Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NY. S


DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST PARTUM
DI RUANG RAWAT INAP TULIP
RSUD KABUPATEN BINTAN
TANGGAL 30 JANUARI s/d 11 FEBRUARI 2023

Oleh
YANI LISANDARI, S.Kep
NIM : 202214903029

PRESEPTOR AKADEMIK PRESEPTOR KLINIK

(Ns. UTARI CHRISTYA WARDHANI, M.Kep) (Ns. MEITA WITRI ARTATY, S.Kep)
NIDN. 1005128602 NIP. 19840506 200803 2 002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS AWAL BROS
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

I. PENGERTIAN
Post partum merupakan masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa beberapa
jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam setelah
melahirkan, setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu
saluran reproduksi kembali keadaan yang normal pada saat sebelum hamil (Marmi,
2012). Post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada
keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru.
(Mitayani, 2011). Post Partum adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung
selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).

Episiotomi adalah insisi yang dibuat pada vagina dan perineum untuk
memperlebar bagian lunak jalan lahir sekaligus memperpendek jalan lahir. Robekan
perineum atau ruptur terjadi pada hampir setiap persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Pada seorang primipara atau orang yang baru pertama kali
melahirkan terjadi ketika kepala janin keluar. Luka-luka biasanya ringan tetapi juga
terjadi luka yang luas dan berbahaya. Dari jahitan perineum tadi pasti menimbulkan rasa
nyeri. Nyeri dapat terjadi pada hari pertama sampai hari ke empat post episiotomi karena
proses inflamasi dan terjadi pelepasan zat-zat kimia seperti prostaglandin yang dapat
meningkatkan transmisi nyeri (Rukiyah dkk, 2010). Episiotomi adalah insisi dari
perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur perineum totalis
(Sulistyawati & Nugraheny, 2010). Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada
perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara,
jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan
perineum (Prawirahardjo, 2012).

II. ETIOLOGI
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan
bantuan.

Partus dibagi menjadi 4 kala :

1. Kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai


pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I
untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
2. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai
3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban
pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban
pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua
kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala
membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar.
Setelah putar paksi luar berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik
ke bawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di
ikat untuk melahirkan sisa badanbayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
3. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta.Lepasnya plasenta dapat
ditandai dengan uterus menjadi bundar,uterus terdorong ke atas, tali pusat
bertambah Panjang dan terjadiperdarahan.
4. Kala IV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post
partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi yang dilakukan
yaitu tingkatkesadaran penderita,pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi
uterus, terjadinya perdarahan.Perdarah dianggap masih normal bila jumlahnya
tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 1989).
Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu, factor janin,
dan faktor persalinan pervaginam.

a. Faktor Ibu
1. Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlah kehamilan
yang mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebih dari 28
minggu). Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah
mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah
anaknya (Oxorn, 2003).Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas
adalah keadaan kelahiran atau partus. Pada primipara robekan perineum
hamper selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada persalinan
berikutnya (Sarwono, 2005).
2. Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bisa
pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus
didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan dorongan
dan memang ingin mengejang (Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat
meneran secara lebih efektif pada posisi tertentu (JHPIEGO, 2005).
b. Faktor Janin
1. Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram
(Rayburn, 2001).Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko
traumapersalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus
brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu
seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum (Rayburn, 2001).
2. Presentasi

Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu


memanjang janin dengan sumbu memanjang panggul ibu (Dorland,1998).

a). Presentasi Muka


Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang,sikap extensi
sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter
submentobregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian
antara glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya
antara glabella dan bregma (Oxorn, 2003).

b) Presentasi Dahi

Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagia(pertengahan), hal ini


berlawanan dengan presentasi mukyang ekstensinya sempurna. Bagian
terendahnya adaladaerah diantara margo orbitalis dengan bregma
dengapenunjukknya adalah dahi. Diameter bagian terendah adalah
diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm,merupakan diameter antero
posterior kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2003).

c) Presentasi Bokong

Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam


polaritas. Panggul janin merupakan kutub bawah dengan penunjuknya
adalah sacrum. Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong dapat
dibedakan menjadi empat macam yaitu presentasi bokong
sempurna,presentasi bokong murni, presentasi bokong kaki, dan presentasi
bokong lutut (Oxorn, 2003).

c. Faktor Persalinan Pervaginam


1. Vakum ekstrasi

Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan,janin dilahirkan


dengan ekstrasi menggunakan tekanan negative dengan alat vacum yang
dipasang di kepalanya (Mansjoer,2002).

2. Ekstrasi Cunam/Forsep

Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan


dengan cunam yang dipasang di kepala janin (Mansjoer, 2002).
Komplikasi yang dapat terjadi pada karena tindakan ekstrasi forsep antara
lain ruptur uteri,robekan portio, vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan
post,pecahnya varices vagina (Oxorn, 2003).

3. Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan


melakukan pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada
bayi dengan tujuan untuk memberi peluang yang lebih besar untuk
melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut (Syaifudin, 2002).
III. PATOFISIOLOGI
a. Infolusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setela melahirkan,
proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-
otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan,uterus berada di garis
tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar
pada promontorium sakralis.Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai
kurang lebih 1 cm diatas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm
setiap 24 jam.Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada
di pertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.Uterus, pada waktu
hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi
kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu setelah
lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul.
Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen
dan progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus
selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormon
menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan
hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa
hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus sedikit lebih besar setelah
hamil.
b. Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi


lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin
yang sangat besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat
kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi
trombosit dan pembentukan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari
kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengopresi
pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca
partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak
teratur. ntuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara
intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu
yang merencanakan menyusui bayinya,dianjurkan membiarkan bayinya di
payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara
merangsang pelepasan oksitosin.

