Anda di halaman 1dari 17

“ASKEP Penyimpangan KDM Penyakit DHF”

MAKALAH
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah
DOSEN PENGAMPUN :
RISQI WAHYU SUSANT, S.Kep.,Ns M.Kep

DISUSUN OLEH :
Afni Junisa (182431982)
Ardita Damayanti(182431987)
Dian puspita Sari (182431992)
Ilfit Tasya Banarasu (182432003)
Lisya Auliya Marcella (182432009)

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


FAKULTAS SAIN DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
KOLAKA
2019

1
Kata Pengantar

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
pembuatan yang berjudul “Askep Penyakit DHF” ini dalam bentuk
maupun isinya yang masih sangat sederhana. Semoga Makalah ini bisa
dipergunakan sebagai salah satu media pembelajaran.

Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran guna
untuk memperbaiki kliping ini agar menjadi lebih baik kedepannya.

Kolaka, 19 September 2019

Kelompok II

2
Bab 1
Pendahuluan
Latar Belakang
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering
disebut sebagai demam berdarah.Menurut para ahli, demam berdarah
dengue disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai .) yang
disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan
sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti; bintik merah pada
kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB
berdarah
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili
Flaviviridae, dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat
serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama
ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung
dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-
negara Tropis dan Subtropis. Disetiap negara penyakit DBD mempunyai
manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali
ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh
propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi
antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab
DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor
geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan
macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara
konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah
kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.

Tujuan
1. Tujuan Umum Mahasiswa dapat memahami tentang penyakit DHF
(Dengue Haemorraghic Fever).
2. Tujuan Khusus Mahasiswa dapat menjelaskan :
a. Definisi penyakit DHF.
b. Etiologi penyakit DHF.
c. Tanda dan gejala penyakit DHF
d. Patofisiologi penyakit DHF.
e. Terapi penyakit DHF

3
f. Pengkajian penyakit DHF
g. Perumusan diagnose penyakit DHF
h. Intervensi penyakit DHF
i. Implementasi penyakit DHF
j. Evaluasi penyakit DHF

C. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada penulis
khususnya, maupun para pembaca. Manfaat tersebut baik dari segi
pengetahuan dan pemahaman mendalam mengenai penyakit Dengue
Hemoragic Fever (DHF)

4
Bab 2
Konsep penyakit
Definisi
Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa
oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap
darah manusia. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di
rongga tubuh.
DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang
anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan
sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic
Fever ( DHF ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty.
Etiologi
Virus dengue Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini
termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari
empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue
tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya
secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini
berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada
berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia
misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda
misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).
2. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor
yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes
polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang
berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000;
420).

5
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor
penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui
gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah
perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk
tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada
genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam
rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang –
lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air
bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai
menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari
dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).
3. Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya
maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna,
sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama
tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever
(DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus
dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau
lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue
untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari
ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).
1. Demam.

Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari


kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan
berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya
anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan
rasa lemah dapat menyetainya.

2. Perdarahan.

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan


umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji torniguet yang positif
mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian
atas hingga menyebabkan haematemesis (Nelson, 1993 ; 296).

6
Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang
hebat(Ngastiyah, 1995 ; 349).

3. Hepatomegali.

Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun


pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan
tejadi renjatan pada penderita.

4. Renjatan (Syok).

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya


penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit
lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis
disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya
menunjukan prognosis yang buruk.

Tanda dan gejala


•Meningkatnya suhu tubuh
•Nyeri pada otot seluruh tubuh
•Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita
•Suara serak
•Batuk
•Epistaksis
•Disuria
•Nafsu makan menurun
•Muntah
•Petekie
•Ekimosis
•Melena

7
Patofisiologi
Virus dengue masuk dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes dan
infeksi pertama kali mungkin memberi gejala sebagai Dengue Fever (DF).
Reaksi tubuh merupakan reaksi yang biasa terlihat sebagai akibat dari
proses viremia seperti demam, nyeri otot dan atau sendi, sakit kepala,
dengan / tanpa rash dan limfa denopati.

