Oleh :
NAMA : NI WAYAN DEVI LEONA CINTYA UTAMA PUTRI
NIM : 18.321.2858
KLS : A12-A
a) Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang,
sikap extensi sempurna dengan diameter pada waktu masuk
panggul atau diameter submentobregmatika sebesar 9,5 cm.
Bagian terendahnya adalah bagian antara glabella dan dagu,
sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya antara glabella
dan bregma.
b) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan),
hal ini berlawanan dengan presentasi muka yang ekstensinya
sempurna. Bagian terendahnya adalah daerah diantara margo
orbitalis dengan bregma dengan penunjukknya adalah dahi.
Diameter bagian terendah adalah diameter verticomentalis
sebesar 13,5 cm, merupakan diameter antero posterior kepala
janin yang terpanjang.
c) Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan
dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah dengan
penunjuknya adalah sacrum. Berdasarkan posisi janin,
presentasi bokong dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu
presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni,
presentasi bokong kaki, dan presentasi bokong lutut.
- Faktor Persalinan Pervaginam
1) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin
dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan
alat vacum yang dipasang di kepalanya ( Mansjoer,
2002).
2) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin
dilahirkan dengan cunam yang dipasang di kepala janin. Komplikasi
yang dapat terjadi pada ibu karena tindakan ekstrasi forsep antara
lain ruptur uteri, robekan portio, vagina, ruptur perineum, syok,
perdarahan post partum, pecahnya varices vagina.
3) Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan
melakukan pengurangan volume atau merubah struktur organ
tertentu pada bayi dengan tujuan untuk memberi peluang yang lebih
besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut.
4) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat
cepat, berlangsung kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh
abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlau kuat, atau pada
keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya rasa nyeri pada
saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses persalinan yang
sangat kuat (Cunningham, 2005).
4. Gejala Klinis
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-
organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini
kadang-kadang disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan.
a. Sistem reproduksi
- Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah
melahirkan, proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus, pada waktu hamil penuh
baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira
500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah
lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul.
Pada minggu keenam, beratnya menjadi 5060gr. Pada masa pasca
partum penurunan kadar hormon
menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan
hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama
masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar
setelah hamil.
- Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah
bayi lahir, hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis
memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi pembuluh
darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak
teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin
secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir.
- Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular
dan trombus menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi
dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas
menyebapkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan
jaringan parut yang menjadi
karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada
akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat
plasenta.
- Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna
merah, kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra
terutama mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik.
Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa
terdiri dari darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10
hari setelah bayi lahir, cairan berwarna kuning atau putih. Lochea alba
mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum dan bakteri.
Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
- Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca
partum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan
kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap
edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu
melahirkan.
- Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan
kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan
semenonjol pada wanita nulipara.
b. Sistem endokrin
- Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol,
serta placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik
kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna
pada masa puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun
secara mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen
berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstra
seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
- Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan
tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada
wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan
ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama pada
wanita menyusui dan tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak
berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat
(Bowes, 1991).
c. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan
menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil.
Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan
sebelum hami.
d. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita
melahirkan. Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada
kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum
hamil
e. Sistem cerna
- Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan,
ibu merasa sangat lapar.
- Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selam waktu yang singkat setelah bayi lahir.
- Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga
hari setelah ibu melahirkan.
f. Payu dara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara
selama wanita hamil (esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin,
prolaktin, krotison, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
- Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak
menyusui. Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi
dailakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat
pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri
bila ditekan, dan hangat jika di raba.
- Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba
hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama
sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
g. Sistem kardiovaskuler
- Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya
kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran
cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan
volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi
perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan volume darah
menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi
lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume
sebelum lahir.
- Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat
sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini
akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena
darah yang biasanya melintasi sirkuit utero plasenta tibatiba kembali ke
sirkulasi umum.
- Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam
keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan
darah sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar
empat hari setelah wanita melahirkan (Bowes, 1991).
h. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi
neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami
wanita saat bersalin dan melahirkan.
i. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil
berlangsung secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup
hal-hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat
berat ibu akibat pemsaran rahim.
j. Sistem integument
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut
akan menutap. Kulit kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan
panggul mungkin memudar, tapi tidak hilang seluruhnya.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
- Pemeriksaan TTV
- Pengkajian tanda-tanda anemia
- Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
- Pemeriksaan reflek
- Kaji adanya varises
- Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
b. Payudara
- Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
- Kaji adanya abses
- Kaji adanya nyeri tekan
- Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
- Kaji pengeluaran ASI
c. Abdomen atau uterus
- Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
- Kaji adnanya kontraksi uterus
- Observasi ukuran kandung kemih
d. Vulva atau perineum
- Observasi pengeluaran lokhea
- Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
- Kaji adanya pembengkakan
- Kaji adnya luka
- Kaji adanya hemoroid
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan (lokhea tidak
banyak)
prosedur
5. Komplikasi
a. Infeksi Puerpuralis
- Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
- Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi atau
perut sedikit kembung
- Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita
jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi infeksi
intrapartum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
b. Pendarahan disebabkan karena :
- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
- Atonia Uteri
- Pendarahan pada placenta bled
c. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonalisasi terlalu tinggi.
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada
dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.
Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea klasik.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat diberikan caboransia
seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.
(Manuaba, 1999)
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Identitas
Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat.
2) Alasan Dirawat
Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas. Kaji adanya sakit perut,
perdarahan, dan ketakutan untuk bergerak
3) Riwayat Masuk Rumah Sakit
Kaji riwayat kesehatan ibu dan keluarga serta keadaan bayi saat ini meliputi
berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan lain-lain.
4) Riwayat Obstertri dan Ginokologi
Kaji riwayat menstruasi yang meliputi menarche, siklus, banyak, lama, keluhan,
dan HPHT. Kaji juga riwayat pernikahan, riwayat kelahiran, persalinan, nifas
yang lal, dan riwayat keluarga berencana yang meliputi akseptor KB, msalah,
dan rencana KB.
a. Pola Kebutuhan Sehari-Hari
1) Bernafas
Kaji kemampuan ibu dalam bernafas secara sepontan.
2) Nutrisi
Kaji pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan
(Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack
(makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi.
