Anda di halaman 1dari 26

KEPERAWATAN ANAK II

DENGUE HAEMORAGIC FEVER ( DHF )

Dosen Pengampuh : Ns. Maylar Gurning , S.Kep ., M.Kep

DI SUSUN OLEH :

IRTAN HENDERIKA SIKOWAI 201702042A


GLISKA
ANITA
EVERLINA

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN (STIKES) PAPUA SORONG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat rahmat Nya kita dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF )”.
Dalam makalah ini kami merangkum mengenai penjelasan dan ASKEP Nya. Kami sangat
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini kami memiliki banyak keterbatasan ,sehingga
jika anda menemukan kekurangan atau kekeliruan dengan itu kami menerima kritik yang
membangun.

Akhir kata,kami ucapkan terima kasih,semoga dapat bermanfaatkan bagi kita bersama-sama,dan
dapat menlaksanakannya dalam pelayanan kepada masyarakat.

Sorong, 14 Oktober 2019


DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi

Bab I : Pendahuluan ..................................................................................................


Bab II : Pembahasan .....................................................................................................
Bab III : Asuhan Keperawatan .......................................................................................
Bab IV : Penutup ............................................................................................................

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat
mengakibatkan kematian, terutama anak serta sering menimbulkan wabah. (Suriadi, 2006: 57)

Faktor kepadatan penduduk memicu tingginya kasus dengue hemorrhagic fever, karena tempat
hidup nyamuk hampir seluruhnya adalah buatan manusia mulai dari kaleng bekas, ban bekas
hingga bak mandi. Karena itu, 10 kota dengan tingkat DBD paling tinggi seluruhnya merupakan
ibukota provinsi yang padat penduduknya.

Data kementerian kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia mencatat jumlah kasus Demam
Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2009 mencapai sekitar 150 ribu. Angka ini cenderung stabil
pada tahun 2010, sehingga kasus demam berdarah dengue di Indonesia belum bisa dikatakan
berkurang. Demikian juga dengan tingkat kematiannya, tidak banyak berubah dari 0,89% pada
tahun 2009 menjadi 0,87% pada pada 2010. Ini berarti ada sekitar 1.420 korban tewas akibat
demam berdarah dengue pada 2009 dan sekitar 1.317 korban tewas pada tahun 2010. (
Pramudiarja, 2011)

Data di dinas kesehatan provinsi Jawa Tengah menunjukan selama 2009 ada 16.858 kasus demam
berdarah di Jawa Tengah dengan pasien yang meninggal dunia 230 orang. Dari jumlah itu, yang
terjadi di kota Semarang mencapai 3.314 kasus dengan meninggal dunia 48 orang. Sedangkan
daerah lain, adalah Jepara dengan 1.395 kasus dan meninggal dunia 17 orang, Solo 535 kasus
dengan meninggal dunia tiga orang, kota Magelang 236 dengan meninggal dunia satu orang. (
Rofiuddin, 2010)

Kebanyakan orang yang menderita demam berdarah dengue pulih dalam waktu dua minggu.
Namun, untuk orang-orang tertentu dapat berlanjut selama beberapa minggu hingga berbulan-
bulan. Kasus kematian akibat DHF(dengue hemorrhagic fever)sering terjadi pada anak-anak, hal
ini disebabkan selain karena kondisi daya tahan anak-anak tidak sebagus orang dewasa, juga
karena sistem imun anak-anak belum sempurna. Penyakit DHF (dengue hemorrhagic fever) jika
tidak mendapatkan perawatan yang memadai dan gejala klinis yang semakin berat yang
mengarahkan pada gangguan pembuluh darah dan gangguan hati dapat mengalami perdarahan
hebat, syok dan dapat menyebabkan kematian. (Hanifah, 2011)
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang disebut dengan DHF ?


2. Bagaimana cara penularan DHF ?
3. Apa saja gejala penyakit DHF ?
4. Bagaimana pemeriksaan laboratorium DHF ?
5. Bagaimana pengendalian DHF ?
6. Bagaimana penatalaksanaan DHF ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk melengkapi tugas mata kuliah epidemiologi

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apa yang disebut dengan DHF


b. Untuk mengetahui bagaimana cara penularan DHF
c. Untuk mengetahui apa saja gejala DHF
d. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan laboratorium DHF
e. Untuk mengetahui bagaimana pengendalian DHF
f. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan DHF
D. Manfaat Penulisan

1. Instalasi pendidikan

Agar dapat digunakan sebagai wacana dan pengetahuan tentang perkembangan ilmu keperawatan,
terutama kajian pada anak dengan dengue hemorrhagic fever.

2. Penulis

Untuk menambah pengetahuan, pemahaman, dan pendalaman tentang perawatan pada anak
dengandengue hemorrhagic fever.

3. Pasien dan keluarga

Pasien dan keluarga dapat mengetahui cara pencegahan, perawatan, penyebab, tanda dan gejala,
serta pertolongan pertama yang dilakukan jika mengalamidengue hemorrhagic fever.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan
demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic
Fever ( DHF ).

Dengue Haemorrhagik fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang dapat menyebabkan
kematian dan disebabkan oleh empat serotipe virus dari genus Falvivirus, virus RNA dari Keluarga
Falviviridae (Soedarto 2012). Dengue Haemorhage fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue dan disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti yang disertai manifestasi perdarahan
dan cenderung menimbulkan syok dan kematian (Misnadiarly 2009). Demam berdarah dengue
(DBD) adalah penyakit menular mendadak yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Kementrian Kesehatan RI 2010).

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh
vektor nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun,
namun dapat juga menyerang orang dewasa (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2013).
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan famili Flaviviridae. DBD ditularkan
melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau Aedes
albopictus.(Kementrian Keeharan Republik Indonesia 2015)

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa DHF adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri otot dan sendi, syok serta
dapat menimbulkan kematian.

B. ETIOLOGI

Demam dengue disebabkan oleh virus dengue (DEN), yang termasuk genus falvivirus. Virus yang
ditularkan oleh nyamuk ini tergolong RNA positive-strand virus dari keluarga Falviviridae.
Terdapat empat serotipe virus DEN yang sifat antigennya berbeda, yaitu virus dengue-1 (DEN 1),
virus dengue-2 (DEN 2), virus dengue-3 (DEN 3) dan virus dengue-4 (DEN 4). Spesifikasi virus
dengue yang dilakukan oleh Albert Sabin pada tahun 1994 menunjukan bahwa masing-masing
serotipe virus dengan memiliki genotipe yang berbeda antara serotipe-serotipe tersebut (Soedarto
2012).

Di Indonesia, hingga sekarang telah dapat di isolasi 4 serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan
DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang paling banyak sebagai penyebab.
Nimmanitya (1975) di Thailand melaporkan bahwa serotipe DEN-2 yang dominan. Sedangkan
Indonesia tertama oleh DEN-3, walaupun akhir-akhir ini ada kecenderungan dominasi oleh virus
DEN-2.

Disamping itu, urutan infeksi serotipe merupakan suatu faktor resiko karena lebih dari 20% urutan
infeksi virus DEN-1 yang disusul DEN-2 mengakibatkan renjatan, sedangkan faktor resiko
terjadinya renjatan untuk urutan virus DEN-3 yang diikuti oleh DEN-2 adalah 2%. Viremia berakir
4-5 hari setelah timbulnya panas.

C. EPIDEMIOLOGI

Penyakit ini terdapat didaerah tropis terutama di negara ASEAN dan Pasifik Barat. Penyakit ini
disebabkan oleh penyakit virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes. Di Indonesia dikenal
dua jenis nyamuk Aedes yaitu

a. Aedes Agypti

Paling sering ditemukan Adalah nyamuk yang hidup didaerah tropis, terutama hidup dan
berkembang biak didalam rumah, yaitu ditempat penampungan air jernih atau tempat
penampungan air disekitar rumah. Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik-bintik
putih. Biasanya mengigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari. Jarak terbang 100
meter
b. Aedes Albopictus

Tempat habitatnya di air jernih. Biasanya disekitar rumah atau pohon-pohon, tempat yang
menampung air hujan yang bersih, seperti pohon pisang, pandan, kaleng bekas. Mengigit pada
waktu siang hari Jarak terbang 50 meter

D. CARA PENULARAN

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu mausia,
virus dan vektor perantara.

Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui nyamuk Aedes Aegypti. Aedes Albopictus,
Aedes Polynesiensis dan beberapa spesies yang lain dapat juga menularkan virus ini, namun
merupakan vektor yang kurang berperan. Aedes tersebut mengandung virus dengue pada saat
menggigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar liur
berkembang biak dalam waktu 8 – 10 hari (extrinsic incubation period) sebelum dapat di tularkan
kembali pada manusia pada saat gigitan berikutnya. Sekali virus dapat masuk dan berkembang
biak di dalam tubuh nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidupnya (infektif).

Ditubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 4 – 6 hari (intrinsic incubation period)
sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk dapat terjadi bila nyamuk
menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari
setelah demam timbul.

E. PATOGENESIS

Mekanisme sebenarnya tentang patogenesis, patofisiologi, hemodinamika, dan perubahan


biokimia pada DBD/DHF hingga kini belum diketahui hingga pasti, karena sukarnya mendapatkan
model binatang percobaan yang dapat digunakan untuk menimbulkan gejala klinis demam
berdarah dengue seperti pada manusia.

Sebagian besar ahli masih menganut The Secondary Heterologous Infection Hypothesis atau The
Sequential Infection Hypothesis yaitu gawat demam berdarah dengue yang dialami seseorang
setelah terinfeksi dengan virus dengue pertama kali kemudian mendapat infeksi ulangan dengan
tipe virus dengue yang belainan, dalam waktu 6 bulan sapai dengan 5 tahun.

Akhir-akhir ini, berasarkan beberapa pengalaman klinis baik di Jakarta, kepulauan Tonga, Manila,
maupun Bangkok, ternyata sindrom syok dengue dapat pula terjadi pada penderita yang mendapat
infeksi virus dengue untuk pertama kali pada usia lebih dari 1 tahun dan terbukti bahwa sensitisasi
oleh infeksi sebelumnya bukan merupakan faktor utama dalam patogenesis sindrom ini, sehingga
timbul dugaan bahwa ke empat serotipe mempunyai potensi patogen yang sama dan renjatan
terjadi sebagai akibat serotipe virus yang paling virulentetapi konsep ini masih memerlukan
penelitian lebih lanjut.

Patogenesis terjadinya renjatan berdasarkan The Secondary Heterologous Infection


Hypothesis dapat dilihat dari rumusan yang dikemukakan oleh Suvatte (1977), yaitu akibat dari
infeksi kedua oleh virus yang lain pada seorang penderita dengan kadar anti body anti dengue yang
rendah, respon anti body anamnestik yang akan terjadi dalam waktu dalam beberapa hari
mengakibatkan proliferasi dan transformasi linfosit imum dengan menghasilakan titer tinggi anti
body IgG anti dengue. Disamping itu, replikasi virus dengue terjadi juga dalam limfosit yang
bertransformasi dengan akibat terdapatnya virus dengan jumlah banyak. Hal ini akan
mengakibatkan terbentuknya antigen-antibody (viru-antibody komleks) yang selanjutnya:

1. Akan mengaktivasi sistem komplemen. Pelepasan C3a dan C5a akibat aktivasi C3 dan C5
menyebabkan meningkatnya permeabilitas pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui
endotel dinding itu. Renjatan yang tidak ditangulangi secara adekuat akan menimbulkan anoksia
jaringan, asidosis metabolik dan berakhir dengan kematian.

2. Dengan terdapatnya kompleks virus-antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan


trombosit kehilangan fungsi agregasi dan mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan
dengan sistem RE dengan akibat terjadi trombositopenia hebat dan perdarahan. Disamping itu,
trombosit yang mengalami metamorfosis akan melepaskan faktor trombosit 3 yang mengaktivasi
sitem koagulasi.

3. Akibat aktivasi faktor Hageman (faktor XII) yang selanjutnya juga mengaktivasi sistem
koagulasi dengan akibat terjadinya pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi
ini, plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang berperan pada pembentukan anafilaktoksin
dan penghancuran fibrin menjadi fibrin degradation product (FDP) .
Disamping aktivasi, faktor XII akan mengiatkan juga sistem kinin yang berperan dalam proses
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah. Menurunya faktor koagulasi dan kerusakan
hati akan menambah beratnya perdarahan.

F. PATOFISIOLOGI

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan demam dengue
dengan demam berdarah dengue ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena
pelepasan zat anafilaktoksin, histamin dan serothin sert aktivasi sistim kalikrein yang berakibat
ekstravasosi cairan intravascular.

Hal ini mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,


hipeproteinemia, efusi dan syok. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari saat
permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat syok.

G. GEJALA UTAMA

Seperti infeksi virus lain, infeksi virus dengue juga merupakan suatu self limiting infectiouf
disease yang akan berakhir sekitar 2-7 hari. Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan
suatu spektrum manifestasi klinis yang bervariasi antara penyakit yang paling ringan
(mildundeferentiatid febrile illnes), dengue fefer, dengue hemorrhagic fifer (DHF/DBD) dan
dengue shock syndrome (DSS/SSD).

1. Panas

Panas biasanya berlangsung tinggi dan terus menerus, dengan sebab yang tidak jelas dan hampir
tidak berreaksi terhadap pemberian anti piretik (mungkin hanya turun sedikit kemudian naik
kembali). Panas ini biasanya berlangsung 2-7 hari. Bila tidak disertai syok panas akan turun dan
penderita sembuh sendiri (self limiting). Di samping panas, penderita juga mengeluh malayse,
mual, muntah, sakit kepala, anoreksia, dan kadang-kadang batuk.
2. Tanda-tanda perdarahan

a. Karena manipulasi

1) Uji tourniquet/Repel leede test positif, yaitu dengan mempertahankan manset tensi meter
pada tekanan antara sistol dan diastol selama lima menit, kemudian dilihat apakah timbul petekie
atau tidak didaerah volar lengan bawah.
2) kriteria
(+) bila jumlah ptkie >20
(+-) bila jumlah ptkie 10-20
(-) bila jumlah ptkie <10

b. Perdarahan spontan

3. Pembesaran Hepar

4. Laboratorium :

a. Hematokrit/tcv (packed cell volume) meningkat sama atau lebih dari 20% Normal = vcv/Hct
= 3xhb
b. 2. Trombosit menurun, sama atau kurang dari 100rb/mm3
c. Lekopeni, kadang-kadang lekositisis ringan
d. Waktu perdarahan memanjang
e. Waktu protombin memanjang.
H. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

1. Darah

Pada demam berdarah dengue umum dijumpai trobositopenia (<100.000) dan hemokonsentrasi uji
tourniquet yang positif merupakan pemeriksaan penting.

Masa pembekuan masih dalam batas normal, tetapi masa perdarahan biasanya memanjang. Pada
analisis kuantitatif ditemukan masa perdarahan biasanya memanjang. Pada analisis kuantitatif
ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan X. Pada pemeriksaan kimia darah hipoproteinemia,
hiponatremia, dan hipokloremia.

2. Urine

Ditemukan albuminuria ringan

3. Sumsum Tulang

Gangguan maturasi

4. Serologi

a. Uji serologi memakai serum ganda.

Serum yang diambil pada masa akut dan masa konvalegen menaikkan antibodi antidengue
sebanyak minimal empat kali. termasuk dalam uji ini pengikatan komplemen (PK), uji neutralisasi
(NT) dan uji dengue blot.
b. Uji serologi memakai serum tunggal

Ada tidaknya atau titer tertentu antibodi antidengue uji dengue yang mengukur antibodi antidengue
tanpa memandang kelas antibodinya uji Ig M antidengue yang mengukur hanya antibodi
antidengue dari
kelas Ig M.

I. DIAGNOSIS

Hingga kini diagnosis DBD masih berdasarkan patokan yang telah dirumuskan oleh WHO pada
tahun 1975/1986/1987 yang terdiri dari 4 kriteria klinik dan 2 kriteria laburatorik dengan syarat
bila kriteria laboratorik terpenuhi ditambah minimal 2 kriteria klinik (1 diantaranya ialah panas).
Ternyata dengan menggunakan kriteria WHO diatas ketepatan diagnosisi berkisar 70-90%.

J. KRITERIA

Kriteria Klinik:

1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selamat 2-7 hari, dengan sebab yang tidak jelas
dan hampir tidak dapat dipengaruhi oleh atipiretika maupun survace cooling.
2. Manifestasi perdarahan
Dengan manipulasi: uji tourniquet positif Spontan: ptkie, ekimose, epistaksis, perdarahan gusi
hematemesis atau melena
3. Pembesaran hari
4. Syok yang ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tak teraba, tekanan nadi
menurun menjadi 20mmhg atau samapai 0,tekanan darah menurun menjadi 80 mmHg atau
samapai 0, disertai kulit yang teraba lemabab dan dingin, terutama pada ujung jari tangan, kaki
dan hidung, penderita menjadi lemah, gelisah samapai menurunnya kesadaran dan timbul sianosisi
disekitar mulut.
Kriteria Laburatorik:

1. Tronbositopenia: jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3


2. Homokonsentrasi: meninginya nilai hematokrit atau hb >20% dibandingkan dengan nilai
pada masa konfaleseb, atau dibandingkan dengan nilai hct atau hb rata-rata pada anak didaerah
tersebut.

Mengingat derajat beratnya penyakit bervariasi dana berkaitan dengan pengelolaan dan prognosis,
WHO (1975) membagi DBD dalam 4 derajat setelah kriteria laboratorik terpenuhi, yaitu:
1. Derajat 1: demam mendadak 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya menifestasi
perdarahan adalah tea tourniquet positif.
2. Derajat 2: drajat 1 disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau perdarahan yang lain
3. Derajat 3: derajat 2 ditambah kegagalan sirkulasi ringan yaitu, denyut nadi cepat, lemah,
dengan tekanan nadi yang menurun (20mmhg/-) atau hipotensi (sistolik <80 mmhg) disertai denga.
Kulit yang dingin, lembab, dan penderita gelisah.
4. Derajat 4: derajat 3 ditambah syok berat dengan nadi yang tak teraba dan tekanna darah yag
tidak terukur dapat disertai dengan penurunan kesadaran, sianosis da asidosis
Derajat 1 dan 2 disebut DHF atau DBD tanpa renjatan, sedangkan derajat 3 dan 4 adalah DHF atau
DBF atau dengan renjatan atau dss.

K. DIAGNOSA BANDING

1. Demam thyphoid
2. Malaria
3. Morbili
4. Demam Chikungunya
5. Leptospirosis
6. Idiophatic Thrombocytopenia Purpura (ITP)
L. PROGNOSIS DAN KOMPLIKASI

Prognosis: bila tidak disertai ranjatan, dalan 24-36 jam biasanya prognosis alan menjadi baik.
Kalau lebih dari 36 jam belum ada tanda-tanda perbaikan kemungkinan sembuh kecil fan
prognosis menjadi buruk.
Komplikasi: Ensefalopi, kelainan ginjal, edema paru.

M. PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

Demam Berdarah Dengue DBD dapat dihindari bila Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan
pengendalian vektor dilakukan dengan baik, terpadu dan berkesinambungan. Pengendalian vektor
melalui surveilans vektor diatur dalam Kepmenkes No.581 tahun 1992, bahwa kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dilakukan secara periodik oleh masyarakat yang dikoordinir
oleh RT/RW dalam bentuk PSN dengan pesan inti 3M plus. Keberhasilan kegiatan PSN antara
lain dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Apabila ABJ lebih atau sama dengan 95%
diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.

1. Vektor Demam Berdarah Dengue


Vektor adalah hewan arthropoda yang dapat berperan sebagai penular penyakit. Vektor Demam
Berdarah Dengue di Indonesia adalah nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor utama dan Aedes
albopictus sebagai vektor sekunder. Spesies tersebut merupakan nyamuk pemukiman. Spesies
nyamuk tersebut mempunyai sifat anthropofilik, artinya lebih memilih menghisap darah manusia,
disamping itu juga bersifat multiple feeding artinya untuk memenuhi kebutuhan darah sampai
kenyang dalam satu periode siklus gonotropik biasanya menghisap darah beberapa kali. Sifat
tersebut meningkatkan risiko penularan DBD di wilayah perumahan yang penduduknya lebih
padat, satu individu nyamuk yang infektif dalam satu periode waktu menggigit akan mampu
menularkan virus kepada lebih dari satu orang.

2. Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue


Vaksin untuk pencegahan terhadap infeksi virus dan obat untuk penyakit DBD belum ada dan
masih dalam proses penelitian, sehingga pengendaliannya terutama ditujukan untuk memutus
rantai penularan, yaitu dengan pengendalian vektornya. Pengendalian vektor DBD di hampir di
semua negara dan daerah endemis tidak tepat sasaran, tidak berkesinambungan dan belum mampu
memutus rantai penularan. Hal ini disebabkan metode yang diterapkan belum mengacu kepada
data/informasi tentang vektor, disamping itu masih mengandalkan kepada penggunaan insektisida
dengan cara penyemprotan dan larvasidasi.
Beberapa metode pengendalian vektor telah banyak diketahui dan digunakan oleh program
pengendalian DBD di tingkat pusat dan di daerah yaitu:

a. Manajemen lingkungan
Manajemen lingkungan adalah upaya pengelolaan lingkungan untuk mengurangi bahkan
menghilangkan habitat perkembangbiakan nyamuk vektor sehingga akan mengurangi kepadatan
populasi. Manajemen lingkungan hanya akan berhasil dengan baik kalau dilakukan oleh
masyarakat, lintas sektor, para pemegang kebijakan dan lembaga swadaya masyarakat melalui
program kemitraan.

b. Pengendalian Biologis
Pengendalian secara Biologis merupakan upaya pemanfaatan agent biologi untuk pengendalian
vektor DBD. Beberapa agen biologis yang sudah digunakan dan terbukti mampu mengendalikan
populasi larva vektor DBD adalah dari kelompok bakteri, predator seperti ikan pemakan jentik dan
cyclop (Copepoda).
1) Predator
Predator larva di alam cukup banyak, namun yang bisa digunakan dan yang paling mudah didapat
dan dikembangkan masyarakat serta murah adalah ikan pemakan jentik (ikan kepala timah dan
ikan cetul, ikan cupang). Meskipun terbukti efektif untuk pengendalian larva Ae.aegypti, namun
sampai sekarang belum digunakan oleh masyarakat secara luas dan berkesinambungan.
Jenis predator lainnya yang dalam penelitian terbukti mampu mengendalikan larva DBD adalah
dari kelompok Copepoda atau cyclops.
2) Bakteri
Dua spesies bakteri yang sporanya mengandung endotoksin dan mampu membunuh larva adalah
Bacillus thuringiensis serotype H-14 (Bt. H-14) dan B. spaericus (BS). Endotoksin merupakan
racun perut bagi larva, sehingga spora harus masuk ke dalam saluran pencernaan larva.
Keunggulan: tidak mempunyai pengaruh negatif terhadap lingkungan dan organisme bukan
sasaran. Kelemahan: harus dilakukan secara berulang dan sampai sekarang masih harus disediakan
oleh pemerintah melalui sektor kesehatan.

c. Pengendalian Kimiawi
Penggunaan insektisida dalam pengendalian vektor DBD bisa menguntungkan sekaligus
merugikan. Insektisida jika digunakan secara tepat sasaran, tepat dosis, tepat waktu dan cakupan
akan mampu mengendalikan vektor dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan
organisme yang bukan sasaran. Penggunaan insektisida dalam jangka tertentu secara akan
menimbulkan resistensi vektor.
d. Partisipasi Masyarakat
Program yang melibatkan masyarakat adalah mengajak masyarakat mau dan mampu melakukan 3
M plus (menguras, mengubur, menutup, plus memakai obat nyamuk dll) atau pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) dilingkungan mereka. Karena vektor DBD berbasis lingkungan, maka
penggerakan masyarakat tidak mungkin dapat berhasil dengan baik tanpa peran dari pemerintah
daerah dan lintas sektor terkait seperti pendidikan, agama, LSM, dll.

e. Perlindungan Individu
Untuk melindungi pribadi dari risiko penularan virus DBD dapat dilakukan secara individu dengan
menggunakan insektisida rumah tangga seperti semprotan aerosol dan repellent (obat nyamuk
bakar, vaporize mats (VP), dan repellent oles anti nyamuk), menggunakan pakaian yang
mengurangi gigitan nyamuk, memasang kelambu pada waktu tidur dan kasa anti nyamuk. Pada 10
tahun terakhir dikembangkan kelambu berinsektisida atau dikenal sebagai insecticide treated nets
(ITNs) dan tirai berinsektisida yang mampu melindungi gigitan nyamuk.

N. PENATALAKSANAAN

Pengobatan demam berdarah dengue bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral
untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena muntah atau nyeri
perut yang berlebihan maka cairan intravenaperlu diberikan. Medikamentosa yang bersifat
simptomatis :
1. Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak, inguinal.
2. Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.
3. Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.

Cairan pengganti :
1. Larutan fisiologis NaCl
2. Larutan Isotonis ringer laktat
3. Ringer asetat
4. Glukosa 5%
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN DENGAN DEMAM BERDARAH
DENGUE

KASUS
Ny. T dan Tn S datang ke RS untuk memriksakan An.A yang berusia 9 tahun. Dikarenaka 2 hari
yang lalu An.A mengalami panas di pagi hari, sehingga dibawa ke puskesmas dan mendapat
paracetamol yang menurunkan Panas nya. Dan saat malam hari An.A tiba-tiba muntah-muntah air,
makan tidak mau, minum masih mau.dan hari berikutnya, keluar darah dari hidung An.A pada
waktu bersin, dan An.A mengluhan pusing dan mencret air yang kemudian dibawa ke RS oleh Ny.
T dan Tn S.

A. PENGKAJIAN

1. Identitas
Nama : An. A
Umur : 9 thn
Alamat : Jln. KM 9,5
Agama : Kristen
Nama Ibu : Ny. T
Pendidikan : SMA
Nama Ayah : Tn S
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Diagnosa Medik : DBD Grade II
Pengkajian tanggal : 23 Oktober 2019

2. Keluhan Utama :
Sakit kepala, panas dan tidak nafsu makan.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Panas di pagi hari, sehingga dibawa ke puskesmas dan mendapat paracetamol yang menurunkan
Panas nya. Dan saat malam hari, tiba-tiba muntah-muntah air, makan tidak mau, minum masih
mau.dan hari berikutnya, keluar darah dari hidung pada waktu bersin, mengluhan pusing dan
mencret air yang kemudian dibawa ke RS
4. Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya klien tidak penah dirawat karena penyakit apapun.
5. Riwayat penyakit keluarga
Menurut keluarga ( Ibu ) tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat ini menderita sakit DBD.
6. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun tinggal dekat kali kecil, sekitar
rumah terdapat beberapa ban bekas untuk menanam tanaman yang belum dipakai, bak mandi
dikuras setiap seminggu 1 kali. Menurut ibu seminggu yang lalu ada tetangga gang yang menderita
DHF, tetapi sekarang sudah sembuh, dan lingkungan wilayah belum pernah disemprot.
7. Riwayat kehamilan
Anak lahir pada usia kehamilan 7 bulan, dengan berat badan lahir 4 kg, ibu tidak tahu mengapa
kehamilannya hanya 7 bulan. Lahir spontan dan selama 1 tahun anak mendapat imunisasi lengkap
dan minum PASI Lactona s/d 2 tahun.
8. Pengkajian Persistem
a. Sistem Gastrointestinal
Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok makan, minum tidak suka, harus
dipaksakan baru mau minum. Mual tidak ada, muntah tidak terjadi. Terdapat nyeri tekan daerah
hepar dan asites positif, bising usus 8x/mnt.
b. Sistem muskuloskeletal :
Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat ekstremitas simetris, kekuatan otot
baik.
c. Sistem Genitourinary
BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh ibu untuk diukur, BAB dari malam
belum ada.
d. Sistem Respirasi.
Pergerakan napas simetris, tidak terdapt pernapasan cuping hidung, pd saat pengkajian tanda-tanda
epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit. Bunyi nafas tambahan tidak terdengar.
e. Sistem Cardiovaskuler
TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda cyanosis, cap. Refill < 3 detik,
tidak terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda petikhie spontan tidak terlihat, hanya tanda pethike
bekas rumple leed.
f. Sistem Neurosensori
Tidak ada kelainan
g. Sistem Endokrin
Tidak ada kelainan
h. Sistem Integumen.
S : 376 turgor baik, tidak ada luka, pethikae bekas rumple leed, tidak terdapat perdarahan spontan
pada kulit.
9. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 11.8
Leko : 5,5
Trombo : 133
PCV : 0,30

10. Terapi
Infus D ½ saline 1600 cc/24 jam
Minum manis
Vit B compleks / C 3 x 1
Diet TKTP 1600 Kkal + 50 gr Protein.
Nasi 3 x sehari
Susu : 3 x 200 cc

B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1 S : Klien mengatakan badanya Proses infeksi virus dengue Peningkatan suhu
terasa panas, pusing tubuh
Viremia
O : Akral dingin
Thermoregulasi
Panas hari ke 2 panjang.
TTV : S : 376,Nadi 98x/mnt, TD
: 100/60, RR 25x/mnt.
Peningkatan suhu tubuh
Ektravasasi cairan
S : Klien mengatakan tidak suka
Intake kurang Cairan tubuh
minum dan perut terasa
kenyang minum terus. Volume plasma berkurang
O : Turgor kulit baik Penurunan volume cairan tubuh
Mukosa bibir kering
Urine banyak warna kuning
pekat
Panas hari ke 2 panjang
Trombosit ; 133.000
Nafsu makan menurun
TD : 100/60, N ; 98x/mnt.
Intake nutrisi tidak adekuat Nutrisi
Nutrisi kurang dari kebutuhan
S : Klien menyatakan tidak mau tubuh
makan, tetapi tidak mual.
O : KU lemah
Makan pagi hanya mau 3
sendok

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
3. Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan yang menurun.

D. INTERVENSI
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Tujuan : Suhu tubuh kembali normal
Kriteria : TTV khususnya suhu dalam batas normal ( 365 – 375 )
Membran mukosa basah.
Rencana Intervensi ;
1. Observasi TTV setiap 1 jam
Rasional : Menentukan intervensi lanjutan bila terjadi perubahan
2. Berikan kompres air biasa / kran
Rasional : Kompres akan memberikan pengeluaran panas secara induksi.
3. Anjurkan klien untuk banyak minum 1500 – 2000 ml
Rasional : Mengganti cairan tubuh yang keluar karena panas dan memacu pengeluaran urine guna
pembuangan panas lewt urine.
4. Anjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan menyengat keringat.
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan memperbesar penguapan panas
5. Observasi intake dan out put
Rasional : Deteksi terjadinya kekurangan volume cairan tubuh.
6. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik
Rasional : Antipireik berguna bagi penurunan panas.

2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke


ekstravaskuler.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria : TD 100/70 mmHg, N: 80-120x/mnt
Pulsasi kuat
Akral hangat

Rencana Intervensi ;
1. Observasi Vital sign setiap jam atau lebih.
Rasional : Mengetahui kondisi dan mengidentifikasi fluktuasi cairan intra vaskuler.
2. Observasi capillary refill
Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer.
3. Observasi intake dan output, catat jumlah, warna / konsentrasi urine.
Rasional : Penurunan haluaran urine / urine yang pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
4. Anjurkan anak untuk banyak minum 1500-2000 mL
Rasional : Untuk pemenuhan kebutuhan ciran tubuh
5. Kolaborasi pemberian cairan intra vena atau plasma atau darah.
Rasional : Meningkatkan jumlah cairan tubuh untuk mencegah terjadinya hipovolemik syok.

3. Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan yang menurun.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi
Kriteria : Nafsu makan meningkat
Porsi makan dihabiskan
Rencana Intervensi :
1. Kaji keluhan mual, muntah atau penurunan nafsu makan
Rasional : Menentukan intervensi selanjutnya.
2. Berikan makanan yang mudah ditelan mudah cerna
Rasional : Mengurangi kelelahan klien dan mencegah perdarahan gastrointestinal.
3. Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
Rasional : Menghindari mual dan muntah
4. Hindari makanan yang merangsang : pedas, asam.
Rasional : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat menstimulasi muntah.
5. Beri makanan kesukaan klien
Rasional : Memungkinkan pemasukan yang lebih banyak
6. Kolaborasi pemberian cairan parenteral
Rasional : Nutrisi parenteral sangat diperlukan jika intake peroral sangat kurang.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai dengan demam tinggi,
nyeri otot dan sendi, syok serta dapat menimbulkan kematian. Terdapat tiga faktor yang memegang
peranan pada penularan infeksi virus dengue, yaitu mausia, virus dan vektor perantara.

Gejala Utama adalahpanas, pendarahan, hepatomegali dan syok.Pemeriksaan laboratorium


meliputi Darah, Urine, Sumsum Tulang, SerologiDemam Berdarah Dengue DBD dapat dihindari
bila Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) dan pengendalian vektor dilakukan dengan baik, terpadu
dan berkesinambungan.

Pengobatan demam berdarah dengue bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral
untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena muntah atau nyeri
perut yang berlebihan maka cairan intravenaperlu diberikan

B. Saran

Selalu menjaga sanitasi lingkungan yang bersih dan sehat akan menghindari kita terjangkit dari
virus DBD.
DAFTAR PUSTAKA

Soedarto. 2012. Demam Berdarah Dengue Dengue Haemoohagic fever. Jakarta:Sugeng Seto

Anda mungkin juga menyukai