Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit
sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk ruang
panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar pangggul,
yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula
tekanan pada rektum dan hendak buang air besar. Kemudian perineum mulai
menonjol dan menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai membuka
dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada waktu his.
Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi kepala janin tidak masuk lagi
diluar his, dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin
dilahirkan dengan suboksiput dibawah simfisis dan dahi, muka dan dagu
melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk
mengeluarkan badan, dan anggota bayi. Pada primigravida kala II berlangsung
rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.
3. kala III : dari kelahiran bayi sampai kelahiran plasenta
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat
beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta
dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah
bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
4. kala IV : dari kelahiran plasenta sampai stabilisasi keadaan pasien, biasanya
pada sekitar 1 jam masa nifas
Seperti diterangkan di atas, kala ini dianggap perlu untuk mengamat-amati
apakah ada perdarahan postpartum.
D. Faktor- faktor yang mempengeruhi persalinan
Ada 5 faktor yang penting dalam persalinan yaitu;
1. Power. Tenaga, his, kontraksi otot dinding uterus, kontraksi diafragma pelvis /
2.
3.
4.
5.
selnya (hiperplasia).
gravidarum).
Setelah
persalinan,
hormonal
berkurang dan
pertumbuhan
hamil. Setelah persalinan dinding perut kendor, dan lebih kendor sesuai
dengan jumlah kehamilan. Tetapi kendornya dinding perut dapat dikurangai
dengan jalan melakukan latihan dinding perut melalui senam kesegaran
jasmani.
5. Buang air besar dan berkemih
Pada persalinan normal masalah berkemih dan buang air besar tidak
mengalami hambatan apapun. Buang air besar akan biasa setelah sehari,
kecuali ibu takut pada luka episiotomi. Bila sampai 3 hari belum buang air
besar sebaiknya dilakukan klisma untuk merangsang buang air besar
sehingga tidak mengalami sembelit dan mengakibatkan jahitan terbuka.
Tentang berkemih, sebagian besar mengalami pertambahan air seni, karena
terjadi pengeluaran air tubuh berlebih, yang disebabkan oleh pengenceran
(hemodilusi) darah pada waktu hamil. Keadaan demikian adalah normal
bila air seni seret, perlu dilakukan evaluasi penyebabnya.
F. Perubahan psikologis ibu post partum
1. Dependent : taking in
Fokus kediri ibu: pemenuhan kebutuhan, 24 jam pertama(1-2 hari),
Gembira dan banyak bicara dengan pengalaman persalinannya, Ingin
menceritakan pengalaman bersalin.
1. Pengkajian
Pengkajian dimulai saat pertama kali kontak dengan klien. Pertama yang
dikaji apakah wanita tersebut sudah mengalami persalinan sejati dan harus
masuk ke rumah sakit.
Perbedaan Persalinan Sejati Dan Persalinan Palsu adalah:
Persalinan sejati
Persalinan palsu
Kontraksi:
Kontraksi:
Serviks:
Janin:
Janin:
Bagian presentasi biasanya telah masuk Bagian presentasi biasanya belum masuk
ke dalam panggul sering disebut janin kedalam panggul.
jatuh ( lightening ). ini membuat wanita
lebih mudah bernapas dan pada saat yang
sama, kandung kemih tertekan akibat
tekanan ke bawah oleh bagian presentasi
Pengkajian merupakan prioritas utama. Perawat akan mengkaji system
secara rinci melalui wawancara, pengkajian fisik, dan pemeriksaan
laboratorium untuk menentukan status persalinan wanita sehingga memberi
perawat arahan untuk memperoleh informasi penting dari seorang wanita
yang akan melahirkan. Sumber informasi tambahan dapat diperoleh dari :
a. Catatan prenatal
Perawat meninjau kembali catatan prenatal untuk mengidentifikasi
kebutuhan dan resiko individual ibu. Apabila ibu tidak menjalani
perawatan prenatal, gali alasan yang mendasari hal tersebut. Apabila ibu
merasa tidak nyaman, perawat sebaiknya mengajukan pertanyaan di antara
kontraksi, ketika wanita itu dapat berkonsentrasi dengan lebih baik.
Apabila ini bukan persalinan dan pengalaman melahirkan pertama, penting
bagi ibu untuk mencatat karakteristik pengalaman sebelumnya.
b. Wawancara
Keluhan atau alasan utama ibu datang ke rumah sakit di tentukan dalam
wawancara. Keluhan utama dapat berupaketuban pecah dengan atau
tanpa kontraksi. ibu di minta untuk mengingat kembali peristiwa pada hari
sebelumnya. Ibu diperiksa untuk melihat tanda prodromal persalinan dan
awal terjadinya kontraksi yang teratur. Ia diminta untuk menjelaskan halhal berikut :
1) Frekuensi dan lama kontraksi
2) Lokasi dan karakteristik rasa tidak nyaman akibat kontraksi (misalnya
sakit pinggang, rasa tidak enak pada suprapubis)
3) Menetapnya kontraksi meskipun terjadi perubahan posisi saat ibu
berjalan atau berbaring
4) Keberadaan dan karakter show dari vagina
5) Status membran amnion, misalnya rembesan cairan apabila diduga
cairan amnion telah keluar, tanyakan tanggal dan jam pertama kali
cairan keluar, tanyakan juga warna cairan. Seringkali pemeriksaan
dengan speculum steril dan tes nitrazin (PH) atau tes pakis (fern test)
dapat memastikan membrane telah pecah atau belum.
Bloddy show dibedakan dari pendarahan karena show berwarna merah
muda dan terasa lengket karena berlendir. Mula-mula show yang keluar
sedikit, lama kelamaan bertambah banyak seiring penipisan dan dilatasi
serviks.
Untuk mengetahui status pernapasan wanita perawat menanyakan apakah
wanita menderita pilek atau gejala-gejala yang berkaitan dengan
pernapasan, hidung tersumbat sakit tenggorok atau batuk. Kaji kembali
adanya alergi terhadap obat yang diberikan secara rutin seperti meperidin
( Demerol ) atau lidokain ( Xylocaine ). Respon alergi dapat menyebabkan
pembengkakan selaput lender pada system pernapasan. Muntah dapat
menyebabkan komplikasi pada suatu persalinan normal.
Perawat juga perlu menyiapkan wanita untuk menghadapi kemungkinan
perubahan rencana . permintaan pada rencana persalinan dapat berupa
memilih orang yang akan menemaninya pada saat bersalin, mengenakan
pakaian sendiri, membawa bantal, mendengar musik, membuat video
persalinan dan melahirkan, memilih metode pereda nyari, posisi
merupakan
dasar
pengkajian
kemajuan
persalinan,
a) Pemeriksaan Darah
Protocol pemeriksaan darah berbeda-beda di setiap rumah sakit dan
tergantung pada riwayat kesehatan pasien. Contoh pemeriksaan
minimal adalah pemeriksaan hematokrit, dimana specimen diproses
dengan memakai sentrifus pada unit perinatal. Ini dapat dilakukan
pada darah yang diambil dari ujung jari atau dari kateter yang
dipakai pada jalur intravena. Pemeriksaan darah yang lengkap
adalah pemeriksaan nilai hemoglobin dan hematokrit serta hitung
jumlah sel lengkap.
Apabila golongan darah wanita belum ditentukan, darah akan
diambil untuk penentuan golongan dan factor Rh. Apabila
dilakukan pemeriksaan golongan darah, pemberi jasa kesehatan
dapat memilih untuk mengulang pemeriksaan itu. Apabila terdapat
tanda-tanda ketidakcocokan imunologis yang nyata, pemebri jasa
kesehatan dapat meminta supaya dilakukan pemeriksaan darah
diagnostic lain.
