Anda di halaman 1dari 21

Asuhan Keperawatan Pada Ny.

B dengan Post Partum


Di Ruangan Kirana RST Ambon

DI SUSUN OLEH :
Nama : Hendry. J.Romodar
TK : 2 B
NIM : 124021-2019-037

YAYASAN WAHANA BAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEPERAWATAN Dr. J. A. LATUMETEN
AMBON
2021
LEMBARAN PENGESAHAN
Laporan hasil praktek klinik Asuhan Keperawatan Maternitas telah disetujui oleh
pembimbing klinik, institusi pendidikan serta disahkan oleh kaur mindik institusi
pendidikan.

Ambon, 2021

Diketahui oleh :
CI Lahan Pembimbing Institusi

I.Tauran, S.Kep.,Ns,.M.Kes H.Tuasikal ,.S.kep.,Ns.,M.Kep

DI SAHKAN OLEH
KAUR MINDIK INSTITUSI PENDIDIKAN

MARDIN ODE, S.Pd


BAB I
PENDAHULUAN
Laporan Pendahuluan Medis
1. Pengertian

Post partum merupakan masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa


beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam
setelah melahirkan, setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya
pada waktu saluran reproduksi kembali keadaan yang normal pada saat sebelum
hamil. Post partum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali
pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga
baru. .Post Partum adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung
selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).
Episiotomi adalah insisi yang dibuat pada vagina dan perineum untuk
memperlebar bagian lunak jalan lahir sekaligus memperpendek jalan lahir.
Robekan perineum atau ruptur terjadi pada hampir setiap persalinan pertama dan
tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Pada seorang primipara atau orang
yang baru pertama kali melahirkan terjadi ketika kepala janin keluar. Luka-luka
biasanya ringan tetapi juga terjadi luka yang luas dan berbahaya. Dari jahitan
perineum tadi pasti menimbulkan rasa nyeri. Nyeri dapat terjadi pada hari pertama
sampai hari ke empat post episiotomi karena proses inflamasi dan terjadi
pelepasan zat-zat kimia seperti prostaglandin yang dapat meningkatkan transmisi
nyeri
Post partum dengan episiotomi adalah suatu masa yang dimulai setelah
partus selesai dan berakhir kira-kira 6 minggu dimana pada waktu persalinan
dilakukan tindakan insisi pada perineum yang bertujuan untuk melebarkan jalan
lahir dan memudahkan kelahiran. Nyeri perineum (perineal pain) didefinisikan
sebagai nyeri yang terjadi pada badan perineum (perineal body), daerah otot dan
jaringan fibrosa yang menyebar dari simpisis pubis sampai ke coccygisoleh krena
adanya robekan yang terjadi baik di sengaja maupun yang ruptur spontan. Kondisi
nyeri ini dirasakan ibu berbeda dengan nyeri lainnya. Nyeri perineum cenderung
lebih jelas dirasakan oleh ibu dan bukan seperti rasa nyeri dialami saat
berhubungan (intercourse). Nyeri perineum akan dirasakan setelah persalinan
sampai 26 beberapa hari pascasalin. Nyeri ini berbeda dengan dispareunia yaitu
nyeri atau rasa tidaknyaman yang terjadi selama hubungan seksual (sexual
intercourse), termasuk nyeri saat penetrasi. Dispareunia dapat dikategorikan
menjadi dyspareuniasuperfisial dan dalam.
2. Etiologi atau Predisposisi
Faktor dilakukan episiotomi menurut APN Revisi 2007 adalah :
a. Persalinan yang lama karena perinium yang kaku
b. Gawat janin
c. Gawat ibu
d. Pada tindakan operatif (ekstraksi cunam, vakum)

Sedangkan menurut Rusda (2004), penyebab dilakukan episiotomi berasal dari


faktor ibu maupun faktor janin. Faktor ibu antara lain:
a. Primigravida
b. Perinium kaku dan riwayat robekan perinium pada
persalinan lalu .
c. Terjadi peregangan perinium berlebihan misalnya
persalinan sungsang, persalinan cunam, ekstraksi vakum
dan anak besar.
d. Arkus pubis yang sempit

