Keperawatan Anak 2
Disusun Oleh :
Kelompok 6 / 5B
Nama NIM
Zidane Akbarghi 18631732
Mufaliha Sabila Iswari 18631725
Tutut Setiowati 18631673
Hestri Triana Saulistyari 18631654
PRODI S1 KEPERAWATAN
2020
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan
Makalah ini dengan cukup baik dan tepat pada waktunya.
Adapun makalah ini kami susun atas dasar kelengkapan tugas mata kuliah
Keperawatan Anak 2. Kami sampaikan terima kasih kepada Ibu Elmie Muftiana,
S.Kep.,Ns.,M.Kep Kep. selaku dosen pengampu Mata Kuliah Keperawatan Anak
2 di Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini, semua
yang telah memberi informasi yang kami tidak sebut satu per satu.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan di dalamnya, maka untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca dalam kesempurnaan laporan
ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Sekali lagi kami
sampaikan terima kasih.
Kelompok 6
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam
akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus
(Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau
oleh Aedes Albopictus (Titik Lestari, 2016). DHF adalah infeksi arbovirus(
arthropoda-borne virus) akut, ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes (IKA-
FKUI, 2005). Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes
aegypti dan aedes albopictus.
sepereti demam berdarah (DHF), Malaria, Diare dan lain-lain masih terjadi.
Penyakit ini cenderung meluas ke seluruh nusantara. Angka motilitas dan
morbilitas yang disebabkan oleh penyakit menular ini masih tinggi, terutama
yang disebabkan oleh penyakit DHF. Penyakit DHF merupakan masalah
kesehatan yang masih memerlukan pencegahan dan penanggulangan yang
sungguh-sungguh, karena tidak sedikit angka kesakitan dan kematian yang
terjadi akibat penyakit DHF ini Penyakit ini tidak hanya menyerang orang
dewasa dan remaja tetapi juga menyerang anak-anak.
1.3 Tujuan
2.1.2 Etiologi
a. Virus Dengue.
Virus dengue yg menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke
dalam Arbvirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari
empat tipe yaitu virs dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe
virus dengue tersebut terdpat di Indonesia dn dapat
dibedakan satu dari yg lainnya secara serologis virus dengue
yang termasuk dalam gens flavirus ini berdiameter 40
nonometer dapat berkembang biak dengan baaik pada
berbagai macam kultur jaringan baik 27 yang bersal dari sel –
sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kiney)
maupun sel – sel Arthrpoda misalnya sel aedes Albopictuus.
b. Vektor.
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui
vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus,
aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan
vektor yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu
serotipe akan menimbulkn antibodi seumur hidup terhadap
serootipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotipe jeniis yang lainnya.
2.1.3 Manifestasi Klinis
2.1.4 Patofisiologi
2.1.7 Penatalaksanaan
a. Tatalaksana DHF/DHF tanpa syok
Perbedaan pato fisilogik utama antara DHF dan penyakit
lain adalah adanya peningkatan permeabilitas kapiler yang
menyebabkan perembesan plasma dan gangguan hemostasis.
Maka keberhasilan tatalaksana DHF terletak pada bagian
mendeteksi secara dini fase kritis yaitu saat suhu turun (the
time of defervescence) yang merupakan fase awal terjadinya
kegagalan sirkulasi, dengan melakukan observasi klinis
disertai pemantauan perembesan plasma dan gangguan
hemostasis.
Prognosis DHF terletak pada pengenalan awal terjadinya
perembesan plasma, yang dapat diketahui dari peningkatan
kadar hematokrit. Fase kritis pada umumnya mulai terjadi pada
hari ketiga sakit. Penurunan jumlah trombosit sampai
≤100.000/μl atau kurang dari 1-2 trombosit/Ipb (rata-rata
dihitung pada 10 Ipb) terjadi sebelum peningkatan hematokrit
dan sebelum terjadi penurunan suhu. Peningkatan hematokrit
≥20% mencerminkan perembesan plasma dan merupakan
indikasi untuk pemberian cairan.
Larutan garam isotonik atau kristaloid sebagai cairan awal
pengganti volume plasma dapat diberikan sesuai dengan berat
ringan penyakit. Perhatian khusus pada kasus dengan
peningkatan hematokrit yang terus menerus dan penurunan
jumlah trombosit <50.000/ μl. Secara umum pasien DHF
derajat I dan II dapat dirawat di puskesmas, rumah sakit kelas
D, C dan pada ruang rawat sehari di rumah sakit kelas B dan
A.
