Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

POST PARTUM

Oleh:

OLEH :

Oleh :

IDA AYU PUTU GAYATRI PRABHA


NIM : P07120320031

NERS A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPIBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
PRODI NERS JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN POST
PARTUM
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang
berlangsung kira-kira 6 minggu (Abdul Bari,2000).
Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan  sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama
masa nifas ini yaitu : 6 – 8 minggu minggu (Mochtar, 2001).
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah
lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes,
2003).
Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura.
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian
yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi (Saifuddin, 2006).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan,
waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap
hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani, 2009)
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas
waktunya, bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah sudah
tidak keluar, sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa
nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat
reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.

2. Faktor Predisposisi
Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah faktor ibu,
faktor janin, dan faktor persalinan pervaginam.
a. Faktor Ibu
1) Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah
jumlah kehamilan yang mampu menghasilkan janin hidup di
luar rahim (lebih dari 28 minggu). Paritas menunjukkan jumlah
kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan
telah dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya (Oxorn,
2003).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah
keadaan kelahiran atau partus. Pada primipara robekan
perineum hampir selalu terjadi dan tidak jarang berulang pada
persalinan berikutnya (Sarwono, 2005).
2) Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk
meneran bila pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson
telah terjadi. Ibu harus didukung untuk meneran dengan benar
pada saat ia merasakan dorongan dan memang ingin mengejang
(Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat meneran secara
lebih efektif pada posisi tertentu (JHPIEGO, 2005).

b. Faktor Janin
1) Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih
dari 4000 gram (Rayburn, 2001). Makrosomia disertai dengan
meningkatnya resiko trauma persalinan melalui vagina seperti
distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah tulang
klavikula, dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti
laserasi jalan lahir dan robekan pada perineum (Rayburn,
2001).
2) Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak
hubungan sumbu memanjang janin dengan sumbu memanjang
panggul ibu (Dorland,1998).
a) Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin
memanjang, sikap extensi sempurna dengan diameter pada
waktu masuk panggul atau diameter submentobregmatika
sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian antara
glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian
terendahnya antara glabella dan bregma (Oxorn, 2003).
b) Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian
(pertengahan), hal ini berlawanan dengan presentasi muka
yang ekstensinya sempurna. Bagian terendahnya adalah
daerah diantara margo orbitalis dengan bregma dengan
penunjukknya adalah dahi. Diameter bagian terendah
adalah diameter verticomentalis sebesar 13,5 cm,
merupakan diameter antero posterior kepala janin yang
terpanjang (Oxorn, 2003).
c) Presentasi Bokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan
kelainan dalam polaritas. Panggul janin merupakan kutub
bawah dengan penunjuknya adalah sacrum. Berdasarkan
posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi
empat macam yaitu presentasi bokong sempurna, presentasi
bokong murni, presentasi bokong kaki, dan presentasi
bokong lutut (Oxorn, 2003).

c. Faktor Persalinan Pervaginam


1) Vakum ekstrasi
Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan,
janin dilahirkan dengan ekstrasi menggunakan tekanan negatif
dengan alat vacum yang dipasang di kepalanya (Mansjoer,
2002).
2) Ekstrasi Cunam/Forsep
Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan,
janin dilahirkan dengan cunam yang dipasang di kepala janin
(Mansjoer, 2002). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu
karena tindakan ekstrasi forsep antara lain ruptur uteri, robekan
portio, vagina, ruptur perineum, syok, perdarahan post partum,
pecahnya varices vagina (Oxorn, 2003).
3) Embriotomi
Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan
dengan jalan melakukan pengurangan volume atau merubah
struktur organ tertentu pada bayi dengan tujuan untuk memberi
peluang yang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh
bayi tersebut (Syaifudin, 2002).
4) Persalinan Presipitatus
Persalinan presipitatus adalah persalinan yang
berlangsung sangat cepat, berlangsung kurang dari 3 jam, dapat
disebabkan oleh abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang
terlau kuat, atau pada keadaan yang sangat jarang dijumpai,
tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak
menyadari adanya proses persalinan yang sangat kuat
(Cunningham, 2005).
3. Pathway

Post Partum Normal

Perubahan fisiologi Perubahan psikologi

Proses involusi
Ruptur jaringan
vagina dan Letting go (kemandirian)

perineum/ episiotomi

Peningkatan Transisi menjadi orang tua


oksitosin, Personal hygiene
peningkatan kurang baik
Menyusui tidak efektif
kontraksi uterus

Risiko infeksi

Nyeri Akut

Kurang terpapar informasi


mengenai pasca persalinan
Takut mengejan

Defisit Pengetahuan

konstipasi Ansietas
4. Klasifikasi
Asuhan keperawatan pada masa postpartum dibagi atas tiga periode,
yaitu: (Mitayani, 2009)
a. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam postpartum
b. Early postpartum, adalah masa pada minggu pertama postpartum
c. Late Postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan
minggu keenam postpartum

5. Gejala Klinis
a. Perubahan fisik
1) Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses
kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi
dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Proses
involusi terjadi karena adanya:
a) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang
tumbuh karena  adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang
membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima
kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali
mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut
akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang
menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah
melahirkan.
b) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-
otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit
pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta
dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna.
Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya
peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot
kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot
menjadi lebih kecil.
c) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang
menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus.