IV. MANIFESTASI KLINIS


Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kadang
disebut puerperium atau trimester keempat kehamilan (Bobak, 2004).

a. Sistem reproduksi
1. Proses involusi

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan, proses


ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr dua
minggu setelah lahir. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50- 60gr. Pada masa pasca
partum penurunan kadar hormone menyebapkan terjadinya autolisis, perusakan
secara langsug jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan
yangterbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran uterus
sedikit lebih besar setelah hamil.

2. Kontraksi

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama
1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin
secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir.

3. Tempat plasenta

Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan trombus
menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak
teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan
nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik
penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga
masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.

4. Lochea

Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah,
kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama
mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur
menjadi merah setelah 2-4 hari.Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum,
leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna
kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, epitel,mukus,
serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.

5. Serviks

Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum,
serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk
semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh
selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.

6. Vagina dan perineum

Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran
sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada
sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara.

b. Sistem endokrin
1. Hormon plasenta

Penurunan hormon human plasental lactogen, esterogen dan kortisol, serta


placental enzyme insulinase membalik efek diabetagenik kehamilan. Sehingga
kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium. Kadar
esterogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar,
penurunan kadar esterogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan
diuresis cairan ekstra seluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil

2. Hormon hipofisis

Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusuidan tidak


menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggsa pada wanita
menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar
follikel-stimulating hormone terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak
menyusui di simpulkan ovarium tidak berespon terhadap stimulasi FSH
ketika kadar prolactin meningkat (Bowes, 1991).

c. Abdomen

Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan,abdomenya akan menonjol


dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6
minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hami.
d. Sistem urinarius

Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.
Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan
dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham,
dkk ; 1993).

e. Sistem cerna
1. Nafsu makan

Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu merasa
sangat lapar.

2. Mortilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam
waktu yang singkat setelah bayi lahir.

3. Defekasi

Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah
ibu melahirkan.

f. Payu dara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payudara selama wanita
hamil (esterogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin, krotison,
dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
1. Ibu tidak menyusui

Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui.
Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari
kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi
pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di
raba.

2. Ibu yang menyusui

Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan,
yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras
ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih
kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu

g. Sistem kardiovaskuler
1. Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor
misalnyakehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat
penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas.Setelah itu terjadi
perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan volume darah
menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi
lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum
lahir.

2. Curah jantung

Denyut jantung volume sekuncup dan curah jantung meningkat sepanjang


masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat
bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya
melintasi sirkuit utero plasenta tiba tiba kembali ke sirkulasi umum
(Bowes, 1991).

3. Tanda-tanda vital

Beberapa perubahan tanda-tanda vital bisa terlihat, jika wanita dalam


keadaan normal. Peningkatan kecil sementara, baik peningkatan tekanan
darah sistol maupun diastol dapat timbul dan berlangsung selama sekitar
empat hari setelah wanita melahirkan (Bowes, 1991).

h. Sistem neurologi

Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi


neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebapkan trauma yang dialami
wanita saat bersalin dan melahirkan.

i. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung
secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pemsaran rahim.
j. Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap.
Kulit kulit yang meregang pada payudara,abdomen, paha, dan panggul mungkin
memudar, tapi tidak hilang eluruhnya
V. PENATALAKSANAAN
a. Perbaikan Episiotomi
1. Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan, jika tidak ada tanda infeksi dan
pendarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan.
2. Jika infeksi, buka dan drain luka
3. Jika infeksi mencapai otot dan terdapat nekrosis, lakukan debridemen dan
berikan antibiotika secara kombinasi sampai pasien bebas demam dalam
48 am (Prawirohardjo, 2002).
b. Perawatan luka episiotomi di rumah sakit Perawatan luka episiotomi pada jam- jam
Pertama setelah bersalin, biasanya dilakukan setelah mengkaji stabilitas fisik ibu, dan
untuk 2 jam berikutnya perawatan luka episiotomi dilakukan setelah buang air kecil
buang air besar, ataupun pada saat personal higiene.
Menurut Morison (2004), prinsip-prinsip pencegahan infeksi luka didasarkan pada
pemutusan rantai kejadian yang menyebabkan organisme makin berkembang dan
menginfeksi luka. Hal yang penting dilakukan untuk pencegahan infeksi luka tersebut
ialah mengisolasi sumber infeksi potensial dengan barier perawatan, membersihkan
dan melakukan desinfeksi secara efektif terhadap lingkungan fisik, perawat dan bidan
melakukan cuci tangan yang benar, teknik pembalutan yang aseptik serta melindungi
pasien yang rentan. Dalam Perawatan Luka epsiotomi dilakukan sesuai dengan
standar operasional yang ada.
Menurut Sulistiawaty (2009), perawatan luka episiotomi dilakukan bersamaan dengan
vulva hygiene sehingga perlu menyediakan botol berisi air hangat untuk
membersihkan bagian vulva yang kotor karena lochea, bekas BAK, dan BAB.
Rosyidi (2013), memfokuskan sebuah prosedur perawatan luka episiotomi dan
menyatakan hal pertama dilakukan sebelum melakukan perawatan adalah
mempersiapkan peralatan antara lain.
Menurut Sulistyawati (2009), handscoen DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi) juga dapat
digunakan dalam melakukan perawatan luka perineum sebagai pengganti bila tidak
tersedia handscoen steril yang baru. Persiapan pasien, perawat maupun bidan
memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan, kemudian menutup
pintu/jendela atau di pasang sampiran untuk menjaga privasi pasien.
Langkah-langkah tindakan perawatan luka episiotomi adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan prosedur kepada pasien
2. Menempatkan alat ke dekat pasien
3. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
4. Mencuci tangan kemudian memakai handscoen bersih/pinset lepaskan balutan
5. Observasi karaktersitik dan jumlah drainase pada balutan
6. Letakkan balutan kotor di tempat sampah, lepas sarung tangan.
7. Membuka perangkat alat steril disamping pasien
8. Memakai handscoen steril
9. Membersihkan luka sampai bersih dengan memakai pinset dan depress kasa
steril,desinfektan dari arah depan ke belakang.
10. Depress kotor dibuang pada tempatnya
11. Pinset yang tidak steril diletakkan di bengkok
12. Luka dikeringkan dengan depress /kassa steril
13. Lalu di beri obat salep / antiseptik lalu ditutup dengan pembalut
14. Sarung tangan dilepas
15. Rapikan alat dan pasien
16. Mencuci tangan
17. Dokumentasikan : karakteristik luka
c. Penatalaksanaan Nyeri Post Episiotomi
Penatalaksanaa nyeri dibagi menjadi dua yaitu dengan farmakologi dan
nonfarmakologi. Penatalaksanaan nonfarmakologi terdiri dari berbagai tindakan
mencakup intervensi perilaku dan kognitif menggunakan agenagen fisik (Bernatzky,
2011). Pemberian melakukan intervensi dengan teknik nonfarmakologi merupakan
tindakan independen dari seorang perawat dalam mengatasi respon nyeri klien
(Andarmoyo, 2013). Manageman secara non farmakologis lebih aman diterapkan
karena mempunyai risiko yang lebih kecil, tidak menimbulkan efek samping serta
menggunakan proses fisiologis (Bobak 2014)
Salah satu cara penanganan nyeri non farmakologi dengan pemberian kompres
dingin. Kompres dingin merupakan suatu prosedur menempatkan suatu benda dingin
pada tubuh bagian luar. Dampak fisiologisnya adalah vasokontriksi pada pembuluh
darah, mengurangi rasa nyeri dan menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot-otot
(Silviana, 2011).
Kompres dingin dapat dilakukan dengan menggunakan cairan NaCL 0,9 %. NaCl
0,9% merupakan cairan isotonis yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak
menimbulkan hipersensitivitas sehingga aman digunakan untuk tubuh dalam kondisi
apapun. NaCl 0,9% merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan,
melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka
dan membantu luka menjalani proses penyembuhan
Menurut Bashir dan Afzal (2010) bahwa pemberian kompres NaCl 0,9% pada luka
dapat menurunkan gejala edema karena cairan normal salin dapat menarik cairan dari
luka melalui proses osmosis. Selain itu dalam penelitian Wawan (2015) mengatakan
bahwa kompres NaCl 0,9% lebih efektif dari pada kompres alkohol 70% dalam
menurunkan intensitas nyeri. Kompres NaCl 0,9% terbukti lebih efektif pada
responden mekanik dan kimiawi karena dapat mengurangi eritema dan edema.
Sedangkan kompres alkohol 70% efektif pada luka yang disebabkan oleh bakteri,
namun perlu diperhatikan lama pemberian kompres alkohol 70% karena apabila
pemberian terlalu lama dengan frekuensi sering kemungkinan tekstur kulit menjadi
kering dan berpotensi banyaknya akumulasi mikrorganisme di permukaan kulit.
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada.
VI. PENGKAJIAN
a. Data Subjektif
1. Biodata yang mencakup identitas pasien menurut Anggraini (2010),
meliputi :
1). Nama : Untuk mengetahui nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
2). Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang
dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun
rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam post partum.
Untuk respon nyeri, umur juga mempengaruhi karena pada umur anak-
anak belum bisa mengungkapkan nyeri, pada umur orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi.
Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka
menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus di jalani dan mereka
takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri di
periksakan.
3) Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Suku Bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari.Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka
berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut
kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena
mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak megeluh jika ada nyeri.
5) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan keperawatan untuk
mengetahuis ejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga perawat dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. Bila pasien
memiliki pengetahuan yang baik terhadap perawatan luka maka luka
akan sembuh pada hari ke tujuh setelah persalinan dan bila tidak dirawat
dengan baik maka akan terjadi infeksi pada pasien post partum.
6) Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
7) Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa
nifas, misalnya pasien merasa kontraksi, nyeri pada jalan lahir karena
adanya jahitan pada perineum (Ambarwati, 2010). Keluhan utama pada ibu post
partum dengan luka perawatan episiotomi adalah nyeri dibekas luka jahitan
(Bobak, 2005).
3. Riwayat Kesehatan
Menurut Ambarwati (2010), riwayat kesehatan meliputi :
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, diabetes mellitus,
hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa post partum ini.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit
yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa post
partum dan bayinya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
Penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya,
yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya, mengetahui
apakah ada riwayat penyakit menurun seperti asma, jantung, DM dan
hipertensi dan penyakit menular seperti asma / TBC (Prawirohardjo,
2005).
d. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus mentruasi, lamanya
menstruasi, banyaknya darah menstruasi, teratur / tidak menstruasinya,
sifat darah menstruasi, keluhan yang dirasakan sakit waktu menstruasi
disebut disminorea
e. Riwayat Perkawinan
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah, berapa kali,
usia menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa, lama perkawinan,dan
sudah mempunyai anak belum (Estiwidani, 2008).
f. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran, riwayat persalinan
yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya melahirkan,
dan cara melahirkan. Masalah / gangguan kesehatan yang timbul sewaktu
hamil dan melahirkan. Riwayat kelahiran anak, mencangkup berat badan
bayi sewaktu lahir,adakah kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi,
keadaan bayi hidup / mati saat dilahirkan (Estiwidani, 2008).
Paritas mempengaruhi persepsi terhadap nyeri persalinan karena
primipara mempunyai proses persalinan yang lama dan lebih melelahkan
dengan multipara. Hal ini disebabkan karena serviks pada klien primipara
memerlukan tenaga yang lebih besar untuk mengalami peregangan
karena pengaruh intensitas konstraksi lebih besar selama kala I
persalinan. Selain itu, pada ibu dengan primipara menunjukan
peningkatan kecemasan dan keraguan untuk mengantisipasi rasa nyeri
selama persalinan.
g. Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrapsi jenis
apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta
rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa
h. Riwayat Kehamilan Sekarang
Menurut Saifuddin (2006), meliputi
1. Hari pertama, haid terakhir serta kapan taksiran persalinannya
2. Keluhan-keluhan pada trisemester I, II, III.
3. Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilannya.
4. Selama hamil berapa kali ibu periksa
5. Penyuluhan yang pernah didapat selama kehamilan
6. Pergerakana anak pertama kali dirasakan pada kehamilan berapa minggu
7. Imunisasi TT : sudah / belum imunisasi, berapa kali telah dilakukan imunisasi
i. Riwayat Persalinan Sekarang
Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu
dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan
atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini
j. Pola Kebiasaan Selama Masa Post Partum
1. Nutrisi
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet
seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup serta serat-serat makanan yang cukup, sehingga proses
penyembuhan luka episiotomi lebih cepat. Ibu dianjurkan untuk
minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. Mengkonsumsi zat besi
setidaknya selama 90 hari post partum
2. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi
frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati, 2010). Pada ibu post partum dengan
perawatan luka episiotomi biasanya buang air besar secara spontan akan tertunda
2 – 3 hari setelah melahirkan karena tonus otot usus menurun selama proses
persalinan, pada saat buang air kecil juga akan merasakan nyeri pada luka
episiotomy
3. Istirahat / tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang. Istirahat sangat penting bagi ibu post partu
karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan
4. Keadaan psikologis
Untuk mengetahui tentang perasaan ibu sekarang, apakah ibu merasa
takut atau cemas dengan keadaan sekarang (Nursalam, 2008).

