Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

“INTRANATAL CARE (INC)”

A. Definisi Intranatal Care


Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain
dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2014).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Sarwono, 2014).

B. Etiologi Intranatal Care


1. Teori penurunan hormon progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan
kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar
progesterone dan estrogen didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesterone menurun sehingga menimbulkan his.
2. Teori oksitoksin
Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi
otot-otot rahim.
3. Teori plasenta menjadi tua
Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron
yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini akan menimbulkan his.
4. Teori prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan.
5. Pengaruh janin
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada
anencephalus, kehamilan sering lama dari biasanya.
6. Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot–otot
rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
7. Teori iritasi mekanik
Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser dan
ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his (Nugroho, 2013).

Faktor Predisposisi
1. Maternal
a. Ketuban pecah dini
b. Persalinan prematur
c. Distosia
d. Hamil posterm
e. Tidak ada kemajuan dalam persalinan
f. Emboli cairan ketuban
g. Perdarahan
2. Infant
a. Gawat janin
b. Distosia
c. Kelainan posisi janin
d. Janin > 1
e. Prolaps tali pusat (Nurhati, 2014).

C. Bentuk Persalinan
1. Persalinan Spontan: Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri
2. Persalinan Buatan: Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar
3. Persalinan Anjuran: Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari
luar dengan rangsangan Istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat
janin yang dilahirkan:
a. Abortus
1. Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu
2. Hidup diluar kandungan
3. Umur hamil sebelum 28 minggu
4. Berat janin kurang dari 1000 gram

b. Persalinan prematuritas
Persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu Berat janin kurang
dari 2.449 gram.
c. Persalinan Aterm
1. Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu
2. Berat janin diatas 2500 gram
d. Persalinan Serotinus
1. Persalinan melampaui umur 42 minggu
2. Pada janin terdapat tanda postmaturitas
e. Persalinan Presipitatus: Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam
(Nugroho 2013).

D. Patofisiologi / Pathways
Proses terjadinya persalinan karena adanya kontraksi uterus yang dapat
menyebabkan nyeri.hal ini dipengaruhi oleh adanya keregangan otot rahim, penurunan
progesteron, peningkatan oxytoksin, peningkatan prostaglandin, dan tekanan kepala bayi.
Dengan adanya kontraksi maka terjadi pemendekan SAR dan penipisan SBR. Penipisan
SBR menyebabkan pembukaan servik.
Penurunan kepala bayi yang terdiri dari beberapa tahap antara lain enggament,
descent, fleksi, fleksi maksimal, rotasi internal, ekstensi, ekspulsi kepala janin, rotasi
eksterna. Semakin menurunnya kepala bayi menimbulkan rasa mengejan sehingga terjadi
ekspulsi. Ekspulsi dapat menyebabkan terjadinya robekan jalan lahir akibatnya akan
terasa nyeri. Setelah bayi lahir kontraksi rahim akan berhenti 5-10 menit, kemudian akan
berkontraksi lagi. Kontraksi akan mengurangi area plasenta, rahim bertambah kecil,
dinding menebal yang menyebabkan plasenta terlepas secara bertahap. Dari berbagai
implantasi plasenta antara lain mengeluarkan lochea, lochea dan robekan jalan lahir
sebagai tempat invasi bakteri secara asending yang dapat menyebabkan terjadi risiko
tinggi infeksi. Dengan pelepasan plasenta maka produksi estrogen dan progesteron akan
mengalami penurunan, sehingga hormon prolaktin aktif dan produksi laktasi dimulai.
Proses persalinan terdiri dari 4 kala yaitu:
1. Kala I: waktu pembukaan serviks samapi menjadi pembukaan lengkap 10 cm.
2. Kala II: dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir
3. Kala III: dari bayi lahir sampai keluarnya plasenta
4. Kala IV: keluarnya plasenta sampai 2 jam post Partum (Nugroho, 2013).
WOC

Kehamilan (37 – 42 mg)

Tanda inpartus

Proses persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Esterogen & Kepala bayi turun Kontraksi Kontraksi uterus progesteron


jelek

Oksitosin Rasa ingin mengejan Rahim kecil, tebal Atonia uteri

Ketegangan otot Ekspulsi Plasenta lepas Robek jalan


rahim lahir
Resiko Perdarahan
E. Proses Persalinan
1. Kala 1
Fase ini disebut juga kala pembukaan. Pada tahap ini terjadi pematangan dan
pembukaan mulut rahim hingga cukup untuk jalan keluar janin. Pada kala 1 terdapat
dua fase yaitu :
a. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm, berlangsung sekitar delapan jam.
b. Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm), berlangsung sekitar enam
jam.
Pada tahap ini ibu akan merasakan kontraksi yang terjadi tiap 10 menit selama
20-30 detik. Frekuensi kontraksi makin meningkat hingga 2-4 kali tiap 10 menit,
dengan durasi 60-90 detik. Kontraksi terjadi bersamaan dengan keluarnya darah,
lendir, serta pecah ketuban secara spontan. Cairan ketuban yang keluar sebelum
pembukaan 5 cm kerap dikatakan sebagai ketuban pecah dini.
2. Kala II
Pada fase ini janin mulai keluar dari dalam kandungan yang membutuhkan
waktu sekitar dua jam. Fase dimulai saat serviks sudah membuka selebar 10cm
hingga bayi lahir lengkap. Pada kala 2, ketuban sudah pecah atau baru pecah spontan,
dengan kontraksi yang lebih sering terjadi yaitu 3-4 kali tiap 10 menit.
Refleks mengejan juga terjadi akibat rangsangan dari bagian terbawah janin
yang menekan anus dan rektum. Tambahan tenaga mengejan dan kontraksi otot-otot
dinding abdomen serta diafragma, membantu ibu mengeluarkan bayi dari dalam
rahim.
3. Kala III
Tahap ini disebut juga kala uri, yaitu saat plasenta ikut keluar dari dalam rahim.
Fase ini dimulai saat bayi lahir lengkap dan diakhiri keluarnya plasenta. Pada tahap
ini biasanya kontraksi bertambah kuat, namun frekuensi dan aktivitas rahim terus
menurun. Plasenta bisa lepas spontan atau tetap menempel dan membutuhkan
bantuan tambahan.
4. Kala IV
Tahap ini merupakan masa satu jam usai persalinan yang bertujuan untuk
mengobservasi persalinan. Pada tahap ini plasenta telah berhasil dikeluarkan dan
tidak boleh ada pendarahan dari vagina atau organ. Luka-luka pada tubuh ibu harus
dirawat dengan baik dan tidak boleh ada gumpalan darah.
F. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala peringatan akan meningkatnya kesiagaan seorang wanita mendekati
persalinan. Wanita tersebut mungkin mengalami semua, sebagian atau bahkan tidak sama
sekali tanda gejala yang ada dibawah:
1. Lightening: Ligtening yang mulai dirasakan kira –kira dua minggu sebelum persalinan,
adalah penurunan bagian presentasi bayi kedalam pelvis minor. Pada presentasi
sevalik, kepala bayi biasanya engaged setelah lightening. Saat itu, sesak nafas yang
dirasakan oleh ibu opada trimester 3 berkurang, karena kondisi ini akan menciptakan
ruang baru abdomen atas untuk ekspansi paru. Sebaliknya ibu akan merasa menjadi
sering berkemih, perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh,
kram pada tungkai, dan peningkatan statis pada vena.
2. Perubahan Servik: Mendekati persalinan serviks semakin matang. Konsistensi servik
menjadi seperti pudding dan terjadi sedikit penipisan.
3. Ketuban pecah Dini: Pada kondisi normal, ketuban pecah pada akhir kala satu
persalinan. KPD dialami oleh 80% wanita hamil dan mengalami persalinan spontan
dalam 24 jam.
4. Persalinan Palsu: Persalinan palsu tediri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang
memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu
sebenarnya terjadi karena kontraksi Braxton Hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi
sejak 6 minggu kehamilan.
5. Bloody show: Plak lendir disekresi serviks sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir
serviks pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar pelindung dan penutup jalan lahir
selama kehamilan. Plak lender inilah yang dinamakan blody show.
6. Lonjakan energi: Wanita hamil mengalami lonjakan energi 24 sampai 48 jam sebelum
terjadinya persalinan. Ia akan merasa bersemangat, setelah beberapa minggu dan hari
merasa letih secara fisik dan kelelahan akibat kehamilan.
7. Gangguan saluran cerna: Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan
mencerna, mual muntah, diduga hal-hal tersebut merupakan gejala menjelang
persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk hal ini (Nugroho, 2013)

G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan urine protein (Albumin)
b. Untuk mengetahui adanya risiko pada keadaan preeklamsi maupun adanya
gangguan pada ginjal dilakukan pada trimester II dan III.
c. Pemeriksaan urin gula
d. Pemeriksaan darah
2. Ultrasonografi (USG): Alat yang menggunakan gelombang ultrasound untuk
mendapatkan gambaran dari janin, plasenta dan uterus.
3. Stetoskop Monokuler: Mendengar denyut jantung janin, daerah yang paling jelas
terdengar DJJ, daerah tersebut disebut fungtum maksimum.
4. Memakai alat Kardiotokografi (KTG): Kardiotokografi adalah gelombang ultrasound
untuk mendeteksi frekuensi jantung janin dan tokodynomometer untuk mendeteksi
kontraksi uterus kemudian keduanya direkam pada kertas yang sama sehingga terlihat
gambaran keadaan jantung janin dan kontraksi uterus pada saat yang sama (Nugroho,
2013).

H. Penatalaksanaan
1. Kala I
a. Mengukur TTV
b. Auskultasi DJJ
c. Memperhatikan kontraksi uterus, dilatasi uterus, penurunan presentasi terendah
dan kemajuan persalinan serta perineum
2. Kala I
Mengajari ibu untuk mengejan.
3. Kala III
a. Pengawasan terhadap perdarahan
b. Memperhatikan tanda plasenta lepas
4. Kala IV
a. Pemeriksaan fisik, observasi TTV dan KU
b. Kontraksi rahim
c. Letakkan bayi yang telah dibersihkan disebelah ibu

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien: Nama , jenis kelamin, suku/budaya, agama, tingkat pendidikan, dll.
2. Riwayat Obstetri
a. Riwayat kehamlan,persalinan dan nifas yang lalu
b. Riwayat kehamilan sekarang, meliputi: keadaan waktu hamil keluhan yang di rasakan
selama hamil, imunisasi dan pemeriksaan selama, kehamilan (ANC), hamil ke berapa
c. Riwayat Ginekologi
1. Riwayat menstruasi:1.Menarche 2.Siklus haid 3.Lama haid 4.banyak haid
5.dismenorhoe.. 6. HPHT 7. HPL
2. Riwayat pernikahan :1.Usia pernikahan suami-istri 2.Pernikahan
3. Riwayat KB:1.Apakah klien mengikuti program KB/tidak, Jenis KB yang di
gunakan
d. Riwayat Kesehatan Keluarga: Apakah dalam keluarga terdapat penyakit
keturunan,ataupun penyakit menular.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan atau keadaan umum
b. Tingkat kesadaran:umumnya sadar penuh
c. Tanda-tanda vital
d. Kepala: warna rambut, kebersihan, keluhan nyeri atau tidak, lesi ada atau tidak, edema
ada atau tidak
e. Mata: fungsi penglihatan, tanda-tanda anemis ada atau tidak, warna kornea, sklera
ikterik atau tidak
f. Hidung: fungsi penciuman, adanya nyeri tekan ada atau tidak, kesimetrisan, kebersihan,
kesimetrisan, kebersihan
4. Pengkajian
1. Kala I
a. Memeriksa tanda-tanda vital.
b. Mengkaji kontraksi tekanan uterus dilatasi serviks dan penurunan karakteristitik yang
mengambarkan kontraksi uterus: frekuensi, internal, intensitas, durasi, tonus.
c. Penipisan serviks, evasemen mendahului dilatasi serviks pada kehamilan pertama dan
sering diikuti pembukaan dalam kehamilan berikutnya.
d. Pembukaan serviks adalah sebagian besar tanda-tanda yang menentukan bahwa
kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan kemajuan persalinan.
e. Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah fetus, letrak janin,
penurunan janin.
f. Pemeriksaan Vagina: membran, serviks, foetus, station.
g. Tes diagnostik dan laboratorium: Specimen urin, tes darah, ruptur membran, cairan
amnion (warna, karakter dan jumlah).
2. Kala II
a. Tanda yang menyertai kala II: Keringat terlihat tiba-tiba diatas bibir, adanya mual,
bertambahnya perdarahan, gerakan ekstremitas, pembukaan serviks, his lebih kuat dan
sering, ibu merasakan tekanan pada rektum, merasa ingin BAB, ketuban +/-, perineum
menonjol, anus dan vulva membuka, gelisah mengatakan saya ingin BA, pada waktu
his kepala janin tampak di vulva.
b. Melakukan monitoring terhadap: His (frekuensi, kekuatan, jarak, intensitas), keadaan
janin (penurunan janin melalui vagina), kandung kemih penuh/tidak, nadi dan tekanan
darah.
c. Durasi kala II → kemajuan pada kala II : Primigravida berlangsung 45– 60 menit ,
multipara berlangsung 15 – 30 menit.
3. Kala III
a. Pelepasan plasenta ditandai oleh tanda-tanda berikut:
1. Adanya kontraksi vunds yang kuat
2. Perubahan pada bentuk uterus dari bentuk lonjong ke bentuk bulat pipih
sehingga plasenta bergerak kebagian bawah
3. Keluarnya darah hitam dari introuterus
4. Terjadinya perpanjangan taliu pusat sebagai akibat plasenta akan keluar.
5. Penuhnya vagina (plasenta diketahui pada pemeriksaan vagina atau
rektal , atau membran poetus terlihat pada introitus).
b. Status Fisik mental
Perubahan secara Psikologi setelah melahirkan akan dijumpai, curah
jantung meningkat dengan cepat pada saat sirkulasi maternal ke plasenta
berhenti.didapatkan melalui pemeriksaan: Suhu, nadi, dan pernafasan,
pemeriksaan terhadap perdarahan (warna darah dan jumlah darah)
c. Tanda-tanda masalah potensial: Saat praktisi keperawatan primer
mengeluarkan plasenta perawat mengobservasi tanda-tanda dari ibu,
perubahan tingkat kesadaran atau perubahan pernafasan
4. Kala IV
a. Tanda tanada vital: Vital sign dapat memberikan data dasar untuk diagnosa
potensial,komplikasi seperti perdarahan dan hipertermia. Pada kala IV observasi vital
sign sangat penting untuk mengetahui perubahan setelah melahirkan seperti : pulse
biasanya stabil sebelum bersalin selama 1 jam pertama dan mengalami perubahan
setelah terjadi persalinan yaitu dari cardiovaskuler.
b. Kandung kemih: Dengan observasi dan palpasi kandung kemih. Jika kandung kemih
menengang akan mencapai ketinggian suprapubik dan redup pada perkusi. Kateterisasi
mungkin diperlukan mencegah peregangan kandung kemih dan retensi kandung
kencing jika klien tidak bisa kencing.
c. Lochea: Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum ibu dan kain
dibawah bokong ibu. Jumlah dan ukuran gumpalan darah jika dilihat dicatat hasil dan
bekuannya.
d. Perinium: Perawat menanyakan kepada ibu atau menganjurkan untuk mengiring dan
melenturkan kembali otot otot panggul atas dan dengan perlahan-lahan mengangkat
bokong untuk melihat perineum.
e. Temperatur: Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan sesuaikan dengan
keadaan temperatur ruangan. Temperatur biasanya dalam batas normal selama rentang
waktu satu jam pertama,kenaikan pada periode ini mungkin berhubungan dengan
dehidrasi atau kelelahan.
f. Kenyamanan: Kenyamannan ibu dikaji dan jenis analgetik yang didapatkan selama
persalinan akan berpengaruh terhadap persepsi ketidaknyamanannya.
g. Tanda-tanda potensial masalah: Karena pendarahan dapat menyebabkan potensial
masalah komplikasi,perawat harus waspada adanya potensial komplikasi (Nurarif,
2015).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi Aktivitas
2. Nyeri akut
3. Resiko infeksi

C. Intervensi Keperawatan
DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
Resiko Infeksi Tingkat infeksi Pencegahan infeksi, tindakan
Berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi Observasi
Ketuban pecah lama selama . . . . . maka tanda-  Monitor tanda dan gejala
tanda infeksi tidak terlihat infeksi local dan sistemik
dengan kriteria hasil:
 Demam berkurang Teraupeutik
 Kemerahan berkurang  Batasi jumlah pengunjung
 Nyeri berkurang  Berikan perawatan kulit pada
 Kadar sel darah putih area edema
normal  Cuci tangan sebelum dan
 Nafsu makan meningkat sesudah kontak dengan pasien
 Kebersihan tangan  Pertahankan teknik aseptic
meningkat pada pasien resiko tinggi
 Latergi berkurang
Edukasi

 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara memeriksa
konsisi luka atau luka operasi
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
 terhadap penyakit namun saat
inibtidak dijadwalkan
pemerintah

Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri, tindakan


Agenpencederan Setelah dilakukan intervensi Observasi
fisiologis (mis: selama . . . . . maka tingkat  Identifikasi lokasi,
infalamasi, iskemia, nyeri berkurang, dengan karakteristik, durasi,
neoplasma) kriteria hasil: frekuensi, intensitas nyeri
 Keluhan yeri menurun  Identifikasi skala nyeri
 Meringis menurun  Monitor efeksamping
 Ketegangan otot menurun penggunaan analgesic
 Pupil dilatasi menurun
 Mual menurun Teraupeutik
 Frekuensi nadi membaik  Berikan teknik
 Pola nafas membaik nonfarmakologis untuk
 Tekanan darah membaik menurangi nyeri
 Proses berfikir membaik  Control lingkungan yang
 Fungsi berkemih membaik memperberat rasa nyeri
 Pola tidur membaik
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgesic, jika perlu

Intoleransi aktivitas Intoleransi aktivitas Manajemen energi, tindakan


Berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi Observasi
kelemahan selama . . . . . maka toleransi  Identifikasi gangguan fungsi
aktivitas meningkat, dengan tubuh yang menyebabkan
kriteria hasil: kelelahan
 frekuensi nadi meningkat  Monitor kelelahan fisik dan
 saturasi oksigen meningkat emosional
 jarak berjalan meningkat  Monitor pola dan jam tidur
 kekuaan tubuh bagian atas
dan bawah meningkat Teraupeutik
 toleransi dalam meniki  Sediakan lingkungan yang
tangga meningkat nyaman dan rendah stimulus
 keluhan lelah menurun (mis.cahaya, suara dan
 dyspnea saat beraktivitas kunjungan)
 Berikan aktivitas distraksi
menurun yang menenangkan
 dyspnea saat setelah  Fasilitasi duduk disisi tempat
aktivitas menurun tidur, jika tidak dapat
 TD membaik berpindah atau berjalan
 Frekuensi nafas membaik
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
 Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berukang
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

DAFTAR PUSTAKA

Manuaba. 2014. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.
Nuratif, A.H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc.
Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Meidcation Jogja.
Nurhati, Ummi. 2013. Buku Pintar Kehamilan Lengkap 9 Bulan Yang Menakjubkan. Jakarta :
Garamond
Nugroho, Taufan. 2013. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika
Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. 2012. Asuhan Kebidanan II Persalinan Edisi Revisi. Jakarta: Buku Kesehatan
Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka.
Tim Pokja SDKI DPP PPN. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2017), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), edisi 1, Jakarta:
PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2017), Standart Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), edisi 1,
Jakarta: PPNI

Anda mungkin juga menyukai