Involusi pada alat kandungan meliputi: 


a) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi   dan  retraksi otot-ototnya. Perubahan uterus setelah
melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan

Diameter Bekas
Berat
Involusi TFU Melekat Keadaan Cervix
Uterus
Plasenta
Setelah Sepusat 1000 gr 12,5 Lembek
plasenta
lahir
1 minggu Pertengahan
pusat 500 gr 7,5 cm Dapat dilalui 2 jari
symphisis
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm Dapat dimasuki 1 jari

6 minggu Sebesar hamil 50 gr 2,5 cm


2 minggu

8 minggu Normal 30 gr

b) Involusi tempat plasenta


Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung
banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus.
Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut
karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini
tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar
luka. (Sulaiman S, 1983l: 121)               
c) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh
darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak
diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus
mengecil lagi dalam masa nifas.
d) Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat
dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui
oleh  1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena
retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang 
sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai
ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum ruggae
mulai nampak kembali.

2) After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)


Disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari
pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal
ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.( Cunningham,
430)        
      
3) Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui
vagina dalam masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih
banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir dalam
keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan  jumlah dan
warnanya yaitu lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari
sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa
darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.
a) Lochea rubra (cruenta)           
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, vernik caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari
pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta             
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7 pasca
persalinan.
c) Lochea serosa                         
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4
pasca persalinan.
d) Lochea alba                            
Cairan putih setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta                      
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
f) Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
4) Dinding Perut Dan Peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang
begitu lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia
dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah
bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak
jarang uterus jatuh ke belakang  menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali
sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M,
1998: 130)
5) Sistem Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah  untuk
mengakomodasi   penambahan aliran darah yang diperlukan oleh
placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen
mengakibatkan  diuresis yang menyebabkan  volume plasma
menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi
pada  24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien
mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu 
mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan
vaskularisasi jaringan selama kehamilan   (V Ruth B, 1996: 230).
6) Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi
dari volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis.
Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum.( V
Ruth B, 1996: 230)
7) Sistem Hormonal
a) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior
dan bereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara.
Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan
pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk
kestabilan kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat
perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita
yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi
menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini
membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran susu.
Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, 
progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat,
keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu
nifas.
b) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang
disekresi oleh glandula  hipofise  anterior bereaksi pada
alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada
wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan
pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang
tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14
sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan
FSH disekresi kelenjar hipofise anterior  untuk bereaksi
pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan
progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal
folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.( V Ruth B, 1996:
231)
c) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan
pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan
makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat
alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja
melahirkan bayi akan tersedia makanan bagi bayinya dan
ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron
merangsang pertumbuhan kelenjar susu sedangkan
progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar ,
kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir
maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin
yang merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air
susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini  menuju
ke hypofise dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan
buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar,
keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu,
dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting
dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %,
lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %.  
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit,
gerak badan. Benyaknya air susu sangat tergantung pada
banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.
( Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )
8) Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:  

Tabel perubahan Tanda-tanda Vital


Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda-tanda vital Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
mmHg, mungkin bisa naik dari mmHg
tingkat disaat persalinan 1 – 3
hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C Suhu > 380 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit Denyut nadi: > 100 X / menit

a) Vital Sign  sebelum kelahiran bayi :


(1) Suhu  :
(a) saat partus lebih 37,20C
(b) sesudah partus naik + 0,50C
(c) 12 jam pertama suhu kembali normal
(2) Nadi :
(a) 60 – 80 x/mnt
(b) Segera setelah partus bradikardi
(3) Tekanan darah :
TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan,
hal ini akan normal kembali dalam waktu 1 jam
b) Vital sign setelah kelahiran anak :
(1) Temperatur :
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi
380C (100,40F) disebabkan  oleh efek dehidrasi dari 
persalinan. 
Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan
fluktuasi hormon setelah 24 jam wanita keluar dari febris.
(2) Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc
output. Nadi naik pada jam pertama. Dalam 8 – 10 minggu
setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum
hamil.
(3) Pernapasan :
Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita
sebelum persalinan.
(4) Tekanan darah :
Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik
hipotensi adalah indikasi   merasa pusing atau pusing tiba-
tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama.
Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :
a) Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal
suhu menjadi 380C (100,4F0
b) Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin
indikasi hipovolemik akibat perdarahan.
c) Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena
tingginya sub arachnoid (spinal) blok.
d) Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari
hipovolemik sekunder dari perdarahan, bagaimana tanda
terlambat dan gejala lain dari perdarahan kadang-kadang
merupakan sinyal tenaga medis.

9) Perubahan Psikologi

 Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin


terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
a) Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam
masa ini terjadi  interaksi dan kontak yang lama antara ayah,
ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey
moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-
masing saling memperhatikan bayinya dan menciptakan
hubungan yang baru.
b) Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum.
Ibu berusaha bertanggung jawab terhadap bayinya dengan
berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan bayi. Pada
periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
c) Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu
mengambil tanggung jawab terhadap bayi.( Persis Mary H,
1995)
Sedangkan stres  emosional pada ibu nifas kadang-
kadang  dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan
mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola
tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan post partum
blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik Hasil:


1.   Kondisi uterus: palpasi fundus, Kontraksi miometrium, tingkat involusi
kontraksi, TFU. uteri.
2.   Jumlah perdarahan: inspeksi Bentuk insisi, edema.
perineum, laserasi, hematoma.
3.   Pengeluaran lochea. Rubra, serosa dan alba.
4.   Kandung kemih: distensi bladder. Hematuri, proteinuria, acetonuria.
5.   Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam 24 jam pertama ³ 380C.
pertama setelah partus, TD dan Nadi Kompensasi kardiovaskuler TD sistolik
terhadap penyimpangan cardiovaskuler. menurun 20 mmHg.
Bradikardi: 50-70 x/mnt.

7. Penatalaksanaan Medis

Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada


penatalaksanaan khusus. Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu
yang melahirkan dengan penyulit, terutama pada ibu anemia dan resiko
infeksi dengan pemberian anti biotic dan obat-obat roboransia seperti
suplemen vitamin, demikian juga pada bayi obat-obatan biasanya
diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vit K untuk mencegah
perdarahan, anti biotic untuk mencegah infeksi.

8. Komplikasi

a. Perdarahan post pastum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL


selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi)
b. Infeksi

1) Endometritis (radang edometrium)


2) Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus)
3) Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus)
4) Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi
keras dan berbenjol-benjol)
5) Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit
merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ;  Jika tidak ada
pengobatan bisa terjadi abses)
6) Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose
superficial yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada
kehamilan dan nifas, yang ditandai dengan kemerahan atau nyeri.)
7) Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik
38,3 °C, nadi < 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada
tepi, pus atau nanah warna kehijauan, luka kecoklatan atau lembab,
lukanya meluas)

c. Gangguan psikologis
d. Depresi post partum
e. Post partum Blues
f. Post partum Psikosa
g. Gangguan involusi uterus

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Fokus
Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagai
berikut :
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolik
c. Pola aktivitas setelah melahirkan
d. Pola eliminasi
e. Neuro sensori
f. Pola persepsi dan konsep diri
g. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
1) Pemeriksaan TTV
2) Pengkajian tanda-tanda anemia
3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis
4) Pemeriksaan reflek
5) Kaji adanya varises
6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )
b. Payudara
1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )
2) Kaji adanya abses
3) Kaji adanya nyeri tekan
4) Observasi adanya pembengkakanatau ASI terhenti
5) Kaji pengeluaran ASI
c. Abdomen atau uterus
1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri
2) Kaji adnanya kontraksi uterus
3) Observasi ukuran kandung kemih
d. Vulva atau perineum
1) Observasi pengeluaran lokhea
2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi
3) Kaji adanya pembengkakan
4) Kaji adnya luka
5) Kaji adanya hemoroid
e. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah
Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada periodepasca
partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan pada hari pertama
pada partumuntuk mengkaji kehilangan darah pada melahirkan.
b. Pemeriksaan urin
Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau
dengan tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama
jika cateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal
ibu harus di kaji untuk menentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan
therapy yang mungkin (Bobak, 2004).

2. Diagnosa Keperawatan:
Berikut ini adalah diagnosos keperawatan yang mungkin muncul berdasarkan
standar diagnosis keperawatan Indonesia:
1. Nyeri akut
2. Menyusui tidak efektif
3. Resiko infeksi
4. Defisit pengetahuan
5. Ansietas
6. Konstipasi

3. Rencana Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Rencana Intervensi


Kriteria Hasil
Nyeri Akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
tindakan Observasi
Definisi: keperawatan  Identifikasi
Pengalaman sensorik atau selama .... X .... lokasi,
emosional yang jam menit karakteristik,
berkaitan dengan diharapkan durasi,
kerusakan jarigan actual Nyeri Akut frekuensi,
atau fungsional, dengan Berkurang kualitas ,
onset mendadak atau dengan kriteria intensitas nyeri
lambat dan berintensitas hasil :  Identifikasi
ringan hingga berat Tingkat nyeri : skala nyeri
yang berlangsung  Keluhan  Identifikasi
kurang dari 3 bulan nyeri (5) respons nyeri
 Meringis (5) non verbal
Penyebab:  Sikap  Identifikasi
 Agen pencedera protektif (5) faktor yang
fisiologis (mis.  Gelisah (5) memperberat
Inflamai,iskemia,  Kesulitan nyeri dan
neoplasma tidur (5) memperingan
 Agen pencedera  Menarik diri nyeri
kimiawi (mis. (5)  Identifikasi
Terbakar, bahan kimia  Berfokus pengetahuan
iritan) pada diri dan keyakinan
 Agen pencedera fisik sendiri (5) tentang nyeri
(mis. Abses, amputasi,  Diaforesis (5)  Identifikasi
terbakar, terpotong,  Perasaan pengaruh
mengangkat berat, depresi budaya
prosedur operasi, (tertekan) (5) terhadap respon
trauma, latihan fisik  Perasan takut nyeri
berlebih) mengalami  Identifikasi
cedera pengaruh nyeri
Gejala dan Tanda Mayor berulang (5) pada kualitas
Subjektif  Anoreksia (5) hidup
 Mengeluh nyeri  Perineum  Monitor
Objektif terasa keberhasilan
 Tampak meringis tertekan (5) terapi
 Bersikap protektif  Uterus teraba komplementer
(mis. Waspada, posisi membulat (5) yan sudah
menghindari nyeri)  Ketegangan diberikan
 Gelisah otot (5)  Monitor efek
 Frekuensi nadi  Pupil dilatasi samping
meningkat (5) penggunaan
 Sulit tidur  Muntah (5) analgetik
 Mual (5) Terapeutik
Gejala dan Tanda Minor  Frekuensi  Berikan teknik
Subjektif nadi (5) nonfarmakologi
-
 Pola napas s untuk
Objektif mengurangi
(5)
 Tekanan darah
 Tekanan rasa nyeri (mis.
meningkat TENS,
darah (5)
 Pola napas berubah
 Proses hypnosis,
 Nafsu makan berubah
berpikir (5) akupresur,
 Proses berpikir
 Fokus (5) terapi music,
terganggu biofeedback,
 Fungsi kemih
 Menarik diri
(5) terapi pijat,
 Berfokus pada diri
 Perilaku (5) aromaterapi,
sendiri teknik imajinasi
 Nafsu makan
 Diaforesis terbimbing,
(5)
kompres
 Pola tidur (5)
Kondisi klinis terkait hangat/dingin,
 Kondisi pembedahan terapi bermain)
Kontrol Nyeri
 Cedera traumatis  Kontrol
 Melaporkan
 Infeksi lingkungan
nyeri
 Sindrom koroner akut yang
terkontrol (5)
 Glaukoma  Kemampuan memperberat
mengenali rasa nyeri (mis.
onset nyeri Suhu ruangan,
(5) pencahayaan,
 Kemampuan kebisingan)
mengenali  Fasilitas
penyebab istirahat dan
nyeri (5) tidur
 Kemampuan  Pertimbangkan
menggunakan jenis dan
teknik non- sumber nyeri
farmakologis dalam
(5) pemilihan
 Dukungan strategi
orang meredakan
terdekat (5) nyeri
 Keluhan
nyeri (5) Edukasi

