Anda di halaman 1dari 13

KEPERAWATAN DEWASA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA


GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN: KANKER PARU

DOSEN PENGAMPU

NAMA KELOMPOK 4:

Erma Wahyu Astuti


Florence
Lili Susilawati
Ninda Maudina
Rizal
Rusnah
Siti Suryati

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM

PONTIANAK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok kami
untuk mata kuliah keperawatan dewasa “ Asuhan Keperawatan pada gangguan system
pernafas : kanker paru”

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada NS. NURPRATIWI., M. Kep sebagai dosen
pengampu mata kuliah KEPERAWATAN DEWASA yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kelompok menyadari bahwa dalam Pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Pontianak, 13 September 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa kanker paru-paru
adalah salah satu jenis kanker yang paling sering menyerang laki-laki di Indonesia.
Berdasarkan data Globocan atau International Agency for Research on Cancer (IARC)
tahun 2012, di Indonesia terdapat 25.322 kasus kanker paru-paru pada pria dan 9.374
kasus pada wanita. Hasil penelitian di 100 rumah sakit di Jakarta menunjukkan bahwa
kanker paru merupakan kasus kanker terbanyak pada laki-laki dan nomor empat
terbanyak pada wanita. Angka kejadian kanker paru cukup rendah pada usia di bawah
40 tahun dan semakin meningkat hingga usia 70 tahun (sholastica, 2019)

Kanker paru merupakan penyakit yang perlu pengobatan dan tindakan yang cepat dan
terarah. Pemeriksaannya pun membutuhkan keterampilan dan sarana yang tidak
sederhana. Dalam pengobatannya, kanker paru merupakan penyakit yang
membutuhkan pendekatan multidisiplin. Pengobatan atau penatalaksanaan penyakit
ini sangat bergantung pada diagnosis dini kanker. Penemuan kanker paru pada
stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu
yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik
dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Dalam
beberapa kasusm penderita kanker paru membutuhkan penanganan sesegera mungkin
meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan (sholastica, 2019)

