OLEH:
NIM. 2214901046
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN NORMAL
I. KONSEP TEORI
A. Pengertian
Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya
terjadi pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan
menipis dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap, Ibu dikatakan
belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks
(Damayanti et all, 2015).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan, lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi baik ibu maupun janin
(Bandiyah, 2009).
B. Etiologi
1. Penurunan kadar progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya
Estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar Progesteron dan Estrogen di dalam darah,
tetapi pada akhir kehamilan kadar Progesteron menurun sehingga timbul
his.
2. Teori oxytosin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocsin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot rahim.
3. Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila
dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi
untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan
majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin
rentan.
4. Pengaruh janin
Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih
lama dari biasa.
5. Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi
salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan
bahwa Prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intra vena, intra dan
extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur
kehamilan. Hal ini juga di sokong dengan adanya kadar Prostaglandin
yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu
hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.
C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
b. Kala II
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap dan berakhir
pada saat bayi telah lahir lengkap.Pada Kala II ini His menjadi lebih kuat,
lebih sering, dan lebih lama.Selaput ketuban mungkin juga sudah pecah/
baru pecah spontan pada awal Kala II ini. Rata-rata waktu untuk
keseluruhan proses Kala II pada primigravida ± 1,5 jam, dan multipara ±
0,5 jam.
Sifat His:
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit. Refleks
mengejan terjadi juga akibat stimulasi dari tekanan bagian terbawah janin
(pada persalinan normal yaitu kepala) yang menekan anus dan rektum.
Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan kontraksi otot-otot dinding
abdomen dan diafragma, berusaha untuk mengeluarkan bayi.
Peristiwa penting pada Kala II:
1) Bagian terbawah janin (pada persalinan normal: kepala) turun sampai
dasar panggul.
2) Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang semakin kuat;
Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologis).
3) Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis
(simfisis pubis sebagai sumbu putar/ hipomoklion), selanjutnya
dilahirkan badan dan anggota badan.
4) Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk
memperbesar jalan lahir (episiotomi).
Proses pengeluaran janin pada Kala II (persalinan letak belakang kepala):
1) Kepala masuk pintu atas panggul: sumbu kepala janin dapat tegak
lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring /
membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior /
posterior).
2) Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat: 1) tekanan langsung
dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari
cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma
(mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
3) Fleksi: kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi
diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
4) Rotasi interna (putaran paksi dalam): selalu disertai turunnya kepala,
putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis),
membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter
biparietalis.
5) Ekstensi: setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah
oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir
berturut-turut: oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
6) Rotasi eksterna (putaran paksi luar): kepala berputar kembali sesuai
dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan
posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan
bahu depan dan bahu belakang.
7) Ekspulsi: setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan
dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks, abdomen) dan lengan,
pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.
c. Kala III
1) Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan berakhir dengan
lahirnya plasenta.
2) Kelahiran plasenta: lepasnya plasenta dari insersi pada dinding uterus,
serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri.
3) Lepasnya plasenta dari insersinya: mungkin dari sentral (Schultze)
ditandai dengan perdarahan baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-
Duncan) jika tidak disertai perdarahan, atau mungkin juga serempak
sentral dan marginal.
4) Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus
adalah bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan
berdarah.
5) Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus
setinggi sekitar / di atas pusat.
Sifat His:
Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas
uterus menurun.Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini,
namun dapat juga tetap menempel (retensio) dan memerlukan tindakan
aktif (manual aid).
d. Kala IV
Dimulai pada saat plasenta telah lahir lengkap, sampai dengan 1
jam setelahnya. Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala IV
persalinan:
1) Kontraksi uterus harus baik.
2) Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain.
3) Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap.
4) Kandung kencing harus kosong.
5) Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma.
6) Resume keadaan umum ibu dan bayi.
F. Patofisiologi
Persalinan normal terjadi karena kadar hormone menurun, oksitoksin
bertambah, prostaglandin, Rahim yang membesar dan ganglion tertekan
menimbulkan His.
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks
membuka dan mendorong janin ke bawah pada letak kepala, bila his sudah
cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam rongga panggul.