Secara umum perjalanan penyakit DHF dibagi menjadi 3
fase yaitu fase demam, fase kritis dan fase penyembuhan
(konvalesens):
Fase Demam
Tatalaksana DHF fase demam tidak berbeda dengan
tatalaksana DD, bersifat simtomatik dan suportif yaitu
pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.
Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena
tidak mau minum, muntah atau nyeri perut yang
berlebihan, maka cairan intravena rumatan perlu
diberikan. Antipiretik kadang-kadang diperlukan, tetapi
perlu diperhatikan bahwa antipiretik tidak dapat
mengurangi lama demam pada DHF.
Fase Kritis
Periode kritis adalah waktu transisi, yaitu saat suhu
turun pada umumnya hari ke 3-5 fase demam. Pasien
harus diawasi ketat terhadap kejadian syok yang
mungkin terjadi. Pemeriksaan kadar hematokrit berkala
merupakan pemeriksaan laboratorium yang terbaik
untuk pengawasan hasil pemberian cairan yaitu
menggambarkan derajat kebocoran plasma dan
pedoman kebutuhan cairan intravena. Hemokonsentrasi
pada umumnya terjadi sebelum dijumpai perubahan
tekanan darah dan tekanan nadi. Hematokrit harus
diperiksa minimal satu kali sejak hari sakit ketiga
sampai suhu normal kembali. Bila sarana pemeriksaan
hematokrit tidak tersedia, pemeriksaan hemoglobin
dapat dipergunakan sebagai alternatif walaupun tidak
terlalu sensitif. Untuk puskesmas yang tidak ada alat
pemeriksaan Ht, dapat dipertimbangkan dengan
menggunakan Hb Sahli dengan estimasi nilai Ht=3x
kadar Hb.
3. Hematokrit
Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam
100 ml darah dan disebut dengan persen dan dari volume
darah itu. Biasanya nilai itu ditentukan dengan darah vena
atau darah kapiler. Nilai normal untuk pria 40-48 vol% dan
wanita 37-43 vol%. penetapan hematocrit dapat dilakukan
sangat teliti, kesalahan metodik rata-rata kurang lebih 2%.
Hasil itu kadang-kadang sangat penting untuk menentukan
keadaan klinis yang menjurus kepada tindakan darurat.
Nilai hematokrit biasanya mulai meningkat pada
hari ketiga dari perjalanan penyakit dan makin meningkat
sesuai dengan proses perjalanan penyakit demam berdarah.
Seperti telah disebutkan bahwa peningkatan nilai
hematocrit merupakan manifestasi hemokonsentrasi yang
terjadi akibat kebocoran plasma. Akibat kebocoran ini
volume plasma menjadi berkurang yang dapat
mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik dan kegagalan
sirkulasi. Pada kasus-kasus berat yang telah disertai
perdarahan, umumnya nilai hematocrit tidak meningkat
bahkan menurun.
Telah ditentukan bahwa pemeriksaan Ht secara
berkala pada penderita DHF mempunyai beberapa tujuan,
yaitu:
a. Pada saat pertama kali seorang anak dicurigai menderita
DHF, pemeriksaan ini turut menentukan perlu atau
tidaknya anak itu dirawat.
b. Pada penderita DHF tanpa rejatan pemeriksaan
hematocrit berkala ikut menentukan perlu atau tidaknya
anak itu diberikan cairan intravena.
c. Pada penderita DHF pemeriksaan Ht berkala
menentukan perlu atau tidaknya kecepatan tetesan
dikurangi, menentukan saat yang tepat untuk
menghentikan cairan intravena dan menentukan saat
yang tepat untuk memberikan darah.
4. Trombosit
Trombosit sukar dihitung karena mudah sekali
pecah dan sukar dibedakan deari kotoran kecil. Lagi pula
sel-sel itu cenderung melekat pada permukaan asing (bukan
endotel utuh) dan menggumpal-gumpal. Jumlah trombosit
dalam keadaan normal sangat dipengaruhi oleh cara
menghitungnya, sering dipastikan nilai normal itu antara
150.000 – 400.000/μl darah. Karena sukarnya dihitung,
penelitian semukuantitatif tentang jumlah trombosit dalam
sediaan apus darah sangat besar artinya sebagai
pemeriksaan penyaring. Cara langsung menghitung
trombosit dengan menggunakan electronic particle counter
mempunyai keuntungan tidak melelahkan petugas
laboratorium (Sofiyatun, 2008).
