Anda di halaman 1dari 15

DAMPAK BUDAYA KORUPSI DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT

Makalah ini disusun untuk mengikuti ujian akhir semester V

Disusun Oleh :

Dawiti

P1337420214091

TINGKAT 3A

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji saya panjatkan atas berkah rahmat yang di berikan
Allah kepada saya,sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik tanpa
ada halangan yang berarti.

Makalah ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan anti Korupsi yang di berikan oleh Bpk.Elut Subakti. terciptanya makalah
ini,tidak hanya hasil dari kerja keras saya,melainkan banyak pihak-pihak yang
memberikan dorongan-dorongan motivasi,untuk itu saya

Sekali lagi saya mengucapkan banyak – banyak terimakasih atas terselesainya


makalah ini,sebagai penulis, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesan sempurna. Untuk itu mohon kritik dan saran yang membangun untuk
memperbaiki makalah ini di waktu mendatang.

Purwokerto, Desember 2016


Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilannya


dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagai suatu proses perubahan
yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupan masyarakat. Efektifitas dan
keberhasilan pembangunan terutama ditentukanoleh dua faktor, yaitu sumberdaya
manusia, yakni (orang-orang yang terlibat sejak dari perencanaan samapai pada
pelaksanaan) dan pembiayaan. Di antara dua faktor tersebut yang paling dominan
adalah faktor manusianya. Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia
dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya,
negara tercinta ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia bukanlah
merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang miskin.
Hal itu terjadi salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya
manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya
tetapi juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan
rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara negara menyebabkan
terjadinya korupsi. Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi social
(penyakit social) yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian
materil keuangan negara yang sangat besar. Namun yang lebih memprihatinkan lagi
adalah terjadinya perampasan dan pengurasan keuangan negara yang dilakukan
secara kolektif oleh kalangan anggota legislatif dengan dalih studi banding, THR,
uang pesangon dan lain sebagainya di luar batas kewajaran. Bentuk perampasan dan
pengurasan keuangan negara demikian terjadi hampir di seluruh wilayah tanah air.
Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu, sehingga yang
menonjol adalah sikap kerakusan dan aji mumpung. Karena korupsi membawa
dampak negatif yang cukup luas dan dapat membawa negara ke jurang kehancuran.

Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian dari korupsi?


2. Kondisi yang mendukung munculnya Korupsi?
3. Apa saja jenis-jenis tindak pidanada korupsi?
4. Apakah dampak dari korupsi?
5. Bentuk-Bentuk Penyalahgunaan?
6. Tuduhan Korupsi sebagai alat Politik?
7. Mengukur korupsi?
8. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi?

Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian korupsi


2. Untuk mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya korupsi
3. Untuk mengetahui macam-macam dari korupsi
4. Untuk mengetahui dampak adanya korupsi
5. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memberantas
korupsi

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian dari Korupsi

Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupunpegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat
dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legalmenyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan
sepihak.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut:

 perbuatan melawanhukum,
 penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
 memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
 merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya, adalah

 memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),


 penggelapan dalam jabatan,
 pemerasan dalam jabatan,
 ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan
 menerimagratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan
resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan
korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan
dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima
pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik
ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para
pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti
penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas
dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat
penting untuk membedakan antara korupsi dan kejahatan.

Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang
dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal
di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.

2. Kondisi yang mendukung munculnya Korupsi

 Konsentrasi kekuasaan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab


langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang
bukandemokratik.
 Kurangnyatransparansi di pengambilan keputusan pemerintah
 Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari
pendanaan politik yang normal.
 Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
 Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan “teman
lama”.
 Lemahnyaketertiban hukum.
 Lemahnyaprofesi hukum.
 Kurangnyakebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.
 Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.

mengenai kurangnya gaji atau pendapatan pegawai negeri dibanding dengan


kebutuhan hidup yang makin hari makin meningkat pernah di kupas oleh B
Soedarsono yang menyatakan antara lain ” pada umumnya orang menghubung-
hubungkan tumbuh suburnya korupsi sebab yang paling gampang dihubungkan
adalah kurangnya gaji pejabat-pejabat…..” namun B Soedarsono juga sadar bahwa
hal tersebut tidaklah mutlak karena banyaknya faktor yang bekerja dan saling
memengaruhi satu sama lain. Kurangnya gaji bukanlah faktor yang paling
menentukan, orang-orang yang berkecukupan banyak yang melakukan korupsi.
Namun demikian kurangnya gaji dan pendapatan pegawai negeri memang faktor
yang paling menonjol dalam arti merata dan meluasnya korupsi di Indonesia, hal ini
dikemukakan oleh Guy J Parker dalam tulisannya berjudul “Indonesia 1979: The
Record of three decades (Asia Survey Vol. XX No. 2, 1980 : 123). Begitu pula J.W
Schoorl mengatakan bahwa ” di Indonesia di bagian pertama tahun 1960 situasi
begitu merosot sehingga untuk sebagian besar golongan dari pegawai, gaji sebulan
hanya sekadar cukup untuk makan selama dua minggu. Dapat dipahami bahwa dalam
situasi demikian memaksa para pegawai mencari tambahan dan banyak diantaranya
mereka mendapatkan dengan meminta uang ekstra untuk pelayanan yang diberikan”.
( Sumber buku “Pemberantasan Korupsi karya Andi Hamzah, 2007)

 Rakyat yangcuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal


memberikan perhatian yang cukup ke pemilihan umum.
 Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan atau
“sumbangan kampanye”.

3. Jenis-jenis tindakan Korupsi

Dalam melaksanakan tugas atau melakukan kegiatan usaha banyak hal yang terjadi.
Para pegawai dalam melaksanakan tugasnya lalai, kinerjanya tidak baik dan kurang
disiplin. Hal ini merupakan suatu pelanggaran yang bisa dikatagorikan korupsi. Para
pengusaha atau para perilaku ekonomi lain dalam melaksanakan kegiatannya banyak
melakukan hal tidak terpuji yang dicapai untuk mencapai keuntungan dengan cara-
cara seperti :
Pengusaha, untuk mendapatkan izin usaha dengan cepat bersedian membayar kepada
petugas pengurusan perizinan walaupun diluar ketentuan
Pegawai, yang mutasi bersedia membayar harga pengurusan surat-surat mutasinya
kepada petugas di instansi yang bersangkutan walaupun tidak ada aturan dan
ketentuannya
Pelamar kerja, demi bisa diterima bersedia membayar kepada pejabat atau petugas
yang bersedia mengusahakan agar bisa diterima padahal itu diluar ketentuan
Berdasarkan contoh perilaku di atas baik yang dilakukan oleh orang yang dilayani
maupun oleh petugas sebagai pelayan keduanya melanggar aturan. Karena dari
perilaku tersebut muncul bibit-bibit korupsi yang tidak terasa perkembangannya.
Terdapat beberapa jenis tindak pidana korupsi antara lain :
Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan)
Penggelapan dalam jabatan
Pemerasan dalam jabatan
Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara)

4. Dampak Korupsi
 Demokrasi

Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia


politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good
governance) dengan cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum
dan di badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan
kebijaksanaan; korupsi di sistem pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan
korupsi di pemerintahan publik menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan
masyarakat. Secara umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah,
karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau
dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi
mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti kepercayaan dan
toleransi.

 Ekonomi

Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan


ketidak efisienan yang tinggi. Dalam sektor private, korupsi meningkatkan ongkos
niaga karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam negosiasi
dengan pejabat korup, dan risiko pembatalan perjanjian atau karena penyelidikan.
Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos (niaga) dengan
mempermudah birokrasi, konsensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa
ketersediaan sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan
hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga, korupsi juga
mengacaukan “lapangan perniagaan”. Perusahaan yang memiliki koneksi dilindungi
dari persaingan dan sebagai hasilnya mempertahankan perusahaan-perusahaan yang
tidak efisien.

Korupsi menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan


mengalihkan investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang mana sogokan dan
upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin menambah kompleksitas proyek
masyarakat untuk menyembunyikan praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan
lebih banyak kekacauan. Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat
keamanan bangunan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga
mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur; dan menambahkan
tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.

Para pakar ekonomi memberikan pendapat bahwa salah satu faktor


keterbelakangan pembangunan ekonomi di Afrika dan Asia, terutama di Afrika,
adalah korupsi yang berbentuk penagihan sewa yang menyebabkan
perpindahan penanaman modal (capital investment) ke luar negeri, bukannya
diinvestasikan ke dalam negeri (maka adanya ejekan yang sering benar bahwa ada
diktator Afrika yang memiliki rekening bank di Swiss). Berbeda sekali dengan
diktator Asia, seperti Soeharto yang sering mengambil satu potongan dari semuanya
(meminta sogok), namun lebih memberikan kondisi untuk pembangunan, melalui
investasi infrastruktur, ketertiban hukum, dan lain-lain. Pakar dari Universitas
Massachussetts memperkirakan dari tahun 1970 sampai 1996, pelarian modal dari 30
negara sub-Sahara berjumlah US $187 triliun, melebihi dari jumlah utang luar negeri
mereka sendiri. (Hasilnya, dalam artian pembangunan (atau kurangnya
pembangunan) telah dibuatkan modelnya dalam satu teori oleh ekonomis Mancur
Olson). Dalam kasus Afrika, salah satu faktornya adalah ketidak-stabilan politik, dan
juga kenyataan bahwa pemerintahan baru sering menyegel aset-aset pemerintah lama
yang sering didapat dari korupsi. Ini memberi dorongan bagi para pejabat untuk
menumpuk kekayaan mereka di luar negeri, di luar jangkauan dari ekspropriasi di
masa depan.

 Kesejahteraan umum negara

Korupsi politis ada di banyak negara, dan memberikan ancaman besar bagi warga
negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaanpemerintah sering menguntungkan
pemberi sogok, bukannya rakyat luas. Satu contoh lagi adalah
bagaimana politikus membuat peraturan yang melindungi perusahaan besar, namun
merugikan perusahaan-perusahaan kecil (SME). Politikus-politikus “pro-bisnis” ini
hanya mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang memberikan
sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka.

5. Bentuk Bentuk Penyalahgunaan

Korupsi mencakup penyalahgunaan oleh pejabat pemerintah


seperti penggelapan dan nepotisme, juga penyalahgunaan yang menghubungkan
sektor swasta dan pemerintahan seperti penyogokan, pemerasan, campuran tangan,
dan penipuan.

 Penyogokan: penyogok dan penerima sogokan

Korupsi memerlukan dua pihak yang korup: pemberi sogokan (penyogok) dan
penerima sogokan. Di beberapa negara, budaya penyogokan mencakup semua aspek
hidup sehari-hari, meniadakan kemungkinan untuk berniaga tanpa terlibat
penyogokan.

Negara-negara yang paling sering memberikan sogokan pada umumnya tidak sama
dengan negara-negara yang paling sering menerima sogokan.
Duabelas negara yang paling minim korupsinya, menurut survey persepsi (anggapan
tentang korupsi oleh rakyat) oleh Transparansi Internasional di tahun 2001 adalah
sebagai berikut:

 Australia
 Kanada
 Denmark
 Finlandia
 Islandia
 Luxemburg
 Belanda
 Selandia Baru
 Norwegia
 Singapura
 Swedia
 Swiss
 Israel

Menurut survei persepsi korupsi , tigabelas negara yang paling korup adalah:

 Azerbaijan
 Bangladesh
 Bolivia
 Kamerun
 Indonesia
 Irak
 Kenya
 Nigeria
 Pakistan
 Rusia
 Tanzania
 Uganda
 Ukraina

Namun demikian, nilai dari survei tersebut masih diperdebatkan karena ini dilakukan
berdasarkan persepsi subyektif dari para peserta survei tersebut, bukan dari
penghitungan langsung korupsi yg terjadi (karena survey semacam itu juga tidak ada)

 Sumbangan kampanye dan “uang haram


Di arena politik, sangatlah sulit untuk membuktikan korupsi, namun lebih sulit lagi
untuk membuktikan ketidakadaannya. Maka dari itu, sering banyak ada gosip
menyangkut politisi.

Politisi terjebak di posisi lemah karena keperluan mereka untuk meminta sumbangan
keuangan untuk kampanye mereka. Sering mereka terlihat untuk bertindak hanya
demi keuntungan mereka yang telah menyumbangkan uang, yang akhirnya
menyebabkan munculnya tuduhan korupsi politis.

6. Tuduhan korupsi sebagai alat politik

Sering terjadi dimana politisi mencari cara untuk mencoreng lawan mereka dengan
tuduhan korupsi. Di Republik Rakyat Cina, fenomena ini digunakan oleh Zhu Rongji,
dan yang terakhir, oleh Hu Jintao untuk melemahkan lawan-lawan politik mereka.

7. Mengukur korupsi

Mengukur korupsi – dalam artian statistik, untuk membandingkan beberapa negara,


secara alami adalah tidak sederhana, karena para pelakunya pada umumnya ingin
bersembunyi. Transparansi Internasional, LSM terkemuka di bidang anti korupsi,
menyediakan tiga tolok ukur, yang diterbitkan setiap tahun: Indeks Persepsi
Korupsi (berdasarkan dari pendapat para ahli tentang seberapa korup negara-negara
ini); Barometer Korupsi Global (berdasarkan survei pandangan rakyat terhadap
persepsi dan pengalaman mereka dengan korupsi); dan Survei Pemberi Sogok, yang
melihat seberapa rela perusahaan-perusahaan asing memberikan sogok. Transparansi
Internasional juga menerbitkan Laporan Korupsi Global; edisi tahun 2004 berfokus
kepada korupsi politis. Bank Dunia mengumpulkansejumlah data tentang korupsi,
termasuk sejumlah Indikator Kepemerintahan.

8. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi


9. Strategi Preventif

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal yang
menjadi penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi harus dibuat
upaya preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab korupsi. Disamping itu
perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan peluang untuk melakukan korupsi dan
upaya ini melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaanya agar dapat berhasil dan
mampu mencegah adanya korupsi.
2. Strategi Deduktif
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agarapabila
suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebutakan dapat
diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya danseakurat-akuratnya, sehingga
dapat ditindaklanjuti dengan tepat. Dengandasar pemikiran ini banyak sistem yang
harus dibenahi, sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan
yang cukup tepatmemberikan sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal ini
sangatmembutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu baik itu ilmu hukum,ekonomi
maupun ilmu politik dan sosial.

3. Strategi Represif
Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk
memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada pihak-pihak
yang terlibat dalam korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses penanganan korupsi
sejak dari tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan
perlu dikaji untuk dapat disempurnakan di segala aspeknya, sehingga proses
penanganan tersebut dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Namun implementasinya
harus dilakukan secara terintregasi. Bagi pemerintah banyak pilihan yang dapat
dilakukan sesuai dengan strategi yang hendak dilaksanakan. Bahkan dari masyarakat
dan para pemerhati atau pengamat masalah korupsi banyak memberikan sumbangan
pemikiran dan opini strategi pemberantasan korupsi secara preventif maupun secara
represif antara lain :

 Konsep “carrot and stick”

Konsep carrot and stick yaitu konsep pemberantasan korupsi yang sederhana yang
keberhasilannya sudah dibuktikan di Negara RRC dan Singapura. Carrot adalah
pendapatan netto pegawai negeri, TNI dan Polriyang cukup untuk hidup dengan
standar sesuai pendidikan, pengetahuan, kepemimpinan, pangkat dan martabatnya,
sehingga dapat hidup layak bahkan cukup untuk hidup dengan “gaya” dan “gagah”.
Sedangkan Stick adalah bila semua sudah dicukupi dan masih ada yang berani
korupsi, maka hukumannya tidak tanggung-tanggung, karena tidak ada alasan
sedikitpun untuk melakukan korupsi, bilamana perlu dijatuhi hukuman mati.
 Gerakan “Masyarakat Anti Korupsi”

Gerakan masyarakat anti korupsi yaitu pemberantasan korupsi di Indonesia saat ini
perlu adanya tekanan kuat dari masyarakat luas dengan mengefektifkan gerakan
rakyat anti korupsi, LSM, ICW, Ulama NU dan Muhammadiyah ataupun ormas yang
lain perlu bekerjasama dalam upaya memberantas korupsi, serta kemungkinan
dibentuknya koalisi dari partai politik untuk melawan korupsi. Selama ini
pemberantasan korupsi hanya dijadikan sebagai bahan kampanye untuk mencari
dukungan saja tanpa ada realisasinya dari partai politik yang bersangkutan. Gerakan
rakyat ini diperlukan untuk menekan pemerintah dan sekaligus memberi
kandukungan moral agar pemerintah bangkit memberantas korupsi.

 Gerakan “Pembersihan”

Gerakan Pembersihan yaitu menciptakan semua aparat hukum (Kepolisian,


Kejaksaan, Pengadilan) yang bersih, jujur, disiplin, dan bertanggung jawab serta
memiliki komitmen yang tinggi dan berani melakukan pemberantasan korupsi tanpa
memandang status sosial untuk menegakkan hukum dan keadilan. Hal ini dapat
dilakukan dengan membenahi sistem organisasi yang ada dengan menekankan
prosedur “structure follows strategy” yaitu dengan menggambar struktur organisasi
yang sudah ada terlebih dahulu kemudian menempatkan orang-orang sesuai posisinya
masing-masing dalam struktur organisasi tersebut.

 Gerakan “Moral”

Gerakan moral yang secara terus menerus mensosialisasikan bahwa korupsi adalah
kejahatan besar bagi kemanusiaan yang melanggar harkat dan martabat manusia.
Melalui gerakan moral diharapkan tercipta kondisi lingkungan sosial masyarakat
yang sangat menolak, menentang, dan menghukum perbuatan korupsi dan akan
menerima, mendukung, dan menghargai perilaku anti korupsi. Langkah ini antara lain
dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan, sehingga dapat terjangkau seluruh
lapisan masyarakat terutama generasi muda sebagai langkah yang efektif membangun
peradaban bangsa yang bersih dari moral korupsi.

 Gerakan “Pengefektifan Birokrasi”

Gerakan pengefektifan birokrasi yaitu dengan menyusutkan jumlahpegawai dalam


pemerintahan agar didapat hasil kerja yang optimal dengan jalan menempatkan orang
yang sesuai dengan kemampuan dankeahliannya. Dan apabila masih ada pegawai
yang melakukan korupsi,dilakukan tindakan tegas dan keras kepada mereka yang
telah terbuktibersalah dan bilamana perlu dihukum mati karena korupsi
adalahkejahatan terbesar bagi kemanusiaan dan siapa saja yang melakukankorupsi
berarti melanggar harkat dan martabat kehidupan.Pemerintah setiap negara pada
umumnya pasti telah melakukan langkah-langkah untuk memberantas korupsi dengan
membuat undang-undang.Indonesia juga membuat undang-undang tentang
pemberantasan tindak pidanakorupsi (undang-undang terlampir dihalaman belakang).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi pada dasarnya ada disekeliling kita, mungkin terkadang kita tidak menyadari
itu. Korupsi bisa terjadi dirumah, sekolah, masyarakat, maupun diintansi tertinggi dan
dalam pemerintahan. Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri
yang secara langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam
perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan
menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang negara untuk
kepentingannya. Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan
pemimpin, kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya
pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan
yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya manusia, serta struktur
ekonomi. Korupsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat, dan
tujuan. Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang
demokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan negara. Dibutuhkan kecerdasan dan
keberanian untuk mendobrak dan merobohkan pilar-pilar korupsi yang menjadi
penghambat utama lambatnya pembangunan ekonomi nan paripurna di Indonesia.
Korupsi yang telah terlalu lama menjadi wabah yang tidak pernah kunjung selesai,
karena pembunuhan terhadap wabah tersebut tidak pernah tepat sasaran. Oleh sebab
itu dibutuhkan kecerdasan masyarakat sipil untuk mengawasi dan membuat
keputusan politik untuk mencegah makin mewabahnya penyakit kotor korupsi di
Indonesia.

B. Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini. Dan pencegahan
korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil.

Anda mungkin juga menyukai