5. Riwayat Sosial Budaya


Untuk mengetahui kehamilan ini direncanakan / tidak, diterima /
tidak, jenis kelamin yang diharapkan dan untuk mengetahui pasien
dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan
atau merugikan pasien khususnya pada post partum misalnya pada
kebiasaan makan dilarang makan ikan atau yang amis-amis
6. Penggunaan obat-obatan / rokok
Untuk mengetahui apakah ibu mengkonsumsi obat terlarang ataukah
ibu merokok (Manuaba, 2007).
3. Data Objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan
dilihat oleh tenaga kesehatan
a. Status generalis
1. Keadaan umum
Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik, cukup atau
kurang (Prihardjo, 2007). Pada kasus keadaan umum ibu baik
(Varney, 2007).
3. Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis
(sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya), apatis (tidak menanggapi rangsangan /
acuh tak acuh, tidak peduli) somnolen (kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh), spoor
(keadaan yang menyerupai tidur), koma (tidak bisa dibangunkan,
tidak ada respon terhadap rangsangan apapun, tidak ada respon
kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil
terhadap cahaya) (Novi, 2009). Pada kasus kesadaran
composmentis (Varney, 2007).
3. Tanda- tanda Vital
a. Tekanan Darah
Untuk mengetahui tekanan darah ibu. Pada beberapa kasus
ditemukan keadaan dimana jika ibu post partum merasakan
nyeri maka tekanan darah akan meningkat, tetapi keadaan ini
akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit
lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan (Anggraini,
2010). Batas normalnya 110/60– 140/90 mmHg (Monica, 2005).
b. Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit
(Saifuddin, 2008). Batas normal nadi berkisar antara 60 - 80
x/menit. Denyut nadi di atas 100 x/menit pada masa nifas adalah
mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa
diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan
darah yang berlebihan (Anggraini, 2010).
c. Suhu
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. Sesudah
partus dapat naik 0,5°C dari keadaan normal tetapi tidak
melebihi 38°C (Wiknjosastro, 2006). Suhu normal manusia
adalah 36,6°C-37,6°C (Potter dan Perry, 2005). Suhu ibu post
partum dengan episiotomi dapat meningkat bila terjadi infeksi,
atau tanda REEDA (+).
d. Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan pasien yang dihitung
dalam 1 menit (Saifuddin, 2006). Batas normalnya 12 - 20
x/menit (Potter dan Perry, 2005).
e. Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan pasien (Wiknjosastro, 2006).

b. Pemeriksaan Sistematis
1) Inspeksi
a) Rambut
Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak
b) Muka
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak adakah
kelainan, adakah oedema (Nursalam, 2008)
c) Mata
Untuk mengetahui oedema atau tidak conjungtiva, anemia /
tidak, sklera ikterik / tidak (Nursalam, 2008)
d) Mulut / gigi / gusi
Untuk mengetahui ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi
berdarah atau tidak (Nursalam, 2008).
e) Abdomen
Untuk mengetahui ada luka bekas operasi/tidak, adastrie/tidak,
ada tidaknya linea alba nigra (Saifuddin, 2006).
f) Vulva
Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi,
varices, pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan
(Prihardjo, 2007). Pada kasus episiotomy vulva kadang bisa
menjadi edema, perineum ruptur jika terjadi infeksi, maka akan
terlihat kemerahan, jahitan basah dan mengeluarkan nanah serta
bau busuk.
g) Fundus uteri
Fundus harus berada dalam midline, keras dan 2 cm dibawah
umbilicus. Bila uterus lembek , lakukan masase sampai keras.
Bila fundus bergeser kearah kanan midline , periksa adanya
distensi kandung kemih.
h) Kandung kemih
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5, kandung kemih ibu cepat
terisi karena diuresis post partum dan cairan intra vena.
i) Lochea
Lochea rubra berlanjut sampai hari ke-23, menjadi lochea serosa
dengan aliran sedang. Bila darah mengalir dengan cepat,
dicurigai terjadinya robekan servik.

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan.
2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan laserasi dan proses persalinan
3. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara
perawatan payudara bagi ibu menyusui.
4. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi
5. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan darah dan intake ke oral.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses
persalinan dan proses melelahkan.
VII. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan involusi uterus, nyeri setelah melahirkan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang
Kriteria Hasil :
1. Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3-4
2. Klien terlihat rileks, ekspresi wajah tidak tegang, klien
bisa tidur nyaman

c.Tan da-tanda vital dalam batas normal : suhu 36-370 C,


N 60-100 x/menit, RR 16-24 x/menit, TD 120/80 mmHg

Intervensi: Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST ( P : faktor penambah dan
pengurang nyeri, Q : kualitas atau jenis nyeri, R : regio atau daerah yang
mengalami nyeri, S : skala nyeri, T : waktu dan frekuensi )
b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri
Rasional : sebagai salah satu dasar untuk memberikan tindakan atau
asuhan keperawatan sesuai dengan respon klien
c. Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan tenang
Rasional : membantu klien rilaks dan mengurangi nyeri
d. Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan perhatian
klien pada hal lain
Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan perhatian
klien dari rasa nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk menekan atau mengurangi nyeri

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan cara


perawatan Vulva
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi
infeksi pengetahuan bertambah
Kriteria hasil :
b. Klien menyertakan perawatan bagi dirinya
c. Klien bisa membersihkan vagina dan perineumnya secara mandiri
d. Perawatan pervagina berkurang
e. Vulva bersih dan tidak inveksi
f. Tidak ada perawatan
g. Vital sign dalam batas normal
Intervensi :
a. Pantau vital sign
Rasional : peningkatan suhu dapat mengidentifikasi adnya infeksi
b. Kaji daerah perineum dan vulva
Rasioal : menentukan adakah tanda peradangan di daerah vulva dan
perineum
c. Kaji pengetahuan pasien mengenai cara perawatan ibu post partum
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya
d. Ajarkan perawatan vulva bagi pasien
Rasional : pasien mengetahui cara perawatan vulva bagi dirinya

e. Anjurkan pasien mencuci tangan sebelum memegang daerah vulvanya


Rasional : meminimalkan terjadinya infeksi
f. Lakukan perawatan vulva
Rasional : mencegah terjadinya infeksi dan memberikan rasa nyaman bagi
pasien
2. Resiko menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan cara perawatan
payudara bagi ibu menyusui
Tujuan : pasien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
Kriteria hasil :
1.Klien mengetahui cara perawatan payudara bagi ibu menyusui
2.Asi keluar
3.Payudara bersih
4.Payudara tidak bengkak dan tidak nyeri
5.Bayi mau menetek
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan paien mengenai laktasi dan perawatan payudara
Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan pasien dan untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
Ajarkan cara merawat payudara dan lakukan cara brest care Rasional :
meningkatkan pengetahuan pasien dan mencegah terjadinya bengkak pada
payudara.

b. Jelaskan mengenai manfaat menyusui dan mengenai gizi waktu menyusui


Rasional : memberikan pengetahuan bagi ibu mengenai manfaat ASI bagi
bayi
c. Jelaskan cara menyusui yang benar
Rasional : mencegah terjadinya aspirasi pada bayi

3. Gangguan pola eliminasi bowel berhubungan dengan adanya konstipasi


Tujuan : kebutuhan eliminasi pasien terpenuhi
Kriteria hasil :
1.Pasien mengatakan sudah BAB
2.Pasien mengatakan tidak konstipasi
3.Pasien mengatakan perasaannyamannya
Intervensi :
a. Auskultasi bising usus, apakah peristaltik menurun
Rasional : penurunan peristaltik usus menyebapkan konstpasi
b. Observasi adanya nyeri abdomen
Rasional : nyeri abdomen menimbulkan rasa takut untuk BAB
c. Anjurkan pasien makan-makanan tinggi serat Rasional :
makanan tinggi serat melancarkan BAB
d. Anjurkan pasien banyak minum terutama air putih hangat
Rasional : mengkonsumsi air hangat melancarkan BAB.

e. Kolaborasi pemberian laksatif ( pelunak feses ) jika diperlukan Rasional :


penggunana laksatif mungkan perlu untuk merangsang peristaltik usus
dengan perlahan atau evakuasi feses

f. Kolaborasi pemberian laksatif ( pelunak feses ) jika diperlukan Rasional :


penggunana laksatif mungkan perlu untuk merangsang peristaltik usus
dengan perlahan atau evakuasi feses

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
darah dan intake ke oral
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
i. Menyatakan pemahaman faktor penyebap dan perilaku yang perlu untuk
memenuhi kebutuhan cairan, seperti banyak minum air putih dan
pemberian cairan lewat IV.
ii. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran
urine adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor
kulit baik
Intervensi :
a. Mengkaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital
Rasional : menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan
dari keadaan normal
b. Mengobservasi kemungkinan adanya tanda-tanda syok
Rasional : agar segera dilakukan rehidrasi maksimal jika terdapat tanda-
tanda syok

c. Memberikan cairan intravaskuler sesuai program


Rasional : pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang
mengalami difisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk
karena cairan IV langsung masuk ke pembuluh darah.
5. Gangguan polatidur berhubungan dengan respon hormonal psikologis, proses persalinan
dan proses melelahkan
Kemungkinan dibuktikan oleh mengungkapkan laporan kesulitan jatuh
tidur /tidak merasa segera setelahistirahat, peka rangsang, lingkaran
gelap di bawah mata sering menguap
Tujuan : istirahat tidur terpenuhi
Kriteria hasil :
i. Mengidentifikaasikan penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang
diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru.
Melaporkan peningkatan rasa sejahtera istirahat
Intervensi :
a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat. Catat lama
persalinan dan jenis kelahiran
Rasional : persalinan/ kelahiran yang lama dan sulit khususnya bila terjadi
malam meningkatkan tingkat kelelahan.
b. Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat
Rasional : membantu meningkatkan istirahar, tidur dan relaksasi,
menurunkan rangsangan

c. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur / istirahat setelah kembali


ke rumah
Rasional : rencana kreatif yang memperoleh untuk tidur dengan bayi lebih
awal serta tidur lebih siang membantu untuk memenuhi kebutuhan tubuh
serta menyadari kelelahan berlebih, kelelahan dapat mempengaruhi
penilaian psikologis, suplai ASI dan penurunan reflek secara psikologis

6. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang
mengenai sumber informasi
Tujuan : memahami parawatan diri dan bayi
Kriteria hasil :
i. Mengungkapkan pemahaman perubahan fiiologis kebutuhan individu
Intervensi :
a. Pastikan persepsi klien tentang persalian dan kelahiran, lama persalinan
dan tingkat kelelahan klien
Rasional : terdapat hubungan lama persalinan dan kemampuan untuk
melakukan tanggung jawab tugas dan aktivitas perawatan dari atau
perawatan bayi

b. Kaji kesiapan klien dan motifasi untuk belajar, bantu klien dan pasangan
dalam mengidentifikasi hubungan
Rasional : periode postnatal dapat merupakan pengalaman positif bila
penyuluhan yang tepat diberikan untuk membantu mengembangkan
pertumbuhan ibu maturasi, dan kompetensi
c. Berikan informasi tentang peran progaram latihan postpartum progresif
Rasional : latiahn membantu tonus otot, meningkatkan sirkulasai,
menghasilkan tubuh yang seimbang dan meningkatkan perasaan sejahtera
secara umum
d. Identifikasi sumber-sumber yang tersedia misal pelayanan perawat,
berkunjung pelayanan kesehatan masyarakat
Rasional : meningkatkan kemandirian dan memberikan dukunagan untuk
adaptasi pada perubahan multiple.
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan
berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan
yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh
hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
4.   Evaluasi Keperawatan
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan yang
berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Boobak Irene, 2001. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Depkes,2008. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal . Jakarta : JNPK-KR, Maternal &
Neonatal Care Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).
Doenges,dkk, 2001 ,Rencana perawatan Maternal/Bayi, EGC , Jakarta
Hacher/moore, 2001, Esensial obstetric dan ginekologi, hypokrates , jakarta
Saifuddin, Abdul bari, 2002 , Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal , penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta
Sarwono, 2000, Ilmu Bedah kebidanan, Yayasan sarwono, Jakarta.
Nursalam, 2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:Jakarta:
Salemba Medika

Ambarwati, E,R,Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika


LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN . Ny.S
DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST PARTUM
DI RUANG RAWAT INAP TULIP
RSUD KABUPATEN BINTAN
TANGGAL 30 JANUARI s/d 11 FEBRUARI 2023

Oleh
MULIANA SANTI, S.Kep
NIM : 202214903045

PRESEPTOR AKADEMIK PRESEPTOR KLINIK

(Ns. UTARI CHRISTYA WARDHANI, M.Kep) (Ns. MEITA WITRI ARTATY, S.Kep)
NIDN. 1005128602 NIP. 19840506 200803 2 002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS AWAL BROS

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


LAPORAN KASUS PENGKAJIAN POSTNATAL

Nama Mahasiswa : Muliana Santi, S.Kep


NIM : 202214903045
Tanggal Pengkajian :

