Anda di halaman 1dari 17

TINJAUAN TEORI

A. DEFENISI
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pelepasan dan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir, dan Kelahiran adalah proses dimana janin dan
ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir.

B. JENIS- JENIS PERSALINAN


1. Menurut cara persalinan.
a. Persalinan spontan
Proses lahir bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan dan alat,
serta tidak melukai ibu dan bayi yang berlangsung kurang dari 24 jam.
b. Persalinan buatan
Persalinan pervaginam dengan bantuan alat – alat atau melalui dinding
perut dengan operasi secio caesaria.
c. Persalinan anjuran
Kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan seperti pemberian pitocin atau prostaglandin
atau pemecahan ketuban.
2. Menurut usia (tua kehamilan)
a. Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 g.
b. Partus imaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg atau bayi dengan
berat badan antara 500 g dan 999 g.
c. Partus prematurus
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 mg dan 37 mg atau dengan
berat badan 1000 g dan 2499 .
d. Partus matures / aterm
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg dan 42 mg atau bayi dengan
BB 2500 g atau lebih.
e. Partus post matures / serotinus
Pengeluaran buah kehamilan setelah 42 mg.

C. ETIOLOGI
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara
pasti/jelas. Terdapat beberapa teori antara lain :
1. Teori penurunan hormon progesterone
Progesterone menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen didalam darah,
tetapi pada akhir kehamilan kadar progesterone menurun sehingga
menimbulkan his.
2. Teori oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot – otot rahim.
3. Teori placenta menjadi tua
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesterone yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal
ini akan menimbulkan his.
4. Keregangan otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya
teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya
kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
5. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu
sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa
Prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intra vena, intra dan
extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur
kehamilan. Hal ini juga di sokong dengan adanya kadar Prostaglandin
yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu
hamilsebelum melahirkan atau selama persalinan
6. Pengaruh janin
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada
anencephalus, kehamilan sering lama dari biasanya
7. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot –
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
8. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser
dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his.

D. FAKTOR UTAMA DALAM PERSALINAN


1. Power
His (kontraksi ritmis otot polos uterus), kekuatan mengejan ibu, keadaan
kardiovaskular respirasi metabolik ibu.
2. Passage
Keadaan jalan lahir
3. Passanger
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin, ada/tidak kelainan
anatomik mayor)
(++ factor-faktor “P” lainnya : psychology, physician, position)
Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor “P”
tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.

E. PATOFISIOLOGI
Proses Persalinan
1. Persalinan Kala 1 (Fase Pematangan / Pembukaan Serviks)
Dimulai pada waktu serviks membuka karena his : kontraksi uterus
yang teratur, makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri,
disertai pengeluaran darah-lendir yang tidak lebih banyak daripada darah
haid, dan berakhir pada waktu pembukaan serviks telah lengkap (pada
periksa dalam, bibir porsio serviks tidak dapat diraba lagi). Selaput
ketuban biasanya pecah spontan pada saat akhir kala I.
a. Fase laten
Pembukaan sampai mencapai 3cm, berlangsung sekitar 8 jam.
b. Fase aktif
Pembukaan dari 3cm sampai lengkap (+ 1 cm), berlangsung sekitar 6
jam. Fase aktif terbagi atas :
1) Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3cm sampai 4cm.
2) Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4cm sampai
9cm.
3) Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9cm sampai lengkap (+
10cm).
Peristiwa penting pada persalinan kala 1
a. Keluar lendir / darah (bloody show) akibat terlepasnya sumbat mukus
(mucous plug) yang selama kehamilan menumpuk di kanalis
servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler serviks, dan akibat
pergeseran antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus
b. Ostium uteri internum dan eksternum terbuka sehingga serviks menipis
dan mendatar.
c. Selaput ketuban pecah spontan (beberapa kepustakaan menyebutkan
ketuban pecah dini jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum
pembukaan 5 cm).