Penyakit yang berkembang saat ini salah satunya adalah kanker paru-paru. Prevalensi
kasus kematian akibat penyakit kanker paru-paru di Indonesia meningkat hingga 8,8
persen atau 34.783 kasus baru termasuk mortalitas yang disebabkan oleh jenis kanker
paru (Globocan, 2020). Kanker paru-paru adalah semua penyakit keganasan di paru-
paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru-paru itu sendiri (primer) atau tumor
ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus). Kanker paruparu menjadi
penyebab sekitar 11 persen atau 2.206.771 kasus baru kanker dan kematian akibat
kanker nomor satu di dunia dan di Indonesia (Sains Kes. 2023).
B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Karsinoma bronkogenik atau kanker paru adalah tumor maligna yang timbul dari
epitelium bronkial. Kemungkinan survive bagi klien yang menderita penyakit ini
sangat
rendah, karena kanker bisa menyebar ke limfatik regional ketika terdiagnosis. Empat
sel utama dari kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma
sel kecil (sel oat), adenokarsinoma dan karsinoma sel besar. Banyak tumor yang
mengandung lebih dari satu tipe sel, pendekatan pengobatan dilakukan berdasarkan
tipe selnya. Tahapan penyebaran tumor mengacu pada luasnya tumor berdasarkan
anatomi, penyebaran pada nodus limfe regional, dan metastasis ke organ lain.
Prognosis lebih baik pada karsinoma epidermoid dan adenokarsinoma (sholastica,
2019)
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis
tumor di paru). Dalam pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker
paru ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus
atau karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma). Menurut konsep masa kini kanker
adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker apabila oleh
berbagai sebab terjadi ketidakseimbangan antara fungsi onkogen dengan gen tumor
supresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel (sholastica, 2019).
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang
berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan
kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma
bronkus/bronchogenic carcinoma) (Kemenkes RI, 2017).
Kanker paru adalah keganasan yang berasal dari luar paru maupun yang berasal dari
paru sendiri (primer), dimana kelainan dapat disebabkan oleh kumpulan perubahan
genetika pada sel epitel saluran nafas yang dapat mengakibatkan proliferasi sel yang
tidak dapat dikendalikan. (Purba & Wibisono, 2015),
B. Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang
bersifat karsinogenik merupakan faktor resiko utama. Rokok adalah penyebab terbesar
kanker paru-paru, baik pada perokok aktif maupun pada orang yang terpapar asap rokok.
Namun, kanker paru-paru juga terjadi pada orang yang tidak pernah merokok dan pada
mereka yang tidak pernah terkena asap rokok berkepanjangan. Dalam kasus ini, tidak ada
penyebab kanker paru yang jelas. 202 Merokok menyebabkan kanker paru-paru dengan
merusak sel-sel yang melapisi paruparu. Saat seseorang menghirup asap rokok yang bersifat
karsinogenik, akan terjadi perubahan struktur sel pada paru-paru dan jalan napas. Pada
awalnya, tubuh mungkin dapat memperbaiki kerusakan ini. Akan tetapi, dengan paparan
berulang, sel-sel normal yang melapisi paru-paru semakin rusak. Seiring waktu, kerusakan
menyebabkan sel melakukan metaplasia dan akhirnya menimbulkan kanker.
a. Perokok aktif dan pasif Sekitar 80-90 persen kasus kanker paru-paru disebabkan oleh
kebiasaan merokok. Maka para perokok aktif menjadi kelompok yang paling
berisiko. Rokok mengandung 60 zat beracun yang dapat memicu perkembangan
kanker. Pada awalnya, kerusakan yang terjadi pada paru-paru masih dapat diperbaiki
oleh tubuh. Pengulangan dan keberlanjutan dari merokok menyebabkan kerusakan
pada jaringan paru-paru terus bertambah. Kerusakan inilah yang mengakibatkan sel-
sel bereaksi secara tidak normal hingga akhirnya muncul sel kanker. Tingginya angka
merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker paru sebagai salah satu masalah
kesehatan di Indonesia, seperti masalah keganasan lainnya. Sementara itu, perokok
pasif adalah orang yang terkena pajanan asap rokok tapi tidak merokok secara
langsung. Meski tidak merokok secara langsung, perokok pasif tetap berisiko terkena
kanker paru-paru. Risiko perokok pasif terkena kanker paru-paru meningkat
setidaknya 20 persen dibandingkan orang yang tidak terkena pajanan asap
rokok(scholastica,2019).
b. Polusi Udara Salah satu penyebab kanker paru-paru adalah polusi udara. Risiko
terkena kanker paru-paru akan meningkat jika kita terkena pajanan polusi udara
contohnya dari asap kendaraan atau asap pabrik. Sekitar satu dari 100 kematian
karena kanker paru-paru diakibatkan oleh tingkat polusi yang tinggi. Menghirup asap
pembuangan dari kendaraan maupun pabrik bisa memiliki dampak yang sama seperti
merokok pasif(scholastica,2019).
c. Pajanan di Tempat Kerja Beberapa pekerjaan kemungkinan berhubungan dengan
meningkatnya risiko terkena kanker paru-paru. Pegawai yang terkena pajanan
beberapa senyawa kimia yang bersifat karsinogenik, seperti asbes, nikel, batu bara,
silika, dan arsenik memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita kanker paru-paru
(scholastica,2019).
d. Pajanan Radiasi Radon adalah gas radioaktif yang muncul secara alami, dan
merupakan bagian dari udara yang kita hirup. Radon berasal dari batuan dan tanah
dalam jumlah yang sangat kecil. Gas radon ini bisa berpindah tempat melalui tanah.
Gas ini akan masuk ke dalam rumah melalui celah-celah fondasi, pipa, saluran air
atau lubang terbuka lainnya. Gas ini bisa diuji dengan alat pengujian sederhana,
karena gas radon bersifat tidak kasat mata dan tidak berbau. Jika dihirup, gas radon
dapat merusak paru-paru, terutama bagi seorang perokok(scholastica,2019).

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis kanker paru tidak khas tetapi batuk,
sesak napas, atau nyeri dada (gejal respirasi) yang sering
muncul paling lama atau tidak kunjung sembuh dengan
pengobatan biasa pada kelompok risiko sehingga perlu
dilakukan tindakan lanjut untuk prosedur diagnosis
kanker paru. Gejala yang berkaitan dengan pertumbuhan
tumor secara langsung seperti batuk, hemoptysis, nyeri
dada dan sesak napas/stridor. Batuk merupakan gejala
yang sering timbul sekitar 60-70% papa penyakit kanker
paru (M. Farhan Irhamsyah H. Tahir, 2022).
Keluhan yang didapatkan pada penyakit kanker paru adalah suara serak yang
menandakan telah terjadi kelumpuhan saraf atau gangguan pada pita suara. Gejala
yang ditemukan ini kadang menyertai penurunan berat badan dalam waktu yang
singkat, nafsu makan menurun, dan demam hilang timbul. Bisa sampai mengalami
KANKER PARU-PARU 11 gangguan pada sistem neurologis seperti sakit kepala,
lemah/parese. Hal ini sering terjadi jika telah terjadi penyebaran ke otak atau tulang
belakang. Nyeri tulang belakang sering menjadi gejala awal pada kanker paru yang
telah menyebar ke bagian tulang. Terdapat juga gejala lain seperti gejala
paraneoplastik yang mengalami nyeri dibagian musculoskeletal, hematologi,
vaskuler, dan neurologi. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, maka tanda yang
dapat ditemukan pada kanker paru dapat bervariasi tergantung pada letak, besar
tumor, dan penyebarannya. gejala lain yang ditemukan ketika dilakukan pemeriksaan
fisik adalah benjolan pada leher, ketiak atau dinding dada, tanda pembesaran pada
hepar atau tanda asites, dan nyeri ketok di tulang (Wakelee et al., 2015).

D. Komplikasi
a. Komplikasi Komplikasi potensial kanker paru adalah sindrom vena kava
superior, obstruksi sebagian atau menyeluruh vena kava superior. Komplikasi
ini terjadi ketika tumor melibatkan mediastinum superior atau nodus limfe
mediastinal. Aliran vena yang mengalami obstruksi dari kepala dan leher
menghasilkan gejala sindrom vena kava superior seperti edema pada leher
dan wajah, sakit kepala, pusing, gangguan penglihatan, dan sinkope). Kanker
paru dapat juga menghasilkan faktor prokoagulasi, meningkatnya risiko
thrombosis vena, mengalami emboli paru, dan mengalami endocarditis
trombotik. Komplikasi kanker paru juga mengalami gejala neuromuscular
seperti kelemahan otot, dan keletihan ekstremitas akan menjadi indikasi
pertama penyakit kanker paru (Komite Penanggulangan Kanker Nasional,
2015). Beberapa komplikasi kanker paru berikut ini yang perlu diperhatikan
dan harus di waspadai seperti nyeri pada tulang rusuk atau otot dada, efusi
pleura yang terjadi penumpukan cairan di sekitar paru-paru (nyeri pada saat
bernafas, batuk, demam, dan sesak napas), pneumonia, hemoptisis (batuk
berdarah) akibat pendarahan si saluran udara, neuropati yang memiliki
gejala seperti mati rasa dan kelemahan, komplikasi jantung ini tumor akan
KANKER PARU-PARU 12 tumbuh di dekat jantung bisa menekan atau
menyumbat pembuluh darah dan arteri sehinga memicu pembengkakan di
bagian atas tubuh seperti dada, leher, dan wajah (Yuliana Rifai, 2020).

a) Status asmatikus : suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut
yang berat bersifat refractor terhadap pengobatan yang lazim dipakai
b) Ateletaksis : ketidakmampuan paru berkembang dan mengempis
c) Hipoksemia
d) Pneumothoraks
e) Emfisema
f) Deformitas Thoraks
g) Gagal nafas

E. Patofisiologi
Kanker paru bisa terjadi karena adanya kerusakan
jaringan sel epitel bronkial yang bermutasi di setiap waktu
menjadi neoplastik. Sel epitel bronkial yang abnomalitas
genetik pada umumnya akan terlihat seperti pada
kromosom 3 dengan kehilangan materi genetik. Gangguan
pada gen tersebut akibat penekanan tumor dapat terlihat
juga pada beberapa jenis kanker paru. Radon yang
terbentuk seperti radium, beberapa elemen yang terdapat
pada kulit bumi hancur. Radon yang timbul cenderung
terdapat pada ruang tertutup ketika sirkulasi udara
sangat buruk (Komite Penanggulangan Kanker Nasional,
2015). Kanker paru dimulai dari aktivitas onkogen dan inaktivasi
gen supresor tumor. Onkogen merupakan gen yang
membantu sel-sel tumbuh dan membelah, serta diyakini
sebagai salah satu penyebab kanker paru. Proto-onkogen
akan berubah menjadi onkogen jika terpapar karsinogen
yang spesifik. Sedangkan inaktivasi gen supresor tumor
disebabkan oleh rusaknya kromosom sehingga
menghilangkan keberagaman heterezigot. Zat karsinogen
merupakan zat yang dapat merusak jaringan tubuh
apabila mengenai sel neuroendokrin yang menyebabkan
proses pembentukan Small Cell Lung Cancer dan apabila mengenai sel epitel
maka akan menyebabkan proses
pembentukan Non Small Cell Lung Cancer (Wakelee et al.,
2015).
[20.12, 13/9/2023] +62 858-2801-3100: anker paru dimulai dari aktivitas
onkogen dan inaktivasi
gen supresor tumor. Onkogen merupakan gen yang
membantu sel-sel tumbuh dan membelah, serta diyakini
sebagai salah satu penyebab kanker paru. Proto-onkogen
akan berubah menjadi onkogen jika terpapar karsinogen
yang spesifik. Sedangkan inaktivasi gen supresor tumor
disebabkan oleh rusaknya kromosom sehingga
menghilangkan keberagaman heterezigot. Zat karsinogen
merupakan zat yang dapat merusak jaringan tubuh
apabila mengenai sel neuroendokrin yang menyebabkan
proses pembentukan Small Cell Lung Cancer dan apabila mengenai sel epitel
maka akan menyebabkan proses
pembentukan Non Small Cell Lung Cancer (Wakelee et al.,2015)
g. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan sputum Pemeriksaan untuk melihat adanya:
(1) Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degarnulasi dari Kristal
eosinophil
(2) Spiral currhman, yakni merupakan cast cell(sel cetakan dari bronkus)
(3) Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
(4) Netrofil dan eosinofil yang terdapat pada sputum , umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang mucus plug
2) Pemeriksaan darah
(a) Analisa Gas Darah (AGD) pada umumnya normal akan tetapi dapat terjadi
hipoksemia, hipercapnia, atau sianosis.
(b) Kadang pada darah terdapat peningkatan SGOT dan LDH
(c) Hiponatremia dan kadar leukosit kadang di atas 15.000/mmm3 yang
memandakan adanya infeksi.
(d) Pemeriksaan alergi menunjukan peningkatan Ig E pada waktu serangan
dan menurun pada saat bebas serangan asma.

h. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Radiologi Pada waktu serangan menunjukan hiperinflasi paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang
menurun. Pada penderita dengan komplikasi terdapat gambaran sebagai berikut:
(1) Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak bercak di hilus akan bertambah
(2) Bila ada emfisema (COPD), gambaran raduolusen semakin bertambah
(3) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltase paru
(4) Dapat ,menimbulkan gambaran atelektasis paru
(5) Bila terjadi pneumonia gambarannya adalah radiolusen pada paru.
b) Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari factor allergen yang dapat bereaksi positif
pada asma
c) Elektrokardiografi
(1) Terjadi right axis deviation
(2) Adanya hipertropo otot jantung Right bundle branch
(3) Adanya tanda hipoksemia yaitu sinus takikardi,SVES, VES atau terjadi depresi
segmen ST negative
d) Scanning paru Melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan
asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
e) Spirometri Menunjukan adanya obstruksi jalan nafas revesible, cara tepat diagnosis asma
adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan sprirometri dilakukan
sebelum atau sesudah pemberian aerosol bronchodilator (inhaler dan nebulizer),
peningkatan FEV1 atau FCV sebanyak lebih dari 20% menunjukan diagnosis asma. Tidak
adanya respon aerosol bronchodilator lebih 20%. Pemeriksaan ini berfungsi untuk
memegakan diagnosis keperawatan , menilai berat obstruksi dan efek pengobatan banyak
penderita tanpa keluhan pada pemeriksaan ini menunjukan adanya obstruksi.

Anda mungkin juga menyukai