Diagnosis tegas dari infeksi dengue membutuhkan
konfirmasi laboratorium, baik dengan mengisolasi virus
atau mendeteksi antibodi-dengue spesifik. untuk virus
isolasi atau deteksi DENV RNA dalam serum spesimen
oleh serotipe tertentu, real-time terbalik transcriptase
polymerase chain reaction (RT-PCR), an-fase akut
spesimen serum harus dikumpulkan dalam waktu 5 hari
dari onset gejala. Jika virus tidak dapat diisolasi atau
dideteksi dari sampel ini, spesimen serum fase sembuh
diperlukan setidaknya 6 hari setelah timbulnya gejala untuk
membuat diagnosis serologi dengan tes antibodi IgM untuk
dengue dengan IgM antibodi-capture enzyme-linked
immunosorbent assay (MAC-ELISA) (Centers for Disease
Control and Prevention, 2009).
Pemeriksaan diagnosis dari infeksi dengue dapat
dibuat hanya dengan pemeriksaan laboratorium
berdasarkan pada isolasi virus, terdeteksinya antigen virus
atau RNA di dalam serum atau jaringan, atau terdeteksinya
antibody yang spesifik pada serum pasien.
Pada fase akut sample darah diambil sesegera
mungkin setelah serangan atau dugaan penyakit demam
berdarah dan pada fase sembuh idealnya sample diambil 2-
3 minggu kemudian. Karena terkadang sulit untuk
mendapatkan sampel pada fase sembuh, bagaimanapun,
sampel darah kedua harus selalu diambil dari pasien yang
dirawat pada saat akan keluar dari rumah sakit.
Diagnosis serologis
Lima tes serologi dasar telah secara rutin digunakan
untuk diagnosis infeksi dengue; hemaglutinasi-inhibisi
(HI), complement fixation (CF), uji netralisasi (NT),
imunoglobulin M (IgM) enzyme-linked immunosorbent
assay capture (MAC-ELISA), dan imunoglobulin G
langsung ELISA. Terlepas dari uji yang digunakan,
diagnosis serologi tegas tergantung signifikan (empat kali
lipat atau lebih) kenaikan titer antibodi spesifik antara
sampel serum fase akut dan fase sembuh.
Antigen baterai untuk sebagian besar tes serologi
harus mencakup semua serotipe dengue empat virus,
flavivirus lain (seperti virus demam kuning, virus
ensefalitis Jepang, atau St Louis ensefalitis virus),
nonflavivirus (seperti virus Chikungunya atau timur kuda
virus ensefalitis ), dan idealnya, kontrol jaringan antigen
yang tidak terinfeksi.
Dari tes di atas, HI paling sering digunakan; karena
sensitif, mudah untuk dilakukan, hanya membutuhkan
peralatan minim, dan sangat tepat jika dilakukan dengan
benar. Karena antibodi HI bertahan untuk waktu yang lama
(hingga 48 tahun dan mungkin lebih lama), tes ini ideal
untuk studi seroepidemiologic.
Tes CF tidak sering digunakan untuk pemeriksaan
diagnostic serologis secara rutin. Karena lebih sulit untuk
dilakukan, dibutuhkan tenaga yang sangat terlatih, dan
karena itu tidak digunakan di sebagian besar laboratorium
dengue.
PCR
Reverse transcriptase PCR (RT-PCR) telah
dikembangkan untuk sejumlah virus RNA dalam beberapa
tahun terakhir dan memiliki potensi untuk merevolusi
diagnosis laboratorium; untuk demam berdarah, RT-PCR
menyediakan diagnosis-serotipe spesifik yang cepat.
Metode ini cepat, sensitif, sederhana, dan direproduksi jika
dikontrol dengan baik dan dapat digunakan untuk
mendeteksi RNA virus dalam sampel manusia klinis,
jaringan otopsi, atau nyamuk. Meskipun RT-PCR memiliki
sensitivitas yang mirip dengan sistem isolasi virus yang
menggunakan C6 / 36 kultur sel, penanganan yang buruk,
penyimpanan yang buruk, dan adanya antibodi biasanya
tidak mempengaruhi hasil PCR seperti yang mereka
lakukan isolasi virus. Sejumlah metode yang melibatkan
primer dari lokasi yang berbeda dalam genom dan
pendekatan yang berbeda untuk mendeteksi produk RT-
PCR telah dikembangkan selama beberapa tahun terakhir.
Harus ditekankan, bagaimanapun RT-PCR tidak boleh
digunakan sebagai pengganti isolasi virus.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang
tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk
datang kerumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.
b. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai
menggigil dan saat demam kesadaran composmetis.Turunnya
panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin
lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri
telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit
kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi
perdarahan pada kult , gusi (grade III. IV), melena atau
hematemesis.
3.2 Saran