 Penggunaan  Jelaskan
analgesic (5) penyebab,
periode, dan
pemicu
 Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
 Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik
nonfarmakologi
s untuk
mengurangi
rasa nyeri

Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

Pemberian Analgesik
Observasi
 Identifikasi
karakteristik
nyeri (mis.
Pencetus,
pereda, kualitas,
lokasi,
intensitas,
frekuensi,
durasi)
 Identifikasi
riwayat alergi
obat
 Identifikasi
kesesuaian jenis
analgesic (mis.
Narkotika, non
narkotika, atau
NSAID) dengan
tingkat
keparahan nyeri
 Monitor tanda
tanda vital
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik
 Monitor
efektifitas
analgesik

Terapeutik
 Diskusikan
jenis analgesic
yang disukai
untuk mencapai
analgesia
optimal, jika
perlu
 Pertimbangkan
penggunaan
infus kontinu,
atau bolus
opioid untuk
mempertahanka
n kadar dalam
serum
 Tetapkan target
efektifitas
analgesik untuk
mengoptimalka
n respon pasien
 Dokumentasika
n respons
terhadap efek
analgesik dan
efek yang tidak
diinginkan

Edukasi
 Jelaskan efek
terapu dan efek
samping obat
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
dosis dan jenis
analgesik,
sesuai indikasi
Menyusui tidak efektif Setelah diberikan Edukasi menyusui
asuhan keperawatan Observasi
Definisi: selama….x… 1. Identifikasi
kesiapan dan
Kondisi dimana ibu dan bayi diharapkan Status
kemampuan
mengalami menyusui membaik menerima
informasi
ketidakpuasan atau dengan kriteria hasil:
2. Identifikasi
kesukaran pada proses 1. Perlekatan tujuan atau
bayi pada keinginan
menyusui
payudara ibu menyusui
meningkat Terapeutik
2. Kemampuan
Penyebab: 1. Sediakan materi
ibu
dan media
Fisiologis memposisika
pendidikan
n bayi dengan
1. Ketidakadekuatan kesehatan
benar
suplai ASI 2. Jadwalkan
2. Hambatan pada meningkat pendidikan
neonatus (mis. 3. Miksi bayi kesehatan
Prematuritas, lebih dari 8 3. Berikan
sumbing) kali/24 jam kesempatan
3. Anomali payudara Ibu meningkat untuk bertanya
4. Ketidakadekuatan 4. Berat badan 4. Dukung ibu
reflex oksitosis bayi meningkatkan
5. Ketidakadekuatan meningkat kepercayaan
reflex menghisap bayi 5. Suplai ASI diri menyusui
6. Payudara bengkak adekuat 5. Libatkan sistem
7. Riwayat operasi meningkat pendukung :
payudara 6. Lecet pada suami, keluarga
8. Kelahiran kembar putting Edukasi
menurun
1. Berikan edukasi
Situasional 7. Bayi rewel
menyusui
menurun
1. Tidak rawat gabung 2. Jelaskan
8. Bayi
2. Kurang terpapar manfaat
menangis
informasi tentang menyusui bagi
setelah
pentingnya menyusui iu dan bayi
menyusui
dan/ atau metode 3. Ajarkan 4
menurun
menyusui posisi menyusui
3. Kurangnya dukungan 4. Ajarkan
keluarga perawatan
4. Faktor budaya payudara
antepartum
Ajarkan perawatan
Gejala Tanda Mayor
payudara
Subjektif:
postpartum
1. Kelelahan maternal
2. Kecemasan maternal
Objektif
1. Bayi tidak mampu
melekat pada payudara
Ibu
2. ASI tidak menetes /
memancar\
3. BAK Bayi kurang dari
8 kali dalam 24 jam
4. Nyeri dan/atau lecet
terus menerus setelah
minggu kedua

