Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

ONKOLOGI
(KANKER PARU)

Dosen Pengampu :

Rosikhah Al-Maris, S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh :

Nama : Rani Septriana

Nim :1119077

Prodi : S1 Keperawatan

STIKES AL ISLAM YOGYAKARTA

S1 KEPERAWATAN 2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya saya
bisa menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Anak dengan membahas “Onkologi
(Kanker Paru)."
Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan bagi
pembaca. Dan apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan kiranya
pembaca dapat memakluminya. Akhir kata dengan kerendahan hati, kritik, dan saran
sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Sekian dan terima kasih.

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i

KATA PENGANTAR ...................................................................................ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................iii

BAB I PEDAHULUAN .................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1

1.2 Tujuan ........................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................3

2.1 Pengertian Kanker Paru .............................................................................


2.2 Etiologi dan Faktor Resiko Kanker Paru....................................................
2.3 Patofisiologi Kanker Paru ..........................................................................
2.4 Manifestasi Klinik Kanker Paru ................................................................
2.5 Tatalaksana Kanker Paru ...........................................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang Kanker Paru ........................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .........................................................

3.1 Pengkajian ..................................................................................................

3.2 Analisa Data ...............................................................................................

3.3 Diagnosis keperawatan ..............................................................................

3.4 Intervensi Keperawatan .............................................................................

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan.................................................................................................

4.2 Saran ..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang
berasal dari paru sendiri (Kemenkes RI, 2018). Prevalensi kanker di indonesia pada
tahun 2018 adalah 1,8 pada setiap 1000 orang, jumlah ini meningkat dibandingakan
pada tahun 2013 sebanyak 1,4 setiap 1000 orang (Risekesdas, 2018). Hasil
penelitian berbasis rumah sakit dari 100 RS di Jakarta, kanker paru merupakan
kasus terbanyak pada laki-laki dan nomor 4 terbanyak pada perempuan tapi
merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki dan perempuan (Kemenkes RI,
2018). Penelitian diatas menunjukan bahwa kanker paru merupakan penyebab
kematian utama dari semua jenis kanker di Indonesia.

Faktor risiko terjadinya kanker adalah perilaku merokok, paparan radiasi, pajanan
karsinogenik dan riwayat keluarga dengan kanker (Smeltzer, Bare, Hinkle, &
Cheever, 2009). Pada klien berisiko tinggi, dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik
yang mendukung kecurigaan adanya keganasan pada paru-paru, dapat dilakukan
pemeriksaan low-dose CT scan untuk skrining kanker paru setiap tahun, selama 3
tahun. Pemeriksaan ini dapat mengurangi mortalitas akibat kanker paru hingga 20%
(Kemenkes RI, 2018). Kanker paru ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan patologi anatomi.

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui Pengertian Kanker Paru
b. Untuk mengetahui Etiologi dan Faktor Resiko Kanker Paru
c. Untuk mengetahui Patofisiologi Kanker Paru
d. Untuk mengetahui Manifestasi Klinik Kanker Paru
e. Untuk mengetahui Tatalaksana Kanker Paru
f. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Kanker Paru

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
Kanker paru merupakan suatu transformasi ganas dan ekspansi dari jaringan paru,
dan merupakan kanker paling mematikan dari seluruh kanker didunia. Kanker paru
adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari
paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker paru
primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus =
bronchogenic carcinoma).

2.2. Etiologi dan Faktor Resiko


Kanker berkembang setelah kerusakan genetik pada perubahan DNA dan epigenetic
(modifikasi molekuler atau "tanda" kecil yang biasanya diwariskan, yang mengikat
DNA dan memodifikasi level ekspresi gen). Perubahan itu memengaruhi fungsi
normal sel, termasuk proliferasi sel, kematian sel terprogram (apoptosis), dan
perbaikan DNA. Semakin banyak kerusakan, risiko kanker meningkat

2.2.1. Merokok
Merokok bertanggung jawab atas 80% hingga 90% dari semua kanker paru-
paru. Merokok merupakan factor resiko utama terjadinya kanker paru. Asap
tembakau mengandung 60 karsinogen, selain zat (karbon monoksida, nikotin)
yang mengganggu perkembangan sel normal. Paparan asap tembakau
menyebabkan perubahan dalam epitel bronkial, yang biasanya kembali
normal ketika merokok dihentikan. Risiko kanker paru-paru berangsur-angsur
berkurang dengan berhenti merokok, butuh waktu 10 hingga 15 tahun kondisi
paru bukan seperti merokok. Risiko terkena kanker paru-paru berhubungan
langsung dengan total pajanan terhadap asap tembakau, diukur dengan jumlah
total rokok yang dihisap seumur hidup, usia mulai merokok, kedalaman
inhalasi, kandungan tar dan nikotin, dan penggunaan rokok tanpa filter.
2.2.2. Perokok Pasif

2
Asap rokok (asap dari pembakaran rokok, cerutu) mengandung karsinogen
yang sama dengan yang ditemukan pada asap utama (asap dihirup dan
dihembuskan oleh perokok). Paparan perokok pasif ini menimbulkan risiko
kesehatan bagi orang dewasa dan anak-anak yang tidak merokok. Tidak ada
tingkat aman paparan asap rokok untuk perokok pasif. Sekitar 3000 kematian
kanker paru berhubungan dengan asap rokok/perokok pasif tiap tahunnya di
Amerika
2.2.3. Polusi Udara
Penyebab umum lainnya dari kanker paru-paru adalah polusi tingkat tinggi,
radiasi (terutama paparan radon), dan asbes. Pajanan yang lama atau
berkepanjangan pada agen industri seperti radiasi pengion, debu batu bara,
nikel, uranium, kromium, formaldehida, dan arsenik juga dapat meningkatkan
risiko kanker paru-paru, terutama pada perokok.
2.2.4. Faktor-Faktor Lain
Teori lain menjelaskan bahwa orang memiliki jalur metabolisme karsinogen
genetik yang berbeda. Ini mungkin menjelaskan mengapa beberapa perokok
berkembang menjadi kanker paru-paru dan yang lainnya tidak. Perbedaan
dalam kejadian kanker paru-paru, faktor risiko, dan kelangsungan hidup ada
antara pria dan wanita. Pengaruh genetik, hormonal, dan molekuler dapat
berkontribusi terhadap perbedaan-perbedaan ini. Perokok wanita memiliki
yang lebih tinggi risiko relatif terkena kanker paru-paru daripada perokok
pria.
2.2.5. Faktor Risiko Genetik
Riwayat keluarga terkait penetrasi gen yang tinggi. Riwayat keluarga yang
positif dari kanker paru-paru telah ditemukan sebagai faktor risiko pada
beberapa penelitian berbasis registrasi yang telah melaporkan risiko keluarga
yang tinggi untuk kanker paru-paru dengan onset dini. Peningkatan risiko
relatif ditemukan bahkan setelah penyesuaian berhati-hati untuk merokok .
Analisis keterkaitan silsilah berisiko tinggi mengidentifikasi lokus
majorsusceptibilitas terhadap kromosom 6q23-25. Risiko kanker paru-paru
juga meningkat dalam kerangka sindrom Li-Fraumeni, ditandai oleh mutasi

3
germline pada gen penekan tumor p53 (Malhotra, Malvezzi, Negri, La
Vecchia, & Boffetta, 2016)

2.3. Patofisiologi
Jaringan paru normal terdiri atas sel-sel terprogram oleh gen untuk menciptakan sel-
sel paru dengan ukuran dan bentuk tertentu dan menjalankan fungsi yang spresifik.
Kanker paru-paru timbul dari sel-sel ini mengalami mutasi dan bereeplikasi secara
berlebihan (Black, 2014). Karsinogen (asap rokok, gas radon, agen pekerjaan dan
lingkungan lainnya) yang merupakan penyebab utama kannker berikatan dengan
DNA sel dan merusaknya. Kerusakan ini menghasilkan perubahan sel, pertumbuhan
sel yang tidak normal, dan akhirnya sel ganas. Ketika DNA yang rusak diteruskan
ke sel anak, DNA mengalami perubahan lebih lanjut dan menjadi tidak stabil.
Dengan akumulasi perubahan genetik, epitel paru mengalami transformasi ganas
dari epitel normal ke karsinoma invasif akhirnya (Smeltzer, Bare, Hinkle, &
Cheever, 2009).

2.4. Manisfestasi Klinis


Kanker paru dapat menyerupai tanda dan gejala penyakit paru lainnya. Temuan
pemeriksaan klinis yang spesifik dapat bervariasi tergantung jenis kankes. Lokasi
dan luas tumor dan kesehatan paru sebelumnya. Small cell lung carcinoma sering
menyebabkan hemoptisis. Sel ini dapat meluas hingga perikardium, menyebabkan
efusi perikardial dan mungkinjuga tamponade kordis sehingga disritmia jantung
dapat terjadi. Selain itu karakteristik small cell lung carcinoma umumnya
bermanisfestasi sebagai massa hilus atau massa tengah dan dapat menekan bronkus.
Selanjutnya bermetastasis dan menyerang syaraf frenikus dan suara menjadi serak.
Perubahan pola pernafasan, efusi pleura dan batuk persisten merupakan tanda yang
sering muncul pada kaker tipe ini. Nyeri dada, bahu, punggung dan lengan juga
merupakan salah satu tanda kanker paru. Selain tanda-tanda lokal, kanker paru juga
berdampak terhadap bagian tubuh lainnya. Rasa lelah, pucat, dan penurunan berat
badan yang sulit dijelaskan merupakan salah satu tanda kanker (Black, 2014;
Smeltzer et al., 2009).

4
2.5. Tatalaksana
2.5.1. Tatalaksana pada kanker paru bukan sel kecil/ NSCLC
merupakan standar (perawatan yang saat ini digunakan) dan beberapa sedang
diuji dalam uji klinis. Uji klinis perawatan adalah studi penelitian yang
dimaksudkan untuk membantu meningkatkan perawatan saat ini atau
mendapatkan informasi tentang perawatan baru untuk pasien dengan kanker.
Tatalaksana standar antara lain:
2.5.1.1. Pembedahan
Merupakan tatalaksana pilihan pada NSCLC stage I hingga IIIA tanpa
keterlibatan mediastinum karena pembedahan memberikan peluang terbaik
untuk penyembuhan. Hal ini juga dipengaruhi oleh ukuran tumor primer dan
komorbid. Pembedahan umumnya tidak diindikasikan untuk SCLC karena
pertumbuhan dan penyebarannya yang cepat pada saat diagnosis. Ketika
tumor dianggap dapat dioperasi, status kardiopulmoner (penilaian status
paru dan ABG’s) pasien harus dievaluasi untuk menentukan kemampuan
dalam operasi (Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher, & Harding, 2014).
Tipe pembedahan yang dilakukan adalah Wedge Resection adalah
Pembedahan untuk mengangkat tumor dan beberapa jaringan normal di
sekitarnya. Ketika diambil jumlah jaringan yang sedikit lebih besar, itu
disebut reseksi segmental (Lampiran 3). Lobektomi merupakan pembedahan
untuk mengangkat seluruh lobus (bagian) paru-paru (Lampiran 4).
Pneumonectomi adalah pembedahan untuk mengangkat satu paru-paru utuh
(lampiran 5). Sleeve Resection adalah pembedahan untuk mengangkat
bronkus. Setelah dokter mengangkat semua kanker yang dapat dilihat pada
saat operasi, beberapa pasien dapat diberikan kemoterapi atau terapi radiasi
setelah operasi untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa. Perawatan
yang diberikan setelah operasi, untuk menurunkan risiko kanker akan
kembali, disebut terapi adjuvant (National Cancer Institute, 2013).
2.5.1.2. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah perawatan kanker yang menggunakan sinar-X
berenergi tinggi atau jenis radiasi lain untuk membunuh sel-sel kanker atau
menjaga mereka agar tidak tumbuh. Ada dua jenis terapi radiasi: a. Terapi

5
radiasi eksternal menggunakan mesin di luar tubuh untuk mengirim radiasi
ke arah kanker. b. Terapi radiasi internal menggunakan zat radioaktif yang
disegel dalam jarum, biji, kabel, atau kateter yang ditempatkan langsung ke
dalam atau di dekat kanker (National Cancer Institute, 2013).
Terapi radiasi dapat digunakan sebagai pengobatan untuk NSCLC dan
SCLC. Terapi radiasi mungkin diberikan sebagai terapi kuratif, terapi
paliatif (untuk meredakan gejala), atau terapi tambahan dalam kombinasi
dengan operasi atau kemoterapi. Terapi radiasi dapat digunakan sebagai
terapi primer dalam individu yang tidak dapat mentoleransi reseksi bedah
karena komorbiditas; pembedahan memiliki resiko tinggi; tumor tidak dapat
dioperasi dan menolak torakotomi (Black & H, 2014; Lewis et al., 2014).
Terapi radiasi juga mengurangi gejala dispnea dan hemoptisis akibat
obstruktif bronkus tumor dan mengobati sindrom vena cava superior serta
digunakan untuk mengobati rasa sakit yang disebabkan oleh lesi tulang
metastatik atau metastasis otak. Terkadang radiasi digunakan sebelum
operasi untuk mengurangi massa tumor sebelum reseksi bedah. Metode
pemindaian CT sering dilakukan untuk meminimalkan dampak kerusakan
pada jaringan sekitar. Komplikasi terapi radiasi termasuk esofagitis, iritasi
kulit, mual dan muntah, anoreksia, dan pneumonitis (Lewis et al., 2014).
2.5.1.3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah perawatan kanker yang menggunakan obat-obatan untuk
menghentikan pertumbuhan sel kanker, baik dengan membunuh sel atau
dengan menghentikannya pembelahannya. Ketika kemoterapi diminum atau
disuntikkan ke pembuluh darah atau otot, obat memasuki aliran darah dan
dapat mencapai sel kanker di seluruh tubuh (kemoterapi sistemik). Ketika
kemoterapi ditempatkan langsung ke dalam cairan serebrospinal, organ, atau
rongga tubuh seperti perut, obat-obatan terutama mempengaruhi sel-sel
kanker di daerah tersebut (kemoterapi regional) (National Cancer Institute,
2013).
Kemoterapi adalah perawatan utama untuk SCLC. Dalam NSCLC,
kemoterapi dapat digunakan dalam perawatan kanker yang tidak dapat
dioperasi atau sebagai terapi tambahan untuk operasi tetapi biasanya tidak

6
menunjukkan perbaikan. Cara kemoterapi diberikan tergantung pada jenis
dan stadium kanker yang sedang dirawat. Berbagai obat kemoterapi dan
rejimen multidrug telah digunakan. Kemoterapi untuk paru-paru kanker
biasanya terdiri dari kombinasi dua atau lebih dari obat, misalnya: etoposide
(VePesid), carboplatin (Paraplatin), cisplatin (Platinol), paclitaxel (Taxol),
vinorelbine (Navelbine), cyclophosphamide (Cytoxan), ifosfamide (Ifex),
docetaxel (Taxotere), gemcitabine (Gemzar), and pemetrexed (Alimta)
(Lewis et al., 2014; National Cancer Institute, 2013).
Untuk kombinasi 2 obat kemo sering digunakan untuk mengobati kanker
paru-paru stadium awal. Jika kombinasi digunakan, itu sering termasuk
cisplatin-gemcitabin atau carboplatin-taxol. Kanker paru dengan obat kemo
tunggal terutama seperti mereka yang kesehatannya buruk secara
keseluruhan atau yang berusia lanjut. Kemoterapi diberikan dalam siklus,
dengan setiap periode pengobatan diikuti oleh periode istirahat. Siklus
paling sering panjangnya 3 atau 4 minggu. Jadwal bervariasi tergantung
pada obat yang digunakan. Efek samping tergantung pada jenis dan dosis
obat yang diberikan dan berapa lama mereka diminum. Beberapa efek
samping yang umum termasuk: rambut rontok, sariawan, kehilangan nafsu
makan atau perubahan berat badan, mual dan muntah, diare atau sembelit.
Kemo juga dapat mempengaruhi sel-sel pembentuk darah dari sumsum
tulang, yang dapat menyebabkan: jumlah sel darah putih rendah, memar
atau pendarahan mudah (dari jumlah trombosit darah rendah) dan kelelahan
(dari jumlah sel darah merah rendah) (American Cancer Society, 2011).
2.5.1.4. Target Terapi
Adalah jenis perawatan yang menggunakan obat atau zat lain untuk
menyerang sel kanker tertentu. Terapi yang ditargetkan biasanya
menyebabkan lebih sedikit kerusakan pada sel-sel normal daripada
kemoterapi atau terapi radiasi yaitu antibodi monoklal dan tyrosin kinase
inhibitor. Antibodi menempel pada zat-zat itu dan membunuh sel-sel
kanker, menghambat pertumbuhannya, atau mencegahnya menyebar.
Antibodi monoklonal diberikan melalui infus. Mereka dapat digunakan
sendiri atau untuk membawa obat-obatan, racun, atau bahan radioaktif