TAHAP KEDUA PERSALINAN
Tahap kedua persalinan adalah tahap dimana janin dilahirkan. Tahap ini
dimulai dari dilatasi serviks lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Fase
pertama dimulai ketika wanita menyatakan bahwa ia ingin mengedan, biasanya pada
puncak kontraksi. Wanita mengeluhkan nyeri, tetapi diantara waktu kontraksi ia
tenang dan sesekali memejamkan mata.
Pada fase kedua, wanita semakin ingin mengedan dan sering kali mengubah
posisi untuk mencari posisi mengedan yang paling nyaman. Usaha mengedan menjadi
lebih ritmik. Pada fase ketiga, bagian presentasi sudah berada pada perineum dan
usaha mengedan menjadi paling efektif untuk melahirkan. Wanita akan lebih banyak
mengungkapkan nyeri yang dirasakan secara verbal dengan menjerit atau memaki
dan mungkin bertindak diluar kendali ( Arnold, Roberts, 1991 ).
1. Pengkajian
Tanda objektif yang pasti bahwa tahap kedua persalinan ialah dimulai
melalui pemeriksaan dalam, yakni pemeriksaan tidak dapat lagi meraba
serviks (Myles, 1989). Tanda tanda lain yang menunjukkan tahap kedua
ini adalah :
a. Muncul keringat tiba tiba di bibir atas
b. Muntah
c. Aliran darah meningkat
d. Ekstremitas gementar
e. Semakin gelisah
f. Usaha mengedan yang involunter
2. Durasi Tahap Kedua
Tahap kedua yang berlangsung lebih dari 2 jam pada kehamilan pertama
dan 1 jam pada kehamilan berikutnya dianggap abnormal dan harus
dilapor
pada
pemberi
jasa
kesehatan.
Factor
lain
yang
harus
Risiko tinggi cedera pada ibu dan janin yang berhubungan dengan :
b.
Resiko tinggi cedera pada ibu yang berhubungan dengan : posisi tungkai ibu
b.
c.
5.
Perawatan Kolaboratif
Perawat menerapkan rencana untuk memantau secara kontiniu peristiwa pada tahap
kedua dan mekanisme persalinan, respon fisiologis dan respon emosi ibu pada tahap
kedua serta respon janin terhadap stres pada tahap kedua
Apabila ibu dipindahkan kedaerah lain untuk melahirkan, perawat berusaha
memindahkannya secara dini untuk menghindari ketergesaan. Kamar bersalin juga
harus dipersiapkan untuk melahirkan.
6.
1)
Pertimbangan prenatal
suplai , instrument, perlengkapan
Berikut adalah saran untuk menyiapkan persalinan. Peralatan yang tersedia dapat
berbeda beda pada setip fasilitas kesehatan, oleh karena itu perlu melihat prokol
petunjuk prosedur dari masing masing fasilitas kesehatan :
a.
alat alat untuk menyikat : sikat untuk menggosok gigi, sikat kuku, bahan
(1) gaun dan sarung tangan steril untuk pemberi jasa kesehatan, selimut dan handuk
steril untuk menyelimuti wanita dan instrument bahan steril lain, ( seperi tabung
suntik, benang jahit, dan larutan anastetik ) disusun diatas meja steril sehingga
dengan mudah dapat digunakan.
(2) wadah dan air steril untuk mencuci tangan selama proses melahirkan disiapkan
untuk digunakan
(3)
bahan untuk membersihkan vulva tersedia (wadah steril, air steril, larutan
pembersih)
(4) daerah persalinan dihangatkan dan bebas penutup
(5) bahan untuk mengidentifikasi bayi tersedia
(6) selimut dan ranjang bayi yang dihangatkan tersedia
c.
berfungsi dengan baik jika diperlukan dalam keadaan darurat, seperti mengontrol
pendarahan ibu, atau mengontrol distress pernapasan bayi.
e.
tersedia
f.
2.
perubahan bentuk uterus dari bentuk cakram menjadi bentuk oval bulat,
vagina (plasenta) penuh pada pemeriksaan vagina atau retum atau membrane
Meskipun pemberi jasa telah selesai mengeluarkan plasenta, perawat terus memantau
tanda tanda penurunan kesadaran atau perubahan pernapasan. Dengan lepasnya
plasenta, ada kemungkinan cairan amnion memasuki sirkulasi ibu jika otot uterus
tidak berkontraksi dengan baik dan cepat. Insiden komplikasi ini memang kecil, tetapi
perawat yang waspada dapat membantu mengenali komplkasi ini dengan segera
serhingga dapat dilakukan penanganan segera.
2.
Reaksi ibu saat melihat bayinya baru lahir dapat berupa tertawa, nangis, berbicara,
bahkan ada yang apatis. Kadang kadang reaksi ibu dapat berupa sikap marah atau
tidak peduli, ibu membuang muka terhadap bayi, atau mungkin berkonsentrasi pada
nyerinya, dan kadang kadang memberi komentar yang kejam. Reaksi yang berbeda
beda ini dapat timbul karena perasaan senang, kelelahan atau kekecewaan yang
mendalam. Apapun reaksinya dan sebab yang menimbulkannya, ibu perlu tetap
diterima, dan didukung oleh staf. Catatan reaksi orang tua terhadap bayi yang baru
lahir dapat ditulis di catatan pemulihan. Bagaimana sikap orang tua, apa yang mereka
lakukan, dan apa yang mereka katakan.
3.
a.
Episiotomi
Episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar mulut vagina. Pendukung
tindakan epiostomi menyatakan bahwa tindakan ini mempunyai manfaat sebagai
berikut :
1)
mencegah robekan perineum. Insisi yang bersih dan dilakukan pada posisi yang
rectum yang terlalu kuat dan berkepanjangan, yang di kemudian hari menyebabkan
inkontinensia urine atau prolaps vagina. Mengurangi lama tahap kedua yang mungkin
penting mengingat keadaan ibu atau keadaan janin
3)
b.
Paling sering dilakukan, episiotomi ini efektif, mudah diperbaiki, dan biasanya nyeri
yang timbul lebih ringan.
2)
Episiotomi mediolateral
Dilakukan pada persalinan dengan tindakan jika ada kemungkinan terjadi perluasan
ke arah posterior.
c.
Laserasi
1)
Laserasi perineum
sampai ke otot.
(b) derajat kedua. Robekan mencapai otot-otot perineum
(c)
Laserasi vagina
Robekan dinding vagina dapat timbul akibat rotasi forsep, penurunan kepala yang
cepat, dan persalinan yang cepat, (wheeler, 1991). Lokasi robekan dan pendarahan
yang cepat dan banyak membuat robekan ini sukar dilihat dan diperbaiki.
3)
Cedera serviks
Laserasi serviks akibat persalinan terjadi pada sudut lateral ostium eksternal,
kebanyakan dangkal dan pendarahan minimal.
Penatalaksaan perawatan
Pengkajian.
Hal yang paling penting adalah keadaan yang dapat menjadi predisposisi pendarahan
pada ibu (seperti persalinan yang cepat, bayi yang besar, grande multipara atau
persalinan dengan induksi), yang merupakan bahaya yang mungkin terjadi pada
persalinan tahap keempat. Selama jam pertama dalam ruang pemulihan, perlu
dilakukan pemeriksaan fisik dengan sering. Semua factor, kecuali suhu tubuh,
diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam. Lingkup dan tujuan pemeriksaan, metode
pengkajian, dan temuan dalam batas normal dibahas dengan singkat.
b.
Karena pendarahan merupakan komplikasi potensial yang signifikan, hal ini dibahas
dengan mendalam. Perawat harus selalu siaga terhadap kemungkinan komplikasi
yang mencakup keadaan hipertensi, infeksi, gangguan endokrin, gangguan
psikososial, dan kehilangan serta kedukaan.
2.
a.
Diagnosa keperawatan
resiko tinggi defisit volume cairan (pendarahan) yang berhubungan dengan atoni
retensi urine yang berhubungan dengan efek persalinan / melahirkan pada sensasi
saluran kemih.
c.
e.
resiko tinggi perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan nyeri atau
keletihan pascapartum atau kekecewaan terhadap jenis kelamin atau penampilan bayi
yang baru lahir.
f.
keluarga baru.
g.
pengalaman
3.
Hasil akhir yang diharapkan dalam persalinan tahap keempat dapat mencakup :
a.
wanita akan memerlukan tidak lebih dari satu pembalut setiap jam
b.
wanita akan berkemih dengan spontan dengan jumlah lebih dari 300 ml dalam
mengungkapkan kekhawatirannya
d.
e.
wanita akan mengatakan bahwa ia tidak merasa nyeri setelah dilakukan tindakan
Perawatan kolaboratif
Selama tahap keempat persalinan, perawat harus mengatur perawatan agar mencakup
observasi tanda-tanda vital, usaha untuk meredakan nyeri, penyuluhan kepada ibu,
dan perawatan bayi.
Selama tahap keempat persalinan, perawat memaafkan setiap kesempatan untuk
mengajar ibu baru. Tanpa memandang jumlah paritas, ibu baru tetap dapat
menperoleh manfaat dari penjelasan mengenai berbagai tindakan perawatan selama
periode pascapartum. Penyuluhan dikaitkan dengan tujuan, pengkajian, temuan
pengkajian, tindakan keperawatan, dan evaluasi perawatan.
5.
Mencegah pendarahan
Syok hipovolemik
Akibat perdarahan dapat terjadi pada tahap keempat persalinan normal. Identifikasi,
diagnosis, dan intervensi yang segera biasanya dapat dengan cepat memulihkan
tekanan darah, nadi, dan tanda-tanda lain. Pemulihan terjadi jika terdapat volume
darah sirkulasi yang memadai untuk tubuh mengompesasi kehilangan darah atau jika
diberikan infus intravena.
Menjaga keamanan
Ibu dibiarkan beristirahat dengan nyaman di tempat tidur. Wanita yang baru saja
melahirkan perlu terus berada di tempat tidur untuk waktu tertentu agar system
tubuhnya dapat beradaptasi kembali terhadap perubahan volume cairan. Perawat yang
merawat wanita akan memutuskan kapan waktu yang tepat untuk ambulasi awal.
Tekanan intraabdomen yang cepat menurun setelah melahirkan mengakibatkan
dilatasi pembuluh darah yang menyuplai usus, yang di kenal sebagai pembekakan
sflangnik, yang menyebabkan darah terkumpul di visira. Hal ini berperan dalam
terjadinya hipotensi ortostatik yang cendrung terjadi jika wanita yang baru saja
melahirkan mengambil posisi berdiri; akibatnya ia akan mengalami pingsan atau
kepalanya terasa ringan. Wanita yang menerima anestesia konduksi (blok epidural)
tetap berada di tempat tidur sampai ia mampu bergerak sepenuhnya dan sensasi di
tungkai nya pulih kembali dan tekanan darah serta nadinya berada dalam batas
normal. Wanita yang menerima analgesia perlu di awasi sampai ia pulih sepenuhnya
dari pengobatan (yaitu, tanda-tanda vital stabil dalam batas normal, dan ia sadar
sepenuhnya).
9.
Mempertahankan kenyamanan.
Perawat dapat memberi rasa nyaman kepada wanita dengan melakukan hal-hal
berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M. 1996. Rencana Asuhan perawatan maternal bayi. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu kebidanan, penyakit kandun gan dan
keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC
Mochtar, R, 1998. sinopsis obstetric, jilid I. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, S. 2002. buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal, Jakarta: Bina Pustaka FKUI
Prawirohardjo, S, 2002. buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal
dan neonatal. Jakarta: Bina Pustaka FKUI
Taber, M.D, 1994, Kedaruratan obstetric dan ginekologi. Jakarta: EGC
www.geogle.com. Ketuban pecah dini