TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HIV/AIDS
disebut HIV. Virus ini ditemukan oleh Montagnier, seorang ilmuwan Perancis
(Institute Pasteur, Paris 1983), yang mengisolasi virus dari seorang penderita
USA 1984) menemukan virus HTL-III (Human T Lymphotropic Virus) yang juga
adalah penyebab AIDS. Pada penelitian lebih lanjut dibuktikan bahwa kedua virus
Taxonomy of Viruses (1986) WHO memberi nama resmi HIV. Pada tahun 1986 di
Afrika ditemukan virus lain yang dapat pula menyebabkan AIDS, disebut HIV-2,
dan berbeda dengan HIV-1 secara genetik maupun antigenik. HIV-2 dianggap
Virus ini termasuk RNA virus genus Lentivirus golongan Retrovirus family
Retroviridae. Spesies HIV-1 dan HIV-2 merupakan penyebab infeksi HIV pada
semen dan sekret vagina. Sebagian besar penularan terjadi melalui hubungan
seksual. Jika virus masuk ke dalam tubuh penderita (sel hospes), maka RNA virus
diubah menjadi DNA oleh enzim reverse transcriptase yang dimiliki oleh HIV,
HIV menyerang jenis sel tertentu, yaitu sel-sel yang mempunyai antigen
dalam mengatur dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh. Selain limfosit T4,
virus juga dapat menginfeksi sel monosit dan makrofag, sel langerhas pada kulit,
sel dendrit folikuler pada kelenjar limfe, makrofag pada alveoli paru, sel retina,
sel serviks uteri dan sel-sel mikroglia otak. Virus yang masuk ke dalam limfosit
lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi
(Daili, 2009).
Penularan HIV yang diketahui dan diakui saat ini adalah melalui
jarum suntik), dan transplasental/perinatal (dari ibu ke anak yang akan lahir). Ada
lima unsur yang perlu diperhatikan pada penularan suatu penyakit yaitu: sumber
infeksi, vehikulum/media perantara, hospes yang rentan, tempat keluar dan tempat
a. Transmisi Seksual
oral merupakan cara transmisi yang paling sering terutama pada pasangan seksual
pasif yang menerima ejakulasi semen pengidap HIV. Diperkiran tiga per empat
pengidap HIV di dunia mendapatkan infeksi dengan cara ini. HIV dapat
Selama hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan vagina, dan darah dapat
mengenai selaput lendir vagina, penis, dubur atau mulut sehingga HIV yang
terdapat dalam cairan tersebut masuk ke aliran darah. Selama berhubungan juga
bisa terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang bisa menjadi
jalan HIV untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual (Nursalam dan Ninuk,
2011).
b. Transmisi Nonseksual
Penularan virus HIV non seksual terjadi melalui jalur pemindahan darah
atau produk darah (transfusi darah, alat suntik, alat tusuk tato, tindik, alat
bedah, dan melalui luka kecil di kulit), jalur transplantasi alat tubuh, jalur
transplasental yaitu penularan dari ibu hamil dengan infeksi HIV kepada janinnya
(Murtiastutik, 2008). Transmisi HIV non seksual dapat terjadi pula pada petugas
menangani spesimen cairan tubuh yang berasal dari penderita. Penularan terjadi
karena tertusuk jarum suntik yang sebelumnya digunakan penderita atau kulit
a. HIV Stadium I
b. HIV Stadium II
Berat badan menurun <10%, ulkus atau jamur di mulut, herpes zoster
Berat badan menurun >10%, terjadi diare kronis yang berlangsung lebih
d. HIV Stadium IV
Menurut Nursalam dan Ninuk (2011), gejala klinis pada stadium AIDS
dibagi menjadi gejala mayor dan minor. Gejala mayor terdiri dari: penurunan
berat badan >10% dalam tiga bulan, demam yang panjang atau lebih dari tiga
bulan, diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus menerus, dan
TBC. Gejala minor terdiri dari: batuk kronis selama lebih dari satu bulan, infeksi
kelenjar getah bening yang menetap, munculnya herpes zoster, berulang dan
Tanda dan gejala pada infeksi HIV awal bisa sangat tidak spesifik dan
menyerupai infeksi virus lain yaitu: letargi, malaise, sakit tenggorokan, mialgia
(nyeri otot), demam dan berkeringat. Pasien mugkin mengalami beberapa gejala,
tetapi tidak mengalami keseluruhan gejala tersebut di atas. Pada stadium awal,
pasien terinfeksi virus HIV atau tidak (Nursalam dan Ninuk, 2011). Diagnosis
cara deteksi antigen virus yang makin popular belakangan ini adalah PCR
(polymerase chain reaction) (Daili, 2009). PCR untuk DNA dan RNA
virus HIV sangat sensitif dan spesifik untuk infeksi HIV. Tes ini sering
digunakan bila hasil tes yang lain tidak jelas (Nursalam dan Ninuk, 2011).
b. Tidak Langsung: dengan melihat respon zat anti spesifik, misalnya dengan
dipakai:
antibodi terhadap HIV, tes ELISA sangat sensitif, tapi tidak selalu
DNA. Jika tidak ada rantai protein yang ditemukan, berarti hasil tes
berarti hasil tes positif. Tes Western Blot mungkin juga tidak bisa
tes harus diulang lagi setelah dua minggu dengan sampel yang sama.
Jika tes Western Blot tetap tidak bisa disimpulkan, maka tes Western
Blot harus diulang lagi setelah enam bulan. Jika tes tetap negatif
a. Pencegahan Primer
suatu penyakit sebelum hal itu terjadi. Promosi kesehatan, pendidikan kesehatan,
dan perlindungan kesehatan adalah tiga aspek utama didalam pencegahan primer.
memiliki gaya hidup sehat, tidak menggunakan narkoba suntik dan tidak
darah yang bebas dari HIV untuk pasien. Pencegahan penyebaran melalui darah
dan donor darah dilakukan dengan skrining adanya antibodi HIV (Nursalam
b. Pencegahan Sekunder
hingga saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan infeksi HIV
perkembangan penyakit kearah AIDS atau dengan kata lain memperpanjang hidup
c. Pencegahan Tersier
mencegah bertambah parahnya suatu penyakit tersebut. Pada tingkat ini juga
fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal mungkin yang meliputi rehabilitasi
2.2 Narkoba
Narkoba yaitu zat-zat alami maupun kimiawi yang jika dimasukkan ke dalam
tubuh baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain
seseorang.
narkoba diluar dari hal-hal medis dan tanpa mengikuti dosis yang seharusnya akan
dapat menimbulkan kerusakan fisik, mental dan sikap hidup masyarakat. Narkoba
yang popular pada masyarakat terdiri dari tiga golongan yaitu: Narkotika,
a. Narkotika
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
pilihan terakhir jika tidak ada pilihan lain. Contoh dari narkotika golongan
Narkotika golongan III : adalah jenis narkotika yang memiliki daya adiktif
untuk terapi atau pengobatan dan penelitian. Adapun jenis narkoba yang
termasuk dalam golongan III adalah kodein dan turunannya (Lisa dan
Sutrisna, 2013).
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan
syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan
b.1 Golongan I
b.2 Golongan II
b.4 Golongan IV
Berdasarkan BNN (2010), zat adiktif adalah bahan-bahan aktif atau obat
untuk menggunakan kembali secara terus-menerus. Dan jenis zat adiktif yang
c.2 Inhalen, zat-zat yang disedot melalui hidung: Hidrokarbon alifatis (yang
c.3 Rokok, Benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih
berbagai amonial.
c.4 Obat penenang (obat tidur, pil koplo, Nipam, Valium, Lexotan, dan lain-
lain)
Menurut efeknya pada sistem saraf pusat pemakai, narkoba, dan zat adiktif
a. Depresan
Obat jenis ini menekan atau memperlambat fungsi sistem saraf pusat
tinggi, memberi rasa bahagia dan bahkan membuatnya tertidur atau tidak
alkohol, dan obat tidur trankuiliser atau obat penenang (BNN, 2010).
b. Stimulan
Stimulan yaitu berbagai jenis zat yang dapat merangsang sistem saraf
kesadaran. Obat ini dapat bekerja mengurangi rasa kantuk karena lelah,
2010).
c. Halusinogen
akibat yang beraneka ragam berupa dampak tidak langsung, dampak langsung
bagi jasmani/tubuh manusia dan dampak langsung bagi kejiwaan/mental (Lisa dan
tanda sebagai berikut: berat badan menurun secara drastis, mata menjadi
cekung, wajah terlihat pucat, bibir berubah warna menjadi kehitaman, sulit
buang air kecil, sembelit tanpa alasan jelas, ada bintik-bintik merah seperti
bekas gigitan nyamuk atau bekas luka sayatan (Sembiring dkk, 2013).
bila dimarahi atau ditegur, emosional dan mudah marah, suka menyakiti diri
tanda sebagai berikut: senang menyendiri di tempat yang sepi dan gelap, nafsu
air mata dan keringat secara berlebihan, sering menguap, sering mengalami
mimpi buruk, sering berbohong, suka mencuri uang atau benda berharga di
tanpa sebab jelas. Biasanya pada penderita yang sedang sakau, sering pergi tanpa
izin dan bertemu dengan orang-orang yang tak dikenal (Sembiring dkk, 2013).
secara langsung akibat penyalahgunaan, yaitu kerugian pada diri pemakainya dan
Akibat pada fisik yaitu, gangguan pada sistem syaraf, jantung, pembuluh
darah, kulit, paru-paru, sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, suhu tubuh
meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur. Akibat psikis yaitu: lamban kerja,
ceroboh kerja, sering tegang, gelisah, apatis, pengkhayal, penuh curiga, menjadi
ganas dan tingkah laku yang brutal, sulit berkonsentrasi, perasaan kesal,
cenderung menyakiti diri dan perasaan tidak aman dan bahkan bunuh diri (Lisa
lingkungan. Pengaruh pada keluarga yaitu keluarga akan malu besar karena punya
anggota keluarga yang memakai zat terlarang (Lisa dan Sutrisna, 2013).
narkoba. Hasil wawancara terhadap beberapa responden yang terdiri dari remaja
maupun eksternal.
a. Faktor internal, yang terdiri dari: kontrol diri yang buruk, pengambilan
pemahaman agama.
b. Faktor eksternal:
keluarga atau karena akibat dari broken home. Orang tua yang berlebih
a. Pencegahan Primer
memakai zat adiktif untuk tidak mencoba atau memakai teratur (Kemenkes RI,
2014).
b. Pencegahan Sekunder
menggunakan agar tidak masuk ke dalam kelompok berisiko dan tidak menjadi
deteksi dini merupakan langkah krusial pada kelompok individu yang berisiko
tinggi. Upaya ini dianjurkan untuk dilakukan dalam tatanan pelayanan kesehatan
antaranya adalah keluarga, teman, sebaya, tetangga, atau bahkan penemu kasus
dan petugas hukum lain. Salah satu upaya pengenalan dini kasus adalah dengan
b.2. Meningkatkan akses, motivasi, dan dukungan bagi pemakai zat adiktif
pemakaian zat adiktif ilisit (UNODC, 2003: hal.9) (Kemenkes RI, 2014).
c. Pencegahan Tersier
masalah penyalah guna narkoba dan adiksi, termasuk tindakan terapi dan
di dunia. Kasus HIV semakin hari bukan semakin kecil tetapi semakin besar. Pola
penularan HIV berdasarkan faktor risiko tidak mengalami perubahan dalam lima
tahun terakhir. Berdasarkan faktor risiko, infeksi HIV dominan terjadi pada
heteroseksual diikuti kelompok lain-lain, penasun dan LSL (Kemenkes RI, 2014).
adiktif) melalui jarum suntik atau lebih sering dikenal dengan IDU (Injecting
Drug User) atau obat yang disuntikkan menjadi sebuah tren baru dan menjadi
narkoba melalui jarum suntik. Pemakaian jarum suntik secara bergantian antar
jarum suntik yang tidak steril dipakai, maka virus masih bertahan hidup pada
jarum. Selanjutnya virus masuk ke dalam pembuluh darah pengguna baru jarum
suntik bekas dan akhirnya berkembang biak di dalam tubuh pengguna baru.
Pengguna napza suntik menghadapi dua risiko untuk terkena HIV/AIDS. Pertama,
melalui jarum dan alat suntik yang tercemar yang digunakan secara bersama-
menjadi tiga bagian yaitu efek stimulan, efek depresan, dan efek halusinogen.
Narkoba dengan efek stimulan dapat merangsang sistem saraf pusat dan
pemakainya untuk melakukan seks bebas. Jenis narkoba yang paling banyak
disalahgunakan adalah ganja, shabu, pil koplo dan ekstasi. Narkotika dengan efek
stimulan seperti ekstasi dan shabu, dikonsumsi di tempat hiburan bersama banyak
kawan. Inilah yang mendorong pemakainya lebih intens berinteraksi secara fisik,
secara bebas biasanya akibat pergaulan bebas dan umumnya dilakukan para
berkaitan erat dalam permasalahan remaja. Berdasarkan data tentang seks bebas
remaja usia 14-18 tahun di kota-kota besar di Indonesia (Jakarta, Surabaya, dan
Bandung) pernah berhubungan seks. Hasil survei lain juga menyatakan, satu dari
62,7% remaja kehilangan perawan saat masih duduk di bangku SMP, dan bahkan
21,2% di antaranya berbuat ekstrim, yakni pernah melakukan aborsi (Jaid, 2014).
2.4 Pengetahuan
hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
tingkatan, yaitu:
a. Tahu (know)
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain dapat
b. Memahami (comprehension)
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
c. Aplikasi (aplication)
telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
d. Analisis (analysis)
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis
ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan
sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
f. Evaluasi (evaluation)
a. Tingkat pendidikan
b. Pengalaman
c. Informasi
d. Budaya
2.5 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2012). Sikap yang baik akan
mendukung pengetahuan yang baik. Jika sikap didasari oleh pengetahuan maka
sikap akan cenderung secara terus menerus baik. Sikap merupakan kecenderungan
merespon (secara postif atau negatif) orang, situai atau objek tertentu. Sikap
emosional. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai
berikut:
which in interaction with situational and other dispositional variable, guide and
itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan,
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu
terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang
c. Ciri-ciri Sikap
1996; Ahmadi, A., 1999; Sarwono, S. W., 2000 dan Walgito, B., 2001), sikap
c1. Sikap tidak dibawa dari lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk melalui
c2. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu
c3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan denga objek sikap.
c4. Sikap tidak dapat tertuju pada satu atau banyak objek.
c6. Sikap mengandung factor perasaan dan motivasi, hal ini yang