Kontraksi dimulai pada salah satu cornue (tanduk) uterus kiri atau
kelenjar ke seluruh miometrium sehingga menghasilkan kontraksi yang
simetris.Fundus uteri berkontraksi lebih kuat dan lebih lama dari bagian-
bagian lain dari uterus.Bagian tengah uterus berkontraksi pada fundus
uteri. Bagian bawah uterus-uterus serviks tetap pasif atau kontraksi
lemah.Setelah kontraksi terjadi relaksasi tonus otot diluar his tidak
seberapa jauh meningkat.
Pada waktu his kemudian keluar pada keadaan semula. Tahap persalinan:
a. Kala I yaitu pembukaan antara 4 cm dan kontraksi terjadi teratur
minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik.
b. Kala II yaitu untuk memastikan apakah pembukaan sudah lengkap
atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6cm.
c. Kala III yaitu pengeluaran aktif plasenta.
d. Kala IV yaitu sejak lamanya plasenta 1 sampai dengan 2-4 jam
setelah persalianan dan keadaan itu menjadi stabil kembali.
b. Perubahan Serviks
Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”. Kalau tadinya
selama masa hamil, serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunak,
sekarang serviks masih lunak dengan konsistensi seperti pudding, dan
mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikit
dilatasi. Evaluasi kematangan serviks akan tergantung pada individu
wanita dan paritasnya sebagai contoh pada masa hamil. Serviks ibu
multipara secara normal mengalami pembukaan 2 cm, sedangkan pada
primigravida dalam kondisi normal serviks menutup. Perubahan serviks
diduga terjadi akibat peningkatan instansi kontraksi Braxton Hicks.
Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum
persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapannya untuk
persalinan.
c. Persalinan Palsu
Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri,
yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada
persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi Braxton Hicks yang
tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan.
Bagaimanapun, persalinan palsu juga mengindikasikan bahwa persalinan
sudah dekat.
e. Bloody Show
Bloody show merupakan tanda persalinan yang akan terjadi,
biasanya dalam 24 hingga 48 jam. Akan tetapi bloody show bukan
merupakan tanda persalinan yang bermakna jika pemeriksaan vagina
sudah dilakukan 48 jam sebelumnya karena rabas lendir yang bercampur
darah selama waktu tersebut mungkin akibat trauma kecil terhadap atau
perusakan plak lendir saat pemeriksaan tersebut dilakukan.
f. Lonjakan Energi
Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaksan selain bahwa
hal tersebut terjadi alamiah, yamg memungkinkan wanita memperoleh
energi yang diperlukan untuk menjalani persalinan.Wanita harus
diinformasikan tentang kemungkinan lonjakan energi ini untuk menahan
diri menggunakannya dan justru menghemat untuk persalinan.
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratoriun dan diagnostic
1) Pemeriksaan urine
Specimen urine diperoleh untuk status hidrasi (berat jenis, warna,
jumlah), status gizi (keton), atau komplikasi yang mungkin terjadi
(hipertensi terhadap kehamilan).
2) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yang lebih lengkap adalah pemeriksan nilai
haemoglobin dan hematokrin serta hitung jumblah sel lengkap.
Apabila terdapat tanda-tanda ketidak cocokan imunologi yang nyata
memberi jasa kesehatan dapat meminta supaya dilakukan pemeriksaan
darah diagnostic lainnya.
3) Ruptum ketuban
a) Warna
Cairan amnion dalam kondisi normal, pucat dan berwarna
seperti jerami dan dapat mengandung serpihan perniks
saseosa.Apabila cairan amnion berwarna kecoklatan hijauan, janin
biasanya mengalami episode hipoksia yang menyebabkan relaksasi
sfingter ani dan keluarnya produk sampingan pencernaan janin
dalam uterus yang disebut meconium.Adanya cairam amnion
bercampur mekoniom membuat perawat lebih waspada dalam
mengamati status Janis.Setelah lahir bayi mempunyai resiko tinggi
untuk mengalami perubahan dalam status pernafasannya.
b) Karakter
Cairan amnion dalam keadaan normal mempunyai
konsitensi seperti air dan baunya tidak menyengat.Apabila cairan
menjadi kental atau berbau tidak enak maka perlu dicurigai adanya
infeksi.
c) Jumlah
Dalam keadaan normal, volume cairan amnion berkisar
antara 500 sampai 1200ml. kebanyakan cairan amnion ini berasal
dari aliran darh ibu ditambah urine janin sehingga janin tidak dapat
minum cairan atau cairan terperangkap dalam tubuh janin.
