Oleh :
P07120219004
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
KONSEP DASAR POST PARTUM
A. DEFINISI
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (
Bobak, 2010). Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa
aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan
persalinana selesai dalam 24 jam (Bobak, 2005). Partus spontan adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan dengan ketentuan ibu atau
tanpa anjuran atau obatobatan (prawiroharjo, 2000). Ruptur perineum adalah robekan
yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan (Mohtar, 1998).
B. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, faktor janin, dan
faktor persalinan pervaginam.
a. Faktor Ibu
1) Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlah kehamilan yang
mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebih dari 28 minggu). Paritas
menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan
telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya (Oxorn, 2003). Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia paritas adalah keadaan kelahiran atau partus. Pada
primipara robekan perineum hampir selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada
persalinan berikutnya (Sarwono, 2005).
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila pembukaan
sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus didukung untuk meneran
dengan benar pada saat ia merasakan dorongan dan memang ingin mengejang
(Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat meneran secara lebih efektif pada
posisi tertentu (JHPIEGO, 2005).
b. Faktor Janin
1) Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram
(Rayburn, 2001). Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma
persalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah
tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir
dan robekan pada perineum (Rayburn, 2001).
2) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu
memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu (Dorland,1998).
• Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap extensi sempurna
dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter submentobregmatika
sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian antara glabella dan dagu, sedang
pada presentasi dahi bagian terendahnya antara glabella dan bregma (Oxorn, 2003).
• Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini berlawanan
dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna. Bagian terendahnya adalah
daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan penunjukknya adalah dahi.
Diameter bagian terendah adalah diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm, merupakan
diameter antero posterior kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2003).
• Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas.
Panggul janin merupakan kutub bawah dengan penunjuknya adalah sacrum.
Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi empat macam
yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki,
dan presentasi bokong lutut (Oxorn, 2003).
c. Faktor Persalinan Pervaginam
1) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin dilahirkan dengan
ekstrasi menggunakan tekanan negatif dengan alat vacum yang dipasang di kepalanya
(Mansjoer, 2002).
2) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan cunam
yang dipasang di kepala janin (Mansjoer, 2002). Komplikasi yang dapat terjadi pada
ibu karena tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri, robekan portio, vagina,
ruptur perineum, syok, perdarahan post partum, pecahnya varices vagina (Oxorn,
2003).
3) Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan
pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada bayi dengan tujuan untuk
memberi peluang yang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut
(Syaifudin, 2002).
4) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat, berlangsung
kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang
terlau kuat, atau pada keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya rasa nyeri pada
saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses persalinan yang sangat kuat
(Cunningham, 2005).
C. POHON MASALAH
D. KLASIFIKASI
Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi atas tiga periode, yaitu: (Mitayani, 2009)
a. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam postpartum.
b. Early postpartum, adalah masa pada minggu pertama postpartum.
c. Late Postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu keenam
postpartum.
E. GEJALA KLINIS
Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi
kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang disebut puerperium atau
trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004).
1. Sistem reproduksi
a) Proses involusi
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses ini dimulai
segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Uterus, pada waktu hamil
penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu
setelah melahirkan dan 350 gr dua minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus
berada di dalam panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50- 60gr. Pada masa pasca
partum penurunan kadar hormon menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil
menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
b) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, hormon oksigen
yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi
pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum intensitas
kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi
uterus, suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta
lahir.
c) Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan trombus menurunkan
tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak teratur. Pertumbuhan
endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan nekrotik dan mencegah pembentukan
jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai
pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.
d) Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah, kemudian menjadi
merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama mengandung darah dan debris desidua dan
debris trofoblastik. Aliran menyembur menjadi merah setelah 2-4 hari. Lochea serosa terdiri dari
darah lama, serum, leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan
berwarna kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, sel epitel, mukus, serum
dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
e) Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum, serviks memendek
dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Serviks setinggi segmen
bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
f) Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hami, 6-8
minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat, walaupun
tidak akan semenonjol pada wanita nulipara.
2. Sistem endokrin
a) Hormon plasenta
Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta placental enzyme
insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga kadar gula darah menurun secara
yang bermakna pada masa puerperium. Kadar esterogen dan progesteron menurun secara
mencolok setelah plasenta keluar, penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan
payudara dan diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil.
b) Hormon hipofisis
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui dan tidak menyusui berbeda.
Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan
ovulasi. Karena kadar follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan
tidak menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH ketika kadar
prolaktin meningkat (Bowes, 1991).
3. Abdomen
Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomenya akan menonjol dan
membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk
dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
4. Sistem urinarius
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan
kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis
ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk ; 1993).
5. Sistem cerna
a) Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu merasa sangat lapar.
b) Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam waktu yang singkat
setelah bayi lahir.
c) Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan.
6. Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payu dara selama wanita hamil
(esterogen, progesteron, human chorionik gonadotropin, prolaktin, krotison, dan insulin)
menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
a) Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui. Pada jaringan
payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari kedua dan ketiga. Pada hari ketiga
atau keempat pasca partum bisa terjadi pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila
ditekan, dan hangat jika di raba.
b) Ibu yang menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum.
Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri akan
menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu.
7. Sistem kardiovaskuler
a) Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor misalnya kehilangan darah selama
melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan
akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan
normal cairan tubuh yang menyebapkan volume darah menurun dengan lambat. Pada minggu
ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume
sebelum lahir.
b) Curah jantung
Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil. Segera
setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60
menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit utero plasenta tiba- tiba kembali ke sirkulasi
umum (Bowes, 1991).
c) Tanda-tanda vital
Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam keadaan normal.
Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan darah sistol maupun diastol dapat timbul
dan berlangsung selama sekitar empat hari setelah wanita melahirkan (Bowes, 1991).
8. Sistem neurologi
Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi
saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan.
9. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik
pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pemsaran rahim.
10. Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir. Pada
beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap. Kulit kulit yang meregang pada
payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tapi tidak hilang seluruhnya.
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Diagnostik Hasil:
1. Kondisi uterus: palpasi fundus, kontraksi, 1. Kontraksi miometrium, tingkat involusi
TFU. uteri.
2. Jumlah perdarahan: inspeksi perineum, 2. Bentuk insisi, edema.
laserasi, hematoma.
3. Pengeluaran lochea. 3. Rubra, serosa dan alba.
4. Kandung kemih: distensi bladder. 4. Hematuri, proteinuria, acetonuria.
24 jam pertama 380C.
5. Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama 5. Kompensasi kardiovaskuler TD sistolik
setelah partus, TD dan Nadi terhadap menurun 20 mmHg.
penyimpangan cardiovaskuler. Bradikardi: 50-70 x/mnt.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan khusus. Pemberian
obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan penyulit, terutama pada ibu
anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti biotic dan obat-obat roboransia seperti
suplemen vitamin, demikian juga pada bayi obat-obatan biasanya diberikan untuk tindakan
profolatif, misalnya vit K untuk mencegah perdarahan, anti biotic untuk mencegah infeksi.
H. KOMPLIKASI
a. Perdarahan
Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah bayi lahir
dengan kriteria perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai berikut :
a. Kehilangan darah lebih dai 500 cc
b. Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar 30 mmHg
c. Hb turun sampai 3 gram % (novak, 1998).
Perdarahan post partum dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1) Perdarahan post partum primer yaitu pada 24 jam pertama.
2) Perdarahan post partum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam.
Adapun tiga penyebab utama perdarahan antara lain :
a. Atonia uteri
Atonia uteri adalah kegagalan otot-otot rahim untuk mempertahankan kontraksi setelah
melahirkan bayi sehingga tidak dapat menekan pembuluh darah yang berada di tempat
menempelnya plasenta. Pada atonia uteri uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik dan
ini merupakan sebap utama dari perdarahan post partum. Uterus yang sangat teregang
(hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan dengan janin besar), partus lama dan
pemberian narkosis merupakan predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
b. Laserasi jalan lahir
Laserasi perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu persalinan yang dapat
mengakibatkan perlukan serviks, vagina dan perineum sehingga dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera.
c. Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah keadaan tidak lahirnya plasenta dalam waktu lebih dari 30 menit
setelah bayi lahir. Penyakit ini merupakan keadaan yang dapat meningkatkan risiko
perdarahan, infeksi, dan syok, sehingga dapat mengancam nyawa pasien. Hampir sebagian
besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh gangguan kontraksi uterus.
d. Lain-lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus sehingga masih ada
pembuluh darah yang tetap terbuka
2) Ruptur uteri adalah robeknya otot uterus yang utuh atau bekas jaringan parut pada uterus
setelah jalan lahir hidup.
3) Inversio uteri terjadi ketika bagian rahim atau uterus yang bernama fundus, yang
seharusnya berada di bagian atas dekat dada, jadi terbalik menghadap bawah ke arah
vagina. Pada beberapa kasus, bagian rahim tersebut ada yang ikut keluar dari leher rahim
atau bahkan vagina saat persalinan.
b. Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai infeksi saluran reproduksi selama masa post partum. Insiden infeksi
puerperalis ini kemungkinan terjadi sekitar 1% sampai 8%, ditandai adanya kenaikan suhu tubuh
lebih dari 38° dalam 2 hari selama 10 hari pertama post partum. Penyebab klasik infeksi
puerperalis adalah bakteri Streptococus dan Staphylococus Aureus dan organisasi lainnya.
c. Endometritis
Endometritis didefinisikan sebagai infeksi pada lapisan endometrium uterus. Infeksi ini dapat
meluas hingga melibatkan miometrium dan parametrium. Pasien endometritis umumnya akan
mengeluhkan demam dan nyeri abdomen bagian bawah, serta pada kasus postpartum, dapat
ditemukan lochia (duh uterus setelah persalinan) yang berbau busuk.
Endometritis paling sering terjadi setelah persalinan, terutama pada operasi sectio caesarea
karena bakteri dapat menginvasi saluran genitalia atas. Endometritis yang tidak disebabkan oleh
infeksi setelah persalinan digolongkan sebagai penyakit radang panggul (Pelvic Inflammatory
Disease / PID).
d. Mastitis
Infeksi payudara atau mastitis adalah infeksi yang terjadi pada jaringan payudara. Kondisi ini
umumnya menyerang ibu menyusui, terutama pada 12 minggu pertama setelah persalinan.