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
3) Eliminasi
Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia
(hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi
over distensi blass, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, frekuensi,
konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan
toilet. Diuresis biasanya terjadi diantara hari kedua dan kelima.
4) Aktivitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan
merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan
menyusui.
5) Istirahat dan Tidur
Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu
istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap,
apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur
(penekanan pada perineum). Insomnia mungkin teramati.
6) Personal Hygine
Yang dikaji yaitu, pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan
wajah.
7) Rasa nyaman
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai ke-
5 pasca partum.
8) Rasa Aman
Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering terlihat kira-
kira 3 hari setelah melahirkan).
9) Suhu
Kaji ada tidaknya perubahan suhu badan ibu dengan rentang normal yaitu
36-37oC.
10) Ibadah
Kaji adakah perubahan cara atau waktu ibadah ibu selama masa nifas.
11) Hubungan sosial dan komunikasi
Kaji adakah perubahan pola komunikasi ibu pada keluarga dan
lingkungannya selama fase nifas.
12) Produktivitas
Kaji adakah perubahan produktivitas ibu selama berada dalam fase nifas.
13) Rekreasi dan hiburan
Yang dikaji situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang
membuat fresh dan relaks.
14) Kebutuhan belajar
Kaji adakah perubahan minat ibu untuk mempelajari tentang perawatan
ibu dan bayi selama masa nifas.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Observasi tingkat kesadaran dan keadaan emosi ibu
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah bisa meningkat pada 1-3 hari post partum. Setelah
persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekananan
darah sementara waktu. Keadaan ini akan kembali normal selama
beberapa hari. Bila tekanan darah menjadi rendah menunjukkan
adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah
tinggi, dapat menunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa
timbul pada masa nifas.
b) Suhu
Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit
kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan
mencapai lebih dari 38oC pada hari kedua sampai hari-
hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.
c) Nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit
yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istiraha
penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama post partum. Pada
ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/menit. Bisa juga
terjadi gejala shock karena infeksi khususnya bila disertai
peningkatan.
d) Pernafasan
Setelah dilakukan
Latihan batuk efektif
asuhan keperawatan - Ketahui kemampuan
selama …. x24 jam batuk pasien
Setelah dilakukan
Dukungan perawatan diri
asuhan keperawatan (O) Monitor tingkat kemandirian - Observasi kemandirian
selama …. x24 jam pasien
diharapkan Deficit
perawatan diri pasien (N) sediakan lingkungan yang
- Tingkatkan rasa nyaman
teraputik (mis. Hangat rileks prifasi)
dengan kriteria hasil : pada lingkungan pasien
Perawatan diri
(E)anjurkan melakukan perawatn diri
1.Kemampuan mandi - Tingkatkan keinginan pasien
secara kosisten sesuai kemampuan
meningkat dari skala 1 ke
skala 5
2.Kemampuan
mengenakan pakaian
meningkat dari skala 1ke
skala 5
3.Kemampuan ke toilet
meningkat dari skala 1 ke
skala 5
4.Minat melakukan
perawatan diri meningkat
dari skala 1 ke skala 5
Setelah dilakukan Manajemen hipovolemia
asuhan keperawatan O: monitor intake dan output - Obeservasi tanda dan
diharapkan
Hipovolemik pada N:-hitung kebutuhan cairan
pasien dapat berkurang -berikan asupan cairan oral
dengan kriteria hasil :
- Observasi cairan pasien
Status ciran E: anjurkan memperbanyak
1.Kekuatan nadi asupan cairan oral - Edukasi banyak minum
meningkat dari skala 1 C: kolaborasi pemberian caira IV
isotonis (mis NaCl, RL)
ke skala 5
- Memenuhi kebutuhan
2.Turgor kulit menigkat
cairan
dari skala 1 ke skala 5
3.Dispnea menurun dari
skala 1 ke skala 5
4.perasaan lemah
menurun dari skala 1 ke
skala 5
2.lecet pada putting menurun dari (E) berikan konseling menyusui - Awasi cara menyusui
skala 1 ke skala 5
9.
DAFTAR PUSTAKA
Wikenjosastro, H., Sarwono P (editor).,2000, Ilmu Kandungan. Edisi Kedua,
Ambarwati E, R, Diah, 2010. Asuhan Keperawatan Nifas. Yogyakarta : Nuha
Medika
Reeder, Martin, S.J dan Koniak-Griffin, D 2011, Keperawatan Maternitas
Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga. Ed.18 jakarta : EGC
ARCAN Sofian Amru.2012.Obstetric Operatif. Ed.3- Jakarta: ECG
Carpenito. 2001. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa
keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC
Doengoes, Marylinn. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal / Bayi.
Jakarta : EGC
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Manuaba, I.B. 1999. Operasi Kebidanan Kandungan Dan Keluarga Berencana
Untuk Dokter Umum. Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. StandarIntervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
SOAL KASUS
Ny. A berusia 26 tahun, tinggal di desa susut kintamani. Pasien
datang ke rumah sakit atas kiriman atau rujukan dari bidan desa pada tanggal
30 Juni 2020 dengan diagnose G1P0A0 hamil aterm dengan pre eklampsia,
kualitas nyeri seperti disayat-sayat, dan nyeri dirasakan saat mobilisasi. Pasien
tampak lemah, tidak ada tanda klinis yang mencolok. Posisi pasien supine, alat
medis yang terpasang kateter dan infus dengan cairan RL. Tingkat Kesadaran
89x/Menit, Suhu :36,40C, Respirasi rate: 22x/Menit. TB: 165 Cm, BB: 65 kg,
akral teraba hangat, tidak terdapat retraksi dinding dada, tidak ada edema, dan
berupa pemeriksaan darah lengkap, gula darah sewaktu, tes urine, dan BT/CT.
eklamsia. Tindakan sectio caesarea dilakukan pada pukul 14.00 WITA dengan
dari vagina, pasien mengatakan nyeri pada luka operasi, anggota gerak bawah
masih belum terasa sepenuhnya, otot disekitar luka operasi dirasakan kaku dan
perih, nyeri skala 4-5, keadaan umum cukup, kesadaran compos mentis, GCS:
E4V5M6, Tekanan darah : 120/80 mmHg, Nadi :83 x/Menit, Suhu :36 0C,
E. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
- GCS : E4V5M6
- Tingkat kesadaran : Compos mentis
- Tanda-tanda Vital : TD120/80 mmHg, N: 83x/menit, RR: 20x/menit
T:36C
- BB : 65kg, TB :165 cm, LILA :24,5 cm
Head to toe
Kepala Wajah
o Inspeksi : - Kepala : bentuk simetris, pertumbuhan rambut
merata, tidak ada odem
- Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, pupil isokor, tidak ada ganguan mata.