Gejala tanda minor


Subjektif:
-
Objektif:
1. Intake bayi tidak adekuat
2. Bayi menghisap tidak
terus menerus
3. Bayi menangis saat
disusui
4. Bayi rewel dan menangis
terus
5. Menolak untuk
menghisap

Kondisi Klinis Terkait


1. Abses payudara
2. Masitis
3. Carpal tunnel
syndrome
Resiko Infeksi (D.0142) Setelah diberikan Pencegahan Infeksi
Definisi : beresiko mengalami asuhan Observasi
peningkatan terserang keperawatan  Monitor tanda dan
organisme patogenik selama … gejela infeksi local
Faktor Resiko : x...jam dan sitemik
 Penyakit kronis (mis. diharapkan Terapeutik
Diabetes militus) dapat  Batasi jumlah
 Efek prosedur mengatasi pengunjung
invasive Resiko Infeksi  Berikan perawatan
 Malnutrisi dengan kriteria kulit pada area
 Peningkatan paparan hasil: edema
organisme pathogen Tingkat infeksi  Cuci tangan
lingkungan  Kebersihan sebelum dan

 Ketidakadekuatan tangan sesudah kontak

pertahanan tubuh meningkat (5) dengan pasien dan

primer  Kebersihan lingkungan pasien

 Gangguan badan meningkat  Pertahankan

peristaltic (5) kondisi aseptik


 Nafsu makan pada pasien
 Kerusakan
meningkat (5) beresiko tinggi
integritas kulit
 Demam Edukasi
 Perubahan sekresi menurun (5)  Jelaskan tanda dan
pH  Kemerahanmenu gejala infeksi
 Penurunan kerja run (5)  Ajarkan cara
silialis  Nyeri menurun mencuci tangan
 Ketuban pecah (5) dengan benar
lama  Bengkak  Ajarkan etika
 Ketuban pecah menurun (5) batuk
sebelum  Vesikel menurun  Ajarkan cara
waktunya (5) memeriksa
 Merokok  Cairan berbau kondisi luka atau
 Status cairan busuk menurun luka oprasi
tubuh (5)  Anjurkan
 Sputum meningkatkan
 Ketidakadekuatan
berwarna hijau asupan nutrisi
pertahanan tubuh
menurun (5)  Anjurkan
sekunder
 Drainase meningkatkan
 Penurunan
purulenmenurun asupan cairan
hemoglobin
(5)
 Imununosupresi
 Pluria menurun
Kolaborasi
 Leukopenia
(5) Kolaborasi pemberian
 Supresi respon imunisasi, jika
 Periode malaise
inflamasi perlu
menurun (5)
 Faksinasi tidak
 Periode
adekuat
menggigil
Kondisi klinis terkait :
menurun (5)
 AIDS
 Letargi menurun
 Luka bakar
(5)
 Penyakit paru  Gangguan
obstruktif kronis kognitif
 Diabetes militus menurun (5)
 Tindakan infasif  Kadar sel darah
 Kondisi penggunaan putih membaik
terapi steroid (5)
 Penyalahgunaan obat  Kultur darah
 Ketuban pecah membaik (5)
sebelum waktunya  Kultur urine
(KPSW) membaik (5)
 Kanker  Kultur sputum

 Gagal ginjal membaik (5)

 Imunosupresi  Kultur area luka


membaik (5)
 Lymphedema
Kultur feses
 Leukositopenia membaik (5)
Gangguan fungsi hati
Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan Bimbingan Sistem
(D.0111) tentang: tindakan Kesehatan
 Kehamilan dan keperawatan Observasi
Persalinan selama .... X ....  Identifikasi
 Kesehatan maternal jam menit masalah kesehatan
pasca persalinan diharapkan individu, keluarga
Kesehatan maternal Tingkat dan masyarakat
prekonsepsi Pengetahuan  Identifikasi
Definisi: Meningkat inisiatif individu,
Keadaan atau kurangnya dengan kriteria keluarga dan
informasi kognitif yang hasil : masyarakat
berkaitan dengan topic Tingkat  Libatkan kolega
tertentu Pengetahuan : atau teman untuk
 Perilaku sesuai membimbing
Penyebab: anjuran dalam pemenuhan
 Keterbatasan kognitif meningkat (5) kebutuhan
 Gangguan fungsi  Kemampuan kesehatan
kognitif menjelaskan  Siapkan pasien
 Kekeliruan mengikuti pengetahuan untuk mampu
anjuran tentang suatu berkolaborasi dan
 Kurang terpapar topik meningkat bekerjasama dalam
informasi (5) pemenuhan
 Kurang minat dalam  Perilaku sesuai kebutuhan
belajar dengan kesehatan
 Kurang mampu pengetahuan
mengingat meningkat (5) Terapeutik
 Ketidaktahuan  Fasilitasi
menemukan sumber Tingkat Kepatuhan pemenuhan
informasi  Verbalisasi kebutuhan
kemampuan kesehatan
Gejala dan Tanda Mayor: mematuhi  Fasilitasi
Subjektif: program pemenuhan
 Menanyakan masalah perawatan atau kebutuhan
yang dihadapi pengobatan kesehatan mandiri
Objektif:  Perilaku Edukasi
 Menunjukkan perilaku mengikuti  Bimbing untuk
tidak sesuai anjuran program bertanggung jawab
 Menunjukkan persepsi perawatan mengidentifikasi
yang keliru terhadap  Perilaku dan
masalah menjalankan mengembangkan
anjuran kemampuan
Gejala dan Tanda Minor: memecahkan
Subjektif: masalah kesehatan
Tidak tersedia secara mandiri
Objektif:
 Menjalani pemeriksaan Edukasi Kesehatan

