Oleh
YANI LISANDARI, S.Kep
NIM : 202214903029
(Ns. UTARI CHRISTYA WARDHANI, M.Kep) (Ns. MEITA WITRI ARTATY, S.Kep)
NIDN. 1005128602 NIP. 19840506 200803 2 002
I. PENGERTIAN
Post partum merupakan masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa beberapa
jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam setelah
melahirkan, setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu
saluran reproduksi kembali keadaan yang normal pada saat sebelum hamil (Marmi,
2012). Post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada
keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru.
(Mitayani, 2011). Post Partum adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung
selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
Episiotomi adalah insisi yang dibuat pada vagina dan perineum untuk
memperlebar bagian lunak jalan lahir sekaligus memperpendek jalan lahir. Robekan
perineum atau ruptur terjadi pada hampir setiap persalinan pertama dan tidak jarang juga
pada persalinan berikutnya. Pada seorang primipara atau orang yang baru pertama kali
melahirkan terjadi ketika kepala janin keluar. Luka-luka biasanya ringan tetapi juga
terjadi luka yang luas dan berbahaya. Dari jahitan perineum tadi pasti menimbulkan rasa
nyeri. Nyeri dapat terjadi pada hari pertama sampai hari ke empat post episiotomi karena
proses inflamasi dan terjadi pelepasan zat-zat kimia seperti prostaglandin yang dapat
meningkatkan transmisi nyeri (Rukiyah dkk, 2010). Episiotomi adalah insisi dari
perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah ruptur perineum totalis
(Sulistyawati & Nugraheny, 2010). Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada
perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput dara,
jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan
perineum (Prawirahardjo, 2012).
II. ETIOLOGI
Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan
atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan
bantuan.
a. Faktor Ibu
1. Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlah kehamilan
yang mampu menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebih dari 28
minggu). Paritas menunjukkan jumlah kehamilan terdahulu yang telah
mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah
anaknya (Oxorn, 2003).Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas
adalah keadaan kelahiran atau partus. Pada primipara robekan perineum
hamper selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada persalinan
berikutnya (Sarwono, 2005).
2. Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bisa
pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus
didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan dorongan
dan memang ingin mengejang (Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat
meneran secara lebih efektif pada posisi tertentu (JHPIEGO, 2005).
b. Faktor Janin
1. Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram
(Rayburn, 2001).Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko
traumapersalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan fleksus
brakialis, patah tulang klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu
seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum (Rayburn, 2001).
2. Presentasi
b) Presentasi Dahi
c) Presentasi Bokong
2. Ekstrasi Cunam/Forsep
a. Sistem reproduksi
1. Proses involusi
2. Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Salama
1-2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan
menjadi tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin
secara intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir.
3. Tempat plasenta
Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, kontraksi vaskular dan trombus
menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bernodul tidak
teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebapkan pelepasan jaringan
nekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik
penyembuha luka. Regenerasi endometrum, selesai pada akhir minggu ketiga
masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta.
4. Lochea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir, mula-mula berwarna merah,
kemudian menjadi merah tua atau merah coklat. Lochea rubra terutama
mengandung darah dan debris desidua dan debris trofoblastik. Aliran menyembur
menjadi merah setelah 2-4 hari.Lochea serosa terdiri dari darah lama, serum,
leukosit dan denrus jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, cairan berwarna
kuning atau putih. Lochea alba mengandung leukosit, desidua, epitel,mukus,
serum dan bakteri. Lochea alba bisa bertahan 2-6 minggu setelah bayi lahir.
5. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam pasca partum,
serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk
semula. Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh
selama beberapa hari setelah ibu melahirkan.
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran
sebelum hami, 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada
sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara.
b. Sistem endokrin
1. Hormon plasenta
2. Hormon hipofisis
c. Abdomen
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.
Diperlukan kira-kira dua smpai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan
dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham,
dkk ; 1993).
e. Sistem cerna
1. Nafsu makan
Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anestesia, dan keletihan, ibu merasa
sangat lapar.
2. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selam
waktu yang singkat setelah bayi lahir.
3. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama dua sampai tiga hari setelah
ibu melahirkan.
f. Payu dara
Konsentrasi hormon yang menstimulasai perkembangan payudara selama wanita
hamil (esterogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin, krotison,
dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir.
1. Ibu tidak menyusui
Kadar prolaktin akan menurun dengan cepat pada wanita yang tidak menyusui.
Pada jaringan payudara beberapa wanita, saat palpasi dailakukan pada hari
kedua dan ketiga. Pada hari ketiga atau keempat pasca partum bisa terjadi
pembengkakan. Payudara teregang keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika di
raba.
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan,
yakni kolostrum. Setelah laktasi dimula, payudara teraba hangat dan keras
ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih
kebiruan dapat dikeluarkan dari puting susu
g. Sistem kardiovaskuler
1. Volume darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor
misalnyakehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat
penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas.Setelah itu terjadi
perpindahan normal cairan tubuh yang menyebapkan volume darah
menurun dengan lambat. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi
lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum
lahir.
2. Curah jantung
3. Tanda-tanda vital
h. Sistem neurologi
i. Sistem muskuluskeletal
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung
secara terbalik pada masa pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat
pemsaran rahim.
j. Sistem integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan
berakhir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menutap.
Kulit kulit yang meregang pada payudara,abdomen, paha, dan panggul mungkin
memudar, tapi tidak hilang eluruhnya
V. PENATALAKSANAAN
a. Perbaikan Episiotomi
1. Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan, jika tidak ada tanda infeksi dan
pendarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan.
2. Jika infeksi, buka dan drain luka
3. Jika infeksi mencapai otot dan terdapat nekrosis, lakukan debridemen dan
berikan antibiotika secara kombinasi sampai pasien bebas demam dalam
48 am (Prawirohardjo, 2002).
b. Perawatan luka episiotomi di rumah sakit Perawatan luka episiotomi pada jam- jam
Pertama setelah bersalin, biasanya dilakukan setelah mengkaji stabilitas fisik ibu, dan
untuk 2 jam berikutnya perawatan luka episiotomi dilakukan setelah buang air kecil
buang air besar, ataupun pada saat personal higiene.
Menurut Morison (2004), prinsip-prinsip pencegahan infeksi luka didasarkan pada
pemutusan rantai kejadian yang menyebabkan organisme makin berkembang dan
menginfeksi luka. Hal yang penting dilakukan untuk pencegahan infeksi luka tersebut
ialah mengisolasi sumber infeksi potensial dengan barier perawatan, membersihkan
dan melakukan desinfeksi secara efektif terhadap lingkungan fisik, perawat dan bidan
melakukan cuci tangan yang benar, teknik pembalutan yang aseptik serta melindungi
pasien yang rentan. Dalam Perawatan Luka epsiotomi dilakukan sesuai dengan
standar operasional yang ada.
Menurut Sulistiawaty (2009), perawatan luka episiotomi dilakukan bersamaan dengan
vulva hygiene sehingga perlu menyediakan botol berisi air hangat untuk
membersihkan bagian vulva yang kotor karena lochea, bekas BAK, dan BAB.
Rosyidi (2013), memfokuskan sebuah prosedur perawatan luka episiotomi dan
menyatakan hal pertama dilakukan sebelum melakukan perawatan adalah
mempersiapkan peralatan antara lain.
Menurut Sulistyawati (2009), handscoen DTT (Desinfeksi Tingkat Tinggi) juga dapat
digunakan dalam melakukan perawatan luka perineum sebagai pengganti bila tidak
tersedia handscoen steril yang baru. Persiapan pasien, perawat maupun bidan
memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan, kemudian menutup
pintu/jendela atau di pasang sampiran untuk menjaga privasi pasien.
Langkah-langkah tindakan perawatan luka episiotomi adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan prosedur kepada pasien
2. Menempatkan alat ke dekat pasien
3. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
4. Mencuci tangan kemudian memakai handscoen bersih/pinset lepaskan balutan
5. Observasi karaktersitik dan jumlah drainase pada balutan
6. Letakkan balutan kotor di tempat sampah, lepas sarung tangan.
7. Membuka perangkat alat steril disamping pasien
8. Memakai handscoen steril
9. Membersihkan luka sampai bersih dengan memakai pinset dan depress kasa
steril,desinfektan dari arah depan ke belakang.
10. Depress kotor dibuang pada tempatnya
11. Pinset yang tidak steril diletakkan di bengkok
12. Luka dikeringkan dengan depress /kassa steril
13. Lalu di beri obat salep / antiseptik lalu ditutup dengan pembalut
14. Sarung tangan dilepas
15. Rapikan alat dan pasien
16. Mencuci tangan
17. Dokumentasikan : karakteristik luka
c. Penatalaksanaan Nyeri Post Episiotomi
Penatalaksanaa nyeri dibagi menjadi dua yaitu dengan farmakologi dan
nonfarmakologi. Penatalaksanaan nonfarmakologi terdiri dari berbagai tindakan
mencakup intervensi perilaku dan kognitif menggunakan agenagen fisik (Bernatzky,
2011). Pemberian melakukan intervensi dengan teknik nonfarmakologi merupakan
tindakan independen dari seorang perawat dalam mengatasi respon nyeri klien
(Andarmoyo, 2013). Manageman secara non farmakologis lebih aman diterapkan
karena mempunyai risiko yang lebih kecil, tidak menimbulkan efek samping serta
menggunakan proses fisiologis (Bobak 2014)
Salah satu cara penanganan nyeri non farmakologi dengan pemberian kompres
dingin. Kompres dingin merupakan suatu prosedur menempatkan suatu benda dingin
pada tubuh bagian luar. Dampak fisiologisnya adalah vasokontriksi pada pembuluh
darah, mengurangi rasa nyeri dan menurunkan aktivitas ujung saraf pada otot-otot
(Silviana, 2011).
Kompres dingin dapat dilakukan dengan menggunakan cairan NaCL 0,9 %. NaCl
0,9% merupakan cairan isotonis yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak
menimbulkan hipersensitivitas sehingga aman digunakan untuk tubuh dalam kondisi
apapun. NaCl 0,9% merupakan larutan isotonis aman untuk tubuh, tidak iritan,
melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga kelembaban sekitar luka
dan membantu luka menjalani proses penyembuhan
Menurut Bashir dan Afzal (2010) bahwa pemberian kompres NaCl 0,9% pada luka
dapat menurunkan gejala edema karena cairan normal salin dapat menarik cairan dari
luka melalui proses osmosis. Selain itu dalam penelitian Wawan (2015) mengatakan
bahwa kompres NaCl 0,9% lebih efektif dari pada kompres alkohol 70% dalam
menurunkan intensitas nyeri. Kompres NaCl 0,9% terbukti lebih efektif pada
responden mekanik dan kimiawi karena dapat mengurangi eritema dan edema.
Sedangkan kompres alkohol 70% efektif pada luka yang disebabkan oleh bakteri,
namun perlu diperhatikan lama pemberian kompres alkohol 70% karena apabila
pemberian terlalu lama dengan frekuensi sering kemungkinan tekstur kulit menjadi
kering dan berpotensi banyaknya akumulasi mikrorganisme di permukaan kulit.
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperawatan dengan
mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada.
VI. PENGKAJIAN
a. Data Subjektif
1. Biodata yang mencakup identitas pasien menurut Anggraini (2010),
meliputi :
1). Nama : Untuk mengetahui nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
2). Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang
dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun
rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam post partum.
Untuk respon nyeri, umur juga mempengaruhi karena pada umur anak-
anak belum bisa mengungkapkan nyeri, pada umur orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi.
Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka
menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus di jalani dan mereka
takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri di
periksakan.
3) Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Suku Bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari.Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka
berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut
kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena
mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak megeluh jika ada nyeri.
5) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan keperawatan untuk
mengetahuis ejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga perawat dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. Bila pasien
memiliki pengetahuan yang baik terhadap perawatan luka maka luka
akan sembuh pada hari ke tujuh setelah persalinan dan bila tidak dirawat
dengan baik maka akan terjadi infeksi pada pasien post partum.
6) Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
7) Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa
nifas, misalnya pasien merasa kontraksi, nyeri pada jalan lahir karena
adanya jahitan pada perineum (Ambarwati, 2010). Keluhan utama pada ibu post
partum dengan luka perawatan episiotomi adalah nyeri dibekas luka jahitan
(Bobak, 2005).
3. Riwayat Kesehatan
Menurut Ambarwati (2010), riwayat kesehatan meliputi :
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, diabetes mellitus,
hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa post partum ini.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit
yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa post
partum dan bayinya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
Penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya,
yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya, mengetahui
apakah ada riwayat penyakit menurun seperti asma, jantung, DM dan
hipertensi dan penyakit menular seperti asma / TBC (Prawirohardjo,
2005).
d. Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus mentruasi, lamanya
menstruasi, banyaknya darah menstruasi, teratur / tidak menstruasinya,
sifat darah menstruasi, keluhan yang dirasakan sakit waktu menstruasi
disebut disminorea
e. Riwayat Perkawinan
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah, berapa kali,
usia menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa, lama perkawinan,dan
sudah mempunyai anak belum (Estiwidani, 2008).
f. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran, riwayat persalinan
yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya melahirkan,
dan cara melahirkan. Masalah / gangguan kesehatan yang timbul sewaktu
hamil dan melahirkan. Riwayat kelahiran anak, mencangkup berat badan
bayi sewaktu lahir,adakah kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi,
keadaan bayi hidup / mati saat dilahirkan (Estiwidani, 2008).
Paritas mempengaruhi persepsi terhadap nyeri persalinan karena
primipara mempunyai proses persalinan yang lama dan lebih melelahkan
dengan multipara. Hal ini disebabkan karena serviks pada klien primipara
memerlukan tenaga yang lebih besar untuk mengalami peregangan
karena pengaruh intensitas konstraksi lebih besar selama kala I
persalinan. Selain itu, pada ibu dengan primipara menunjukan
peningkatan kecemasan dan keraguan untuk mengantisipasi rasa nyeri
selama persalinan.
g. Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrapsi jenis
apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta
rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa
h. Riwayat Kehamilan Sekarang
Menurut Saifuddin (2006), meliputi
1. Hari pertama, haid terakhir serta kapan taksiran persalinannya
2. Keluhan-keluhan pada trisemester I, II, III.
3. Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilannya.
4. Selama hamil berapa kali ibu periksa
5. Penyuluhan yang pernah didapat selama kehamilan
6. Pergerakana anak pertama kali dirasakan pada kehamilan berapa minggu
7. Imunisasi TT : sudah / belum imunisasi, berapa kali telah dilakukan imunisasi
i. Riwayat Persalinan Sekarang
Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu
dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan
atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini
j. Pola Kebiasaan Selama Masa Post Partum
1. Nutrisi
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet
seimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang
cukup serta serat-serat makanan yang cukup, sehingga proses
penyembuhan luka episiotomi lebih cepat. Ibu dianjurkan untuk
minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. Mengkonsumsi zat besi
setidaknya selama 90 hari post partum
2. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi
frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi
frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati, 2010). Pada ibu post partum dengan
perawatan luka episiotomi biasanya buang air besar secara spontan akan tertunda
2 – 3 hari setelah melahirkan karena tonus otot usus menurun selama proses
persalinan, pada saat buang air kecil juga akan merasakan nyeri pada luka
episiotomy
3. Istirahat / tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien
tidur, kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang. Istirahat sangat penting bagi ibu post partu
karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan
4. Keadaan psikologis
Untuk mengetahui tentang perasaan ibu sekarang, apakah ibu merasa
takut atau cemas dengan keadaan sekarang (Nursalam, 2008).
b. Pemeriksaan Sistematis
1) Inspeksi
a) Rambut
Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak
b) Muka
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak adakah
kelainan, adakah oedema (Nursalam, 2008)
c) Mata
Untuk mengetahui oedema atau tidak conjungtiva, anemia /
tidak, sklera ikterik / tidak (Nursalam, 2008)
d) Mulut / gigi / gusi
Untuk mengetahui ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi
berdarah atau tidak (Nursalam, 2008).
e) Abdomen
Untuk mengetahui ada luka bekas operasi/tidak, adastrie/tidak,
ada tidaknya linea alba nigra (Saifuddin, 2006).
f) Vulva
Untuk mengetahui keadaan vulva adakah tanda-tanda infeksi,
varices, pembesaran kelenjar bartolini dan perdarahan
(Prihardjo, 2007). Pada kasus episiotomy vulva kadang bisa
menjadi edema, perineum ruptur jika terjadi infeksi, maka akan
terlihat kemerahan, jahitan basah dan mengeluarkan nanah serta
bau busuk.
g) Fundus uteri
Fundus harus berada dalam midline, keras dan 2 cm dibawah
umbilicus. Bila uterus lembek , lakukan masase sampai keras.
Bila fundus bergeser kearah kanan midline , periksa adanya
distensi kandung kemih.
h) Kandung kemih
Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5, kandung kemih ibu cepat
terisi karena diuresis post partum dan cairan intra vena.
i) Lochea
Lochea rubra berlanjut sampai hari ke-23, menjadi lochea serosa
dengan aliran sedang. Bila darah mengalir dengan cepat,
dicurigai terjadinya robekan servik.
Intervensi: Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri klien dengan PQRST ( P : faktor penambah dan
pengurang nyeri, Q : kualitas atau jenis nyeri, R : regio atau daerah yang
mengalami nyeri, S : skala nyeri, T : waktu dan frekuensi )
b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi klien terhadap nyeri
Rasional : sebagai salah satu dasar untuk memberikan tindakan atau
asuhan keperawatan sesuai dengan respon klien
c. Berikan posisi yang nyaman, tidak bising, ruangan terang dan tenang
Rasional : membantu klien rilaks dan mengurangi nyeri
d. Biarkan klien melakukan aktivitas yang disukai dan alihkan perhatian
klien pada hal lain
Rasional : beraktivitas sesuai kesenangan dapat mengalihkan perhatian
klien dari rasa nyeri
e. Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk menekan atau mengurangi nyeri
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
darah dan intake ke oral
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
i. Menyatakan pemahaman faktor penyebap dan perilaku yang perlu untuk
memenuhi kebutuhan cairan, seperti banyak minum air putih dan
pemberian cairan lewat IV.
ii. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan oleh haluaran
urine adekuat, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab, turgor
kulit baik
Intervensi :
a. Mengkaji keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital
Rasional : menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan
dari keadaan normal
b. Mengobservasi kemungkinan adanya tanda-tanda syok
Rasional : agar segera dilakukan rehidrasi maksimal jika terdapat tanda-
tanda syok
6. Kurang pengetahuan mengenai perawatan diri dan bayi berhubungan dengan kurang
mengenai sumber informasi
Tujuan : memahami parawatan diri dan bayi
Kriteria hasil :
i. Mengungkapkan pemahaman perubahan fiiologis kebutuhan individu
Intervensi :
a. Pastikan persepsi klien tentang persalian dan kelahiran, lama persalinan
dan tingkat kelelahan klien
Rasional : terdapat hubungan lama persalinan dan kemampuan untuk
melakukan tanggung jawab tugas dan aktivitas perawatan dari atau
perawatan bayi
b. Kaji kesiapan klien dan motifasi untuk belajar, bantu klien dan pasangan
dalam mengidentifikasi hubungan
Rasional : periode postnatal dapat merupakan pengalaman positif bila
penyuluhan yang tepat diberikan untuk membantu mengembangkan
pertumbuhan ibu maturasi, dan kompetensi
c. Berikan informasi tentang peran progaram latihan postpartum progresif
Rasional : latiahn membantu tonus otot, meningkatkan sirkulasai,
menghasilkan tubuh yang seimbang dan meningkatkan perasaan sejahtera
secara umum
d. Identifikasi sumber-sumber yang tersedia misal pelayanan perawat,
berkunjung pelayanan kesehatan masyarakat
Rasional : meningkatkan kemandirian dan memberikan dukunagan untuk
adaptasi pada perubahan multiple.
3. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan
mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan
berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta bukan atas petunjuk tenaga kesehatan
yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh
hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
4. Evaluasi Keperawatan
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan yang
berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
DAFTAR PUSTAKA
Boobak Irene, 2001. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Depkes,2008. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal . Jakarta : JNPK-KR, Maternal &
Neonatal Care Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR).
Doenges,dkk, 2001 ,Rencana perawatan Maternal/Bayi, EGC , Jakarta
Hacher/moore, 2001, Esensial obstetric dan ginekologi, hypokrates , jakarta
Saifuddin, Abdul bari, 2002 , Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal , penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta
Sarwono, 2000, Ilmu Bedah kebidanan, Yayasan sarwono, Jakarta.
Nursalam, 2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:Jakarta:
Salemba Medika
Oleh
MULIANA SANTI, S.Kep
NIM : 202214903045
(Ns. UTARI CHRISTYA WARDHANI, M.Kep) (Ns. MEITA WITRI ARTATY, S.Kep)
NIDN. 1005128602 NIP. 19840506 200803 2 002
A. Identitas Klien
Nama (Inisial) : Ny.S
Umur : 27 Thn
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pendidikan : SMK
Nama Suami : Tn. M
Umur Suami : 29 Thn
Alamat : Jalan Musi Kp. Purwodadi
Pekerjaan : IRT
Diagnosa Medis : G1P0A0H0
Tanggal Masuk RS : 16 februari 2021
Kimia Klinik
Faal Hati
Elektrolit
Natrium 131,4 mmol/L 136-145
11. Kesimpul;an
Dalam pelaksanaan perawatan yang telah di lakukan dengan perawatan pada Ny.
S dengan G17P1A0H1 Post Partum Hari ke 1 di Ruang Tulip RSUD BINTAN
yang dapat penulis simpulkan sebagai berikut :
1. Pada pengkajian perawatan yang dilakukan pada Ny. S dapat dihasilkan dengan
baik dan tidak mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data dan Ny. S juga
cukup koperatif.
2. Pada diagnosa asuhan keperawatan pada Ny. S ditemukan 3 diagnosa
keperawatan yaitu diagnosa yang pertama Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencedera fisik, ke dua Resiko infeksi b/d kerusakan integritas kulit ditandai
dengan terdapat luka post SC, ke tiga Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan post SC.
3. Pada rencana tindakan keperawatan pada Ny. S mulai dari pencegahan infeksi,
perawatan luka, terapi relaksasi, edukasi kesehatan, perawatan luka episiotomi di
rumah.
4. Implementasi asuhan keperawatan pada pasien dengan post partum spontan di
ruang Tulip RSUD BINTAN semua dapat dilakukan, karena tindakan yang di
lakukan dapat tercapai.
5. Evaluasi pada pasien dengan post partum spontan di ruang Tulip RSUD
BINTAN tahun 2023 dapat dilakukan dan 3 diagnosa di tinjuan kasus semua
diagnosa sudah teratasi
CATATAN PERKEMBANGAN KLIEN
INISIAL KLIEN : Ny. S DIAGNOSA MEDIS : Post
Partum Spontan
1 Selasa Nyeri akut berhubungan dengan agen - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S : Klien mengatakan masih
cidera fisik (luka post partum frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
7 Februari - Identifikasi skala nyeri nyeri masih terasa diluka
2023 pervaginam) ditandai dengan:
- Identifikasi respon nyeri non verbal episiotomy
DS : - Odentifikasi factor yang memperberat dan
mempengaruhi nyeri O: Tampak luka episiotomy
− Klien mengatakan nyeri pada - Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
hasil : Skalla nyeri 4
luka episiotomi
− Klien mengatakan nyeri muncul TD : 120/70 mmHg TD : 120/70 mmHg
Suhu : 36 0 C
- Menjelaskan dan mendemostrasikan cara
sistemik
produksi ASI
kebutuhan nutrisinya
3.
-