-Hidung : Bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip
-Gigi : Bersih, tidak ada caries
Abdomen :
o Linea : Terdapat linea Satriae : Terdapat satriae
o TFU : 1 jari di bawah umbilikus (10 cm dari simpisis
pubis), uterus teraba masih lembek
o Kontraksi : Ada kontraksi
o Diastasi rectus abdominis : Tidak ada
o Bising usus : 20x/ menit
4 4
3 3
Genetalia
o Kebersihan : Bersih
o Lokhea : Darah masih mengalir dari vagina
Karakteristik : Lochea rubra, jumlahnya +25-50 ml/pembalut 2 kali
ganti pembalut bau khas seperti darah menstruasi
Perineum dan anus
o Perineum : REEDA tidak ada, terpasang kateter
o Hemoroid : Tidak ada hemoroid
Ekstremitas :
Atas :Akral teraba hangat, tidak terdapat nyeri tekan, tangan kiri
terpasang infus
Oedema : Tidak ada oedema
Varises : Tidak ada varises
CRT : < 2 detik
Bawah
Oedema : Tidak ada oedema
Varises : Tidak ada varises
CRT : < 2 detik
Tanda homan : Tidak ada tanda homan
Pemeriksaan Reflek: Refleks patela gerakan hypo, anggota gerak
bawah masih belum terasa sepenuhnya
F. DATA PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan penunjang dilakukan pada tanggal 30 Juli 2020 berupa
pemeriksaan darah lengkap, gula darah sewaktu, tes urine, dan BT/CT
Pemeriksaan radiologik :
Tidak terkaji
G. DIAGNOSA MEDIS
Nyeri akut
Section caesarea Gangguan mobilitas
fisik
Luka post oprasi
Jaringan terputus
Merangsang area
sensorik
Merangsang
penegluaran
histamine
Nyeri akut
Kelemahan fissik
Gangguan mobilitas
fisik
Jaringan terbuka
invasi bakteri
resiko infeksi
Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (bekkas oprasi)
ditandai dengan mengeluh nyeri ditandai dengan pasien mengeluh nyeri,
skala nyeri lebih dari rentang normal, pasien tampak meringis ketika merasa
nyeri, pasien tidak mampu beraktivitas dengan baik, dan pola tidur pasien
berubah.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan
pasien mengatakan nyeri disaat mobilitas, anggota gerak awah masih
belum terasa sepenuhnya.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka bekas oprasi
III. RENCANA KEPERAWATAN
Tgl / Diagnos Rencana Keperawatan
No
jam a Tujuan Intervensi Rasional
1 08.00 Nyeri Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri: -Mempengaruhi pilihan /
Wita akut (O)Pengkajian nyeri yang pengawasan dan
keperawatan selama 3 x24
27 juli komprehensif meliputi lokasi, keefektifan
jam diharapkan tingkat nyeri karakteristik, onset/durasi, intervensi.
2020
pasien berkurang dengan frekuensi, kualitas, intensitas
beratnya nyeri dan faktor
kriteria hasil : pencetus (P,Q,R,S,T).
Tingkat nyeri
(N) berikan Teknik - Memberikan
1. Tingkat nyeri menurun nonfarmakologis untuk informasi pada
dari skala 1 ke skala 5 mengurangi rasa nyeri pasien mengenai
2. Tingkat gelisah menurun (mis. TENS hipnotis, Teknik mengurangi
dari skala 1 ke skala 5 akupuntur, terapi music, rasa nyeri secara
3. Rasa gelisahmenurun terapi pijat, aromaterapi, mandiri
dengan dari sakala 1 ke Teknik imajinasi
skala 5 terbimbing kompres
hangat/dingin, terapi
bermain)
ke skala 5
(C)Kolaborasi - Mencegah infeksi
4.Kemerahan menurun dari
pemberian analgetik dan penyebaran ke
skala 1 ke skala 5
jaringan sekitar
IV. IMPLEMENTASI
Tgl/Jam No.Dx Implementasi Evaluasi Proses Paraf/
Nama
Manajemen nyeri:
27 juli 1 Ds: Pasien mengeluh nyeri
2020 P: Nyeri akibat post sectio caesarea
08.00 Q: Nyeri seperti disayat-sayat, namun Leona
Wita (O)Pengkajian nyeri yang lebih sudah berkurang dibanding
komprehensif meliputi
sebelumnya
lokasi, karakteristik,
R: Nyeri pada area bekas tindakan
onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas beratnya sectio caesarea
nyeri dan faktor pencetus S: Dengan skala nyeri 6
(P,Q,R,S,T). T:Nyeri sudah sedikit dirasakan saat
mobilisas
Do:Pasien tampak sedikit meringis
1
2
-menganjurkan ambulasi Ds:pasien mengatakan menegerti
sederhana yang harius mengenai anjuran ambulasi
dilakukan Do:-
27 juli 3 Pencegahan Infeksi
2020 (O) memonitor tanda dan DS: Pasien mengatakan sedikit nyeri
08.00 dengan skala 6
gejala infeksi local dan
Wita DO: Tidak ada cairan yang berbau busuk, Leona
sistemik pasien tidak menggigil
3
Ds:-
(N)memcuci tangan
Do:sudah mencusi tangan sebelum dan
sebelum dan sesudah sesudah kontak dengan pasien
kontak dengan pasien dan untuuk meminimalisir resiko
3 lingkungan pasien infeksi pada pasien.
28 juli
Manajemen nyeri:
2020 1
08.00 Ds: Pasien mengeluh nyeri
P: Nyeri akibat post sectio caesarea Leona
(O)Pengkajian nyeri yang Q: Nyeri seperti disayat-sayat, namun
komprehensif meliputi lokasi,
lebih sudah berkurang dibanding
karakteristik, onset/durasi,
sebelumnya
frekuensi, kualitas, intensitas
beratnya nyeri dan faktor R: Nyeri pada area bekas tindakan
pencetus (P,Q,R,S,T) sectio caesarea
S: Dengan skala nyeri 4
T:Nyeri sudah sedikit dirasakan saat
mobilisas
Do:Pasien tampak sedikit meringis
(E)mengajarkan Teknik
1
nonfarmakologi untuk
Ds: Pasien mengatakan tingkat nyeri
mengutangi rasa nyeri.yaitu
Teknik relaksasi 5 jari sedikit berkurang
Do: Pasien tampak melakukan tindakan
1 (C)memkolaborasi pemberian secara mandiri
analgetik, jika perlu
Ds: Pasien mengatakan nyeri yang
dirasaka perlahan berkurang
Do: Pasien tampak tidak meringis
2
-menganjurkan ambulasi Ds:pasien mengatakan menegerti
sederhana yang harius mengenai anjuran ambulasi
dilakukan Do:-
pemberian analgetik
2
-menganjurkan ambulasi Ds:pasien mengatakan menegerti
sederhana yang harius mengenai anjuran ambulasi
dilakukan Do:-
V. EVALUASI
Tgl/Jam No Dx Evaluasi Hasil
30 juli 2020 08.00 1 S :Pasien mengatakan rasa nyeri yang dirasakan telah
berkurang
P : Pasien mengatakan nyeri Post SC berkurang
Q : Pasien mengatakan sudah rileks
R : Pasien mengatakan sakit berkurang di bagian
perut Post SC
S : Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang yaitu dengan
skala 2
T : Pasien mengatakan nyeri tidak lagi dirasakan saat
mobilisasi
O :Pasien tampak tidak Nampak meringis
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 80 X/Menit
RR : 20 X/Menit
T: 36,60C
A :Masalah teratasi Sebagian
P :lanjutkan intervensi
30 juli 2020 08.00 2 S :pasien mengatakan nyeri sudah berkuran saat mobilasi
O :pasien sudah ddapat menggerakan ekstremitas bagian
bawah
A :masalah teratasi
P :pertahankan kondisi pasien
Clinical Teacher/CT 1
ABSTRAK
Angka kejadian sectio caesarea di RS Dustira Cimahi pada tahun 2016 sebanyak
1137 pasien. Hasil penelitian 10 responden mengalami kecemasan ringan dan 3
responden mengalami kecemasan sedang. Untuk mengurangi kecemasan salah
satunya adalah dengan teknik hipnosis lima jari. Penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh teknik hipnosis lima jari terhadap penurunan tingkat kecemasan pada
pasien pre op sectio caesarea di ruang Burangrang RS Dustira Cimahi.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah pre eksperimen dengan rancangan
one group pretest-posttest without control. Pengambilan sampel menggunakan
teknik purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien pre op
sectio caesarea sebanyak 13 responden. Instrumen yang digunakan adalah Zung
Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS). Analisis data menggunakan uji t-dependen.
Hasil penelitian didapatkan rerata tingkat kecemasan sebelum diberikan teknik
hipnosis lima jari 55,23 (kecemasan ringan), rerata tingkat kecemasan setelah
diberikan teknik hipnosis lima jari 37,00 (tidak cemas). Hasil analisis uji statistik
menunjukkan terdapat pengaruh teknik hipnosis lima jari terhadap penurunan
tingkat kecemasan pasien pre op sectio caesarea (p value=0,001 ≤ α=0,05).
Disarankan hendaknya RS Dustira Cimahi mengadakan pelatihan teknik hipnosis
lima jari khususnya kemampuan perawat dalam melakukan intervensi
menurunkan tingkat kecemasan.
PENDAHULUAN
Melahirkan merupakan dengan operasi Caesar
puncak peristiwa dari yang disebut juga
serangkaian proses dengan bedah sesar atau
kehamilan. Oleh karena itu, Sectio Caesarea
banyak wanita hamil merasa (Kurniawati, 2012).
khawatir, cemas dan Sectio Caesarea adalah
gelisah menanti saat suatu persalinan buatan,
kelahiran tiba. Seperti yang yaitu janin dilahirkan
telah diketahui, ada dua melalui insisi pada
cara persalinan yaitu dinding perut dan
persalinan pervaginam yang dinding rahim dengan
lebih dikenal dengan persyaratan, bahwa
persalinan normal atau rahim dalam keadaan
alami dan persalinan utuh serta bobot janin di
atas 500 gram
(Sarwono,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi Hal
J
l
.
T
e
r
u
s
a
n
J
e
n
d
e
r
a
l
S
u
d
i
r
m
a
n
C
i
m
a
h
i
4
0
5
3
3
T
l
p
:
0
2
2
6
6
3
1
6
2
2
6
6
3
1
6
2
4
Pengaruh Teknik Hipnosis Lima Jari Tehadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Op Sectio Caesarea Di
Ruang Burangrang Rs Dustira Cimahi Tahun 2017
2005). Sectio Caesarea dilakukan jika terjadi Menurut Perry & Potter (2006) faktor yang
gawat janin, persalinan tidak maju, plasenta mempengaruhi kecemasan pasien pre operasi
previa, propalus tali pusat, mal presentase janin Sectio Caesarea karena sering berfikir takut
atau letak lintang (Sumelung, Kundre & nyeri setelah pembedahan, takut keganasan,
Karundeng, 2014). Tindakan operasi seperti takut menghadapi ruang operasi, takut operasi
Sectio Caesarea merupakan salah satu bentuk gagal. Kecemasan pada pasien pre operasi
intervensi medis terencana yang biasanya dapat menimbulkan dampak yang serius.
berlangsung lama, memerlukan pengendalian Kecemasan bisa meningkatkan resiko
pernafasan, sehingga sangat beresiko terhadap pembedahan, meningkatkan kebutuhan
keselamatan jiwa seseorang dan dapat anastesi dan sedative, serta memperlama
menyebabkan pasien mengalami kecemasan proses penyembuhan (Hidayat, 2005).
(Ghofur, 2009 dalam Revi 2016). Kecemasan ini dapat diatasi dengan beberapa
Prevalensi tindakan operasi Sectio Caesarea di cara, antara lain terapi farmakologi dan terapi
beberapa negara mencapai 20-25% (WHO, non farmakologi. Terapi farmakologi seperti
2009). Di Indonesia terjadi peningkatan angka obat anti cemas (anxiolytic) dapat membantu
Sectio Caesarea pada tahun 2000 dengan jumlah menurunkan cemas tetapi memiliki efek
ibu bersalin Sectio Caesarea 47,22%, tahun 2001 ketergantungan, sedangkan terapi non
sebesar 45,19%, tahun 2002 sebesar 47,13%, farmakologi seperti psikoterapi, teknik
tahun 2003 sebesar 46,87%, tahun 2004 sebesar relaksasi, terapi tertawa, terapi kognitif, dan
53,2%, tahun 2005 sebesar 51,59% dan tahun hipnosis atau hipnoterapi, salah satunya
2006 sebesar 53,68 (Grace, 2007 dalam dengan hipnosis lima jari (Suyatmo, 2009).
Sumelung 2014). Survei nasional pada tahun Penelitian Endang (2014) tentang efektifitas
2009 persalinan dengan Sectio Caesarea sekitar terapi hipnosis lima jari untuk menurunkan
22,8% dari seluruh persalinan. tingkat ansietas pasien hipertensi menunjukan
Tindakan pembedahan sering menimbulkan rasa bahwa pengukuran sebelum perlakuan
takut yang berdampak pada cemas mengakibatkan didapatkan hasil cemas sedang sebanyak 20
penurunan kontraksi uterus, orang (62,5%), cemas berat sebanyak 12
penurunan sirkulasi uteroplasenta, pengurangan orang (37,5%) dan setelah mendapatkan
aliran darah dan oksigen ke uterus, serta perlakuan menjadi 23 orang (71,9%)
timbulnya iskemia uterus yang membuat impuls mengalami cemas ringan, 9 orang
nyeri bertambah banyak (Sumarah, 2010 dalam (28,1%) mengalami cemas sedang, dan tidak
Sukartinah 2016). Perubahan fisiologis pada ada yang mengalami cemas berat. Tingkat
berbagai sistem tubuh akibat cemas seperti kecemasan seseorang berbeda-beda meskipun
perubahan pada peningkatan tekanan darah, menghadapi permasalahan yang sama, tetapi
palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi kecemasan tersebut ada beberapa tingkatan
meningkat, syok, nafas cepat dan dangkal, rasa atau level yaitu ringan, sedang, berat, dan
tertekan pada dada, rasa tercekik (Mau, 2013). panik (Stuart, 2006). Sama halnya dengan ibu
Menurut Keliat (2011) Kecemasan adalah suatu yang akan menghadapi persalinan dengan
perasaan was-was seakan sesuatu yang buruk operasi Sectio Caesarea umumnya mengalami
akan terjadi dan merasa tidak nyaman seakan ada kecemasan yang berbeda dari tingkat ringan
ancaman yang disertai gejala-gejala fisik seperti sampai berat (Ibrahim, 2012).
jantung berdebar-debar, keringat dingin dan Penelitian Retno (2015) tentang pengaruh
tangan gemetar. teknik terapi hipnosis lima jari untuk
menurunkan kecemasan pada mahasiswa yang
sedang menyusun skripsi menunjukan bahwa
pengukuran sebelum perlakuan didapatkan
Studi pendahuluan dilakukan di ruang Burangrang di jalaninya adalah operasi yang kedua dan
RS Dustira Cimahi pada tanggal 11-14 April 2017, ketiga kali.
pada 7 responden pre op Sectio Caesarea. Studi Studi pendahuluan juga dilakukan dengan
pendahuluan dilakukan mewawancarai perawat dan bidan, usaha apa
melalui wawancara langsung tentang perasaannya saja yang telah dilakukan untuk mengurangi
saat itu dan dikaji gejala fisiologis yang dialami tingkat kecemasan pada pasien pre op Sectio
responden, dari hasil wawancara dan pengkajian Caesarea. Usaha yang telah dilakukan
tersebut diperoleh hasil 5 dari 7 responden pre op perawat dan bidan di ruang Burangrang RS
Sectio Caesarea merasa tegang, gugup, gelisah, Dustira Cimahi adalah dengan melakukan
takut dan susah tidur. Saat dikaji menggunakan teknik relaksasi nafas dalam dan belum pernah
kuesioner Zung Self-Rating Anxiety Scale (ZSAS), dilakukan teknik hipnosis lima jari. Dari
3 responden mengalami cemas sedang dengan skor penjelasan diatas penulis ingin mengetahui
diatas 60 (60-74: cemas sedang), dan 2 responden apakah ada pengaruh teknik hipnosis lima jari
mengalami cemas ringan dengan skor diatas 45 terhadap penurunan kecemasan pada pasien
(45- 59: cemas ringan). Dan 2 responden lain pre op Sectio Caesarea di ruang burangrang
merasa tidak terlalu cemas karena operasi yang RS Dustira Cimahi.
Rancangan Penelitian
O1 X O2
Gambar 3.2 : Rancangan Penelitian Pre Eksperimental Dengan Rancangan One Group Pretest-Posttest
Design Sumber : Sugiyono (2005)
Keterangan:
O1 : Nilai penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre op Sectio Caesarea sebelum
dilakukan teknik hipnosis lima jari
X : Perlakuan teknik hipnosis lima jari
O2 : Nilai penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre op Sectio Caesarea sesudah dilakukan
teknik hipnosis lima jari
Tahap Pelaksanaan
a. Permohonan izin penelitian pada b. Melakukan pengumpulan data
institusi yang terkait meliputi prodi penelitian
keperawatan (S-1), RS Dustira Cimahi Pada tahap ini pengumpulan data
pada tanggal 13 April 2017. dilakukan dengan memberikan
kuesioner tingkat kecemasan di ruang
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Skor kecemasan pada pasien pre op Sectio Caesarea di ruang Burangrang RS Dustira
Cimahi sebelum diberikan teknik hipnosis lima jari
Tabel 2. Rerata skor kecemasan pada pasien pre op Sectio Caesarea di ruang Burangrang RS Dustira Cimahi
sebelum diberikan teknik hipnosis lima jari
Minimal-
Variabel Mean SD Maximal 95%CI
Skor
55,23 8,278 45-69 50,23-60,23
Kecemasan
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 2. 45 (kecemasan ringan) dan hasil nilai
didapatkan bahwa rerata skor kecemasan pasien tertinggi adalah 69 (kecemasan sedang).
pre op Sectio Caesarea sebelum diberikan teknik Berdasarkan estimasi interval disimpulkan
hipnosis lima jari adalah 55,23 (kecemasan ringan) bahwa 95% diyakini rerata skor kecemasan
dengan standar deviasi 8,278. Pada pre-test ini pada pasien pre op Sectio Caesarea adalah
diketahui bahwa hasil nilai terendah adalah 50,23-60,23.
b. Skor kecemasan pada pasien pre op Sectio Caesarea di ruang Burangrang RS Dustira
Cimahi setelah diberikan teknik hipnosis lima jari
Table 3 Rerata skor kecemasan pada pasien pre op Sectio Caesarea di ruang Burangrang RS Dustira Cimahi
setelah diberikan teknik hipnosis lima jari
Minimal-
Variabel Mean SD Maximal 95% CI
Skor
37,00 4,282 31-45 34,41-39,59
Kecemasan
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 3 nilai terendah adalah 31 (tidak cemas)
didapatkan bahwa rerata skor kecemasan dan hasil nilai tertinggi adalah 45
pasien pre op Sectio Caesarea setelah (kecemasan ringan). Berdasarkan
diberikan teknik hipnosis lima jari adalah estimasi interval disimpulkan bahwa
37,00 (tidak cemas) dengan standar deviasi 95% diyakini rerata skor kecemasan
4,282. Pada post-test ini diketahui bahwa hasil pada pasien pre op Sectio Caesarea
adalah 34,41-39,59.
Analisis Bivariat
Pengaruh teknik hipnosis lima jari terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre op
sectio caesarea di ruang Burangrang RS Dustira Cimahi
Tabel 4. Pengaruh teknik hipnosis lima jari terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre op
Sectio Caesarea di ruang Burangrang RS Dustira Cimahi
Variabel Mean Beda Mean SD P Value N
Tingkat kecemas an
pada pasien pre op
sectio caesarea di
ruang Burangrang RS
Dustira Cimahi 55,23 8,278
sebelum diberikan 13
teknik hipnosis lima
jari
8,231 0,001
Tingkat kecemasan
pada pasien pre op
sectio caesarea di
ruang Burangrang RS
Dustira Cimahi setelah 37,00 4,282
diberikan teknik 13
hipnosis lima jari
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.3. pada pasien pre op Sectio Caesarea sebelum
didapatkan bahwa rerata tingkat kecemasan dan setelah diberikan teknik hipnosis lima jari
sebelum diberikan teknik hipnosis lima jari adalah adalah 18,231 dengan standar deviasi 7,518.
55,23 (kecemasan ringan) dengan standar deviasi Hasil uji statistik didapatkan nilai p
8,278. Sedangkan rerata tingkat kecemasan setelah value=0,001 maka dapat disimpulkan bahwa
diberikan teknik hipnosis lima jari adalah 37,00 ada perbedaan yang signifikan antara tingkat
(tidak cemas) dengan standar deviasi 4,282. kecemasan pada pasien pre op Sectio
Terlihat dari rerata perbedaan antara tingkat Caesarea sebelum dan setelah diberikan
kecemasan teknik hipnosis lima jari.
PEMBAHASAN
1. Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Op Sectio Caesarea Di Ruang Burangrang RS Dustira
Cimahi Sebelum Diberikan Teknik Hipnosis Lima Jari
Hasil analisis rerata tingkat kecemasan (2015) tentang pengaruh terapi hipnosis
pada pasien pre op Sectio Caesarea di ruang limajaripadamahasiswauntuk
Burangrang RS Dustira Cimahi sebelum menurunkan kecemasan menunjukan
diberikan teknik hipnosis lima jari bahwa data yang diperoleh dari 18
menunjukan bahwa rerata nilai tingkat responden mengalami kecemasan ringan
kecemasan pada pasien pre op Sectio dan kecemasan sedang.
Caesarea adalah 55,23/ kecemasan ringan Melahirkan merupakan puncak
(95%CI: 50,23-60,23), dengan skor terkecil peristiwa dari serangkaian kehamilan.
45 (kecemasan ringan) dan terbesar 69 Seperti yang telah diketahui, ada dua cara
(kecemasan sedang). Hal ini sesuai dengan persalinan yaitu persalinan pervaginam
penelitian yang dilakukan oleh Retno yang lebih dikenal dengan persalinan
normal atau alami dan persalinan dengan operasi mengalami kecemasan ringan sampai
Caesar yang disebut juga dengan bedah sesar atau dengan sedang karena takut menghadapi
Sectio Caesarea (Kurniawati, 2012). Tindakan operasi dan takut nyeri setelah
operasi seperti Sectio Caesarea merupakan salah pembedahan. Kecemasan ringan adalah
satu bentuk intervensi medis terencana yang cemas normal yang menjadi bagian sehari-
biasanya berlangsung lama, memerlukan hari dan menyebabkan seseorang menjadi
pengendalian pernafasan, sehingga sangat beresiko waspada dan meningkatkan lahan
terhadap keselamatan jiwa seseorang dan dapat persepsinya. Sedangkan kecemasan sedang
menyebabkan pasien mengalami kecemasan adalah cemas yang memungkinkan
(Ghofur, 2009 dalam Revi 2016). seseorang untuk memusatkan pada hal
Kecemasan yang terjadi pada pasien pre op Sectio yang penting dan mengesampingkan yang
Caesarea adalah cemas ringan sampai cemas tidak penting kecemasan ini mempersempit
sedang. Menurut Perry & Potter (2006) faktor yang lapang persepsi individu (Stuart &
mempengaruhi kecemasan pada pasien pre op Sundeen, 1995 dalam Manurung 2016).
Sectio Caesarea karena sering berfikir takut nyeri Bagi kebanyakan orang, setelah
setelah pembedahan, takut keganasan, takut kekhawatiran awal yang berlalu tubuh kita
menghadapi ruang operasi, dan takut operasi gagal. kembali normal dan kita bisa beristirahat
Tanda-tanda kecemasan antara lain adalah dan memulihkan. Namun jika pikiran terus
penyataan cemas, khawatir, firasat buruk, takut mengalami kecemasan, tubuh memasuki
akan pikiranya sendiri, mudah tersinggung, merasa fase kedua dari respon stress, dimana tubuh
tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut, takut terus sekresi hormon untuk membantu
sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang, dengan respon berkelanjutan untuk
gangguan ancaman. Hal ini disebut fase perlawanan
dan tubuh bekerja untuk respon
pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan, berkepanjangan bahaya. Setelah tubuh
gangguan konsentrasi dan daya ingat, keluhan- menyelesaikan dua tahap pertama, tubuh
keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot akan memasuki fase kelelahan dan sumber
dan tulang, pendengaran berdenging, berdebar- daya habis diisi ulang, mengembalikan
debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, tubuh ke kondisi semula. Hormon-hormon
gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain yang sama yang membantu memberikan
sebagainya (Hawari, 2011). respon melawan atau lari dari tanggapan
Berdasarkan hasil pengamatan saat penelitian perlawanan seperti adrenalin menjadi
hampir semua responden sangat merusak tubuh saat disekresikan
dalam jumlah besar (Riyadi & Purwanto,
2009).
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Op Sectio Caesarea Di Ruang Burangrang RS Dustira
Cimahi Setelah Diberikan Teknik Hipnosis Lima Jari
Hasil analisis rerata tingkat kecemasan kecemasan pada pasien pre op Sectio
pada pasien pre op Sectio Caesarea di Caesarea adalah 37,00/ tidak cemas
ruang Burangrang RS Dustira Cimahi (95%CI; 34,41-39,59), dengan skor
setelah diberikan teknik hipnosis lima jari terkecil 31 (tidak cemas) dan terbesar 45
menunjukan bahwa rerata nilai tingkat (kecemasan ringan).
Kecemasan ini dapat diatasi dengan beberapa cara, Relaksasi yaitu dengan mengatur posisi
antara lain terapi farmakologi dan terapi non tidur dan tidak memikirkan masalah.
farmakologi. Terapi farmakologi seperti obat anti Relaksasi bisa menurunkan kecemasan
cemas (anxiolytic) dapat membantu menurunkan dengan cara tidur yang cukup,
cemas tetapi memiliki efek ketergantungan, mendengarkan musik, tertawa, dan
sedangkan terapi non farmakologi seperti hipnoterapi. Psikoreligius, yaitu dengan
psikoterapi, teknik relaksasi, terapi tertawa, terapi doa dan dzikir. Doa guna mengosongkan
kognitif, dan hipnosis atau hipnoterapi, salah batin dan memohon kepada Tuhan untuk
satunya dengan hipnosis lima jari (Suyatmo, mengisinya dengan segala hal yang kita
2009). Psikoterapi yang merupakan terapi butuhkan. Dalam doa umat mencari
kejiwaan dengan memberi motivasi, semangat dan kekuatan yang dapat melipatgandakan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak energi yang hanya terbatas dalam diri
merasa putus asa dan diberi keyakinan serta sendiri dan melalui hubungan dengan doa
kepercayaan diri (Hawari, 2011). tercipta hubungan yang dalam antara
manusia dan Tuhan (Prasetyono, 2007).
3. Pengaruh Teknik Hipnosis Lima Jari Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada
Pasien Pre Op Sectio Caesarea Di Ruang Burangrang RS Dustira Cimahi
Berdasarkan hasil penelitian yang kecemasan pada pasien pre op Sectio
tertulis pada tabel 4.3. diperoleh bahwa Caesarea.
rerata tingkat kecemasan pada pasien pre op Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Sectio Caesarea sebelum diberikan teknik terdapat penurunan tingkat kecemasan pada
hipnosis lima jari adalah 55,23 yang pasien pre op Sectio Caesarea. Hal ini
menunjukkan tingkat kecemasan pada disebabkan karena pasien pre op Sectio
pasien pre op Sectio Caesarea adalah Caesarea telah diberikan teknik hipnosis
kecemasan ringan, dan rerata tingkat lima jari dengan sukarela dan tanpa
kecemasan pada pasien pre op Sectio paksaan. Hipnosis lima jari merupakan
Caesarea setelah diberikan teknik hipnosis salah satu bentuk self hypnosis yang dapat
lima jari adalah 37,00 yang menunjukan menimbulkan efek relaksasi tinggi,
penurunan tingkat kecemasan pada pasien sehingga akan mengurangi ketegangan,
pre op Sectio Caesarea tidak cemas. Hasil kecemasan dan stress dari pikiran
uji statistik dengan menggunakan t- seseorang. Hipnosis lima jari
dependen menunjukkan antara nilai awal mempengaruhi sistem limbik (struktur di
dan nilai akhir penurunan tingkat otak yang berhubungan dengan emosi)
kecemasan pada pasien pre op Sectio seseorang sehingga berpengaruh pada
Caesarea didapatkan nilai p value = 0,001 pengeluaran hormon-hormon yang dapat
≤ α = 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis memacu timbulnya stress, cemas dan nyeri,
alternatif (Ha) terbukti yaitu terdapat dapat mempengaruhi pernafasan, denyut
pengaruh teknik hipnosis lima jari terhadap jantung, denyut nadi, tekanan darah,
penurunan tingkat kecemasan pada pasien mengurangi ketegangan otot, memperkuat
pre op Sectio Caesarea. Berdasarkan hasil ingatan, dan meningkatkan produktivitas
analisis diketahui bahwa terjadi penurunan suhu tubuh (Mahoney, 2007).
yang signifikan pada penurunan tingkat Adapun proses pemberian teknik
hipnosis lima jari dalam penelitian ini
dilakukan selama ±10 menit dengan konsentrasi berada disuatu tempat yang paling nyaman
dan rileks. Pertama menyentuh ibu jari dengan dan anda sukai (Retno 2015).
telunjuk dan bayangkan saat anda merasa sehat, Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
kedua menyentuh ibu jari dengan jari tengah dan penelitian yang dilakukan Retno (2015)
bayangkan ketika anda mendapatkan hadiah atau tentang terapi hipnosis lima jari pada
barang dari orang yang anda sayangi, ketiga mahasiswa untuk menurunkan kecemasan
menyentuh ibu jari dengan jari manis dan menunjukkan bahwa hipnosis lima jari dapat
bayangkan ketika anda mendapatkan pujian dan menurunkan tingkat kecemasan. Setelah
mendapatkan sesuatu yang berharga, keempat dianalisis dengan uji Shapiro Wilk diperoleh T
sentuh ibu jari dengan jari kelingking dan hitung > T table (10,269>1,729) sehingga
bayangkan ketika anda dinyatakan ada pengaruh yang signifikan
terapi hipnosis lima jari untuk menurunkan
kecemasan
Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini mempunyai kriteria inklusi
yang kurang spesifik, seharusnya dicantumkan Caesarea elektif atau darurat. Waktu
pasien pre op Sectio Caesarea primi gravida pemberian teknik hipnosis lima jari yang
yang akan melakukan op Sectio efektif seharusnya beberapa jam sebelum
pembedahan.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Pengaruh Rerata skor kecemasan pada pasien pre op
Teknik Hipnosis Lima Jari Terhadap Penurunan Sectio Caesarea di ruang Burangrang RS
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Op Sectio Dustira Cimahi setelah diberikan teknik
Caesarea Di Ruang Burangrang RS Dustira hipnosis lima jari adalah 37,00 (tidak
Cimahi Tahun 2017”, dapat di ambil kesimpulan cemas) dengan standar deviasi 4,282.
sebagai berikut :
Terdapat pengaruh teknik hipnosis lima
Rerata skor kecemasan pada pasien pre op jari terhadap penurunan tingkat kecemasan
Sectio Caesarea di ruang Burangrang RS pada pasien pre op Sectio Caesarea di ruang
Dustira Cimahi sebelum diberikan teknik Burangrang RS Dustira Cimahi (nilai p value =
hipnosis lima jari adalah 55,23 0,001 ≤ α = 0,05).
(kecemasan ringan) dengan standar
deviasi 8,278.
Saran
Berdasarkan hasil penellitian ini, peneliti
informasi dalam meningkatkan mutu
ingin memberikan saran kepada beberapa pihak
pelayanan non farmakologi teknik hipnosis
yang terkait yaitu sebagai berikut :
lima jari terhadap penurunan tingkat
Bagi Tempat Penelitian (RS Dustira kecemasan pada pasien pre op Sectio
Cimahi) Caesarea.
2. Bagi Perawat
teknik hipnosis lima jari dengan relaksasi
Hasil penelitian ini dapat digunakan
lain terhadap penurunan tingkat kecemasan.
oleh perawat sebagai salah satu intervensi
Untuk kriteria inklusi baiknya teknik hipnosis
pada pasien pre op Sectio Caesarea
untuk lima jari dilakukan pada pasien pre op Sectio
menurunkan tingkat kecemasan pada pasien Caesarea dengan kehamilan elektif dan kriteria
menggunakan teknik hipnosis lima jari. kedua ataupun ketiga. Juga bisa dilakukan
dengan jumlah pasien yang berbeda dan RS
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
yang berbeda.
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan
peneliti dapat membandingkan antara
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, M. S. (2013). Besar Sampel Dan Cara Kasdu, D. (2005). Operasi Caesar
Pengambilan Sampel. Jakarta: Salemba Medika. Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa
Endang Banon, E. D. (2014). Efektivitas Terapi Swara.
Hipnotis Lima Jari Untuk Menurunkan Tingkat Keliat, B. A. (2011). Keperawatan Kesehatan
Ansietas Pasien Hipertensi. Ejurnal Poltekes Jiwa Komunitas . Jakarta: EGC.
Jakarta, 30-31. Kosasih, T. S. (2015). Konsep Dan Aplikasi
Relaksasi Dalam Keperawatan
Fauzi, D. (2007). Operasi Caesar Masalah Maternitas. Bandung: PT Refika Aditama.
dan Solusinya. Jakarta: Puspaswara. Kurniawati, S. (2012). Perbedaan
Hawari, D. (2011). Manajeman Stres Cemas Karakteristik dan Pengetahuan Ibu Pre Op
dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Sectio Caesarea. Retrieved Maret 2,
Hidayat, S. (2012). Persiapan Pasien Pre OP. 2017, from http://www.diglib.unimus.ac.id
Retrieved Maret 15, 2017, from Liu, D. (2007). Manual Persalinan. Jakarta:
https://www.scribd.com/doc/101606038/ EGC.
Persiapan-pasien-Pre-Operasi Mahoney, M. (2007). Winning Hypnotherapy
Hidayat, U. (2005). Kebutuhan Dasar Manusia. Program . Retrieved Maret 2, 2017, from
Jakarta: EGC. http://www.Healtyaudio.co.uk
Ibrahim. (2012). Panik dan Gangguan Cemas. Manurung, N. (2016). Terapi Reminiscence.
Tanggerang: Jelajah Nusa. Jakarta: Trans Info Media.
Jenita D.T Donsu, R. D. (2008, November 17). Mau A, K. S. (2013). Pengaruh Terapi Musik
Five Fibgers On The Effect Of Hypnosis Terhadap Kecemasan Pasien Pre Op Di
Anxiety Reduction In Breast Cancer Patients. Ruang Anggrek, Cempaka dan Asoka RSU
Retrieved Maret 2, 2017, from Just Another Prof. Dr. W. Z Johannes Kupang.
Site: http://poltekkesjogja.net/jurnal/2014/11/ Jurnal Kesehatan, 1-6.
17/five-fingers-on-the-effect-of-hypnosis- Murwani. (2009). Konsep Dasar
anxiety-reduction-in-breast-cancer-patients/ Keperawatan Edisi 2. Yogyakarta:
Juditha, C. (2009). Tips Praktis Bagi Fitramaya.
Wanita Hamil. Jakarta: Forum Kita. Notoatmodjo, P. D. (2010). Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Nugrahaeni,D dan Mauliku,NE. (2011).
Metodologi Penelitian Kesehatan.
Cimahi: Stikes A.Yani Press
Jurna
http://repository2.stikesayani.ac.id/index.php/pinlitamas1/articl
e/download/325/282