Sedangkan DBD biasanya timbul apabila seseorang telah terinfeksi


dengan virus dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue
lainnya. Reinfeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi,
sehingga menimbulkan konsentrasi komplek antigen antibodi (komplek
virus anti bodi) yang tinggi.

Terdapatnya komplek antigen antibodi dalam sirkulasi darah


mengakibatkan :

1. Aktivasi sistem komplemen yang berakibat dilepaskannya mediator


anafilatoksin C 3a dan C 5a, dua peptida yang berdaya melepaskan
histamin dan merupakan mediator kuat yang menyebabkan meningkatnya
permeabilitas pembuluh darah (plasma – Leakage), dan menghilangnya
plasma melalui endotel dinding itu, renjatan yang tidak diatasi secara
adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolik dan
berakhir kematian.

2. Depresi sumsum tulang mengakibatkan trombosit kehilangan fungsi


agregasi dan mengalami metamorfosis, sehingga dimusnahkan oleh
sistem RE dengan akibat terjadi trombositopenia hebat dan perdarahan.

3. Terjadinya aktivasi faktor Hagemon (faktor XII) dengan akibat akhir


terjadinya pembekuan intra vaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi
ini maka plasminogen akan berubah menjadi plasmin yang berperan pada
pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi Fibrin
Degradation Product (FDP).

8
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie),
hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali)
dan pembesaran limpa (Splenomegali).

Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah


kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua
peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan
mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke
ruang ekstra seluler.

Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan


berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan
hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya
trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran
gastrointestinal pada DHF.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan


dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu
rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata
melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan
intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran

9
plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus
dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema
paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika
renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia
jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor
yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi.

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan


mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit
kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system
retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening,
hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh
darah dibawah kulit.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit


DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan
zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain
yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat
berkurangnya volume plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi dan renjatan.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan


dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga
peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi
sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi
anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian
pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya

10
dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan
kelainan fungsi trombosit.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses


imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam
peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya
oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh
aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS,
terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.

Klasifikasi DHF menurut WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF


menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :

Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas


2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi.

Derajat II

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan


spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan
gusi.

Derajat III

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah


dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit (  120 mmHg ), tekanan
darah menurun, (120/80  120/100  120/110  90/70  80/70 
80/0  0/0 )

Derajat IV

Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung 


140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak
biru.

11
1. Terapi
A. DHF tanpa rejatan
Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering muntah
menyebabkan pasien dehidrasi dan haus, beri pasien minum 1,5
sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu dan
bila mau lebih baik diberikan oralit. Apabila hiperpireksia diberikan obat
anti piretik dan kompres air biasa.Jika terjadi kejang, beri luminal atau
anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan dengan dosis anak umur
kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM , anak lebih dari 1 tahun 75 mg. Jika 15
menit kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3mg /
kg BB. Anak diatas satu tahun diberikan 50 mg dan dibawah satu tahun
diberikan 30 mg, dengan memperhatikan adanya depresi fungsi vital.
Infus diberikan pada pasien tanpa ranjatan apabila pasien terus
menerus muntah , tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi dan hematocrit yang cenderung meningkat.

Pasien yang mengalami rajatan (syok) harus segera dipasang infus


sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma. Cairan
yang diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian cairan tersebut tidak
ada respon maka dapat diberikan plasma atau plasma akspander,
banyaknya 20 sampai 30 ml/kg BB.

Pada pasien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara


membuka klem infus tetapi biasanya vena-vena telah kolaps sehingga
kecepatan tetesan tidak mencapai yang diharapkan, maka untuk
mengatasinya dimasukkan cairan secara paksa dengan spuit dimasukkan
cairan sebanyak 200 ml, lalu diguyur.

12
2.Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan

Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan


muntah. Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis, sirup,
susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat dipertahankan
maka cairan IV perlu diberikan. Jumlah cairan yang diberikan tergantung
dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan dextrose
5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila terdapat asidosis dianjurkan
pemberian NaCl 0,9 % +dextrose ¾ bagian natrium bikarbonat. Kebutuhan
cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin dalam waktu 1-
2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai dengan tanda vital, jadar
hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk menurunkan suhu tubuh
menjadi kurang dari 39°C perlu diberikan anti piretik seperti paracetamol
dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari. Apabila pasien tampak gelisah, dapat
diberkan sedative untuk menenangkan pasien seperti kloral hidrat yang
diberikan peroral/ perektal dengan dosis 12,5-50 mg/kg BB (tidak melebihi
1 gram) . Pemberian antibiotic yang berguna dalam mencegah infeksi
seperti Kalmoxcilin, Ampisilin, sesuai dengan dosis yang ditemukan. Terapi
O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien syok.Tranfusi darah
dapat diberikan pada penderita yang mempunyai keadaan perdarahan
nyata, dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi sel darah merah.Hal
yang diperlukan yaitu memantau tanda-tanda vital yang harus dicatat
selama 15 sampai 30 menit atau lebih sering dan disertai pencatatan jumlah
dan frekuensi diuresis.

13
14
Bab 3

KONSEP TEORI ASKEP

Pengkajian

1. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan


-Kebersihan lingkungan tempat tinggal, suka menampung air bersih.
-Rumah yang berdempetan.
-Panas 2-7 hari.
-Ada yang terkena demam berdarah di sekitar tempat tinggal.
2. Pola nutrisi metabolic
-Anoreksia, BB menurun, mual, muntah, perabaan dingin.
-Demam, bibir dan mukosa kering, batuk ringan, berkeringat.
-Ketegangan abdomen (asites)
-Hepatomegali, splenomegali, hematemesis, petekie, purpura, ekimosis
3. Pola eliminasi
-Melena, hematuria
-Oliguri (produksi urine menurun kurang dari 30 ml/jam)
4. Pola aktivitas dan latihan
-Malaise, nyeri otot dan sendi, pegal-pegal seluruh tubuh,
nyeri punggung, nadi cepat dan lemah, sianosis daerah bibir dan
ekstremitas, akral dingin, epistaksis.
-Lemas, mudah lelah, hipotensi, pusing bila beraktivitas
5. Pola tidur dan istirahat
-Sulit tidur karena nyeri ulu hati
-Demam, berkeringat saat tidur
-Gelisah.
6. Pola persepsi kognitif dan sensorik
-Sakit kepala, nyeri otot dan persendian.

Diagnosa Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh b.d proses penyakit (Viremia)


2. Kekurangan volume cairan tubuh b.d berpindahnya cairan intravaskuler
ke ekstravaskuler.
3. Resiko tinggi perdarahan b.d penurunan trombosit.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi yang
tidak adekuat karena mual

15
Implementasi keperawatan
Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk
membantu klien mencapai tujuan rencana tindakan yang telah dibuat.
Prinsip yang digunakan dalam memberikan tindakan keperawatan adalah
cara pendekatan yang efektif dan teknik komunikasi yang terapeutik serta
penjelasan untuk setiap tindakan yang dilakukan terhadap klien.

Evaluasi keperawatan
Evaluasi dan penilaian asuhan keperawatan adalah untuk
mengetahui keberhasilan atas tindakan yang akan dilaksanakan. Ada dua
kemungkinan yang akan terjadi yaitu masalah belum dapat teratasi atau
mungkin timbul masalah baru. Evaluasi yang digunakan mencakup dua
bagian yaitu evaluasi proses (formatif) dan evaluasi hasil (sumatif). Evaluasi
proses adalah evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus terhadap
tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi
hasil tindakan secara keseluruhan untuk menilai keberhasilan tindakan
yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai
sasaran yang telah ditentukan.

16
Daftar Pustaka
Arita, M. 2011. Perawatan Penyakit Dalam.
Yogyakarta : Gesyen Publishing
Ginanjar, Genis. 2008. Demam Berdarah.
Yogyakarta : PT Bentang Pustaka
A Candra - … Penyakit Tular Vektor (Journal of Vector …,
2010 - ejournal2.litbang.kemkes.go.id
A Gama - Eksplanasi, 2012 - kopertis6.or.id

17

Anda mungkin juga menyukai