Faktor Janin antara lain:


a. Janin premature
b. Janin letak sungsang, letak defleksi, dan janin besar.
c. Keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II
seperti pada gawat janin, tali pusat menumbung

3. Patofisiologi
Ibu dengan persalinan episiotomi disebabkan adanya persalinan yang
lama: gawat janin (janin prematur, letak sungsang, janin besar), tindakan operatif
dan gawat ibu (perineum kaku, riwayat robekan perineum lalu, arkus pubis
sempit). Persalinan dengan episiotomi mengakibatkan terputusnya jaringan yang
dapat menyebabkan menekan pembuluh syaraf sehingga timbul rasa nyeri dimana
ibu akan merasa cemas sehingga takut BAB dan ini menyebabkan resti konstipasi.
Terputusnya jaringan juga merusak pembuluh darah dan menyebabkan resiko
defisit volume cairan.Terputusnya jaringan menyebabkan resti infeksi apabila
tidak dirawat dengan baik kuman mudah berkembang karena semakin besar
mikroorganisme masuk ke dalam tubuh semakin besar resiko terjadi infeksi.
Ibu dengan persalinan dengan episiotomi setelah 6 minggu persalinan ibu
berada dalam masa nifas. Saat masa nifas ibu mengalami perubahan fisiologis dan
psikologis. Perubahan fisiologis pada ibu akan terjadi uterus kontraksi. Kontraksi
uterus bisa adekuat dan tidak adekuat. Dikatakan adekuat apabila kontraksi uterus
kuat dimana terjadi adanya perubahan involusi yaitu proses pengembalian uterus
ke dalam bentuk normal yang dapat menyebabkan nyeri/ mules, yang prosesnya
mempengaruhi syaraf pada uterus. Setelah melahirkan ibu mengeluarkan lochea
yaitu merupakan ruptur dari sisa plasenta sehingga pada daerah vital
kemungkinan terjadi resiko kuman mudah berkembang. Dikatakan tidak adekuat
dikarenakan kontraksi uterus lemah akibatnya terjadi perdarahan dan atonia uteri.
Perubahan fisiologis dapat mempengaruhi payudara dimana setelah
melahirkan terjadi penurunan hormone progesteron dan estrogen sehingga terjadi
peningkatan hormon prolaktin yang menghasilkan pembentukan ASI dimana ASI
keluar untuk pemenuhan gizi pada bayi, apabila bayi mampu menerima asupan
ASI dari ibu maka reflek bayi baik berarti proses laktasi efektif.sedangkan jika
ASI tidak keluar disebabkan kelainan pada bayi dan ibu yaitu bayi menolak, bibir
sumbing, puting lecet, suplai tidak adekuat berarti proses laktasi tidak efektif.
Pada perubahan psikologos terjadi Taking In, Taking Hold, dan Letting Go.Pada
fase Taking In kondisi ibu lemah maka terfokus pada diri sendiri sehingga butuh
pelayanan dan perlindungan yang mengakibatkan defisit perawatan diri.
PATHWAY

NYERI AKUT

Resiko
infeksi
Ketidakefektifan
menyusui

4. Manifestasi Klinis
a. Laserasi Perineum Biasanya terjadi sewaktu kepala janin dilahirkan, luas
robekan didefinisikan berdasarkan kedalaman robekan :
1) Derajat pertama (robekan mencapai kulit dan jaringan)
2) Derajat kedua (robekan mencapai otot-otot perineum)
3) Derajat tiga (robekan berlanjut ke otot sfinger ari)
4) Derajat empat (robekan mencapai dinding rektum anterior)
b. Laserasi Vagina Sering menyertai robekan perineum, robekan vagina ce
nderung mencapai dinding lateral (sulci) dan jika cukup dalam, dapat
mencapai levator ani.
c. Cedera Serviks Terjadi jika serviks beretraksi melalui kepala janin yang
keluar. Laserasi serviks akibat persalinan Laserasi serviks akibat
persalinan terjadi pada sudut lateral ostium eksterna, kebanyakan dangkal
dan pendarahan minimal