Infeksi payudara juga dapat dialami oleh wanita yang sedang tidak menyusui, walaupun jarang
terjadi.
Mastitis biasanya hanya menyerang salah satu payudara saja, namun tidak menutup
kemungkinan terjadi pada kedua payudara. Mastitis menyebabkan penderitanya mengalami
kesulitan saat menyusui, sehingga kegiatan menyusui menjadi terhambat atau terhenti. Akan
tetapi, kegiatan menyusui sebaiknya tetap dilakukan karena hal ini tidak berbahaya untuk bayi.
Kandungan antibakteri dalam ASI membuat bayi terlindung dari infeksi, dan malah
mempercepat penyembuhan.
e. Infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kondisi ketika organ yang termasuk dalam sistem kemih,
yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra, mengalami infeksi. Umumnya, ISK terjadi pada
kandung kemih dan uretra. Insiden ini dapat mencapai 2-4 % wanita post partum dimana
pembedahan dapat meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme terbanyak adalah
Entamoba coli dan bakterigram negatif lainnya.
f. Tromboflebitis
Tromboflebitis adalah invasi atau perluasan mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran
darah di sepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis didahului dengan thrombosis,
dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa nifas.
g. Emboli
Emboli adalah kondisi yang cukup berbahaya yang mengakibatkan oksigen terhambat sehingga
oksigen tidak mengalir pada tubuh dan merusak sistem tubuh. Emboli bisa menyerang ibu yang
sedang dalam proses persalinan dan dikenal dengan emboli air ketuban. Emboli air ketuban
terjadi saat masuknya cairan ketuban dan komponennya ke dalam jaringan pembuluh darah. Hal
ini mengakibatkan proses aliran darah yang mengalirkan oksigen ke dalam tubuh ibu menjadi
terhambat. Kondisi yang bisa terjadi saat atau setelah proses persalinan ini umumnya sulit
dicegah dan berisiko menimbulkan komplikasi yang berbahaya bagi ibu maupun bayinya.
h. Post partum depression
Depresi postpartum atau postpartum depression adalah depresi yang terjadi setelah melahirkan.
Gangguan ini dapat terjadi kapanpun setelah melahirkan dan bisa berlangsung selama 30 hari,
atau bahkan hingga 1 tahun setelahnya. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan zat kimia di
otak dan dialami oleh 10% ibu yang melahirkan.
Postpartum depression membuat penderita merasa putus harapan, merasa tidak menjadi ibu yang
baik, sampai tidak mau mengurus anak. Postpartum depression bukan hanya dialami oleh ibu,
tetapi juga bisa dialami oleh ayah. Postpartum depression pada ayah paling sering terjadi 3-6
bulan setelah bayi lahir. Seorang ayah lebih rentan terkena postpartum depression ketika istrinya
juga menderita kondisi tersebut.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagai berikut :
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
a. Bagaimana keadaan ibu saat ini ?
b.Bagaimana perasaa ibu setelah melahirkan ?
2. Pola nutrisi dan metabolik
a. Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?
b.Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?
c. Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?
d.Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?
3. Pola aktivitas setelah melahirkan
a. Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?
b.Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?
c. Apakah ibu tampak mengantuk ?
4. Pola eliminasi
a. Apakah ada diuresis setelah persalinan ?
b. Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?
5. Neuro sensori
a. Apakah ibu merasa tidak nyaman ?
b. Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?
c. Bagaimana nyeri yang ibu raskan ?
d. Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?
e. Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?
6. Pola persepsi dan konsep diri
a. Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini
b. Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan penampilan tubuhnya saat ini
?
7. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Pemeriksaan TTV
2) Pengkajian tanda-tanda anemia
3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
4) Pemeriksaan reflek
5) Kaji adanya varises
6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
b. Payudara
1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
2) Kaji adanya abses
3) Kaji adanya nyeri tekan
4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
5) Kaji pengeluaran ASI
c. Abdomen atau uterus
1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
2) Kaji adnanya kontraksi uterus
3) Observasi ukuran kandung kemih
d. Vulva atau perineum
1) Observasi pengeluaran lokhea
2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
3) Kaji adanya pembengkakan
4) Kaji adnya luka
5) Kaji adanya hemoroid
8. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca partum. Nilai
hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama pada partumuntuk
mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau dengan tehnik
pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke laboratorium untuk dilakukan
urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika cateter indwelling di pakai selama
pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus di kaji untuk menentukan status
rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang mungkin (Bobak, 2004).
B. DIAGNOSA
PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Saifuddin, Abdul Bahri. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.
Jakarta: JHPIEGO
Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2012. Pengantar Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta: Yayasan
Pustaka.
Denpasar, …………… 2020
Pembimbing/CI Mahasiswa
(……………………………………) (…………………………………….)
NIP. NIM.
Clinical Teacher/CT
(……………………………………..)
NIP.