bahu akan terletak anterior dibelakang simfisis dan
yang lain di posterior. Setelah kepala lahir, maka kepala anak memutar kembali ke
arah punggung anak untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena
putaran paksi dalam. Gerakan inilah yang disebut putaran paksi luar.
7. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simfisis dan menjadi
hypomochilion untuk melahirkan bahu belakang, kemudian bahu depan menyusul dan
seluruh badan anak akan lahir setelah bahu lahir: (toraks,abdomen) dan lengan,
pinggul depan dan belakang, tungkai dan kaki. Setelah kedua bahu tersebut lahir sisa
badan bayi lainnya akan segera terdorong ke luar.
7

C. TAHAPAN PERSALINAN
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0 sampai 10 cm.
Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II dinamakan dengan kala pengeluaran
karena kekuatan his dan kekuatan mengejan, janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam
kala III atau disebut juga kala 12 urie, plasenta terlepas dari dinding uterus dan
dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian (Sumarah,
2011).
1. Kala I (Pembukaan)
Kala satu persalinan dimulai sejak awal kontraksi uterus yang teratur dan
meningkat (frekueni, intensitas dan durasi) hingga servik menipis dan membuka
lengkap (10 cm). Kala I terdiri dari atas dua fase, yaitu fase inisial (laten) dan fase
aktif. Fase laten berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4 cm dan fase aktif
dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm. face aktif
dibagi dalam tiga fase lagi, yakni: fase akselerasi yaitu pembukaan 3 cm menjadi 4
cm dalam waktu 2 jam; fase dilatasi maksimal yaitu pembukaan 4 cm menjadi 9 cm
dalam waktu 2 jam; dan fase deselerasi yaitu pembukaan lambat kembali, dari
pembukaan 9 cm sampai pembukaan lengkap (10 cm) dalam waktu 2 jam. Fasefase
tersebut dijumpai pada primigravida, sedangkan dalam multigravida juga terjadi fase
tersebut, akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi lebih pendek (Sukarni &
Wahyu, 2013; Wiknjosastro, 2008).
2. Kala II (Pengeluaran Bayi)
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi
(Wiknjosastro, 2008).
3. Kala III (Pengeluaran Plasenta)
Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Tahap ini berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Karakteristik pelepasan plasenta ditandai dengan uterus bulat dan keras, tiba-tiba
darah keluar dan tali pusat memanjang (Manurung, 2011 & Wiknjosastro, 2008).
8

4. Kala IV (Observasi)
Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam
pertama post partum. Tahap ini disebut juga dengan tahap pemulihan (Bobak, 2012).
Hal yang perlu dievaluasi dalam kala IV yaitu tanda-tanda vital, kontraksi uterus,
perdarahan pervaginam dan kondisi vesika urinaria (Manurung, 2011 &
Wiknjosastro, 2008).

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MEKANISME PERSALINAN


Terdapat lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan
kelahiran. Faktor-faktor tersebut dikenal dengan lima P: passenger (penumpang, yaitu
janin dan plasenta), passageway (jalan lahir), powers (kekuatan), position (posisi ibu),
dan psychologic respons (respon psikologis) (Bobak, 2012).
1. Passanger (Penumpang)
Passenger adalah bayi. Faktor ini merupakan ukuran bayi. Apabila ukuran
bayi besar, melebihi ukuran jalan lahir maka persalinan akan lebih sulit untuk
dilakukan. Dalam persalinan, ukuran bayi sangat penting untuk diperhatikan.
Ukuran bayi yang besar (di atas 4 kg) bisa menyebabkan ibu mengalami
distosia atau gangguan pada saat persalinan saat keluarnya kepala dan macet
saat melahirkan bahu.
Passenger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap,
dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka
plasenta dianggap juga sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin.
Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal
(Sumarah dkk, 2009).
2. Passageway (Jalan Lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Lapisan-lapisan otot dasar
panggul ikut menunjang keluarnya bayi meskipun itu jaringan lunak, tetapi
panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu
9

ukuran dan bentuk panggul perlu diperhatikan sebelum persalinan dimulai


(Sumarah dkk, 2009).
3. Power (Kekuatan)
Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan adalah his, kontraksi
otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer
yang diperlukan dalam persalinan adalah his yaitu kontraksi otot-otot rahim,
sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah tenaga mengejan ibu (Rohani
et al.2011).
4. Position (Posisi Ibu)
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan.
Menurut Melzack, dkk tahun 1991 dalam Bobak (2012) mengubah posisi
membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi.
Posisi yang baik dalam persalinan yaitu posisi tegak yang meliputi posisi
berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok. Posisi tegak dapat memberikan
sejumlah keuntungan, hal itu dikarenakan posisi tegak memungkinkan gaya
gravitasi membantu penurunan janin, dapat mengurangi insiden penekanan
tali pusat, mengurangi tekanan pada pembuluh darah ibu dan mencegah
kompresi pembuluh darah serta posisi tegak dapat membuat kerja otot-otot
abdomen lebih sinkron (saling menguatkan) dengan rahim saat ibu mengedan
(Bobak, 2012).
5. Psychologic Respons (Psikologis)
Psikologis adalah kondisi psikis klien dimana tersedianya dorongan
positif, persiapan persalinan, pengalaman lalu, dan strategi adaptasi/coping
(Sukarni & Wahyu, 2013).
Psikologis adalah bagian yang krusial saat persalinan, ditandai dengan
cemas atau menurunnya kemampuan ibu karena ketakutan untuk mengatasi
nyeri persalinan. Respon fisik terhadap kecemasan atau ketakutan ibu yaitu
dikeluarkannya hormon katekolamin. Hormon tersebut menghambat kontraksi
uterus dan aliran darah plasenta (Manurung, 2011).
Faktor psikologis tersebut meliputi hal-hal sebagai berikut: Melibatkan
psikologis ibu, emosi, dan persiapan intelektual; Pengalaman melahirkan bayi
10

sebelumnya; Kebiasaan adat; Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan


ibu (Rohani dkk, 2011).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Persalinan merupakan proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan di mulai sejak
uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. (Sondakh, 2015).
Mekanisme persalinan normal adalah rentetan gerakan pasif janin pada saat
persalinan berupa penyesuaian bagian terendah (kepala) janin terhadap jalan lahir atau
panggul pada saat melewati jalan lahir. Adapaun mekanisme persalinan itu sendiri adalah
kepala terfiksasi pada pintu atas panggul (engagement); turun (densus) yang dipengaruhi
oleh tekanan cairan amnion, kontraksi dan retaksi uterus, tekanan intrabdominal ibu serta
ektensi dan penelusuran badan janin; fleksi; putaran paksi dalam; ekstensi; putaran paksi
luar dan ekspulsi.
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari 0 sampai 10 cm.
Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II dinamakan dengan kala pengeluaran
karena kekuatan his dan kekuatan mengejan, janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam
kala III atau disebut juga kala 12 urie, plasenta terlepas dari dinding uterus dan
dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian (Sumarah,
2011).
Terdapat lima faktor esensial yang mempengaruhi proses persalinan dan
kelahiran. Faktor-faktor tersebut dikenal dengan lima P: passenger (penumpang, yaitu
janin dan plasenta), passageway (jalan lahir), powers (kekuatan), position (posisi ibu),
dan psychologic respons (respon psikologis) (Bobak, 2012).

B. SARAN
Untuk menjadi bidan yang profisonal diharapkan dapat memahami setiap tahapan
mekanisme persalinan, tahapan persalinan dan faktor yang mempengaruhi persalinan
serta dapat mengaplikasikan teori dengan sungguh-sungguh dalam memberikan asuhan

11
sesuai dengan standar pelayanan kebidanan sehingga dapat menjadi sumber daya manusia
yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyawati dan Nugraheny. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Yogyakarta: Salemba
Medika.Dalamfile:///D:/Documents/SEMESTER%203%20TINGKAT%202/ASUHAN
%20KEBIDANAN%20BERSALIN%20DAN%20BBL/materi%20makalah2.pdf (diakses pada
26 Juli 2021 pukul 18.30 WIB)
Widyastuti, Sumarah, Yani&Wiyati, Nining. 2011. Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta :
Fitramaya.Dalamfile:///D:/Documents/SEMESTER%203%20TINGKAT%202/ASUHAN
%20KEBIDANAN%20BERSALIN%20DAN%20BBL/materi%20makalah2.pdf (diakses pada
26 Juli 2021 pukul 18.30 WIB)
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Bobak, Lowdermilk, Jense. 2012. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Sumarah. 2009. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta :
Fitramaya.
Rohani, dkk. (2011). Asuhan kebidanan pada masa persalinan. Jakarta : Salemba Medika. Dalam
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1102106050-3-3.%20BAB%20II.pdf (diakses pada 21.05
WIB)
Manurung, S. (2011). Buku ajar keperawatan maternitas asuham keperawatan intranatal.
Jakarta : Trans Info Media. Dalam https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1102106050-3-
3.%20BAB%20II.pdf (diakses pada 26 Juli 2021 pukul 21.05 WIB)
Wiknjosastro. 2008. Ilmu Kebidanan. Edisi 4. Cetakan 1. Jakarta : PT Bina Pustaka. Dalam
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1102106050-3-3.%20BAB%20II.pdf (diakses pada 26
Juli 2021 pukul 21.0 WIB)
Sukarni, I dan Wahyu, P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Yogyakarta: Nuha Medika
Cunningham, et al. 2014. Obstetri WilliamsEdisi 23. Jakarta: EGC.
Sondakh Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Erlangga. Dalam
file:///D:/Documents/SEMESTER%203%20TINGKAT%202/ASUHAN%20KEBIDANAN
%20BERSALIN%20DAN%20BBL/materi%20makalah2.pdf (diakses pada 26 Juli 2021 pukul
21.43 WIB)

12
Fanny Salim. 2018. Mekanisme Persalinan Normal. Dalam
https://slideplayer.info/slide/13631008/ (diaskes pda 26 Juli 2021 pukul 19.15 WIB)

13

Anda mungkin juga menyukai