5. Penatalaksanaan
a. Perbaikan Episiotomi

1) Jika terdapat hematoma, darah dikeluarkan, jika tidak ada tanda infeksi dan
pendarahan sudah berhenti, lakukan penjahitan.
2) Jika infeksi, buka dan drain luka
3) Jika infeksi mencapai otot dan terdapat nekrosis, lakukan debridemen dan
berikan antibiotika secara kombinasi sampai pasien bebas demam dalam 48
jam (Prawirohardjo, 2002).
b. Perawatan luka episiotomi di rumah sakit
Perawatan luka episiotomi pada jam- jam pertama setelah bersalin,
biasanya dilakukan setelah mengkaji stabilitas fisik ibu, dan untuk 2 jam
berikutnya perawatan luka episiotomi dilakukan setelah buang air kecil,
buang air besar, ataupun pada saat personal higiene. Menurut Morison
(2004), prinsip-prinsip pencegahan infeksi luka didasarkan pada
pemutusan rantai kejadian yang menyebabkan organisme makin
berkembang dan menginfeksi luka. Hal yang penting dilakukan untuk
pencegahan infeksi luka tersebut ialah mengisolasi sumber infeksi
potensial dengan barier perawatan, membersihkan dan melakukan
desinfeksi secara efektif terhadap lingkungan fisik, perawat dan bidan
melakukan cuci tangan yang benar, teknik pembalutan yang aseptik serta
melindungi pasien yang rentan. Dalam Perawatan Luka epsiotomi
dilakukan sesuai dengan standar operasional yang ada
c. Penatalaksanaan Nyeri Post Episiotomi
Penatalaksanaa nyeri dibagi menjadi dua yaitu dengan farmakologi dan
nonfarmakologi. Penatalaksanaan nonfarmakologi terdiri dari berbagai tindakan
mencakup intervensi perilaku dan kognitif menggunakan agenagen fisik
(Bernatzky, 2011). Pemberian melakukan intervensi dengan teknik
nonfarmakologi merupakan tindakan independen dari seorang perawat dalam
mengatasi respon nyeri klien (Andarmoyo, 2013). Manageman secara non
farmakologis lebih aman diterapkan karena mempunyai risiko yang lebih kecil,
tidak menimbulkan efek samping serta menggunakan proses fisiologis
Klasifikasi Nyeri
Tamsuri (2007) mengklasifikasikan nyeri berdasarkan waktu kejadian
meliputi:
a. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu (durasi) dari satu detik
sampai dengan kurang dari enam bulan yang pada umumnya terjadi pada
cedera, penyakit akut, atau pada pembedahan denagn awitan yang cepat
tingkat keparahan yang bervariasi (sedang sampai berat).
b. Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari enam bulan,
dimana umumnya timbul tidak teratur, interniten, atau bahkan persisten. Ada
beberapa cara untuk mengkaji intensitas nyeri yang biasanya digunakan antara
lain :
1) Visual Analog Scale (VAS) Skala ini dapat diketahui dengan kata-kata
pada keadaan yang ekstrem yaitu „tidak nyeri‟ dan „nyeri senyeri-
nyerinya‟. Skala ini tidak memiliki tingkatan yang tepat tanpa angka
dan tidak memberikan pasien kebebasan untuk memilih dengan apa
yang dialami, hal ini menyebabkan kesulitan (Tamsuri, 2007).
2) Verbal Numerical Rating Scale (VNRS) Skala ini memiliki nilai
numeris dan hubungan antara berbagai tingkat nyeri. Skala nyeri ini
terdiri dari garis 0-10 cm yang telah ditentukan terlebih dahulu
berdasarkan daerah yang paling nyeri kemudian diberi skalanya.
Numerical Ratting Scale (NRS), dengan kriteria 0 : tidak mengalami
nyeri, 1-3 : skala nyeri ringan, 4-6 : skala nyeri 42 sedang, 7-9 : skala
nyeriberat, 10 : skala nyeri sangat berat. Walaupun demikian, pasien
masih mengalami kesulitan dalam menentukan angka pada
pengalaman nyeri yang manusiawi dan membutuhkan perhitungan
yang matematis (Tamsuri, 2007).