yang tidak tepat Observasi

 Menunjukan perilaku  Identifikasi

berlebihan (mis. Apatis, kesiapan dan

bermusuhan, agitasi, kemampuan

hysteria) menerima
informasi

Kondisi Klinis Terkait:  Identifikasi faktor-


 Kondisi klinis yang baru faktor yang dapat
dihadapi oleh klien meningkatkan dan
 Penyakit akut menurunkan
 Penyakit kronis motivasi perilaku
hidup bersih dan
sehat

Terapeutik
 Sediakan materi
dan media
pendidikan
kesehatan
 Jadwalkn
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
 Berikan
kesempatan untuk
bertanya

Edukasi
 Jelaskan faktor
risiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
 Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
 Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat

Edukasi Dehidrasi
Observasi
 Identifikasi
kemampuan pasien
dan keluarga
menerima
informasi

Terapeutik
 Persiapkan materi,
media, dan alat
serta formulir
balance cairan
 Tentukan waktu
yang tepat untuk
memberikan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
dengan pasien dan
keluarga
 Berikan
kesempatan pasien
dan keluarga
bertanya

Edukasi
 Jelaskan tanda
gejala dehidrasi
 Anjurkan tidak
hanya minum air
saat haus, jika
sedang
berolahraga atau
beraktivitas berat
 Anjurkan
memperbanyak
minum
 Anjurkan
memperbanyak
konsumsi buah
yang mengandung
banyak air (mis.
Semangka,
papaya)
 Ajarkan cara
pemberian oralit,
jika perlu
 Ajarkan menilai
status hidrasi
berdasarkan warna
urine

Edukasi Keamanan
Bayi
Observasi
 Identifikasi
kemampuan pasien
dan keluarga
menerima
informasi

Terapeutik
 Persiapkan materi
dan media
pendidikan
kesehatan
 Tentukan waktu
yang tepat untuk
memberikan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
dengan pasien dan
keluarga
 Berikan
kesempatan pasien
dan keluarga
bertanya

Edukasi
 Anjurkan selalu
mengawasi bayi
 Anjurkan tidak
meninggalkan bayi
sendirian
 Anjurkan
menjauhkan benda
yang berisiko,
membahayakan
bayi (mis. Kantung
plastic, karet, tali,
kain, benda-benda
kecil, benda tajam,
pembersih lantai)
 Anjurkan
memasang
penghalang pada
sisi tempat tidur
 Anjurkan menutup
sumber listrik
yang terjangkau
oleh bayi
 Anjurkan
mengatur
perabotan rumah
tangga di rumah
 Anjurkan
memberikan
pembatas pada
area berisiko (mis.
Dapur, kamar
mandi, kolam)
 Anjurkan
menggunakan
kursi dan sabuk
pengaman
khususnya saat
bayi berkendara
 Anjurkan
penggunaan sabuk
jenganan pada
stroller (kursi
dorong bayi), kursi
khusus bayi
dengan aman
 Anjurkan tidak
meletakkan bayi
pada tempat tidur
yang tinggi

Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan Reduksi Ansietas


Definisi: asuhan Observasi
Kondisi emosi dan keperawatan  Identifikasi saat
pengalaman subyektif selama tingkat ansietas
individu terhadap objek …… x …….… berubah (mis.
yang tidak jelas dan maka Kondisi, waktu,
spesifik akibat Tingkat Ansietas stressor)
antisipasi bahaya yang Menurun  Identifikasi
memungkinkan individu dengan kriteria kemampuan
melakukan tindakan hasil: mengambil
untuk menghadapi 1. Verbalisasi keputusan
ancaman kebingungan  Monitor tanda-
menurun (5) tanda ansietas
Penyebab: 2. Verbalisasi (verbal dan
 Krisis situasional khawatir akibat nonverbal)
 Kebutuhan tidak kondisi yang
Terapeutik
terpenuhi dihadapi
 Ciptakan suasana
 Krisis maturasional menurun (5)
terapeutik untuk
 Ancaman terhadap 3. Perilaku gelisah
menumbuhkan
konsep diri menurun (5)
kpercayaan
 Ancaman terhadap 4. Perilaku tegang
 Temani pasien
kematian menurun (5)
untuk mengurangi
5. Konsentrasi
 Kekhawatiran
kecemasan, jika
membaik (5)
mengalami kegagalan
memungkinkan
6. Pola tidur
 Disfungsi system
membaik (5)  Pahami situasi
keluarga
yang membuat
 Hubungan orang tua-
Dukungan Sosial ansietas dengarkan
anak tidak memuaskan Meningkat dengan
 Faktor keturunan kriteria hasil: dengan penuh
(temperamen, mudah 1. Kemampuan perhatian
teragitasi sejak lahir) meminta bantuan  Gunakan
 Penyalahgunaan zat pada orang lain pendekatan yang
 Terpapar bahaya meningkat (5) tenang dan
lingkungan (mis. Toksik, 2. Bantuan yang meyakinkan
polutan, dan lain-lain) ditawarkan oleh  Tempatkan barang
 Kurang terpapar orang lain pribadi yang
informasi meningkat (5) memberikan
3. Dukungan emosi kenyamanan
Gejala dan Tanda Mayor: yang disediakan  Motivasi
Subjektif: oleh orang lain mengidentifikasi
 Merasa bingung meningkat (5) situasi yang

 Merasa khawatir dengan memicu

akibat dari kondisi yang kecemasan

dihadapi  Diskusikan

 Sulit berkonsentrasi perencanaan

Objektif: realistis tentang

 Tampak gelisah peristiwa yang


akan datang
 Tampak tegang
 Sulit tidur Edukasi
 Jelaskan prosedur,
Gejala dan Tanda Minor: termasuk sensasi
Subjektif: yang mungkin
 Mengeluh pusing dialami
 Anoreksia  Informasikan
 Palpitasi secara faktual
 Merasa tidak berdaya mengenai
Objektif: diagnosis,
 Frekuensi nadi pengobatan, dan
meningkat prognosis
 Frekuensi napas  Anjurkan keluarga
meningkat untuk bersama
 Tekanan darah pasien, jika perlu
meningkat  Anjurkan
 Diaphoresis melakukan
 Tremor kegiatan yang

 Muka tampak pucat tidak kompetitif,

 Suara bergetar sesuai kebutuhan

 Kontak mata buruk  Anjurkan


mengungkapkan
 Sering berkemih
perasaan dan
 Berorientasi pada masa
persepsi
lalu
 Latih kegiatan
pengalihan untuk
Kondisi Klinis Terkait:
mengurangi
 Penyakit kronis progresif
ketegangan
(mis. Kaner, penyakit
 Laruhan
autoimun)
penggunaan
 Penyakit akut
mekanisme
 Hospitalisasi
pertahanan diri
 Rencana operasi
yang tepat
 Kondisi diagnosis
 Latih teknik
penyakit belum jelas
relaksasi
 Penyakit neurologis
 Tahap tumbuh kembang Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian obat
antlansietas, jika
perlu

Terapi Relaksasi
Observasi
 Identifikasi
penurunan tingkat
energy,
ketidakmampuan
berkonsentrasi,
atau gejala lain
yang mengganggu
kemampuan
kognitif
 Identifikasi teknik
relaksasi yang
pernah efektif
digunakan
 Identifikasi
kesediaan,
kemampuan, dan
penggunaan teknik
sebelumnya
 Periksa
ketegangan otot,
frekuensi nadi,
tekanan darah, dan
suhu sebelum dan
sesudah latihan
 Monitor respons
terhadap terapi
relaksasi

Terapeutik
 Ciptakan
lingkungan tenang
dan tanpa
gangguan dengan
pencahayaan dan
suhu ruang
nyaman, jika
memungkinkan
 Berikan informasi
tertulis tentang
persiapan dan
prosedur teknik
relaksasi
 Gunakan pakaian
longgar
 Gunakan nada
suara lembut
dengan irama
lambat dan
berirama
 Gunakan relaksasi
sebagai strategi
penunjang dengan
analgetik atau
tindakan medis
lain, jika sesuai

Edukasi
 Jelaskan tujuan,
manfaat, batasan,
dan jenis relaksasi
yang tersedia (mis.
Music, meditasi,
napas dalam,
relaksasi otot
progresif)
 Jelaskan secara
rinci intervensi
relaksasi yang
dipilih
 Anjurkan
mengambil posisi
nyaman
 Anjurkan rileks
dan merasakan
sensasi relaksasi
 Anjurkan sering
mengulangi atau
melatih teknik
yang dipilih
 Demonstrasikan
dan latih teknik
relaksasi (mis.
Napas dalam,
peregangan, atau
imajinasi
terbimbing)

Dukungan Emosional
Observasi
 Identifikasi fungsi
maarah, frustasi,
dan amuk bagi
pasien
 Identifikasi hal
yang telah memicu
emosi

Terapeutik
 Fasilitasi
mengungkapkan
perasaan cemas,
marah, atau sedih
 Buat pernyataan
suportif atau
empati selama fase
berduka
 Lakukan sentuhan
untuk memberikan
dukungan (mis.
Merangkul,
menepuk-nepuk)
 Tetap bersama
pasien dan
pastikan keamanan
selama ansietas,
jika perlu
 Kurangi tuntutan
berpikir saat sakit
atau lelah

Edukasi
 Jelaskan
konsekuensi tidak
menghadapi rasa
bersalah dan malu
 Anjurkan
mengungkapkan
perasaan yang
dialami (mis.
Ansietas, marah,
sedih)
 Anjurkan
mengungkapkan
pengalaman
emosional
sebelumnya dan
pola respons yang
biasa digunakan
 Ajarkan
penggunaan
mekanisme
pertahanan yang
tepat

Kolaborasi
 Rujuk untuk
konseling, jika
perlu

Konstipasi Setelah dilakukan Manajemen


Definisi : asuhan ELeminasi
Penurunan defekasi normal keperawatan Fekal (1.04151)
yang disertai selama Observasi
pengeluaran feses sulit …… x …….…  Identifikasi
dan tidak tuntas serta maka masalah usus
feses kering dan konstipasi dan penggunaan
banyak. teratasi dengan obat pencahar
Penyebab : kriteria hasil:  Identifikasi
Fisiologis :  Kontrol pengobatan
 Penurunan motilitas pengeluaran yang berefek
gastrointestinal feses pada kondisi
 Ketidakadekuatan meningkat (5) gastrointestinal
pertumbuhan gigi  Keluhan  Monitor buang
 Ketidakcukupan diet defekasi lama air besar (mis.
 Ketidakcukupan dan sulit warna,
asupan serat menurun (5) frekuensi,
 Ketidakcukupan  Mengejan konsistensi,
asupan cairan saat defekasi volume)

 Aganglionik (mis. menurun (5)  Monitor tanda


Penyakit Hircsprung)  Konsistensi dan gejala

 Kelemahan otot feses diare,

abdomen. membaik (5) konstipasi atau

Psikologis :  Frekuensi impaksi

 Konfusi defekasi Terapeutik

 Depresi membaik (5)  Berikan air


 Peristaltik hangat setelah
 Gangguan emosional
usus makan
Situasional :
membaik (5)  Jadwalkan
 Perubahan kebiasaan
 waktu defekasi
makan (mis. Jenis
bersama pasien
makanan, jadwal
 Sediakan
makan )
makanan tinggi
 Ketidakadekuatan
serat
toileting.
Edukasi
 Aktivitas fisik harian
 Jelaskan jenis
kurang dari yang
makanan yang
dianjurkan
membantu
 Penyalahgunaan
meningkatkan
laksatif
keteraturan
 Efek agen
peristaltic usus
farmakologis
 Anjurkan
 Ketidakteraturan
mencatat
kebiasaan defekasi
warna,
 Kebiasaan menahan frekuensi,
dorongan defekasi konsistensi ,
 Kebiasaan menahan volume feses
dorongan defekasi  Anjurkan
 Perubahan lingkungan meningkatkan
Gelaja dan tanda mayor : aktifitas fisik
Subjektif : sesuai toleransi
 Defekasi kurang dari 2  Anjurkan
kali seminggu pengurangan
 Pengeluaran feses asupan
lama dan sulit makanan yang
Objektif : meningkatkan

 Feses keras pembentukan

 Peristaltic usus gas

menurun  Anjurkan

Gejala dan tanda minor : mengkonsumi

Subjektif : makanan yang

 Mengejan saat mengandung

defekasi tinggi serat

Objektif :  Anjurkan

 Distensi abdomen meningkatkan


asupan cairan,
 Kelemahan umum ]
jika tidak ada
teraba massa pada
kontraindikasi
rektal.
Kolaborasi
Kondisi klinis terkait :
 Kolaborasi
 Lesi / cedera pada
pemberian obat
medulla spinalis
supositoria
 Spina bifida
anal, jika perlu
 Stroke
Manajemen
 Sklerosis multipel
konstipasi
 Penyakit Parkinson
(1.0415)
 Demensia Observasi
 Hiperparatiroidisme  Periksa tanda
 Hipoparatiroidisme dan gejala

 Ketidak seimbangan konstipasi

elektrolit  Periksa

 Hemoroid pergerakan

 Obesitas usus,
karakteristik
 Pasca operasi
feses
obstruksi bowel
(konsistensi,
 Kehamilan
bentuk ,
 Pembesaran prostat
volume, dan
 Abses rektal
warna)
 Fisura anorektal
 Identifikasi
 Striktura anorektal
faktor resiko
 Prolaps rektal
konstipasi (mis.
 Ulkus rektal obat – obatan,
 Rektokel tirah baring dan
 Tumor diet rendah
 Penyakit Hircsprung serat)
 Impaksi feses.  Monitor tanda
dan gejala
rupture usu dan
atau peritonitis
Terapeutik
 Anjurkan diet
tinggu serat
 Lakukan
masase
abdomen, jika
perlu
 Lakukan
evakuasi feses
secara manual ,
jika perlu
 Berikan enema
atau irigasi, jika
perlu
Edukasi
 Jelaskan
etiologi
masalah dan
alasan tindakan
 Anjurkan
peningkatam
asupan
cairan ,jika tidak
ada
kontraindikasi
 Latih buang air
besar secara
teratur
 Ajarkan cara
mengatasi
konstipasi/
impaksi
Kolaborasi
 Konsultasi
dengan tim
medis tentang
penurunan /
peningkatan
frekuensi suara
usus
 Kolaborasi
penggunaan
obat pencahar,
jika perlu

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta, EGC


Chapman, Vicky, 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran, Jakarta,
EGC
Cunningham FG, et all. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta, EGC.
Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-
2002,Philadelphia,USA.

Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC. Jakarta.


Mochtar. 2001. Sinopsis Obstetri Jilid II. EGC. Jakarta.

Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.


Yogyakarta : Nuha Medika
Tim Pokja SDKI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2018.Standar Luaran Keperawatan
Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2019.Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia.Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai