Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

OLEH

NAMA : YUNUS IMANUEL ALELANG

KELAS :B

SEMESTER : III

NIM : 176302721

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan Praktek

SEKOLA TINGGI ILMU KESEHATAN MARANATHA

KUPANG

2023
A. Konsep Dasar

1.1 Pengertian

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium)
yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil( Bobak, 2010).

Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada dalam masa aterm, tidak terjadi
komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala dan persalinan selesai dalam 24
jam (Bobak, 2005).

Partus spontan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau obat-obatan (prawiroharjo, 2000).
Ruptur perineum adalahrobekan yang terjadi pada perineum sewaktupersalinan (Mohtar,
1998).

1.2 Etiologi

Partus normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang telah cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan.

 Partus dibagi menjadi 4 kala :


a. Kala I, kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk
primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam.
b. Kala II, gejala utama kala II adalah His semakin kuat dengan interval 2 sampai
3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik. Menjelang akhir kala I ketuban
pecah yang ditandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak. Ketuban
pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan. Kedua
kekuatan, His dan mengejan lebih mendorong kepala bayi sehingga kepala
membuka pintu. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putarpaksiluar.
Setelah putarpaksiluar berlangsung kepala dipegang di bawah dagu di tarik
kebawah untuk melahirkan bahu belakang. Setelah kedua bahu lahir ketiak di
ikat untuk melahirkan sisa badan bayi yang diikuti dengan sisa air ketuban.
c. Kala III, setelah kala II kontraksi uterus berhenti 5 sampai 10 menit. Dengan
lahirnya bayi, sudah dimulai pelepasan plasenta. Lepasnya plasenta dapat
ditandai dengan uterus menjadi bundar, uterus terdorong keatas, tali pusat
bertambah panjang dan terjadi perdarahan.
d. KalaIV, dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama, observasi
yang dilakukanya itu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda
vital, kontraksi uterus, terjadinya perdarahan. Perdarah dianggap masih normal
bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Manuaba, 1989).
 Faktor penyebab ruptur perineum diantaranya adalah factor ibu, factor janin, dan
faktor persalinan pervaginam.
a. FaktorIbu
1. Paritas
Menurut panduan Pusdiknakes 2003, paritas adalah jumlah kehamilan yang mampu
menghasilkan janin hidup di luar rahim (lebihdari 28 minggu). Paritas menunjukkan
jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah
dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya( Oxorn, 2003).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia paritas adalah keadaan kelahiran atau
partus. Pada primipara robekan perineum hamper selalu terjadi dan tidak jarang
berulang pada persalinan berikutnya (Sarwono, 2005).
2. Meneran
Secara fisiologis ibu akan merasakan dorongan untuk meneran bila pembukaan
sudah lengkap dan reflekferguson telah terjadi. Ibu harus didukung untuk meneran
dengan benar pada saat ia merasakan dorongan dan memang ingin mengejang
(Jhonson, 2004). Ibu mungkin merasa dapat meneran secara lebih efektif pada
posisi tertentu (JHPIEGO, 2005).
b. FaktorJ anin
1. Berat Badan Bayi Baru lahir
Makrosomia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000 gram (Rayburn,
2001).
Makrosomia disertai dengan meningkatnya resiko trauma persalinan melalui vagina
seperti distosia bahu, kerusakan fleksus brakialis, patah tulang klavikula, dan
kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan robekan pada
perineum (Rayburn, 2001).
2. Presentasi
Menurut kamus kedokteran, presentasi adalah letak hubungan sumbu memanjang
janin dengan sumbu memanjang panggul ibu( Dorland, 1998).
a. Presentasi Muka
Presentasi muka atau presentasi dahi letak janin memanjang, sikap extensi
sempurna dengan diameter pada waktu masuk panggul atau diameter
submentobregmatika sebesar 9,5 cm. Bagian terendahnya adalah bagian antara
glabella dan dagu, sedang pada presentasi dahi bagian terendahnya antara glabella
dan bregma (Oxorn, 2003).
b. Presentasi Dahi
Presentasi dahi adalah sikap ekstensi sebagian (pertengahan), hal ini berlawanan
dengan presentasi muka yang ekstensinya sempurna. Bagian terendahnya adalah
daerah diantara margo orbitalis dengan bregma denganpenunjukknyaadalahdahi.
Diameter bagian terendah adalah diameter verticomentalisse besar 13,5 cm,
merupakan diameter antero posterior kepala janin yang terpanjang (Oxorn, 2003).
c. PresentasiBokong
Presentasi bokong memiliki letak memanjang dengan kelainan dalam polaritas.
Panggul janin merupakan kutub bawah dengan penunjuknya adalah sacrum.
Berdasarkan posisi janin, presentasi bokong dapat dibedakan menjadi empat macam
yaitu presenta sibokong sempurna, presentasi bokong murni, presentasi bokong
kaki, dan presentasi bokong lutut (Oxorn, 2003).

c.FaktorPersalinanPervaginam

1). Vakum ekstrasi

Vakum ekstrasi adalah suatu tindakan bantuan persalinan, janin dilahirkan dengan ekstrasi
menggunakan tekanan negative dengan alat vacum yang dipasang di kepalanya( Mansjoer,
2002).

2. EkstrasiCunam/Forsep

Ekstrasi Cunam/Forsep adalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan cunam yang
dipasang di kepala janin (Mansjoer, 2002). Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu karena
tindakan ekstrasiforsep antara lain ruptur uteri, robekanportio, vagina, ruptur perineum,
syok, perdarahan post partum, pecahnya varices vagina (Oxorn, 2003).
3.Embriotomi adalah prosedur penyelesaian persalinan dengan jalan melakukan
pengurangan volume atau merubah struktur organ tertentu pada bayi dengan tujuan untuk
member peluang yang lebih besar untuk melahirkan keseluruhan tubuh bayi tersebut
(Syaifudin, 2002).

4. PersalinanPresipitatus

Persalinan presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat, berlangsung


kurang dari 3 jam, dapat disebabkan oleh abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang
terlalu kuat, atau pada keadaan yang sangat jarang dijumpai, tidak adanya rasa nyeri pada
saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses persalinan yang sangat kuat
(Cunningham, 2005)

1.3 Tanda Dan Gejala


Menurut masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah sebagai berikut:
a. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan.
b. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan terbalik
(kerumitan).
c. Masa menyusui anak dimulai
d. Penyembuhan ibu dari stres kehamilan dan persalinan di asumsikan sebagai
tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.
POST PARTUM NORMAL
1.4 Pathway
1.5 Patofisiologi (Woc)

1. AdaptasiFisiologi

a. Infolusi uterus

Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan,


proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-
kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar pada
promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang
lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam.
Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan
antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat sebelum hamil,
berinvolusi menja dikira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2
minggu setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus berada di dalam
panggul. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan
esterogen dan progesterone bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus
selama hamil. Pada masa pasca partum penurunan kadar hormone
menyebabkan terjadinya autolisis, perusakansecara langsung jaringan hipertrofi
yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk selama masa hamil menetap.
Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil.

c. Kontraksi intensitas
Kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir,
diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat
besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah
intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan.
Hormonoksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur
kontraksi uterus, mengopresi pembuluh darah dan membantu hemostasis. Selama 1-
2 jam pertama pasca partum intensitas kontraksi uterus bias berkurang dan menjadi
tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus, suntikan oksitosin secara
intravena atau intramuskuler diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang
merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara
segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
oksitosin.
2. Adaptasi psikologis

Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum dibagi menjadi 3 fase
yaitu :

a. Fase taking in / ketergantungan

Fase ini dimulai hari pertama dan hari kedua setelah melahirkan dimana ibu
membutuhkan perlindungan dan pelayanan.

b. Fase taking hold / ketergantungan tidak ketergantungan

Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan dan berakhir pada minggu
keempat sampai kelima. Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran
barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru. Selama fase ini system
pendukung menjadi sangat bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber
informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat istirahat dengan baik.

c. Fase letting go / salingketergantungan

Dimulai sekitar minggu kelima sampai keenam setelah kelahiran. Sistem


keluarga telah menyesuaikan diri dengan anggotanya yang baru. Tubuh pasien
telah sembuh, peraasan rutinnya telah kembali dan kegiatan hubungan
seksualnya telah dilakukan kembali.

1.5 Penatalaksanaan

Penanganan ruptur perineum diantaranya dapat dilakukan dengan cara


melakukan penjahitan luka lapis demi lapis, dan memperhatikan jangan sampai terjadi
ruang kosong terbuka kearah vagina yang biasanya dapat dimasuki bekuan-bekuan
darah yang akan menyebabkan tidak baiknya penyembuhan luka. Selain itu dapat
dilakukan dengan cara memberikan antibiotik yang cukup (Moctar, 1998).

Prinsip yang harus diperhatikan dalam menangani ruptur perineum adalah:


1. Bila seorang ibu bersalin mengalami perdarahan setelah anak lahir, segera
memeriksa perdarahan tersebut berasal dari retensioplasenta atau plasenta lahir
tidak lengkap.

2. Bila plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi uterus baik, dapat dipastikan bahwa
perdarahan tersebut berasal dari perlukaan pada jalan lahir, selanjutnya dilakukan
penjahitan. Prinsip melakukan jahitan pada robekan perineum :

a. Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah dalam/proksimal kearah


luar/distal. Jahitan dilakukan lapis demi lapis, dari lapis dalam kemudian lapis
luar.

b. Robekan perineum tingkat I :tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan
aposisi lukabaik, namun jika terjadi perdarahan segera dijahit dengan
menggunakan benang catgut secara jelujur atau dengan cara angka delapan.

c. Robekan perineum tingkat II :untuk laserasi derajat I atau II jika ditemukan


robekan tidak rata atau bergerigih arus diratakan terlebih dahulu sebelum
dilakukan penjahitan. Pertama otot dijahit dengan catgut kemudianselaput
lendir. Vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur.
Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan. Kulit perineum
dijahitdenganbenang catgut secarajelujur.

d. Robekan perineum tingkatIII :penjahitan yang pertama pada


dindingdepanrektum yang robek, kemudianfasiaperirektal dan fasia septum
rektovaginaldijahitdengan catgut kromiksehinggabertemukembali.

e. Robekan perineum tingkatIV :ujung-ujung ototsfingter ani yang


terpisahkarenarobekandiklemdenganklempeanlurus, kemudiandijahitantara 2-3
jahitan catgut kromiksehinggabertemukembali.
Selanjutnyarobekandijahit lapis demi lapis sepertimenjahitrobekan perineum
tingkat I.

f. MeminimalkanDerajatRuptur Perineum
MenurutMochtar (1998) persalinan yang salah merupakan salah
satusebabterjadinyaruptur perineum. MenurutBukuAcuanAsuhanPersalinan
Normal (2008) kerjasamadenganibu dan penggunaanperasat manual yang
tepatdapatmengaturekspulsikepala, bahu, dan
seluruhtubuhbayiuntukmencegahlaserasiataumeminimalkanrobekan pada
perineum.

Dalam menangani asuhan keperawatan pada ibu post partum spontan, dilakukan
berbagai macam penatalaksanaan, diantaranya :

1. Monitor TTV

Tekanan darah meningkat lebih dari 140/90 mungkin menandakan preeklamsi suhu
tubuh meningkat menandakan terjadinya infeksi, stress, atau dehidrasi.

2. Pemberian cairan intravena

Untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan kemampuan perdarahan darah dan


menjaga agar jangan jatuh dalam keadaan syok, maka cairan pengganti merupakan
tindakan yang vital, seperti Dextrose atau Ringer.

3. Pemberian oksitosin

Segera setelah plasenta dilahirkan oksitosin (10 unit) ditambahkan dengan cairan
infuse atau diberikan secara intramuskuler untuk membantu kontraksi uterus dan
mengurangi perdarahan post partum.

4. Obatnyeri

Obat-obatan yang mengontrol rasa sakittermasuk sedative, alaraktik, narkotik dan


antagonisnarkotik. Anastesi hilangnya sensori, obat ini diberikan secara regional/
umum (Hamilton, 1995).

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1.6 Pengkajian
Pengkajian pada ibu post partum menurut Doenges, 2001 adalah sebagai berikut:
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

a. Bagaimana keadaan ibu saat ini ?

b. Bagaimana perasaan ibu setelah melahirkan ?

2. Pola nutrisi dan metabolik

a. Apakah klien merasa kehausan setelah melahirkan ?

b. Apakah klien merasa lapar setelah melahirkan ?

c. Apakah klien kehilangan nafsu makan atau merasa mual ?

d. Apakah ibu mengalami penurunan BB setelah melahirkan ?

3. Pola aktivitas setelah melahirkan

a. Apakah ibu tampak kelelahan atau keletihan ?

b. Apakah ibu toleransi terhadap aktivitas sedang atau ringan ?


c. Apakah ibu tampak mengantuk ?

4. Pola eliminasi

a. Apakah ada diuresis setelah persalinan ?

b. Adakan nyeri dalam BAB pasca persalinan ?

1. Neuro sensori

a. Apakah ibu merasa tidak nyaman ?

b. Apakah ibu merasa nyeri di bagian tubuh tertentunya ?

c. Bagaimana nyeri yang ibu rasakan ?

d. Kaji melalui pengkajian P, Q, R, S, T ?


e. Apakah nyerinya menggangu aktivitas dan istirahatnya ?

2. Pola persepsi dan konsep diri

a. Bagaimana pandangan ibu terhadap dirinya saat ini

b. Adakah permasalahan yang berhubungan dengan perubahan


penampilan tubuhnya saat ini ?

3. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

1) Pemeriksaan TTV

2) Pengkajian tanda-tanda anemia

3) Pengkajian tanda-tanda edema atau tromboflebitis

4) Pemeriksaan reflek

5) Kaji adanya varises

6) Kaji CVAT ( cortical vertebra area tenderness )


b. Payudara

1) Pengkajian daerah areola ( pecah, pendek, rata )

2) Kaji adanya abses

3) Kaji adanya nyeri tekan

4) Observasi adanya pembengkakan atau ASI terhenti

5) Kaji pengeluaran ASI

c. Abdomen atau uterus


1) Observasi posisi uterus atau tiggi fundus uteri

2) Kaji adnanya kontraksi uterus

3) Observasi ukuran kandung kemih

d. Vulva atau perineum

1) Observasi pengeluaran lokhea

2) Observasi penjahitan lacerasi atau luka episiotomi

3) Kaji adanya pembengkakan

4) Kaji adanya luka

5) Kaji adanya hemoroid

4. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan darah

Beberapa uji laboratorium biasa segera dilakukan pada


Periode pasca partum. Nilai hemoglobin dan hematokrit seringkali dibutuhkan
pada hari pertama pada partum untuk mengkaji kehilangan darah pada
melahirkan.

b. Pemeriksaan urin

Pegambilan sampel urin dilakukan dengan menggunakan cateter atau dengan


tehnik pengambilan bersih (clean-cath) spisimen ini dikirim kelaboratorium
untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika cateter
indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal ibu harus
di kaji untuk menentukan status rubelle dan rhesus dan kebutuhan therapy yang
mungkin (Bobak, 2004).

1.7 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut (D.0077)
2. Resiko Infeksi (D. 0142)
3. Gangguan Pola Tidur (D. 0055)
1.8 Rencana Asuhan Keperawatan

No SDKI (D.0077) SLKI(L 08066) SIKI( 1.08238)


1. Nyeri akut Setelah di lakukan tindakan keperawat Majemennyeri
an selama 1x30 menitTingkat nyeri m Observasi
enurundengan 1. Identifikasi
Kritiriahasil: lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kuali
1. Keluhan nyeri menurun. (5) tas,intensitas nyeri
2. Meringis menurun(5) 2. Identifikasi skala nyeri.
3. Sikap protektif menurun(5) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal.
4. Gelisah menurun(5) 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
5. Kesulitan tidur menurun(5) memperingan nyeri.
6. Mual menurun(5( 5. Identifikasi pengetahuan dan keyaninan
7. Tekanan darah membaik(5) tentang nyeri.
8. Nafsu makan membaik(5) 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
Pola tidur membaik (5) respon nyeri
7. Monitor keberhasilan terapi komple   
menter yang sudah di berikan.
8. Monitor efek samping penggunaan  analg
etik.
Terapeutik
9. Berikan teknik nonfarmokologis untuk m
engurangi rasa nyeri(mis. TENS,hipnosis
,akupresur,terapi musik,terapi pijat,komp
res hangatataudingin,terapibermain).
10. Kontrol lingkungan yang  memperberat r
asa nyeri(mis.suhuruangan,percahayaan,
kebisingan)
11. .Fasilitas istrahat dan tidur.
12. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dal
am pemilihan strategi meredakan nyeri.
Edukasi
13. Jelaskan penyebab,periode dan
pemicu nyeri.
14. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
15.  Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri.
16.  Anjurkan menggunakan analgetik secara 
tepat.untuk mengurangi rasa nyeri.
17. Ajarkan teknik nonfarmokologis
Kolaborasi
18. Kolaborasi pemberian analgetik jika
perlu

2 SDKI(D. 0142) SLKI(L. 14137) SIKI(I. 14539)


Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi
keperawatan selama 1x30 menit Observasi
tingkat Infeksi menurun dengan 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokasi
Kriteriahasil: dan sistemik.
1. Kemerahan Meneurun (5). Terapeutik
2. Nyeri Menurun (5). 1. Batasi jumlah pengunjung.
3. Bengkak Menurun (5). 2. Berikan perawatan kulit Pada area
4. Kultur Area Luka Membaik (5). edema.
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien dan lingkungan pasien.
4. Pertahankan Teknik aseptic pada pasien
beresiko tinggi.
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi.
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
benar.
3. Ajarkan etika batuk.
4. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi.
5. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi.
6. Anjurkan meningkatkan asupan
cairan.
Kolaborasi
1. Kolobarosi pemberian imunisasi, jika
perlu.

3. SDKI SLKI(L.05045) SIKI( I. 09265)


(D.OO55) Setelah dilakukan tindakan keperawat DukunganTidur
Gangguan Pola an selama 1x30 menit pola tidur Observasi
Tidur membaik dengan 1. Identifikasi pola aktifitas dan tidur
Kriteria Hasil: 2. Indentifikasi factor penganggu
1. Keluhan sulit tidur menurun (1). tidur(fisik dan/psikologis).
2. Keluhan tidak puas tidur menurun 3. Identifikasi makanan dan minuman
(1). yang menganggu tidur (mis, kopi, teh,
3. Keluhanpolatidurmenurun (1). alkohol, makan mendekati waktu
4. Keluhan istirahat tidak cukup tidur, minum banyak air sebelum
menurun (1). tidur).
4. Identifikasi obat tidur yang di
konsumsi.
Terapeutik
1. Modifikasilingkungan(mis, pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras, dan tempat
tidur).
2. Batasi waktu tidur siang, jika perlu
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum
tidur tetapkan jadwal tidurrutin
4. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan(mis, pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur).
5. Sesuaikan jadwal pemberian obat dan
atau tindakan untuk menunjang siklus
tidur – terjaga.
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup
selama sakit.
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur.
3. Anjurkan menghindari makanan atau
minuman yang mengganggu tidur.
4. Anjurkan penggunaan obat tidur yang
tidak mengandung supresor terhadap
tidur REM.
5. Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur (mis, psikologis, gaya
hidup, sering berubah shift bekerja).
6. Ajarkan relaksasi otot autogenic atau
cara nonfarmakologi lainnya.

1.9 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Tujuan dari pelaksanaan
adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang mencakup peningkatan kesehatan
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan, penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. (Ika dan Saryono, 2010).
1.10 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan yang digunakan sebagai
alat untuk menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan dan proses ini berlangsung terus
menerus yang diarahkan pada pencapaian tujuan yang diinginkan (Ika dan Saryono, 2010).
Ada tiga yang dapat terjadi pada tahap evaluasi, yaitu :
1. Masalah teratasi seluruhnya.
2. Masalah tidak teratasi.

DAFTAR PUSTAKA
Https://www.academia.edu/33291978/ Laporan_Pendahuluan_Post_Partum.

Suherni, 2009.perawatan masa nifas.yogyakarta:Fitramaya

Saleha, siti.Asuhan kebidanan pada masa nifas.jakarta:salemba Medika

A,Fadiyana, E,2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai