PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-anak dari
orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat menjadi
permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda oleh beragam negara dan
lembaga internasional. (WHO , 2003) . Anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah
20 tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the Child mendefinisikan anak-
anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun. ( Department of Child and
Adolescent Health and Development , 2006)
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah
“pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung
secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak
bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri; akan
tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini
kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan
spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan
tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita
meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya
dengan pengaruh yang ditimbulkan.
Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada pemberantasan
rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya (vektornya) yaitu nyamuk
Aedes Aegypty dengan memberantas sarang perkembangbiakannya yang umunya ada di
air bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan
air, melakukan program 3M ( menutup, menguras, mengubur) (WHO 2004).
Dari data yang diperoleh, kasus DBD di dki jakarta menurun selama tiga tahun
terakhir, secara signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta menyebutkan,
penurunan terjadi hingga tiga tahun terakhir. Pada tahun 2007, jumlah kasus DBD
mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan di tahun 2008 yang hanya
mencapai 28.361 kasus. Pada 2009 penurunannya sangat signifikan hanya menyisakan
18.835 kasus. Di tahun 2010, jumlah kasus DBD kian menyusut menjadi 12.639 kasus.
1
Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan, jumlah kasus DBD
di DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata (incidence rate/IR)
sebesar 202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut jauh di atas target nasional, yaitu
150 per 100.000 penduduk.
Untuk tahun 2011 hingga bulan Mei kasus DBD tercatat sebanyak 3.603 kasus.
Dengan rincian Jakarta Timur 941 kasus, Jakarta Selatan 720 kasus, Jakarta Barat 661
kasus, Jakarta Utara 961 kasus, Jakarta Pusat 314 kasus, dan Kepulauan Seribu 6 kasus.
Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan kesehatan tentang penyakit
DBD dan penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah terjadinya DBD dengan
cara merubah kebiasaan hidup sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang
sudah di pakai, menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air, kuratif yaitu untuk
memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta mengkonsumsi minuman yang
dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurma dll. Dari aspek rehabilitatif perawat
berperan memulihkan kondisi klien dan menganjurkan klien untuk kontrol kembali
kerumah sakit bila keluhan timbul kembali.
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari DHF ?
b. Bagaimana etiologi dari DHF?
c. Bagaimana patofisiologi dari DHF?
d. Bagaimana klasifikasi dari DHF?
e. Bagaimana manifestasi klinis dari DHF?
f. Apa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada DHF?
g. Bagaimana penatalaksanaan medis dari DHF?
h. Bagaimana asuhan keperawatan dari DHF?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
b) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi DHF.
c) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi DHF.
d) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi DHF.
e) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis.
f) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik.
g) Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan DHF.
h) Mahasiswa dapat menjelaskan teori asuhan keperawatan DHF
i) Mahasiswa dapat memahmi dalam melakukan asuhan keperawatan DHF
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
1. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Nursalam, dkk. 2008)
2. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayat,
2006)
3. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh
virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Suriadi. 2010)
4. DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk
kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. (Suryady,2001,hal 57)
B. Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus (Arthopodborn
Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus Nyamuk aedes
aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu 370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar
demam berdarah menurut (Nursalam ,2008) adalah :
4
2. Hidup didalam dan sekitar rumah
3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah seperti bak
mandi, tempayan vas bunga.
C. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia (virus
masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi dengan antibody dan
terbentuklah kompleks virus antibody yang tinggi akibatnya terjadilah peningkatan
permeabilitas pembuluh darah karena reaksi imunologik. Virus yang masuk ke dalam
pembuluh darah dan menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau
terjadi vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia) dan
factor koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan ini mengkibatkan
plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari pembuluh darah sehingga darah
mengental, aliran darah menjadi lambat sehingga organ tubuh tidak cukup mendapatkan
darah dan terjadi hipoksia jaringan.
Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan asidosis
jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan jaringan
semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti jantung, paru-paru
sehingga mengakibatkan hipotensi , hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi pleura,
syok dan dapat mengakibatkan kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem
gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu
sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak.
Namun, karena hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat memecahkan asam
lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga menyebabkan pembesaran hepar atau
hepatomegali, dimana pembesaran hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan
distensi abdomen. Bila virus bereaksi dengan antbody maka mengaktivasi sistem
koplemen atau melepaskan histamine dan merupakan mediator factor meningginya
5
permeabilitas dinding pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF
dengan derajat I,II,III, dan IV.
PATHWAY
6
D. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat sebagai berikut:
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II :
Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain.
3. Derajat III :
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan lemah, tekanan
darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.
4. Derajat IV :
Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak dapat diukur.
E. Manifestasiklinis
Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain
7
F. Pemeriksaan diagnostik
(Nursalam, 2008)
1. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih),
trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2. Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).
3. Rontgen thoraks : effusi pleura
G. Penatalaksanaan
1. Terapi
a. DHF tanpa rejatan
Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering muntah
menyebabkan pasien dehidrasi dan haus, beri pasien minum 1,5 sampai 2 liter
dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu dan bila mau lebih baik
diberikan oralit. Apabila hiperpireksia diberikan obat anti piretik dan kompres
air biasa.Jika terjadi kejang, beri luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal
diberikan dengan dosis anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM , anak lebih
dari 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi
dengan dosis 3mg / kg BB. Anak diatas satu tahun diberikan 50 mg dan
dibawah satu tahun diberikan 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi
fungsi vital. Infus diberikan pada pasien tanpa ranjatan apabila pasien terus
menerus muntah , tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya
dehidrasi dan hematocrit yang cenderung meningkat.
8
2. Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan muntah.
Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis, sirup, susu, serta larutan
oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat dipertahankan maka cairan IV perlu
diberikan. Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan
kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan dextrose 5% di dalam 1/3 larutan NaCl
0,9%. Bila terdapat asidosis dianjurkan pemberian NaCl 0,9 % +dextrose ¾ bagian
natrium bikarbonat.
Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin
dalam waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai dengan tanda vital, jadar
hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk menurunkan suhu tubuh menjadi
kurang dari 39°C perlu diberikan anti piretik seperti paracetamol dengan dosis 10-15
mg/kg BB/hari. Apabila pasien tampak gelisah, dapat diberkan sedative untuk
menenangkan pasien seperti kloral hidrat yang diberikan peroral/ perektal dengan
dosis 12,5-50 mg/kg BB (tidak melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic yang
berguna dalam mencegah infeksi seperti Kalmoxcilin, Ampisilin, sesuai dengan
dosis yang ditemukan.
Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien syok.Tranfusi
darah dapat diberikan pada penderita yang mempunyai keadaan perdarahan nyata,
dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi sel darah merah.Hal yang diperlukan
yaitu memantau tanda-tanda vital yang harus dicatat selama 15 sampai 30 menit atau
lebih sering dan disertai pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.
H. Komplikasi
a. Perdarahan
Perdarahan pada DHF disebabkan adanya perubahan vaskuler, penurunan
jumlah trombosit <100.000 /mm³ (trombositopenia) dan koagulopati,
trombositopenia, dihubungkan dengan meningkatnya megakoriosit muda dalam
sumsum tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan terlihat
pada uji tourniquet positif, petechi, purpura, ekimosis, dan perdarahan saluran
cerna,hematemesis dan melena.
9
b. Kegagalan sirkulasi
Dengue Syok Sindrom (DSS) biasanya terjadi sesudah hari ke 2 sampai 7,
disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke rongga pleura dan peritoneum, hipoproteinemia,
hemokonsentrasi dan hipovolemi yang mengakibatkan berkurangnya aliran balik
vena (venous return), prelod, miokardium volume sekuncup dan curah jantung,
sehingga terjadi disfungsi atau kegagalan sirkulasi dan penurunan sirkulasi
jaringan.DSS juga disertai dengan kegagalan hemostasis mengakibatkan aktivitas
dan integritas sistem kardiovaskuler, perfusi miokard dan curah jantung
menurun,sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemia jaringan dan kerusakan fungsi
sel secaraprogresif dan irreversibel, terjadi kerusakan sel dan organ sehingga
pasien akan meninggal dalam 12 sampai 24 jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang berhubungan dengan
nekrosis karena perdarahan, yang terjadi pada lobulus hati dan sel sel kapiler.
Terkadang tampak sel neutrofil dan limposit yang lebih besar dan lebih banyak
dikarenakan adanya reaksi atau kompleks virus antibodi.
d. Efusi pleura
Efusi pleura karena adanya kebocoran plasma yang mengakibatkan
ekstravasasi aliran intravaskuler sel hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya
cairan dalam rongga pleura bila terjadi efusi pleura akan terjadi dispnea, sesak
napas.
10
BAB III
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia
kurang dari 15 tahun) , jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah sakit
adalah panas tinggi dan anak lemah
5. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko , apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan tidak nafsu
makan.Apabila kondisi berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
11
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya berkurang.
7. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih ( seperti air yang menggenang atau gantungan baju dikamar)
8. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantanganm nafsu makan berkurang
dan menurun,
b. Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang mengalami diare
atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi hematuria.
c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit
atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya berkurang.
d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aedypty.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menajga
kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF, keadaan anak adalah
sebagai berikut :
12
10. Sistem Integumen
a. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncl keringat dingin,
dan lembab
b. Kuku sianosis atau tidak
c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam
(flusy). mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epitaksis) pada
grade II,III. IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering , terjadi
perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia
pharing dan terjadi perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV).
d. Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto thorak
terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales +,
ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
e. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly) dan asites
f. Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
11. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. HB dan PVC meningkat (≥20%)
b. Trombositopenia (≤ 100.000/ ml)
c. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig. D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hipokloremia,
dan hiponatremia
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
h. SGOT /SGPT mungkin meningkat.
B. Diagnosa keperawatan
(Doengoes, E Marilyn. 2000)
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler,
perdarahan, muntah dan demam.
13
d. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
e. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
f. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan
tubuh akibat perdarahan.
g. Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatan pasien
berhubungan dengan kurangnya informasi.
C. Intervensi keperawatan
(E, Marylin, 2000)
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil : volume cairan perlahan-lahan teratasi, An.A tidak muntah –
muntah lagi, Mukosa bibir kembali normal
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji tanda-tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
Rasional :mengetahui atau memantau keadaan umum klien
b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit tidak elastis,
ubun-ubun cekung , produksi urine menurun
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan intervensi lanjut
c. Observasi dan catat intake dan output cairan
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit atau balance cairan
d. Berikan hidrasi yanga adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan klien
e. Memonitor nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, dan serum albumin
Rasional : memantau keseimbangan cairan dalam darah
f. Monitor dan catat berat badan
Rasional : mengontrol penambahan berat badan karena pemberian cairan yang
berlebihan
g. Monitor tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang tanpa bantal
Rasional : memulihkan dan membantu peredaran darah dalam tubuh supaya lancar
sehingga mengurangi syok yang terjadi
h. Pasang infus dan berikan cairan intravena jika terjadi perdarahan
14
Rasional : membantu proses perbaikan tubuh.
Intervensi
Mandiri :
15
Kriteria Hasil : Berat badan stabil dalam batas normal.
Intervensi
Mandiri :
a. Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Kaji cara/bagaimana makanan dihidangkan
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengarauhi nafsu makan
klien.
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim, dan hidangkan saat
masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan
makanan karena mudah ditelan.
d. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi klien terutama saat klien sakit.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi
makan meningkat.
e. Berikan umpan balik positif pada saat klien mau berusaha menghabiskan
makanan.
Rasional : Motivasi dan meningkatklan semangat pasien.
f. Catat jumlah/porsi makan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi.
g. Lakukan oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi yang lunak.
Rasional : Meningkat nafsu makan.
h. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi klien.
Kolaborasi :
16
Rasional : Membantu proses penyembuhan klien.
Intervensi.
Mandiri :
17
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi seperti: makan, minum, dan
personal hyiene (mandi, menggosok gigi, dan bershampoo).
Intervensi.
Mandiri :
Intervensi.
Mandiri :
18
c. Monitor tanda-tanda perdarahan.
Rasional : Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera teratasi.
d. Anjurkan keluarga/klien untuk segera melapor jika ada tanda-tanda perdarahan.
Rasional : Untuk membantu tim perawat untuk segara menentukan tindakan
yang tepat.
e. Segera puasakan jika terjadi perdarahan saluran pencernaan.
Rasional : Untuk membantu mengistirahatkan saluran pencernaan
untuksementara selama perdarahan berasal dari saluran cerna.
f. Perhatikan keluhan klien seperti pusing, lemah, ekstremitas dingin, sesak nafas.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengaruh perdarahan.
Kolaborasi :
Intervensi
Mandiri :
19
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan tentang penyakit yang
diderita klien.
b. Kaji latar belakang pendidikan klien dan keluarga.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat
pendidikan sehingga penjelasan dapat dipahami dan tujuan yang
direncanakan tercapai.
c. Jelaskan tentang proses penyakit,diit, perawatan, obat-obatan pada klien dengan
bahasa yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan tepat dan jelas.
d. Berikan kesempatan pada klien/keluarga untuk bertanya sesuai dengan penyakit
yang dialami.
Rasional : Mengurangi kecemasan dan motivasi klien untuk kooperatif
selama masa perawatan/penyembuhan
e. Gunakan leaflet atau gambar-gambar dalam bentuk penjelasan.
Rasional : Dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan
karena dapat dilihat atau dibaca berulang kali.
20
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian,
terutama anak serta sering menimbulkan wabah.
Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i : demam
disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan
hemokonsentrasi. derajat ii : derajat i di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau
perdarahan lain. derajat iii : kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah,hipotensi, kulit
dingin lembab, gelisah. Derajat IV :
Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia berhubungan dengan
proses penyakit (virus dalam darah/viremia), Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, Resiko tinggi terjadinya
perdarahan berhubungan dengan trombositopenia, Gangguan aktivitas sehari-hari
berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah, Resiko tinggi syok hipovolemik
berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh akibat perdarahan dan Kurang
pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatan pasien
berhubungan dengan kurangnya informasi.
21
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : salemba medika
Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC
Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba medika
Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC
22