7
langsung ke sel kanker. Ada beberapa jenis terapi antibodi monoklonal
(American Cancer Society, 2011; National Cancer Institute, 2013):
2.5.1.5. Imunoterapi
Imunoterapi adalah perawatan yang menggunakan sistem kekebalan tubuh
pasien untuk melawan kanker. Zat yang dibuat oleh tubuh atau dibuat di
laboratorium digunakan untuk meningkatkan, mengarahkan, atau
memulihkan pertahanan alami tubuh terhadap kanker. Jenis pengobatan
kanker ini juga disebut bioterapi atau terapi biologis.
Efek samping dari obat ini dapat meliputi kelelahan, batuk, mual, gatal,
ruam kulit, kehilangan nafsu makan, sembelit, nyeri sendi, dan diare. Efek
samping yang lebih serius jarang terjadi: Reaksi infus (reaksi alergi, dan
bisa termasuk demam, kedinginan, muka memerah, ruam, kulit gatal,
merasa pusing, mengi, dan sulit bernapas) dan reaksi autoimun (American
Cancer Society, 2011; National Cancer Institute, 2013).

2.5.2. Tatalaksana pada karsinoma sel kecil/SCLC


Kemoterapi biasanya merupakan bagian dari perawatan untuk kanker paru-paru
sel kecil (SCLC). Ini karena SCLC biasanya sudah menyebar pada saat
ditemukan, jadi perawatan lain seperti operasi atau terapi radiasi tidak akan
menjangkau semua area kanker. Untuk orang-orang dengan SCLC tahap
terbatas, kemo sering diberikan dengan terapi radiasi. Ini dikenal sebagai
chemoradiation. Untuk orang-orang dengan SCLC stadium luas, kemo dengan
atau tanpa imunoterapi biasanya merupakan perawatan utama.
Terapi radiasi yang dapat dilakukan adalah Radiasi Cranial profilaksis.
Kemoterapi tidak menembus sawar darah-otak. Karena itu setelah perawatan
sistemik yang berhasil, pasien berada di risiko metastasis otak. Radiasi
profilaksis telah terbukti mengurangi kejadian metastasis otak dan meningkatkan
tingkat kelangsungan hidup pada pasien dengan SCLC terbatas. Selain itu
imunoterapi juga dapat diberikan seperti immune checkpoints inhibitors.
Pembedahan jarang digunakan sebagai bagian dari pengobatan utama untuk
kanker paru-paru sel kecil (SCLC), karena kanker biasanya sudah menyebar

8
pada saat ditemukan. Pembedahan mungkin menjadi pilihan untuk kanker tahap
awal ini, biasanya diikuti oleh perawatan tambahan (kemoterapi).

2.6. Pemeriksaan Penunjang


Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan
penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita
memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya
meskipun tidak dapat menyembuhkan penyakitnya. Kanker paru ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan
pemeriksaan patologi anatomic. Pada penulisan ini penulis fokus pada pemeriksaan
penunjang pada kanker paru yang terbagi dalam 5 kategori yaitu:
2.6.1. Pemeriksaaan patologi anatomi
Pemeriksaan patologi anatomi mencakup pemeriksaan sitologi dan
histopatologi, pemeriksaan imunohistokimia untuk menentukan jenis tumor
(mis. TTF-1 dan lain-lain), dan pemeriksaan petanda molekulerPeranan
Pemeriksaan PA dalam diagnosis kanker bertujuan untuk melihat berbagai
bentuk kelainan struktural dan morfologik dari jaringan atau sel-sel tubuh
yang mengalami kerusakan yang mendasari penyakit melalui pemeriksaan
mikroskopik. Secara garis besar ada 2 macam pemeriksaan dasar yang
dilakukan yaitu pemeriksaan histopatologi dan sitologi. Pemeriksaan
histopatologi adalah pemeriksaan dari jaringan tubuh manusia, di mana
jaringan itu akan melalui beberapa tahapan pemeriksaan yang lengkap
dimulai dari fiksasi (pengawetan), pemotongan makroskopis, diproses
sampai siap menjadi slide atau preparat yang kemudian dilakukaan
pembacaan secara mikroskopis untuk penentuan diagnosis. Pemeriksaan
sitologi adalah memeriksa kelompok sel penyusun jaringan tersebut.
Perbedaan utama antara pemeriksaan histopatologi dan sitologi adalah di
mana pada pemeriksaan histopatolologi akan tampak asal struktur jaringan,
sedangkan pada pemeriksaan sitologi hanya tampak gambaran sel-sel tubuh
secara umum tanpa terlihat struktur jaringannya.
2.6.2. Pemeriksaan laboratorium

9
Pemeriksaan laboratorium pada pasien kanker antara lain pemeriksaan darah
rutin seperti Hb, Leukosit, trombosit, fungsi hati, dan fungsi ginjal.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi penyakit penyerta
pada kanker paru-paru, misalnya infeksi. Pemeriksaan protein LG3BP dan
C163A konsentrasi plasma yang memprediksi jenis kanker ini. Pemeriksaan
dengan laboratorium darah ini dilakukan dan dikembangkan guna
kedepannya meminimalkan tindakan invasive (Silvestri et al., 2018).
2.6.3. Pemeriksaan pencitraan
Foto toraks AP/lateral merupakan pemeriksaan awal untuk menilai pasien
dengan kecurigaan terkena kanker paru. Berdasarkan hasil pemeriksaan ini,
lokasi lesi dan tindakan selanjutnya termasuk prosedur diagnosis penunjang
dan penanganan dapat ditentukan. Jika pada foto toraks ditemukan lesi yang
dicurigai sebagai keganasan, maka pemeriksaan CT scan toraks wajib
dilakukan untuk mengevaluasi lesi tersebut. CT scan toraks dengan kontras
merupakan pemeriksaan yang penting untuk mendiagnosa, menentukan
stadium penyakit, dan menentukan segmen paru yang terlibat secara tepat.
CT scan toraks dapat diperluas hingga kelenjar adrenal untuk menilai
kemungkinan metastasis hingga regio tersebut. CT scan kepala/MRI kepala
dengan kontras diindikasikan bila penderita mengeluh nyeri kepala hebat
untuk menilai kemungkinan adanya metastasis ke otak. Pemeriksaan lainnya
seperti USG abdomen dilakukan kecuali pada stadium IV, bone scan
dilakukan untuk mendeteksi metastasis ke tulang-tulang, bone survey
dilakukan jika fasilitas bone scan tidak ada, dan PET Scan dilakukan untuk
mengevaluasi hasil pengobatan. Positron Emission Tomography atau biasa
disingkat PET scan adalah alat yang memancarkan sinar radiasi untuk
menunjukkan aktivitas sekecil apapun dalam tubuh manusia, bahkan hingga
pada tingkat sel (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2017).
2.6.4. Pemeriksaan Khusus
Bronkoskopi adalah prosedur utama untuk mendiagnosis kanker paru.
Prosedur ini dapat membantu menentukan lokasi lesi primer, pertumbuhan
tumor intraluminal dan mendapatkan spesimen untuk pemeriksaan sitologi
dan histopatologi, sehingga diagnosis dan stadium kanker paru dapat

10
ditentukan. Salah satu metode terkini adalah bronkoskopi fleksibel yang
dapat menilai paru hingga sebagian besar bronkus derajat ke-empat, dan
kadang hingga derajat ke-enam. Spesimen untuk menghasilkan pemeriksaan
sitologi dan histologi didapat melalui bilasan bronkus, sikatan bronkus dan
biopsi bronkus. Prosedur ini dapat memberikan hingga >90% diagnosa
kanker paru dengan tepat, terutama kanker paru dengan lesi pada regio
sentral. Kontraindikasi prosedur bronkoskopi ini yaitu hipertensi pulmoner
berat, instabilitas kardiovaskular, hipoksemia refrakter akibat pemberian
oksigen tambahan, perdarahan yang tidak dapat berhenti, dan hiperkapnia
akut. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pneumotoraks dan
perdarahan. Bila tersedia, pemeriksaan Endobrachial Ultrasound (EBUS)
dapat dilakukan untuk membantu menilai kelenjar getah bening mediastinal,
hilus, intrapulmoner juga untuk penilaian lesi perifer dan saluran pernapasan,
serta mendapatkan jaringan sitologi dan histopatologi pada kelenjar getah
bening yang terlihat pada CT scan toraks maupun PET CT scan. Biopsi
transtorakal (transthoracal biopsy/TTB) merupakan tindakan biopsi paru
transtorakal yang dapat dilakukan tanpa tuntunan radiologic (blinded TTB)
maupun dengan tuntunan USG (USG-guided TTB) atau CT scan toraks (CT-
guided TTB) untuk mendapatkan sitologi atau histopatologi kanker paru.
Tindakan biopsi lain, seperti aspirasi jarum halus kelenjar untuk pembesaran
kelenjar getah bening, maupun biopsi pleura dapat dilakukan bila diperlukan
(Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2017).
2.6.5. Pemeriksaan lainya
Pemeriksaan Lainnya Pleuroscopy dilakukan untuk melihat masalah
intrapleura dan menghasilkan spesimen intrapleura untuk mendeteksi adanya
sel ganas pada cairan pleura yang dapat merubah stadium dan tatalaksana
pasien kanker paru. Jika hasil sitologi tidak menunjukkan adanya sel ganas,
maka penilaian ulang atau CT scan toraks dianjurkan. Mediastinoskopi
dengan VATS kadang dilakukan untuk mendapatkan spesimen, terutama
penilaian kelenjar getah bening mediastinal, dan torakotomi eksplorasi
dilakukan sebagai modalitas terakhir, jika dengan semua modalitas lainnya
tidak ditemukan sel ganas (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2017).

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus
Seorang klaki-laki berusia 52 tahun dirawat dengan keluhan sesak napas. Klien
memiliki riwayat merokok 2 bungkus per hari. Klien mengatakan badannya selama ini
emang kurus, tetapi mengalami penurunan sekitar 10 kg dalam beberapa bulan terakhir.
Pasien telah menikah dan memiliki 3 orang anak yang telah dewasa.
Hasil pengkajian: Klien tampak kurus, pucat, tampak lebih tua dibandingkan umurnya,
TB 170 cm dan BB 61 kg, frekuensi nadi 120 x/menit, frekuensi napas 36 x/menit, suhu
39,2 C. Pergerakan dinding dada sebelah kanan terbatas, auskultasi pada paru kiri
terdengar ronkhi kasar namun bersih dengan batuk, sedangkan paru kanan terdengar
suara napas menurun. Hasil laboratorium: pH 7.21, PaO2 58 mmHg, PaCO2 82 mmHg,
HCO3 33 mEq/L dan saturasi 84%. Hasil pemeriksaan radiologi menunjukkan
konsolidasi pada paru kanan terutama pada bagian basal dengan kecurigaan massa pada
area bronkus kanan dan efusi pleura pada paru kanan. Hasil bronkoskopi dengan biopsi
massa ditemukan small cell lung carcinoma.

3.1. Pengkajian
a. Identitas Klien
1) Nama : Tn. A
2) Usia : 52 tahun
3) Jenis kelamin : Laki-laki
4) Alamat : Jl Pondok
5) Pendidikan : SMA
6) Pekerjaan : Security
7) Status : Menikah
b. Keluhan Utama Klien:
Klien mengatakan nafasnya terasa sesak
c. Riwayat penyakit sekarang

12
Klien dirawat di rumah sakit dengan keluhan sesak nafas. Sesak nafas disertai
batuk berdahak. Pergerakan dinding dada sebelah kanan terbatas, auskultasi pada
paru kiri terdengar ronkhi kasar namun bersih dengan batuk, sedangkan paru
kanan terdengar suara napas menurun frekuensi nadi 120 x/menit, frekuensi napas
36 x/menit, suhu 39,2 C.
d. Riwayat kesehatan sebelumnya
Klien memiliki riwayat merokok 2 bungkus perhari.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda Vital: Nadi: 120x/menit, Frekuensi nafas: 36x/menit, Suhu: 39,2oC.
2) Klien tampak kurus, pucat, tampak lebih tua dibandingkan umurnya, TB 170
cm dan BB 61 kg. Pergerakan dinding dada sebelah kanan terbatas, auskultasi
pada paru kiri terdengar ronkhi kasar namun bersih dengan batuk, sedangkan
paru kanan terdengar suara napas menurun.
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Hasil laboratorium: pH 7.21, PaO2 58 mmHg, PaCO2 82 mmHg, HCO3 33
mEq/L dan saturasi 84%.
2) Hasil pemeriksaan radiologi: Konsolidasi pada paru kanan terutama pada
bagian basal dengan kecurigaan massa pada area bronkus kanan dan efusi
pleura pada paru kanan.
3) Hasil bronkoskopi dengan biopsi massa ditemukan small cell lung carcinoma.
g. Pola kesehatan fungsional

13
No Data kemungkinan Data yang Data yang ditemukan pada
dilaporkan (Tanda) ditunjukkan/terlihat (Gejala) Kasus
1 Aktifitas dan Istirahat: Kelesuan, terutama pada Klien hanya terbaring di
Merasa kesulitan stadium lanjut, batuk yang tempat ridur, Aktifitas
beraktifitas karena menetap. dilakukan ditempat tidur.
kelemahan, mudah lelah;
kesulitan istirahat, dispneu
saat beraktifitas
2 Sirkulasi: Peningkatan tekanan vena Nadi : 120 X/menit,
Bengkak di ekstremitas, jugular, dengan obstruksi tampak cubing finger.
takikardi vena cava, Pericardial rub Klien tampak pucat.
menandakan adanya efusi,
takikardi dan disritmia,
clubbing finger.

3 Integritas Ego: Gelisah, mengulang-ulang Klien tampak sedih, Klien


Perasaan takut, penolakan pertanyaan. merasa hawatir dengan
terhadap beratnya kondisi, kondisi saat ini yang
dan potensi adanya bertambah memburuk.
keganasan. Dirinya takut jika sakitnya
tidak dapat disembuhkan,
karena orang kanker
biasanya akan meninggal.
Klien sering bertanya
tentang kondisi saat ini
kepada perawat.
4 Eliminasi: Perubahan pola berkemih. Klien menggunakan
Diare intermiten yang Adanya glukosa di urine kateter urin. Urine sekitar
berhubungan dengan berhubungan dengan 1500cc/24 jam
ketidakseimbangan epidermoid tumor.
hormonal, small cell lung
cancer (SCLC). Peningkatan
frekuensi dan jumlah urin
berhubungan dengan
ketidakseimbangan
hormonal (epidermoid
tumor)
5 Makanan dan Cairan: Kurus, edema di muka atau Klien tampak kurus, pucat,
Kehilangan berat badan, leher,
14 dada, punggung, tampak lebih tua
kehilangan minat dan berhubungan dengan dibandingkan umurnya,
penurunan asupan makanan, obstruksi vena kava. Edema TB 170 cm dan BB 61 kg,
3.2 Analisa Data

15
No Data Etiologi Masalah
1 DS : Klien mengeluh sesak Perubahan membrane Gangguan
DO : alveolus-kapiler Pertukaran gas
 Klien tampak sesak, RR
36x/menit. Nadi 120x/menit.
 pH 7.21, PaO2 58 mmHg, PaCO2
82 mmHg, HCO3 33 mEq/L dan
saturasi 84%.
 Terdapat konsolidasi pada paru
kanan terutama pada bagian
basal dengan kecurigaan massa
pada area bronkus kanan dan
efusi pleura pada paru kanan.
 Klien tampak pucat
2. DS: (tidak ada dalam kasus) Proses penyakit Hipertermia
DO:
 Suhu 39,2oC
 Nadi 120 x/menit
 RR 36 x/menit.
 Hasil pemeriksaan radiologi
menunjukkan konsolidasi pada
paru kanan terutama pada
bagian basal dengan kecurigaan
massa pada area bronkus kanan
dan efusi pleura pada paru
kanan.
 Hasil bronkoskopi dengan biopsi
massa ditemukan small cell lung
carcinoma.
3 DS : Klien mengatakan badannya Peningkatan kebutuhan Nutrisi kurang dari
selama ini memang kurus, tetapi metabolisme kebutuhan tubuh
mengalami penurunan sekitar 10
kg dalam beberapa bulan terakhir.
DS :
 TB: 170 cm, BB: 61 Kg
 Klien tampak kurus, pucat,
tampak lebih tua dibandingkan
umurnya, 16
 Hasil bronkoskopi dengan
biopsi massa ditemukan small
3.3. Diagnosis Keperawatan
Dari analisa data di atas dapat ditegakkan diagnosis keperawatan sebagai berikut:
a. Gangguan pertukaran gas b.d Perubahan membrane alveolus-kapiler.
b. Hipertermi b.d Proses penyakit
c. Ansietas b.d Ancaman kematian
d. Defisit nutrisi b.d Peningkatan kebutuhan metabolism
e. Gangguan proses keluarga b.d. Krisis situasional

3.4. Intervensi Keperawatan


No DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL
1 Gangguan Menunjukkan Manajemen asam basa
pertukaran gas perbaikan ventilasi  Pantau frekuensi, Hipoventilasi alveolar dan
dan oksigenisasi kedalaman, dan hipoksemia terkait memicu
jaringan yang upaya pernapasan. gagal napas
adekuat yang
dibuktikan dengan  Auskultasi suara Mengidentifikasi area
AGD dalam batas napas. penurunan ventilasi, seperti
yang dapat diterima atelektasis
klien dan tidak ada atau obstruksi jalan napas
gejala gawat napas

 Catat penurunan Menandakan status asidosis


tingkat kesadaran berat, yang memerlukan
atau kewaspadaan penanganan segera.

 Pantau frekuensi dan


irama jantung. Disritmia yang dapat terjadi
disebabkan oleh hipoksia
(iskemia miokardium) dan

 Catat warna, suhu, ketidakseimbangan elektrolit.

dan kelembapan
kulit. Diaforesis, pucat, dan kulit
dingin serta lembap adalah

 Anjurkan dan bantu perubahan akhir yg dikaitkan

dengan latihan napas dg hipoksemia berat

dalam, berubah
posisi, dan batuk. Tindakan ini memperbaiki

17
ventilasi paru dan mengurangi
atau mencegah obstruksi jalan

 Batasi penggunaan napas yang berkaitan

sedatif hipnotik atau dengan akumulasi mukus.

obat penenang Dengan adanya hipoventilasi,


depresi pernapasan dan
narkosis CO, dapat terjadi.
 Diskusikan penyebab
kondisi kronis, kapan
diketahui, dan
intervensi serta Meningkatkan partisipasi
aktivitas perawatan dalam regimen terapeutik dan
diri yang tepat. dapat mengurangi
Kolaborasi : kekambuhan gangguan akibat
 Bantu dengan PCO2 yang rendah
mengidentifikasi dan
menangani penyebab
yang mendasari. Terapi gangguan diarahkan
 Pantau dan buat pada perbaikan ventilasi
grafik hasil alveolar
pemeriksaan AGD
 Berikan oksigen Mengevaluasi kebutuhan dan
sesuai indikasi, keefektifan terapi.

 Pertahankan hidrasi mengoreksi hipoksemia dan


hipertensi pulmonal

Membantu membersihkan
sekresi yang memperbaiki
ventilasi sehingga
memungkinkan kelebihan
CO2 dieliminasi.
2 Hipertermi Menunjukkan suhu Pantau suhu klien – Pola demm dapan membantu
dalam rentang derajat, pola. Catat dalam penegakkan diagnosis
normal dan bebas menggiggil atau
dari menggiggil diaforesis berat
Tidak mengalami Pantau suhu Suhu kamar harus diubah
komplikasi terkait lingkungan untuk memepertahankan suhu

18
tubuh mendekati normal

Kolaborasi pemberian Antipiretik menurunknsn


antipiretik demem melalui kerja pusat di
hipotalamus
3 Nutrisi kurang Status Nutrisi Terapi Nutrisi (NIC)
dari kebutuhan
(NOC) : Pantau asupan Mengidentifikasi kekuatan
tubuh
Menunjukkan berat makanan harian dan defisiensi nutrisi
badan stabil atau Ukur tinggi badan,
kenaikan berat berat badan, sesuai
badan progresif ke indikasi
arah tujuan dengan Dorong klien untuk
Mengetahui standar minimum
normalisasi nilai makan makanan tinggi
laboratorium dan kalori dan kaya zat
bebas dari tanda gizi, dengan asupan
malnutrisi. cairan adekuat.
Perilaku Patuh: Dorong komunikasi
Diet Sehat (NOC): terbuka terkait Keadaan hipermetabolik dan
Menyatakan anoreksia terapi membutuhkan
pemahaman tentang peningkatan zat gizi dan
gangguan cairan untuk penyembuhan
individual pada seringkali menjadi sumber
asupan yang distress emosional
adekuat.
Berpartisipasi
dalam intervensi
spesifik untuk
menstimulasi nafsu
makan dan
meningkatkan
asupan diet.
4 Ansietas Reduksi Ansietas
Pengendalian Diri (NIC)
Terhadap Ketakutan Tinjau pengalaman Mengklarifikasi persepsi
(atau] Ansietas sebelumnya klien dan klien; membantu dalam
(NOC) orang terdekat dengan identifikasi ketakutan dan
kanker. Tentukan apa kesalahpahaman berdasarkan
Menunjukkan yang telah dikatakan diagnosis dan pengalaman
rentang perasaan dokter kepada klien dengan kanker.
yang tepat dan dan kesimpulan yang
penurunan telah dicapai klien.
ketakutan.

19
Dorong klien untuk
Tampak santai dan berbagi pikiran dan Memberikan kesempatan
melaporkan ansietas perasaan. untuk mengkaji ketakutan
berkurang hingga yang realistis dan
tingkat yang dapat kesalahpahaman tentang
ditarigani. Beri lingkungan diagnosis.
terbuka tempat klien
Menunjukkan merasa aman untuk Membantu klien merasa
penggunaan mendiskusikan diterima dalam kondisi saat
mekanisme koping perasaan atau menahan ini tanpa perasaan dihakimi
yang efektif dan diri untuk berbicara. dan meningkatkan rasa
partisipasi aktif martabat dan kendali.
dalam program Pertahankan kontak
terapi. yang sering dengan
klien. Bicara dengan Memberikan jaminan bahwa
dan sentuh klien, jika klien tidak sendiri atau
tepat. ditolak; menyampaikan
penghargaan dan penerimaan
Sadari efek isolasi pada terhadap individu sehingga
klien jika perlu akibat meningkatkan rasa percaya.
imunosupresi implan
radiasi. Deprivasi sensori dapat terjadi
saat stimulasi yang cukup
Bantu klien dan orang tidak tersedia dan dapat
terdekat dalam memperkuat perasaan
mengenali dan ansietas.
mengklarifikasi
ketakutan untuk mulai Keterampilan koping sering
mengembangkan kali ditekan setelah diagnosis
strategi koping guna dan selama fase terapi yang
mengatasi ketakutan berbeda. Dukungan dan
ini. konseling diperlukan untuk
memungkinkan individu
mengenali dan mengatasi
Beri informasi yang ketakutan serta menyadari
konsisten dan akurat bahwa kendali dan strategi
tentang diagnosis koping tersedia.
dan prognosis. Hindari
berdebat tentang Dapat mengurangi ansietas
persepsi klien terhadap dan memungkinkan klien
situasi. untuk mengambil keputusan
serta pilihan berdasarkan
Biarkan ekspresi realitas.
marah, takut, dan putus
asa tanpa konfrontasi.
Beri informasi bahwa
perasaan normal dan Penerimaan perasaan
diekspresikan secara memungkinkan klien untuk
tepat. mulai mengatasi situasi.

Jelaskan terapi yang


direkomendasikan,
tujuannya, dan
kemungkinan efek
samping. Bantu klien
Tujuan terapi kanker adalah
bersiap untuk terapi.
menghancurkan sel ganas

20
sambil meminimalkan
kerusakan pada sel normal.
Terapi dapat mencakup bedah
kuratif, preventif, atau paliatif
serta kemoterapi, radiasi
internal atau eksternal,
5 Gangguan Fleksibilitas Pemeliharaan Proses
proses
Keluarga (NOC) Keluarga (NIC)
keluarga
Mengekspresikan Catat komponen Membantu klien dan pemberi
perasaan dengan keluarga, adanya asuhan mengetahui yang ada
bebas. keluarga besar, dan untuk membantu perawatan
Menunjukkan orang lain, termasuk dan memberikan istirahat dan
keterlibatan teman dan tetangga. dukungan
individu dalam
proses penyelesaian Identifikasi pola
Memberikan informasi
masalah yang komunikasi dalam tentang keefektifan
diarahkan pada keluarga dan pola komunikasi dan
solusi yang tepat interaksi antara mengidentifikasi masalah
untuk Mendorong anggota keluarga. yang dapat mengganggu
dan memungkinkan
kemampuan keluarga untuk
anggota yang sakit
membantu klien dan
untuk mengatasi
menyesuaikan diri secara
situasi dengan
positif terhadap diagnosis
caranya sendiri
terapi kanker.
Setiap individu dapat melihat
situasi dengan caranya dan
identifikasi yang jelas serta
Kaji harapan peran
berbagi harapan
anggota keluarga dan
meningkatkan pemahaman.
dorong diskusi tentang
harapan peran tersebut
Memberikan petunjuk tentang
intervensi yang mungkin tepat
untuk membantu klien dan
Kaji arah energi:
keluarga dalam mengarahkan
Apakah upaya resolusi
energi dengan cara yang lebih
atau penyelesaian
efektif
masalah terarah atau
tersebar?
Membertikan perasaan empati
dapat meningkatkan perasaan
Tangani anggota
berharga individu

21
keluarga dengan cara
yang hangat, peduli
dan menghargai Meningkatkan pemahaman
dan membantu anggota
Tekankan pentingnya keluarga untuk komunikasi yg
dialog terbuka antar jelas.
anggota keluarga

BAB IV
PENUTUP

22
4.1 Kesimpulan
Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang
berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan
kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma
bronkus = bronchogenic carcinoma). Kanker paru merupakan penyebab tertinggi
kematian kanker didunia dan umumnya prognosis nya buruk. Diperkirakan 85%
dari kanker paru-paru disebakan oleh rokok. Faktor resiko lain yang menyebabkan
kanker paru adalah perokok pasif, terpapar polusi udara, factor genetic dan factor
lainnya.
Tata laksana untuk kanker paru antara lain pembedahan, kemoterapi, radiasi dan
obat imunoterapi. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk menegakkan
diagnosis kanker paru, mulai dari pemeriksaan yang general seperti laboratorium
hinggga yang spesifik sampai ke tingkat selnya seperti pemeriksaan sitology sel
kanker.

4.2 Saran
Kanker paru merupakan penyebab tertinggi kematian kanker didunia dan umumnya
prognosis nya buruk. Diperkirakan 85% dari kanker paru-paru disebakan oleh
rokok, oleh karena itu pencegahan terbaiknya adalah jangan memulai untuk
merokok. Salah satu peran perawat dalam upaya promosi kesehatan harus lebih
ditingkatkan lagi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
bahaya rokok.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/dokument/498138600/Asuhan-Keperawatan-pada-Pasien-Kanker

https://id.scribd.com/document494486353/LAPORAN-PENDAHULUAN-CA-PARU

24
1

Anda mungkin juga menyukai