6. Komplikasi
a. Pendarahan Karena proses episiotomy dapat mengakibatkan terputusnya
jaringan sehingga merusak pembuluh darah terjadilah pendarahan.
b. Infeksi Infeksi terkait dengan jalannya tindakan episiotomy berhubungan
dengan ketidaksterilan alat-alat yang digunakan.
c. Hipertensi Penyakit hipertensi berperan besar dalam morbiditas dan
mortalitas maternal dan perinatal. Hipertensi diperkirakan menjadi
komplikasi sekitar 7% sampai 10% seluruh kehamilan.
d. Gangguan Psikososial Kondisi psikososial mempengaruhi integritas keluarga
dan menghambat ikatan emosional bayi dan ibu. Beberapa kondisi dapat
mengancam keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayi.

Laporan Pendahuluan Keperawatan


1. Pengkajian Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses
keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien
sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jahitan luka episiotomi.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan atau kerusakan
kulit.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
tentang perawatan post partum.
4. Risiko tinggi kekurangan cairan berhubungan dengan penurunan
masukan/pergantian tidak adekuat, peningkatan haluaran urine dan
kehilangan tidak kasat mata meningkat misalnya perdarahan.
5. Perubahan pola eliminasi urinarius berhubungan dengan trauma
mekanis.
6. Resiko tinggi konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktivitas
fisik nyeri saat defekasi

3. Intervensi keperawatan
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
4. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
5. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
6. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
7. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
8. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
dan inter personal)

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan langkah keempat dalam tahap
proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan
keperawatan
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

(Prawirohardjo, 2002). Morison (2004),(Bernatzky, 2011). (Tamsuri, 2007).


Bobak IM, Lowdermilk DL, Jensen MD. 1995. Buku Ajar Keperawatan Maternitas
(Maternity Nursing) Edisi 4, Maria A Wijayarti dan Peter Anugerah (penterjemah).
2005. Jakarta: EGC. Anonym. 2013. Pijat Oksitosin. Diambil dari
http://theurbanmama.com/articles/pijat-oksitosin.html
Asuhan Keperawatan Pada Ny. B dengan Post Partum
Di Ruangan Kirana RST Ambon

I. Pengkajian
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. b
Umur : 29 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan swasta
Status perkawinan : Sudah menikah
Agama : Kristen
Suku : Ambon
Alamat : G.nona
Tanggal MRS : 22 -06- 2021
Tanggal pengkajian : 23 -06-2021
Identitas penanggung jawab
Nama : Tn.r
Umur : 31 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Karyawan swasta
Status perkawinan : Sudah menikahn
Agama : Kristen
Suku : Ambon
Alamat : g.nona
B. Alasan di rawat
1. Alasan MRS : Pasien mengatakan nyeri pada luka episotomy
C. Riwayat obstetric dan Ginekologi
a) Riwayat menstruasi
 Siklus : tidak teratur
 Banyak : banyak yg keluar
 Lama : 6-1 minggu
 Hpht : 20-09-2020
b) Menikah
Pasien mengatakan hanya 1x menikah
c) Riwayat kelahiran persalinan nifas yang lalu
Anak Tahun Umur Jenis penolong penyulit Jenis BB
ke kehamilan persalinan kelamin
1 6 9 Bulan Normal Bidan Tdk ada Perempuan 3 kg

2 Baru 9 bulan Normal bidan Tdk ada Perempuan 3,2


lahir kg

d. Riwayat keluarga berencana


 Akseptor KB
 Jenis KB : pil dan injeksi
 Masalah : tidak ada
D. Pola Fungsional Kesehatan
1. Pola Nutrisi :
Saat sakit : pasien makan 1x sebelum melahirkan pada jam 21.00 wit tanggal 22
juni 2021 dengan porsi makan sedikit nafsu makan yg kurang pasien minimal
minum 2 gelas teh
2. Pola Eliminasi
Saat sakit : pasien mengatakan belum ada BAB setelah melahirkan , pasien
mengatakan setelah melahirkan BAK sudah 2x setelah melahirkan pukul 02.00
wit dan 07.00 wit pada tanggal 23 juni 2021
3. Pola aktifitas dan latihan
Kemampuan 0 1 2 3 4
merawat diri
Makan / minum 
mandi 

toileting 
Berpakaian 
Mobilisasi 
ditempat tidur
berpindah 

4. Pola tidur dan istirahat


Selama sakit : pasien mengatakan baru tidur 2 jam setelah melahirkan
Sebelum sakit : tidur malam lebih kurang 8jam dan tidur siang lebih kurang 3 jam
5. Pola personal hygiene
Selama sakit : pemeriksan kebutuhan kebersihan diri dibantu oleh keluarga
Sebelum sakit : mandi 2x sehari mandi secara menyeluruh dari ujung rambut
sampai kaki
E. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : baik
 Tingkat kesadaran : compos mentish
 Gcs : 17
 Tanda tanda vital :
o TD : 110/70 mmhg
o N : 92x/m
o BB : 57 kg
o TB : 155 cm
o LILA : 26,5 cm
o S : 38 ℃
o RR : 23x/m
1. Kepala
a) inspeksi :
 Bentuk : Simetris
 Keadaan rambut : Bersih, tidak kusam, ikal hitam,
 Keadaan kulit kepala : Bersih

b) Palpasi: Tidak ada nyeri pada bagian kepala pasien


2. Hidung
 pasien tidak ada polip,
 tidak ada pembengkakan,
3. Dada , leher dan paru-paru
a) Inspeksi dan Palpasi :
1. Tidak ada pembengkakan pada mamae
2. Tidak ada tumor
3. Putting susu bersih dan menonjol
4. Asi sudah keluar
4. Jantung
a) Inspeksi : Terdao
b) Palpasi : ictus cordic kuat angkat
5. Abdomen
a) Inspeksi : dinding perut cekung dari dada, tidak ada lesi,
b) Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada penumpukan cairan.
6. Genetalia anus dan status reproduksi
7. Ektremitas :
Atas : tangan kanan terpasang infus RL 20 tetes/m, kuku pendek, turgor kulit
membaik, akral hangat
Bawah : tidak ada varises, Tidak ada edem

F. DATA PENUNJANG
• Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan laboratorium Hasil Normal
Antigen SARS COV-2 Negatf (0,45)
Hemogoblin L : 12,0-17,09/dl
P : 11,0-15,09/ dl
Pembekuan 9 1-14 m
Leukosit 7.800 mm 4.000-10.000 mm

• PENGOBATAN :
a) Cefadroxil 500 mmhg
b) Oxytozin
c) As. Mefenamat 500 mmhg
H. KLASIFIKASI DATA
a) Data fokus
1. Data Subjektif :
 Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan
 Pasien mengatakan nyeri pada saat bergerak
 Pasien mengatakan takut untuk berjalan
 Pasien mengatakan mengganti pembalut 2x
 Pasien mengatakan belum paham perawatan payudara
2. Data Objektif
Pasien tampak meringis
 Pasien sulit bergerak
 Skala nyeri 4
 TD : 110/70 mmhg
 N : 92X/m
 S : 36,8 ℃
 Terdapat luka jahitan di perineum
 Terdapat darah warnah terang
 Bau, seperti darah biasanya
 Pasien tampak bingung

II. ANALISA DATA


NO. DATA ETIOLOGI MASALAH
DS :
1.
 Pasien
mengatakan
nyeri pada luka Nyeri akut Trauma luka jahitan episotomy
jahitan
 Pasien
mengatakan
sulit bergerak

DO :

 TD : 110/70
mmhg
 N : 92X/m
 S : 36,8 ℃
 Terdapat luka
jahitan di
perineum
2 DS :

 Pasien
mengatakan
takut untuk
berjalan Resiko infeksi
 Pasien Trauma
mengatakan
mengganti
pembalut 2x

DO :

 TD : 110/70
mmhg
 N : 92X/m
 S : 36,8 ℃
 Terdapat luka
jahitan di
perineum
 Terdapat darah
warnah terang

3 DS : Kurang
pengetahuan
 Pasien
mengatakan
Kurangnya pengetahuan
belum paham untuk perawatan post partum
tentang
perawatan post
partum
 Pasien
mengeluh
mengganti
pembalut 2x