2. Persalinan kala 2 (Fase pengeluaran bayi)


Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap.
Berakhir pada saat bayi telah lahir lengkap.His menjadi lebih kuat, lebih
sering, lebih lama, sangat kuat. Selaput ketuban mungkin juga baru pecah
spontan pada awal kala 2.
Peristiwa penting pada persalinan kala 2
a. Bagian terbawah janin (pada persalinan normal : kepala) turun sampai
dasar panggul.
b. Ibu timbul perasaan / refleks ingin mengejan yang makin berat.
c. Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid fisiologik)
d. Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di bawah simfisis
(simfisis pubis sebagai sumbu putar / hipomoklion), selanjutnya
dilahirkan badan dan anggota badan.
e. Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan perineum untuk
memperbesar jalan lahir (episiotomi).
f. Lama kala 2 pada primigravida + 1.5 jam, multipara + 0.5 jam.

Gerakan utama pengeluaran janin pada persalinan dengan letak belakang


kepala
a. Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin dapat tegak
lurus dengan pintu atas panggul (sinklitismus) atau miring /
membentuk sudut dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior /
posterior)
b. Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat : 1) tekanan langsung
dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong, 2) tekanan dari
cairan amnion, 3) kontraksi otot dinding perut dan diafragma
(mengejan), dan 4) badan janin terjadi ekstensi dan menegang
c. Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala
berubah dari diameter oksipito-frontalis (puncak kepala) menjadi
diameter suboksipito-bregmatikus (belakang kepala).
d. Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya kepala,
putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah simfisis pubis),
membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan diameter
biparietalis.
e. Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi setelah
oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior. Lahir
berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut, dagu.
f. Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali sesuai
dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas panggul dengan
posisi anteroposterior sampai di bawah simfisis, kemudian dilahirkan
bahu depan dan bahu belakang.
g. Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan dikeluarkan
dengan mudah. Selanjutnya lahir badan (toraks,abdomen) dan lengan,
pinggul / trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.

3. Persalinan kala 3 (fase pengeluaran plasenta)


Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap. Berakhir dengan
lahirnya plasenta.
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari insersi pada dinding
uterus, serta pengeluaran plasenta dari kavum uteri. Lepasnya plasenta dari
insersinya : mungkin dari sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan
baru, atau dari tepi / marginal (Matthews-Duncan) jika tidak disertai
perdarahan, atau mungkin juga serempak sentral dan marginal. Pelepasan
plasenta terjadi karena perlekatan plasenta di dinding uterus adalah
bersifat adhesi, sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan berdarah.
- Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras, fundus
setinggi sekitar / di atas pusat.
- Plasenta lepas spontan 5-15 menit setelah bayi lahir.
(jika lepasnya plasenta terjadi sebelum bayi lahir, disebut
solusio/abruptio placentae – keadaan gawat darurat obstetrik !!).

4. Kala 4 (Observasi Pascapersalinan)


Sampai dengan 1 jam postpartum, dilakukan observasi.
7 pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 :
a. Kontraksi uterus harus baik,
b. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain,
c. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
d. Kandung kencing harus kosong,
e. Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma
f. Resume keadaan umum bayi, dan
g. Resume keadaan umum ibu.

F. MANIFESTASI KLINIS
Tanda – tanda permulaan persalinan
1. Kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida. Pada
primigravida kepala anak pada bulan terakhir berangsur – angsur turun
kedalam rongga panggul. Pada multigravida, dinding rahim dan perut
sudah kendor kekenyalannya sudah berkurang sehingga kekuatan
mendesak kebawah tidak seberapa, biasanya kepala bru turun pada
permulaan persalinan.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah BAB karena vesika urinaria tertekan oleh
bagian terbawah janin.
4. Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya his.
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, sekresi bertambah, kadang –
kadang bercampur darah
Gejala Persalinan
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluarnya lendir bercampur darah lebih banyak. Hal ini terjadi karena
robekan – robekan kecil yang terjadi pada serviks
3. Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4. Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar, lunak dan terdapat pembukaan.

G. KOMPLIKASI
1. Ketuban Pecah Dini (KPD)
2. Perdarahan pasca persalinan
3. Infeksi intrapartum
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemerikaaan darah lengkap :
a. Hb normal = 11,4 – 15,1 gr/dl
b. Golangan darah = A, B, AB & O
c. Faktor RH = +/-
d. Waktu pembekuan
2. Protein Urine
3. Urine reduksi

I. PENANGANAN NYERI PADA IBU


Tehnik mengurangi nyeri adalah sebagai berikut:
1. Kenyamanan
Kenyamanan ini meliputi posisi dan pengololaan selama sakit. Posisi yang
dianjurkan miring kekiri untuk mengurangi penakanan pada vena cava.,
kepala ditinggikan 45O agar kerja jantung dan paru ringan. Sedangkan
pengololaah selama rasa sakit adalah pengosongan kandung kemih,
kebersihan, alat tenun bersih dan rapih.Mengingat ibu dianjurkan untuk
ekspirasi lewat mulut sehingga perlu menganjurkan ibu untuk kumur-
kumur.
2. Relaksasi
Perawat- bidan salama membantu klien melakukan relaksasi, hal yang
perlu diingat adalah menjelaskan kepada ibu bahwa relaksasi selama
kontraksi adalah sangat penting untuk mengurangi tekanan abdomen pada
uterus dan juga memberi rasa nyaman pada ibu.
3. Massage
Selain itu dapat dilakukan tehnik massage , untuk itu perawat-bidan perlu
mengetahui \memahami teori gate control. Ada dua macam serabut syaraf
yang perlu diketahui yakni serabut saraf yang berdiameter kecil dan
serabut syaraf berdiameter besar yang masing-masing mempunyai fungsi
yang berbeda.
4. Distraction atau mengalihkan perhatian
Cara mengalihkan perhatian yang lainnya cukup efektif adalah dengan
nafas dalam sebagaimana yang dikemukakan oleh Lamaze (1960) yakni:
a. Pembukaan 3 cm
Nafas dalam 6-9 X/ mnt, inspirasi dari hidung dan ekspirasi lewat
mulut secara berlahan-lahan, pusatkan perhatian pada satu fokus
dengan mata tertutup.
b. Pembukaan 4-7cm
Nafas dalam 15 X/mnt pada saat inspirasi lengan diangkat kearah
kepala untuk menjauhkan peritoneum dari rangsangan uterus.
c. Pembukaan 8-10 cm
Fase ini dikenal dengan fase transisi. Pada saat ini sangat sulit
mengontrol pernafasan sehingga ibu dianjurkan untuk bernafas dengan
pola 4:1, 6:1, 8:1, caranya yaitu inspirasi pendek –pendek dari hidung
sebanyak 4,6 atau 8 kali lalu akhiri dengan ekspirasi panjang satu kali
melalui mulut.
5. Mengurangi kecemasan dan ketakutan
Dalam mengatasi hal ini perawat-bidan dapat memberikan informasi yang
sesuai pendidikan dan latar belakang kebudayaan klien, antar lain:
a. Kemajuan persalianan
b. Alat-alat atau prosedur yang akan dilakuakan.
c. Obat-obatan
6. Memanfaatkan orang terdekat
Ada dua keuntungan tehnik ini:
a. Keuntungan emosional
1) Ibu akan mempunyai pengalaman positif terhadap melahirkan
2) Perasaan berpartisipasi nyata dalam melahirkan anknya.
3) Membantu tumbuhnya hubungan orang tua dan anak
4) Membantu tumbuhnya hubungan atara ibu dan bapak.
b. Keuntungan fisiologis.
1) Ibu dapat bekerjasama pada saat pemeriksaan.
2) Ibu tidak terlalu lelah pada saat sesudah melahirkan
3) Kesuksesan dalam mengurangi sakit tanpa menggunakan obat
obatan
4) Komplikasi seperti sakit sehubungan dengan menurunya oksigen
dapat dihindari.

Hal-hal yang diperhatikan dalam melakukan tehnik mengurangi rasa


sakit
1. Variasi tekhnik yang digunakan 2-3 X kemudian ganti cara lain
2. Segera mulai pada awal timbulnya his
3. Sesuaikan kemampuan klien.
4. Catat kemampuan ibu dalam mengurangi rasa sakit.
5. Mengenai kekuatan yang dibutuhkan tergantung dengan kekuatan
mengatasi rasa sakit sebelumnya.
6. Jika ibu telah berasil mengatasi cara tersebut akan mendorong ibu
melakukannya lagi.
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data.
a. Biodata
b. Keluhan Utama.
c. Riwayat penyakit sekarang .
d. Riwayat penyakit dahulu.
e. Riwayat Obstetri.
1) Riwayat haid.
2) Riwayat kebidanan.
f. Pola Kebutuhan sehari-hari.
1) Nutrisi
Adanya his berpengaruh terhadapkeinginan atau selera makan yang
menurun.
2) Istirahat tidur
Klien dapat tidur terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung pada
letak punggung anak,klien sulit tidur terutama kala I – IV.
3) Aktivitas
Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada
aktivitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, tidak mebuat
klien cepat lelah, capai, lesu. Pada kala I apabila kepala janin telah
masuk sbagian ke dalam PAP serta ketuban pecah, klien dianjurkan
duduk / berjalan-jalan disekitar ruangan / kamar bersalin. (Sarwono
Prawirohardjo, 1999,192). Pada kala II kepala janin sudah masuk
rongga PAP klien dalam posisi miring ke kanan / kiri .
4) Eliminasi.
Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan
proses persalinan (Chritina”s Ibrahim, 1993:7). Pada akhir
trimester III dapat terjadi konstipasi.
g. Pemeriksaan.
1) Pemeriksaan umum meliputi Tinggi badan dan berat badan.
2) Tekanan Darah.
3) Suhu badan nadi dan pernafasan.
2. Pemeriksaan fisik.
a. Kepala dan leher
Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya
pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva kadang pucat, sklera
kuning, hiperemis ataupun normal, hidung ada polip atau tidak, caries
pada gigi, stomatitis, pembesaran kelenjar
b. Dada
Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya hiperpigmentasi
areola dan papila mamae serta ditemukan adanya kolustrum.
c. Perut
d. Adanya pembesaran pada perut membujur, hyperpigmentasi linea
alba / nigra, terdapat striae gravidarum.
1) Palpasi : usia kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus xypoideus,
usia kehamilan prematur pertengahan pusat dan prosesus
xypoideus, punggung kiri / punggung kanan , letak kepala, sudah
masuk PAP atau belum. Adanya his yang makin lama makin sering
dan kuat.
2) Auskultasi : ada / tidaknya DJJ,frekwensi antara 140 – 160 x /
menit
e. Genetalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban. Bila
terdapat pengeluaran mekonium yaitu feses yang dibnetuk anak dalam
kandungan, menandakan adannya kelainan letak anak. Pemeriksaan
dalam untuk mengetahui jauhnya dan kemajuan persalinan, keadaan
servic, panggul serta keadaan jalan lahir.
f. Ekstremitas
Pemeriksaan udema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karena pre eklamsia atau karena karena penyakit
jantung / ginjal. Ada varices pada ekstremitas bagian bawah karena
adanya penekanan dan pembesaran uterus yang menekan vena
abdomen
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, Jenis penentuan,
waktu pembekuan, hitung darah lengkap.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi rahim, dilatasi serviks
2. Kecemasan berhubungan dengan proses persalinan, kekhawatiran pada
kondisi bayi
3. Resiko cedera pada ibu dan janin berhubungan dengan posisi kaki tidak
tepat, tindakan yang salah dari penolong
4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik setelah
persalinan

C. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan kontraksi rahim, dilatasi serviks
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mengatakan nyeri
berkurang atau teratasi dngan criteria hasil:
a. Klien mengatakan neri berkurang
b. Ekspresi wajah tampak rileks
Intervensi Rasional
a. Observasi skala nyeri dng skala 1 – Mengetahui tingkat nyeri & ketergantungan
10, intensitas & lokasi klien serta kualitas nyeri
b. Ajarkan tehnik relaksasi & menarik Meningkatkan relaksasi & rasa nyaman
napas panjang
c. Berikan penjelasan ttg penyebab nyeri Meningkatkan pengetahuan sehingga
& kapan hilangnya mengurangi kecemasan,klien menjadi
kooperatif
d. Ajarkan cara mengedan yg benar jika Mengurangi kelelahan & mempercepat
pembeukaan sudah lengkap proses persalinan.
e. Anjurkan klien u/ istirahat miring kiri Mengurangi penekanan vena cava,
jika tdk sedang kontraksi meminimalkan hipoksia jaringan

2. Kecemasan berhubungan dengan proses persalinan, kekhawatiran pada


kondisi bayi
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien mengatakan kecemasan
teratasi dngan criteria hasil:
a. Klien mengatakan tidak cemas lagi
b. Ekspresi wajah tampak tenang
Intervensi Rasional
a. Kaji tingkat ansietas melalui isyarat Mengidentifikasi tingkat intervensi yang
verbal dan nonverbal diperlukan
b. Jelaskan prosedur sebelum memulai Mengingatkan pasien untuk mengendalikan
melakukan tindakan dan mempersiapkan mentalnya,
c. Beri gambaran yang jelas tentang Ibu akan lebih memahami dan mengerti
proses persalinan tentang proses persalinan

3. Resiko cedera pada ibu dan janin berhubungan dengan posisi kaki tidak
tepat, tindakan yang salah dari penolong
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Resiko cedera pada ibu dan janin
tidak terjadi.

Intervensi Rasional
a. Bantu ibu bentuk posisi yang nyaman Memperlancar aliran darah dari ibu ke janin
dan memudahkan penolong untuk
membantu melahirkan.
b. Periksa denyut nadi setiap 15 menit Untuk mengetahui keadaan umum ibu
dan ukur tekanan darah
c. Periksa DJJ antara tiap-tiap kontraksi Meningkatkan identifikasi awal bahaya pada
fetal
d. Bila perinium menonjol, anus Merupakan tanda-tanda yang tepat untuk
membuka kepal anak mterlihat memimpin dan menolong persalinan
didepoan vulva sat kontraksi dan tidak
masuk maka penolong akan mulai
memimpin persalinan
e. Penolong cuci tangan dan Mencegah kontaminasi dan transmisi dari
menggunakanm sarung tangan steril mikroorganisme

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang


banyak
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko kekurangan volume cairan
tidak terjadi.
Intervensi Rasional
a. Observasi TTV Mengetahui perkembangan/perubahan yg
terjadi pada klien
b. Kaji kekeringan kulit dan mulut Dehidrasi dapat menyebabkan kulit kering
dan penurunan produksi saliva
c. Observasi terhadap kehilangan darah Perdarahan berlebihan dapat menyebabkan
berlebihan syok hipovolemik pada ibu
d. Berikan cairan peroral sesuai izin atau Menggantikan kehilangan cairan
secara parenteral
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik setelah
persalinan
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan intoleransi aktivitas teratasi
dengan criteria hasil:
a. Klien dapat melakukan aktivitasnya sendiri
Intervensi Rasional
a. Observasi tingkat kelelahan ibu dan Untuk memastikan pemulihan energi
jumlah istirahat yang seharusnya
b. Observasi tingkat kemampuan dalam Sebagai data dasar dalam memberikan
melakukan aktivitas dan pemenuhan intervensi lanjut
kebutuhan sehari-hari
c. Ajarkan ibu tentang perlunya istirahat Untuk memastikan bahwa ibu dapat
dan tentukan waktu-waktu tertentu memulihkan energi yang hilang dalam
untuk istirahat dan tidur persiapan untuk merawat bayi baru lahir
d. Ciptakan suasana yang kondusif untuk Lingkungan yang kondusif dapat
istirahat menigkatkan kenyamanan pada saat istirahat
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn & Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Perawatan


Maternal/Bayi “Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi
Perawatan Klien” Ed. 2. EGC. Jakarta.

Mansjoer, Arif dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Ed.3. Media
Aesculapius FK UI. Jakarta.

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/04/FISIOLOGI_PROSES
PERSALINAN_NORMAL.html

http://www.mere’s.com/2009/05/13/ askep-persalinan-normal.html

http://www.KumpulanAskep.com/2011/intranatal-care.html

Anda mungkin juga menyukai