Oligohidramnion (<500ml) adalah jumblah volume amnion yang
kecil dan dapat dikaitkan dngan pembentukan yang tidak sempurna
atau tidak terbentuknya ginjal atau adanya obstuksi uretra. Apabila
janintidak mampu mengekresikan urine maka volume cairan
amnion akan menurun.
d) Infeksi
Ketika selaput ketuban pecah, mikroorganisme dari vagina
dapat naik masuk kedalam kantong amnion maka dapat terjadi
amnionnitis dan plasentitis. Meskipun selaput utuh,
mikroorganisme yang dapat naik dan langsung menyebabkan
ketuban pecah dini.Temperature ibu dan lender vagina sering
diperiksa (setiap 1-2 jam).untuk penampungan dini infeksi setelah
ketuban ruptun.
I. Penatalaksanaan
a. Kala I
1) Mengukur TTV dan PF.
2) Auskultasi DJJ.
3) Memperhatikan kontraksi uterus, dilatasi uterus, penurunan presentasi
terendah dan kemajuan persalinan, serta perineum.
b. Kala II
Mengajari ibu untuk mengejan dengan baik dan kuat
c. Kala III
1) Pengawasan terhadap pendarahan;
2) Memperhatikan tanda plasenta lepas.
d. Kala IV
1) Pemeriksaan fisik, observasi TTV dan keadaan umum.
2) Kontraksi Rahim.
3) Letakan bayi yang telah dibersih dan letakkan sebelah ibu.
II. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. Kala 1
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Keluhan utama
c. Riwayat persalinan
d. Kaji benarnya inpartu.
e. Kaji berapa jauh kemajuannya.
f. Kaji keadaan ketuban.
g. Kaji komplikasi atau resti.
h. Kaji respon psikologi.
i. Kaji kemajuan persalinan → partogram
a) Pembukaan.
b) Penurunan persentasi.
c) Moulage.
j. Kaji kontraksi.
k. Kaji posisi ibu :
a) Awal kala I: jalan-jalan.
b) Pembukaan 6-7 cm: tidur miring ke kiri setengah duduk.
l. Kaji makan dan minum
a) Akhir kala I dibatasi.
b) Dianjurkan Bak 2-3 jam sekali.
m. Kaji lingkungan tenang dan nyaman.
n. Kaji penjelasan sikap empati dan hangat.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas berhubungan dengan pengalaman negatif dengan persalinan
sebelumnya, ingatan mengenai riwayat kekerasan seksual, perbedaan
budaya.
2) Nyeri melahirkan berhubungan dengan dilatasi serviks, efek
kontraksi uterus dan penurunan janin.
3) Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan berkurangnya
konsumsi cairan, brkurangnya sensasi penuh dikandung kemih
karena anastesi atau analgesic tidural.
4) Ketidakefektipan koping berhubungan dengan ketidakmampuan
mengubah energi yang adaptif.
3. Intervensi
1) Ansietas berhubungan dengan pengalaman negative dengan
persalinan sebelumnya, ingatan mengenai riwayat kekerasan seksual,
perbedaan budaya.
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan ….x24 jam diharapkan rasa
cemas Ibu terkontrol dengan kriteria hasil:
a. Ibu mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala
cemas.
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik
untuk mengontrol cemas.
c. TTV dalam batas normal
S = 36-37°C
N = 80 x/menit
RR = 20-24 x/menit
TTV=120/80 mmHg
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
C. Kala III
1. Pengkajian
1) Data bio-psiko-sosial
a) Aktivitas / istirahat
Ibu tampak senang dan keletihan.
b) Sirkulasi
a. Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan
kembali normal dengan cepat;
b. Hipotensi akibat analgetik dan anastesi;
c. Nadi melambat.
c) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml.
d) Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
e) Seksualitas
a. Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas.
b. Tali pusat memanjang pada muara vagina.
2) Pemeriksaan fisik
a) Timbul kontraksi uterus.
b) Uterus tampak membundar.
c) Terlihat massa introitus.
d) Tali pusat lebih menjulur.
e) Pendarahan tiba-tiba dengan warna gelap
a. Observasi keadaan umum ibu dan tanda vital;
b. Pengkajian jalan lahir;
c. Mengkaji factor yang berkaitan dengan atonia;
d. Pemberian utero tonika (k/p).
2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perdarahan saat terlepas dan keluarnya plasenta, kontraksi
uterus tidak adekuat;
2) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
mengenai terlepas dan keluarnya plasenta, trauma perineum
dan kebutuhan akan perbaikan;
3) Keletihan berhubungan dengan pengeluaran energi yang
berhubungan dengan melahirkan dan usaha mengejan pada kala
dua persalinan;
4) Resiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi pasca
partum.
3. Intervensi
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
perdarahan saat terlepas dan keluarnya plasenta, kontraksi
uterus tidak adekuat
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan…x 24 jam diharapkan
cairan pasien seimbang dengan kriteria hasil:
1. TTV dalam batas normal.
2. Mengeluarkan plasenta dengan perdarahan kurang dari
500 ml.
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
D. Kala IV
1. Pengkajian
1) Data bio-psiko-sosial
a) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
b) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi,
mungkin lebih rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau
meningkat pada respon pemberian oksitisin atau HKK,edema,
kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran
pervagina 600-800 ml untuk kelahiran saesaria.
c) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
d) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
e) Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
f) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya
anastesi spinal
g) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, misal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan
episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor.
h) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh
i) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi
umbilicus, perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae
mungkin pada abdomen, paha dan payudara.
2) Pemeriksaan fisik
a) Kaji status fisiologis ibu
a. Kaji posisi dan tonus uteri.
b. Kaji adanya perdarahan pervagina.
c. Kaji kondisi perineum.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan atonia uterus.
2) Nyeri akut berhubugan dengan involusi uterus, trauma perineum,
episotomi, dan ambeien.
3) Kesiapan peningkatan menjadi orang tua berhubungan dengan
transisi/peningkatan anggota keluarga.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan kulit/trauma jaringan dan
peningkatan pemajanan lingkungan.
3. Intervensi
1) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan atonia uterus
Tujuan:
Setelah diberikan asuhan keperawatan …x 24 jam diharapkan Cairan
pasien seimbang dengan kriteria hasil:
1. TTV dalam batas normal.
2. Menjaga status hidrasi lewat asupan oral dan IV
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
Intervensi Rasional
E. Implementasi
F. Evaluasi
Kontraksi
Pembuluh darah miometrium His
Kontraksi Iskemia
mengejang
otot rahim
Persalinan normal
Kala I Kala II
Dilatasi
Kontraksi Penurunan bagian Keadaan serviks
uterus ↑ bawah janin psikologis
Manufer Ekspulsi
Dilatasi Vesika urinaria Krisis palsafah fetal
uterus 4 cm tertekan maternal
Lamanya Saraf tertekan,
Tekanan pada Adanya distensi Khawatir proses penegangan
jaringan kandung kemih dan gelisah persalinan jaringan
Keletihan
Nyeri
Melahirkan
Kala III Kala IV
Kelahiran Komplikasi
Pundus Energi anak
uterus naik menurun
Anggota keluarga Trauma Jalan lahir
Tali pusat di Tenaga bertambah perinium robek
depan vulva berkurang
memanjang Luka
Kesiapan peningkatan
Lelah menjadi orang tua
Darah keluar Iritasi mekanik
mendadak Lesu pada saraf &
jaringan
Darah Kerusakan
Plasenta Keletihan keluar jaringan
Resiko Pelepasan
kekurangan keluar neurotranmitter
volume cairan Resiko Flora vagina nyeri
kekurangan patogen
Darah ikut Pengetahuan
keluar kurang volume cairan Substansi serotonin,
Resiko prostaglandin keluar
Khawatir infeksi
Resiko
dan gelisah Masuk ke
perdarahan
serabut afferen
Korteks serebri
Persepsi nyeri
Nyeri Akut
DAFTAR PUSTAKA
1
PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Rejeki, Sri, Nurullita, Ulfa, Krestanti, Retno. 2013. Tingkat Nyeri
Pinggang Kala I Persalinan Melalui Teknik Back-Effluerage dan
Counter-Pressure. Jurnal Keperawatan Maternitas, 1(2), 124-133.
Retrieved from
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKMat/article/download/999/10
2
3
4