A. Identitas Klien
Nama (Inisial) : Ny.S
Umur : 27 Thn
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan : SMK
Nama Suami : Tn. M
Umur Suami : 29 Thn
Alamat : Jalan Musi Kp. Purwodadi
Pekerjaan : IRT
Diagnosa Medis : G1P0A0H0
Tanggal Masuk RS : 16 februari 2021

B. Data Umum Kesehatan


Alasan Masuk
Mules-mules sejak semalam, keluar lendir dan darah sejak jam 17.00 wib, USG
terakhir tanggal 06 Februari 2023
Faktor Pencetus
Usia kehamilan cukup bulan
Lamanya Keluhan
Tidak ada
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan Saat Ini
Pada saat melakukan pengkajian pada hari Selasa tanggal 07 februari 2023 pasien
post partum pukul 07.11, mengeluh nyeri bekas luka episiotomi dengan skala
nyeri 4, pasien menyatakan nyeri saat bergerak, pasien tampak meringis, bayi
klien jenis kelamin perempuan, BB 3205 gram, panjang badan 49 CM klien
terpasang infus pada tangan sebelah kiri, hasil pengkajian tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 120/70 mmHg, Suhu : 36, RR : 20x/menit, Nadi : 90x/menit,
Spo2 : 99%
Lamanya Keluhan : Nyeri hilang timbul
Faktor Pencetus : Luka Episiotomi post partum

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit apapun
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit menular dan penyakit keturunan
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 tahun
Siklus haid : 28 hari
Lama haid : 6-7 hari
Ganti duk : 2 kali sehari
Masalah haid : tidak ada
5. Riwayat Perkawinan
Ny. S menikah pada usia 27 Tahun
6. Riwayat Keluarga Berencana
Klien berencana menggunakan kontrasepsi pil
C. Status Obstetri
1. Nifas hari ke : Pertama
2. Riwayat persalinan yang lalu : tidak ada
3. Komplikasi nifas yang lalu : tidak ada
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Composmentis
2. TTV : TD : 120/70 mmHg, Nadi : 90x/menit, Suhu : 36, RR : 20x/menit
3. Kepala
a. Rambut : Kebersihan : rambut tidak ada ketombe, kekuatan rambut bagus
tidak mudah rontok, jenis rambut berwarna hitam
b. Mata : Sklera tidak ikterik dan konjungtiva tidak anemis
c. Wajah : Cloasma gravidarum tidak ada
d. Hidung : tidak ada kelainan dan dalam keadaan bersih
e. Mulut : ada caries dan tidak ada ginggivitis
f. Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
g. Kulit : turgor kulit bagus
4. Pemeriksaan Thorak dan Data
a. Paru
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, ictus cordis tidak teraba
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler
b. Jantung
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan tidak ada pembengkan jantung
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Redup
Auskultasi : Suara irama jantung teratur
c. Payudara
Simetris kiri dan kanan
Tampak bersih
Areola hiperpignentasi
Tidak ada nyeri tekan
Puting menonjol
5. Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembesaran abdomen
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
6. Perineum
Kebersihan : perineum terdapat luka robek episiotomi dan tidak ada varises
Lokhea
Tanda REEDA
Redness : kurang dari 0,25 cm pada kedua sisi laserasi
Edema : pada perineum < 1cm dari laserasi
Ecchymosis : < 0,25 CM
Discharge : Serum
Approximation : jarak kulit 3 mm
7. Ekstremitas
Varises : tidak ada
Edema : tidak ada
Tanda Hoffman : tidak ada
Reflek Patella : Normal
8. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
Aktivitas/istirahat
Seebelum masuk rumah sakit : Klien mengatakab tidur 7 jam sehari, kebiasaan
sebelum tidur klien berdoa dan tidak ada keluhan saat tidur.
Saat ini : Klien mengatakan selama dirumah sakit tidak mengalami masalah tidur
Sirkulasi : Baik
Eliminasi
Sebelum sakit : Pola eliminasi klien baik, klien lancar BAK dan BAB minmal 1
hari sekali
Sejak sakit : Klien mengatakan takut untuk BAB dikarenakan luka episiotomi
Makanan dan Cairan
Sebelum sakit : Klien makan 3 kali sehari dengan komposisi makanan nasi, lauk,
sayur. Klien makan habis 1 porsi sedang dan minum 7-8 gelas sehari. Klien tidak
memiliki alergi dan pantangan makanan
Sejak sakit : Sejak dirawat dirumah sakit klien tidak mengalami gangguan nutrisi
Nyeri/ ketidaknyamanan : Nyeri luka episitomi post partum
9. Adaptasi Psikologis
Bonding and attachment : ibu merasa baik-baik saja, senang bayinya lahir dengan
selamat tanpa ada masalah dan juga dikarenakan kelahiran anak pertama
Fase adaptasi psikologis : Klien membutuhkan bantuan bantuan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari
10. Pemeriksaan Diagnostik

Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

HEMATOLOGI DAN HEMOSTASIS

Leukosit 7,0 103/ul 4,5-11,5

Hemoglobin 9,5 g/dl (L) : 14,0-18,0/(P) : 12,0-15,0

MCH 31,7 Pg 26-32

MCHC 36,4 g/dl 33-36

Eritrosit 3,01 106/ul (L) : 4,6-6/(P) : 4-5,4

MCV 86,9 fl 80,0-94,0

Hematokrit 26,2 % (L) : 40,0-54,0/(P) : 35,0-49,0

Trombosit 151 103/ul 150-450

Hitung Jenis 3 diff Limfosit : 25-40


Leukosit L : 22,0

Mid : 74,1 % 1-20

Granulosit Segmen Neutrofil : 50-70


(Sg) : 73,9

Kimia Klinik
Faal Hati

Albumin 2,5 g/dl 3,5-5,0

Elektrolit
Natrium 131,4 mmol/L 136-145

Kalium 3,62 mmol/L 3,5-5,1

Klorida 93,6 mmol/L 98-107

11. Kesimpul;an
Dalam pelaksanaan perawatan yang telah di lakukan dengan perawatan pada Ny.
S dengan G17P1A0H1 Post Partum Hari ke 1 di Ruang Tulip RSUD BINTAN
yang dapat penulis simpulkan sebagai berikut :
1. Pada pengkajian perawatan yang dilakukan pada Ny. S dapat dihasilkan dengan
baik dan tidak mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data dan Ny. S juga
cukup koperatif.
2. Pada diagnosa asuhan keperawatan pada Ny. S ditemukan 3 diagnosa
keperawatan yaitu diagnosa yang pertama Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik, ke dua Resiko infeksi b/d kerusakan integritas kulit ditandai
dengan terdapat luka post SC, ke tiga Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan post SC.
3. Pada rencana tindakan keperawatan pada Ny. S mulai dari pencegahan infeksi,
perawatan luka, terapi relaksasi, edukasi kesehatan, perawatan luka episiotomi di
rumah.
4. Implementasi asuhan keperawatan pada pasien dengan post partum spontan di
ruang Tulip RSUD BINTAN semua dapat dilakukan, karena tindakan yang di
lakukan dapat tercapai.
5. Evaluasi pada pasien dengan post partum spontan di ruang Tulip RSUD
BINTAN tahun 2023 dapat dilakukan dan 3 diagnosa di tinjuan kasus semua
diagnosa sudah teratasi
CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN
INISIAL KLIEN : Ny. S DIAGNOSA MEDIS : Post
Partum Spontan

NO REG : 07-08-22 RUANGAN : Raung


Tulip

NO HARI/TGL DIAGNOSA KEPERAWATAN IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

1 Selasa Nyeri akut berhubungan dengan agen - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : Klien mengatakan masih
cidera fisik (luka post partum frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
7 Februari - Identifikasi skala nyeri nyeri masih terasa diluka
2023 pervaginam) ditandai dengan:
- Identifikasi respon nyeri non verbal episiotomy
DS : - Odentifikasi factor yang memperberat dan
mempengaruhi nyeri O: Tampak luka episiotomy
− Klien mengatakan nyeri pada - Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
hasil : Skalla nyeri 4
luka episiotomi
− Klien mengatakan nyeri muncul TD : 120/70 mmHg TD : 120/70 mmHg

ketika bergerak Nadi : 80x/menit


Nadi : 80 x/menit
DO :
Suhu : 36 C
Suhu : 36,5 C
− Skala Nyeri 4 (1-10)
RR : 20x/menit
− Tampak luka episiotomy
RR : 20 x/menit
Luka kurang dari 0,25 cm pada
kedua sisi laserasi dan pada - Melakukan pengkajian nyeri hasil :
perineum kurang dari 1 cm dari
laserasi P : Nyeri dirasakan saat bergerak A : masalah belum teratasi
− TTV
Q : Nyeri seperti tersayat pisau
TD : 110/70 mmHg
P : Mengidentifikasi factor
R : Nyeri dirasakan dibagian alat kelamin
Nadi : 80 x /i
penyebab nyeri
RR : 20 x/ S : Skala nyeri 4 (1-10)

T : Nyeri hilang timbul

Suhu : 36 0 C
- Menjelaskan dan mendemostrasikan cara

mengurangi nyeri dengan menggunakan Teknik

relaksasi nafas dalam

Resiko infeksi b/d kerusakan


integritas kulit ditandai dengan
terdapat luka episiotomy ditandai
Rabu S : Klien mengatakan masih
dengan : - Menjelaskan tanda dan gejala infeski
08 Februari terasa nyeri pada luka
2023 DO : - Menjelas kan untuk meningkatkan asupan
nutrisi episiotomy
- Tampak luka episiotomy
O : Tampak luka episiotomy
- TTV
TD : 120/80 mmHg dan tidak ada tanda-tanda
Suhu : 35,6 C A : Masalah belum teratasi
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
P : Memperhatikan tanda

dan gejala infeksi local dan

sistemik

S: klien mengatakan sudah


Ketidakefektifan pemberian ASI
lebih tenang dan
berhubungan dengan kurang mengetahui
2. Kamis pengetahuan ditandai dengan :
cara perawatan pada
09 Februari Dengan hasil klien mengerti dan paham apa
- Pengeluaran ASI:Asi sudah yang disampaikan perawat payudara serta manfaat ASI
2023 keluar tetapi belum banyak
pada bayi
- Kaji penyebab kurangnya produksi ASI
O: klien tampak mengerti
- Ajarkan ibu tentang kebutuhan nutrisnya
penjelasan tentang
perawatan
- Jelaskan kepada klien tentang pentingnya
manfaat ASI payudara dan manfaat ASi,

- Lakukan perawatan payudara pada anomaly

payudara ibu klien tampak tenang


A: Masalah ketidakefektifan
- Berikan leaflet perawatan payudara untuk
pemberian ASI terastasi

- menambah wawasan ibu Sebagian

Ka P: kaji penyebab kurang

produksi ASI

Ajarkan ibu tentang

kebutuhan nutrisinya

3.
-

Anda mungkin juga menyukai