DO :
 Kesadaran CM
 TD : 110/70
mmhg
 N : 92X/m
 S : 36,8 ℃
 Terdapat luka
jahitan di
perineum
 Terdapat darah
warnah terang

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jahitan luka episotomy
2. Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
3. kurangnya pengetahuan perawatan post partum dan payudara

IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI


1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan 2. Lakukan pengkajian
dengan trauma jahitan luka tindakan keperawatan nyeri
episotomy selama 2x8 jam 3. Observasi reaksi
diharapkan kriteria nonverbal dari
hasil: ketidaknyamanan
1. Mampu mengontrol 4. Pemberian analgetik
nyeri untuk mengurangi nyeri
2. melaporkan bahwa 5. Berkolaborasi dengan
nyeri berkurang dokter
3.rasa aman nyaman
4. ttv dalam rentang
normal

2 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Bersihkan lingkungan


berhubungan dengan tindakan keperawatan sekitar
kerusakan jaringan kulit selama 2x8 jam 2. Monitor tanda dan
diharapkan kriteria gejala infeksi
hasil: 3. Perawatan kulit pada
1. pasien bebas dari area epiderma
tannda dan gejala 4. Pemberian nutrisi yang
infeksi cukup
2. mampu menunjukan 5. Pemberian antibiotik
perilaku hidup sehat
3. pasien mampu
mencegah timbulnya
infeksi
3 kurangnya pengetahuan Setelah dilakukan 1. Berikan edukasi pada
perawatan post partum tindakan keperawatan pasien dan keluarga
dan payudara selama 2x8 jam tentang perawatan post
diharapkan kriteria partum
hasil: 2. Gambarkan proses
1. pasien dan keluarga penyakit kepada
memahami tentang keluarga dengan benar
kondisi pasien dan 3. Jelaskan tanda dan
program masa gejala yg sering muncul
pengobatan pada post partum
2. menunjukan perilaku
hidup sehat
3.pasien dan keluarga
memahami dan
mengerti serta mampu
melaksanakannya

V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO HARI/TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI
1 Rabu 23-06-2021 Nyeri akut berhubungan 1. Melakukan pengkajian
dengan trauma jahitan luka nyeri
episotomy 2. Melakukan teknik
nonfarmakologi dengan
mengompres dingin
bagiam perineum untuk
mengurangi nyeri
3. Melakukan pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri
4. Berkolaborasi dengan
dokter
5. Meningkatkan istirahat
2 Rabu 23-06-2021 Resiko infeksi berhubungan 1. membersihkan lingkungan
dengan kerusakan jaringan sekitar
kulit 2. memonitor tanda dan gejala
infeksi
3.melakukanPerawatan kulit
pada area epiderma
4. Pemberian nutrisi yang
cukup
Pemberian antibiotik
3 Rabu 23-06-2021 kurangnya pengetahuan 1. Berikan edukasi pada
perawatan post partum pasien dan keluarga
dan payudara tentang perawatan post
partum
2. Gambarkan proses
penyakit kepada keluarga
dengan benar
3. Jelaskan tanda dan gejala yg
sering muncul pada post partum

VI. EVALUASI
NO TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI
1 24-06-2021 Nyeri akut berhubungan S : Pasien mengatakan masih
dengan trauma jahitan luka merasakan nyeri pada luka
episotomy jahitan
O: saat pemeriksaan pasien
tampak meringis
 TD : 110/70 mmhg
 N : 92X/m
 S : 36,8 ℃
 Rr: 20x/m

A : masalah belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
2 24-06-2021 Resiko infeksi berhubungan S : Pasien mengatakan nyeri
dengan kerusakan jaringan pada luka jahitan mulai
kulit berkurang
O : keadaan luka basah
Terdapat darah berwarna
merah terang
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan di
rumah
3 24-06-2021 kurangnya pengetahuan S : pasien mengatakan paham
perawatan post partum dengan apa yang diajarkan dan
dan payudara pasien sudah paham dengan
perawatan payudara
O : pasien tampak
memperhatikan
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai