PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering
disebut sebagai demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue
disebut sebagai penyakit (Terutama sering dijumpai) yang disebabkan oleh virus
Dengue dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala
pendarahan spontan seperti, bintik merah pada kulit, mimisan, bahkan pada
keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu infeksi arbovirus yang
paling umum muncul di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Infeksinya
disebarkan oleh nyamuk yang menyebakan demam, pembengkakan dan
perdarahan di simpul kelenjar getah bening. Juga menyebabkan rasa sakit yang
sangat diotot dan persendian ini, seringkali di derita oleh anak di bawah 10 tahun,
dan infeksinya bisa kambuh lagi pada tahun berikutnya (Mursalin, 2014).
Di beberapa Negara di dunia khususnya di Indonesia Kejadian Luar Biasa
(KLB) terutama khususnya yang disebabkan oleh penyakit menular sepereti
demam berdarah (DHF), malaria, diare dan lain-lain masih terjadi. Penyakit ini
cenderung meluas ke seluruh nusantara. Angka motilitas dan morbilitas yang
disebabkan oleh penyakit menular ini masih tinggi, terutama yang disebabkan
oleh penyakit DHF.
Penyakit DHF merupakan masalah kesehatan yang masih memerlukan
pencegahan dan penanggulangan yang sungguh-sungguh, karena tidak sedikit
angka kesakitan dan kematian yang terjadi akibat penyakit DHF ini Penyakit ini
tidak hanya menyerang orang dewasa dan remaja tetapi juga menyerang anak-
anak.
Pada tahun 2020, sampai pertengahan bulan November tercatat penderita
DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 95.839 orang, dan 661 diantaranya
meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah di bandingkan tahun sebelumnya,
yakni tahun 2019 dengan jumlah penderita sebanyak 112.954 orang dan jumlah
kasus meninggal sebanyak 751 penderita (Kemenkes RI, 2020).
Di tahun 2019 di bulan desember terdapat 140 kasus di Provinsi Bangka
Belitung, meningkat tajam di Januari 2020 terdapat 240 kasus dan 2 diantaranya
meninggal. Pada tahun 2020 dari Januari sampai Febuari terdapat 30 kasus, lebih
1
rendah dari angka di tahun 2019 di bulan yang sama yaitu 40 kasus di Kabupaten
Bangka berdasarkan data pasien yang dirawat di ruangan Asoka RSUD Depati
Bahrin dari januari sampai dengan juni tahun 2021 di dapatkan jumlah kasus
DHF sebanyak 4 orang. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DHF
merupakan tanggung jawab bersama baik lintas sektor program maupun
masyarakat. Peran utama perawat melakukan pencegahan terhadap penderita
penyakit.
Dari data diatas, maka penulis ingin memaparkan Asuhan Keperawatan
Pada Pasien An.Y Di Ruang Asoka Dengan Dengue Hemoragic Fever (DHF).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. Y dengan diagnosa Dengue
Hemoragic Fever (DHF)?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari laporan seminar ini adalah menguraikan hasil
Asuhan Keperawatan Pada Ny Y Dengan Diagnosa Dengue Hemoragic Fever
(DHF) dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang utuh dan
komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny Y dengan diagnosa Dengue
Hemoragic Fever (DHF)
b. Mampu menganalisa dan menyusun diagnosa prioritas pada Ny Y dengan
diagnosa Dengue Hemoragic Fever (DHF)
c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada Ny Y dengan diagnosa
Dengue Hemoragic Fever (DHF)
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny Y dengan
diagnosa Dengue Hemoragic Fever (DHF)
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny Y dengan diagnosa
Dengue Hemoragic Fever (DHF)
D. Manfaat
1. Bagi Kelompok
Agar dapat menjadi pengalaman belajar dalam meningkatkan pengetahuan dan
2
keterampilan berkaitan dengan pasien dengan Dengue Hemoragic Fever DHF
dan menambah wawasan sebagai acuan bagi kelompok selanjutnya dalam
mengembangkan studi kasus lanjutan terhadap pasien dengan Dengue
Hemoragic Fever (DHF).
2. Bagi RSUD Depati Bahrin
Bisa menjadi dan informasi bagi pelayanan keperawatan dalam melakukan
asuhan keperawatan, khususnya pada klien Dengue Hemoragic Fever (DHF).
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
4
serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi,
2015).
Menurut Soedarto (2012), demam hemoragic fever (DHF) disebabkan oleh:
a. Virus Dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu
virus dengue tipe 1, 2, 3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara
serologis virus dengue yang termasuk dalam gens flavirus ini
berdiameter 40 meter dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai
macam kultur jaringan baik yang bersal dari sel –sel mamalia misalnya
sel BHK (Babby homster kiney) maupun sel –sel Arthrpoda misalnya sel
aedes Albopictuus.
b. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis
dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur
hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotipe jeniis yang lainnya.
5
umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji torniquet yang positif
mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia (Bintik-bintik
akibat perdarahan intradermak / submukosa ) purpura
(Perdarahan di kulit), epistaksis (Mimisan), perdarahan gusi, . Perdarahan
ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis, dan melena (Tinja berwarna hitam karena
adanya perdarahan. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului
dengan nyeri perut yang hebat.
c. Anoreksia
d. Mual muntah
e. Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
f. Nyeri kepala
g. Nyeri otot dan sendi
h. Trombositopenia (< 100.000/ mm3)
i. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada
anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomgali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemuungkinan
akan tejadi renjtan pada penderita.
j. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda –tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab,
dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis di sekitar
mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan
prognosis yg buruk.
6
c. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dgn adanya nadi cepat dn lmah,
tekanan darah meurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotnsi disrtai kulit
yang dingin dan lembab, gelisah
d. Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.
7
Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otak
f) Arteri temporalis
Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutnya di depan
telinga
g) Arteri facialis
Teraba facialis adalah arteri yang denyutan disudut kanan bawah.
h) Arteri femoralis
Arteri femorais adalah arteri yang berjalan kebawah menyusuri
paha menuju ke belakang lutut
i) Arteri Tibia
Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki
j) Arteri Pulmonalis
Arteri pulmonalis adalah arteri yang menuju ke paru-paru.
2) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah
mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh,
kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi darah
yang lebih besar yang disebut vena.
3) Vena (Pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa vena
yang penting:
a) Vena Cava Superior
Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor
dari daerah kepala, thorax, dan ekstremitas atas.
b) Vena Cava Inferior
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua
organ tubuh bagian bawah
c) Vena jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung
d) Vena pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-
paru.
8
c. Darah
Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut:Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian
cair yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah. Darah
adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang
berwarna merah. Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-
sel dan plasma. Jadi darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam
pembuluh darah yang berwarna merah yang cair disebut plasma dan
yang padat di sebut sel darah yang befungsi sabagai transfer makanan
bagi sel. Volume darah pada tubuh yang sehat /organ dewasa terdapat
darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan
jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung pada umur,
pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah. Tekanan viskositas
atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari pada air yaitu
mempunyai berat jenis 1.041–1.067 dengan temperatur 380 C dan PH
7.37 –1.45.Fungsi darah secara umum terdiri dari :
1) Sebagai Alat Pengangkut
a) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
b) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-
paru.
c) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh.
d) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi
tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan
racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit,
antibody atau zat-zat anti racun.
3) Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Adapun proses pembentukan sel darah (Hemopoesis) terdapat tiga
tempat, yaitu : sumsum tulang, hepar dan limpa.
a) Sumsum Tulang
Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah :
9
Tulang Vertebrae
Vertebrae merupakan serangkaian tulang kecil yang tidak
teratur bentuknya dan saling berhubungan, sehingga tulang
belakang mampu melaksanakan fungsinya sebagai
pendukung dan penopang tubuh. Tubuh manusia mempunyai
33 vertebrae, tiap vertebrae mempunyai korpus (badan ruas
tulang belakang) terbentuk kotak dan terletak di depan dan
menyangga. Bagian yang menjorok dari korpus di belakang
disebut arkus neoralis (Lengkung Neoral) yang dilewati
medulla spinalis, yang membawa serabut dari otak ke semua
bagian tubuh. Pada arkus terdapat bagian yang menonjol pada
vertebrae dan dilekati oleh otot-otot yang menggerakkan
tulang belakang yang dinamakan prosesus spinosus.
Sternum (Tulang dada)
Sternum adalah tulang dada. Tulang dada sebagai pelekat
tulang kosta dan klavikula. Sternum terdiri dari manubrium
sterni, corpus sterni, dan processus xipoideus.
Costa (Tulang Iga)
Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio sterno, 3
pasang costa vertebio condralis dan 2 pasang costa
fluktuantes. Costa dibagian posterior tubuh melekat pada
tulang vertebrae dan di bagian anterior melekat pada tulang
sternum, baik secara langsung maupun tidak langsung,
bahkan ada yang sama sekali tidak melekat.
b) Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada
tubuh manusia. Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen
di bawah diafragma, kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus
dextra dan ductus hepatikus sinestra, keduanya bertemu
membentuk ductus hepatikus comunis. Ductus hepaticus
comunis menyatu dengan ductus sistikus membentuk ductus
coledakus.
c) Limpa
Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa terbentuk
setengah bulan berwarna kemerahan, limpa adalah organ
10
berkapsula dengan berat normal 100-150 gram. Limpa
mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfaed dan memfagosit
material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi
menghancurkan sel darah merah yang rusak.
b. Pathway
11
Virus
Dengue
Perfusi jaringan
tidak efektif Mual
Intake inadekuat
Kematian Hospitalisasi
Ketidak
Cemas seimbangan
Nutrisi
Diteruskan ke Merangsang
Nyeri Nyeri
ujung saraf Saraf simpatis
Akut otot
bebas
(Herdman, 2015)
7. Komplikasi Dengue Hemoragic Fever (DHF)
12
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2016) adalah:
a. Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif,
petekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan
melena.
b. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum,
hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemia yang mngekaibatkan
berkurangnya alran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah
jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS
juga disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan
integritas sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung
menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan
sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan
nekrosi karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel
kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar
dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus
antibody.
d. Efusi pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam
rongga pleura dan adanya dipsnea.
13
dan trombosit setiap 2-4 jam pada hari pertama perawatan. Selanjutnya
setiap 6-12 jam sesuai dengan pengawasan selama perjalanan penyakit.
Misalnya dengan dilakukan uji tourniquet.
1. Uji tourniquet
Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan cara
mengenakan pembendungan kepada vena sehingga darah menekan
kepada dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu penyebab
kurang kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam kapiler
itu keluar dari kapiler dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya
sehingga Nampak sebagai bercak kecil pada permukaan kulit. Pandangan
mengenai apa yang boleh dianggap normal sering berbeda-beda. Jika ada
lebih dari 10 petechia dalam lingkungan itu maka test biasanya baru
dianggap abnormal, dikatakan juga tes itu positif. Seandainya dalam
lingkungan itu tidak ada petechial,tetapi lebih jauh distal ada, percobaan
ini (Yang sering dinamakan Rumpel-Leede) positif juga
2. Hemoglobin
Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara
yaitu dengan cara sahli dan sianmet hemoglobin. Dalam 28 laboratorium
cara sianmethemoglobin (Foto elektrik) banyak dipakai karena dilihat
dari hasilnya lebih akurat disbanding sahli, dan lebih cepat. Nilai normal
untuk pria 13-15 gr/dl dan wanita 12-14 gr.dl. Kadar hemoglobin pada
hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit menurun. Tetapi
kemudian kadarnya akan naik mengikuti peningkatan hemokonsentrasi
dan merupakan kelainan hematologi paling awal yang dapat ditemukan
pada penderita demam berdarah atau yang biasa disebut dengan Demam
Berdarah Dengue (DBD) atau DHF.
3. Hematokrit
Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan
disebut dengan persen dan dari volume darah itu. Biasanya nilai itu
ditentukan dengan darah vena atau darah kapiler. Nilai normal untuk pria
40-48 vol% dan wanita 37-43 vol%. Penetapan hematocrit dapat
dilakukan sangat teliti, kesalahan metodik rata-rata kurang lebih 2%.
Hasil itu kadang-kadang sangat penting untuk menentukan keadaan klinis
yang menjurus kepada tindakan darurat. Nilai hematokrit biasanya mulai
meningkat pada hari ketiga dari perjalanan penyakit dan makin
14
meningkat sesuai dengan proses perjalanan penyakit demam berdarah.
Seperti telah di sebutkan bahwa peningkatan nilai hematokrit merupakan
manifestasi hemokonsentrasi yang terjadi akibat kebocoran plasma.
Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi berkurang yang dapat
mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik dan kegagalan sirkulasi.
Pada kasus-kasus berat yang telah disertai perdarahan, umumnya nilai
hematokrit tidak meningkat bahkan menurun.
Telah ditentukan bahwa pemeriksaan Ht secara berkala pada penderita
DHF mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
a. Pada saat pertama kali seorang anak dicurigai menderita DHF,
pemeriksaan ini turut menentukan perlu atau tidaknya anak itu
dirawat.
b. Pada penderita DHF tanpa rejatan pemeriksaan hematocrit berkala ikut
menentukan perlu atau tidaknya anak itu diberikan cairan intravena.
c. Pada penderita DHF pemeriksaan Ht berkala menentukan perlu atau
tidaknya kecepatan tetesan dikurangi, menentukan saat yang tepat
untuk menghentikan cairan intravena dan menentukan saat yang tepat
untuk memberikan darah.
4. Trombosit
Trombosit sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar
dibedakan deari kotoran kecil. Lagi pula sel-sel itu cenderung melekat
pada permukaan asing (Bukan endotel utuh) dan menggumpal-gumpal.
Jumlah trombosit dalam keadaan normal sangat dipengaruhi oleh cara
menghitungnya, sering dipastikan nilai normal itu antara 150.000 –
400.000/μl darah. Karena sukarnya dihitung, penelitian semukuantitatif
tentang jumlah trombosit dalam sediaan apus darah sangat besar artinya
sebagai pemeriksaan penyaring. Cara langsung menghitung trombosit
dengan menggunakan electronic particle counter mempunyai keuntungan
tidak melelahkan petugas laboratorium (Sofiyatun, 2016).
Diagnosis tegas dari infeksi dengue membutuhkan konfirmasi
laboratorium, baik dengan mengisolasi virusatau mendeteksi antibodi-
dengue spesifik. untuk virus isolasi atau deteksi DENV RNA dalam
serum spesimen oleh serotipe tertentu, real-timeterbalik transcriptase
polymerase chain reaction (RT-PCR), an-fase akut spesimen serum harus
dikumpulkan dalam waktu 5 hari dari onset gejala. Jika virus tidak dapat
15
diisolasi atau dideteksi dari sampel ini, spesimen serum fase sembuh
diperlukan setidaknya 6 hari setelah timbulnya gejala untuk membuat
diagnosis serologi dengan tes antibodi IgM untuk dengue dengan IgM
antibodi-capture enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-ELISA)
(Centers for Disease Control and Prevention, 2013).
Pemeriksaan diagnosis dari infeksi dengue dapat dibuat hanya dengan
pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada isolasi virus, terdeteksinya
antigen virus atau RNA di dalam serum atau jaringan, atau terdeteksinya
antibody yang spesifik pada serum pasien. Pada fase akut sample darah
diambil sesegera mungkin setelah serangan atau dugaan penyakit demam
berdarah dan pada fase sembuh idealnya sample diambil 2-3 minggu
kemudian. Karena terkadang sulit untuk mendapatkan sampel pada fase
sembuh, bagaimanapun, sampel darah kedua harus selalu diambil dari
pasien yang dirawat pada saat akan keluar dari rumah sakit.
16
semua darah perlu diukur. Karena melihat seberapa banyak darah
yang keluar perlu tindakan secepatnya. Makan dan minum pasien
perlu dihentikan. Bila pasien sebelumnya tidak di pasang infus segera
dipasang. Formulir permintaan darah disediakan. Perawatan
selanjutnya seperti pasien yang menderita syok. Bila terjadi
pendarahan (Melena, hematesis) harus dicatat banyaknya/warnanya
serta waktu terjadinya pendarahan. Pasien yang mengalami
pendarahan gastrointestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu
mengeluarkan darah dari lambung.
c) Gangguan suhu tubuh
Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari
ke-2 sampai ke-7 dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat
menyebabkan pasien kejang. Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi
virus dengue maka pengobatannya dengan pemberian antipiretika dan
anti konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu dan mencegah agar
tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin, yang perlu
diperhatikan, bila terjadi penurunan suhu yang mendadak disertai
berkeringat banyak sehingga tubuh teraba dingin dan lembab, nadi
lembut halus waspada karena gejala renjatan. Kontrol TD dan nadi
harus lebih sering dan dicatat secara baik dan memberitahu dokter.
d) Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena
penyakitnya dan akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien
DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb
secara periodik (Setiap 4 jam) dan mudah terjadi hematom, serta
ukurannya mencari vena jika sudah stadium II. Untuk megurangi
penderitaan diusahakan bekerja dengan tenang, yakinkan dahulu vena
baru ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematom segera oleskan
trombophub gel/kompres dengan alkohol. Bila pasien datang sudah
kolaps sebaiknya dipasang venaseksi agar tidak terjadi coba-coba
mencari vena dan meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat.
Jika sudah musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set
venaseksi yang telah seteril (Ngastiyah, 2015).
b. Medis
Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan suportif
17
1) DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan harus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu
1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup,
susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit
demi sedikit dan orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan
ini. Jika anak tidak mau minum sesuai yang dianjurkan tidak
dibenarkan pemasangan sondekarena merangsang resiko terjadi
perdarahan. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik
dan kompres dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti
konvulsan lainnya. Luminal diberikan dengan dosis: anak umur
kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit
kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg
BB. Anak di atas 1 tahun diberi 50 mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg,
dengan memperhatikan adanyadepresi fungsi vital. Infus diberikan
pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
a) Klien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
b) Hematokrit yang cenderung meningkat
Hemtokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya
mendahului munculnya secara klinik perubahan fungsi vital
(Hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan turunnya nilai
trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena
itu, pada pasien yang diduga menderita DHF harus diperiksa
hemoglobin, hematokrit dan trombosit setiap hari mlai hari ke-3
sakit sampai demam telah turun 1sampai 2 hari. Nilai hematokrit
itulah yang menentukan apabila pasien perlu dipasang infus atau
tidak.
c) DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (Syok) harus segera dipasang
infus sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran
plasma. Cairan yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika
pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma atau plasma
ekspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kgBB. Pada pasien
dengan renjatan berat diberikan infus harus diguyur dengan cara
18
membuka klem infus.Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah
jelas teraba, amplitudo nadi besar,tekanan sistolik 80 mmHg /
lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10 liter/kgBB/jam.Mengingat
kebocoran plasma 24 sampai 48 jam, maka pemberian infus
dipertahankansampai 1 sampai 2 hari lagi walaupun tanda-tanda
vital telah baik.Pada pasien renjatan berat atau renjatan berulang
perlu dipasang Central Venous Pressure (CVP) untuk mengukur
tekanan vena sentral melalui vena magna atau venajugularis, dan
biasanya pasien dirawat di ICU. Tranfusi darah diberikan pada
pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang berat. Kadang-
kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga apabila
nilai hemoglobin dan hematokrit menurun sedangkan
perdarahannya sedikit tidak kelihatan. Dengan memperhatikan
evaluasi klinik yang telah disebut, maka dengan keadaan ini
dianjurkan pemberian darah (Ngastiyah, 2015).
19
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada klien DHF, klien bisa
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
e. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga pasien.
f. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (Seperti air yang mengenang dan gantungan baju di kamar).
g. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
2) Eliminasi alvi (Buang air besar). Kadang-kadang pasien mengalami
diare/konstipasi. Sementara DHF pada Grade III-IV bisa terjadi
melena.
3) Eliminasi urine (Buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi
hematuria.
4) Tidur dan istirahat. Pasien sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan
kuantitas tidur maupun istirahat kurang.
5) Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung terutama untuk membersihkan tempat sarang
nyamuk aedes aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum:
1) Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah.
Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
20
Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit.
2) Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (Grade III),
nadi tidak teraba (Grade IV), tekanan darah menurun (Sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang), suhu tinggi (Diatas 37,5oC)
3) Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala terasa
nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
4) Mata konjungtiva : anemis
5) Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (Epistaksis) pada
grade II, III, IV.
6) Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada
serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
7) Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,terjadi perdarahan
gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan hyperemia pharing.
8) Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami
pembesaran
9) Dada / thorak
I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada
paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, dan
IV.
10) Abdomen
I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
Pal: Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (Hepatomegali)
Per: Terdengar redup
A: Adanya penurunan bising usus
21
lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu
menetapkan tekanan darah. Selanjutnya diberikan 24 tekanan antara
sistolik dan diastolik pada alat ukur yang dipasang pada tangan.
Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan timbulnya
petekie.
12) Genitalia
Biasanya tidak ada masalah
13) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/tidal
14) Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a) Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).
b) Trobositopenia (< dari 100.000/ml).
c) Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).
d) Ig. D. dengue positif.
e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
f) Urium dan pH darah mungkin meningkat.
g) Asidosis metabolik : pCO2< 35 –40 mmHg dan HCO3 rendah.
h) SGOT / SGPT mungkin meningkat (Ngastiyah, 2015).
2. Masalah Keperawatan
a. Perfusi jaringan tidak efektif (D.0009)
b. Nyeri akut (D.0077)
c. Nausea (D.0076)
d. Hipertermi (D.0130)
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan DHF (Dengue Haemorraghic Fever) menurut
Ngastiyah, 2015 :
22
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d Penurunan kosentrasi hemoglobin,
penurunan aliran arteri dan vena (D.0009)
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis, agen pencedera kimiawi, agen
pencedera fisik (D.0077)
3. Nausea b.d gangguan biokimiawi, gangguan pada esofagus, gangguan
pankreas, peningkatan tekanan intraabdominal, peningkatan intrakranial
(D.0076)
4. Hipertermi b.d dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit,
peningkatan laju metabolisme (D.0130)
4. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan kriteria hasil
23
(SIKI)
24
Jelaskan tanda dan
gejala syok
Anjurkan melapor
jika menemukan atau
merasakan tanda dan
gejala awal syok
Anjurkan
menghindari alergen
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
IV, jika perlu
Kolaborasi pemberian
tranfusi darah, jika
perlu
Kolaborasi pemberian
anti inflamasi, jika
perlu
2. Nyeri akut b.d agen Tingkat nyeri Manajemen nyeri
pencedera fisiologis, (L.08066) (I. 08238)
agen pencedera
Setelah dilakukan Observasi
kimiawi, agen
tindakan
pencedera fisik Identifikasi lokasi,
keperawatan
(D.0077) karakteristik, durasi,
diharapkan
frekuensi, kualitas,
tingkat nyeri
intensitas nyeri
menurun dengan
Identifikasi skala
kriteria hasil :
nyeri
Keluhan nyeri Identifikasi respons
menurun nyeri non verbal
Meringis Identifikasi faktor
menurun yang memperberat
Gelisah dan memperingan
menurun nyeri
Kesulitan tidur Monitor efek
25
menurun samping analgetik
Frekuensi nadi Terapetik
membaik
Berikan teknik non
Pola napas
farmakologis untuk
membaik
mengurangi rasa
Tekanan darah
nyeri
membaik
Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
Fasilitasi istirahat
dan tidur
Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi
26
pemberian analgetik,
jika perlu
3 Nausea b.d gangguan Tingkat nausea Manajemen mual
biokimiawi, gangguan (L. 08065) (I.03117)
pada esofagus,
Setelah dilakukan Observasi
gangguan pankreas,
tindakan
peningkatan tekanan Identifiksi
keperawatan
intraabdominal, pengalaman mual
diharapkan
peningkatan Identifiksi faktor
tingkat nausea
intrakranial (D.0076) penyebab mual
menurun dengan
Identifikasi dampak
kriteria hasil :
mual terhadap
Nafsu makan kualitas hidup
meningkat Identifikasi isyarat
Keluhan mual non verbal
menurun ketidaknyamanan
Perasaan ingin Monitor mual
muntah
menurun Monitor asupan
Perasaan asam nutrisi dan kalori
di mulut Terapeutik
menurun
Kendalikan faktor
Takikardia
lingkungan penyebab
membaik
mual
Pucat
Kurangi atau
hilangkan keadaan
penyebab mual
Berikan makanan
dalam jumlah kecil
dan menarik
Berikan makanan
dingin, cairan bening,
tidak berbau dan tidak
berwarna, jika perlu
27
Edukasi
Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
4. Hipertermi b.d Termogulasi Manajemen hipertermia
dehidrasi, terpapar (L.14134) (I.15506)
lingkungan panas,
Setelah dilakukan Observasi
proses penyakit,
tindakan
peningkatan laju Identifikasi penyebab
keperawatan
metabolisme hipertermia
diharapkan
(D.0130) Monitor suhu tubuh
termogulasi
Monitor kadar
membaik
elektrolit
menurun dengan
Monitor haluan urine
kriteria hasil :
Monitor komplikasi
Menggigil akibat hipertermia
menurun Terapeutik
Kulit merah
Sediakan lingkungan
menurun
yang dingin
Takikardi
Longgarkan atau
menurun
28
Bradikardi lepaskan pakaian
menurun Basahi dan kipasi
Hipoksia permukaan tubuh
menurun Berikan cairan oral
Suhu tubuh Ganti linen setiap hari
membaik atau lebih sering jika
Suhu kulit mengalami
membaik hiperhidrosis
Tekanan darah Lakukan pendinginan
membaik eksternal
Kadar glukosa Hindari pemberian
darah antipiretik atau
membaik aspirin
Pengisian Berikan oksigen, jika
kapiler perlu
membaik Edukasi
Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang di perlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter &
Perry 1997 dalam Haryanto, 2014).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk
mengatasi suatu masalah (Meirisa, 2013).
BAB III
29
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
30
obat atau makanan.
PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Sakit/nyeri : Klien mengatakan nyeri pada seluruh bagian perut, nyeri seperti
di tusuk-tusuk, skala nyeri 6, nyeri terasa hilang timbul.dengan durasi 10-15
menit,
b. Status Gizi :
Klien memiliki BB : 65 kg, TB : 160 cm
IMT = 65 = 65 = 25
(1,60)2 2,56
Dari hasil perhitungan BMI : klien tergolong berat badan berlebih.
Nilai normal IMT 18,5-24,9
c. Sikap : Klien terlihat tampak gelisah dan tampak meringis.
d. Personal Hygiene : Selama di rawat di RS klien mandi 2 kali sehari , kuku
dan kulit klien tampak bersih, rambut tampak bersih dan tidak ada ketombe.
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
2. Data Sistemik
a. Sistem Persepsi Sensori.
Pendengaran : Klien mampu mendengar suara-suara saat orang lain berbicara.
Klien tidak menggunakan alat bantu untuk mendengar.
Pengelihatan : Klien mengatakan dapat melihat dengan jelas tanpa
menggunakan alat bantu (kacamata).
Peraba dan pengecap : Klien mengatakan bisa merasakan asam, manis, asin
pada makanan dan tidak ada kelainan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
b. Sistem Penglihatan
Klien tidak mengalami nyeri tekan, mata simetris, kelopak mata tidak ada
kemerahan ataupun pembengkakan, konjungtiva tampak (palpebra tampak
normal berwarna merah muda dan mengkilat), sklera tampak berwarna putih,
kornea tidak ada kekeruhan, pupil isokor, respon cahaya pupil klien mengecil
saat adanya cahaya (ada respon cahaya pada mata), tidak ada gangguan, bisa
melihat tanpa bantuan alat bantu seperti kacamata, softlens atau alat bantu
penglihatan lainnya.
31
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
c. Sistem Pernafasan
Frekuensi : 22 x/menit.
Kualitas pernapasan klien tampak teratur, klien tidak ada batuk, bunyi napas
vesikuler, tidak ada sumbatan jalan napas.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
d. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan Darah : 93/68 mmHg.
Denyut nadi : 110 x /menit.
Irama jantung klien teratur (regular), bunyi jantung (lup,dup) tidak ada suara
tambahan, akral sedikitin ding dan pada kedua kaki klien tidak ada edema.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
e. Sistem Saraf Pusat
I. Kesadaran: Compos Mentis
GCS :
E : 4 (klien dapat membuka mata dengan spontan).
M: 6 (klien dapat mengikuti apa yang diperintahkan seperti mengangkat
tangan).
V : 5 (berbicara nyambung tidak melantur, lancar).
Pada saat pengkajian kesadaran klien composmentis (sadar penuh), klien
dapat berbicara dengan normal, kekuatan otot klien sedikit lemah kekuatan
otot 4 (otot dapat menggerakan persendian dan melawan gravitasi dengan
kemampuan otot terhadap tahanan yang ringan.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
32
cahaya pupil mengecil (Isokor), klien dapat membuka dan menutup
mata dengan spontan dan tidak tampak strabismus, mata tampak
mengantuk.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
d) Nervus Trigeminus (N V) : Klien dapat mengunyah, membuka mulut,
menggigit dan klien masih merasakan rasa raba, suhu dan getar pada
wajah, dagu dan pipi.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
e) Nervus Fasialis (N VII) : Klien dapat mengerutkan dahi, menutup mata,
menunjukkan gigi dan menjulurkan lidah 2/3 bagian lidahnya.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
f) Nervus Vestibulo Kokhlearis : Klien dapat mendengarkan suara bisikan
dan detik jam.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
g) Nervus Glasofaringeus (N IX) : Klien mengatakan mual-mual, batuk,
tidak disartria, disfagia, disfonia, takikardia dan tidak bradikardia.
Masalah Keperawatan: Nausea
h) Nervus Vagus (N X) : Posisi uvula klien berada di tengah, suara
normal, masih ada reflek menelan, dan denyut jantung teratur.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
i) Nervus Aksesorius (N XI) : Klien dapat memutar kepala dan
mengangkat bahu kanan dan kiri.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
33
g. Sistem Muskuloskeletal
Rentang gerak pasien secara mandiri, keseimbangan dan cara berjalanny
tegap, dalam melakukan aktivitas sehar-hari di rumah sakit pasien dilakukan
secara manandiri.
Makan (0) mandiri
Mandi (0) mandiri
Perawatan diri (0) mandiri
Berpakaian (0) mandiri
BAK (0) 6-8 kali sehari
BAB (2) teratur
Penggunaan toilet (0) mandiri
Mobilisasi (1) menggunakan kursi roda
Naik turun tempat tidur (0) mampu.
Genggaman tangan tampak kuat, otot sedikit kuat, akral teraba sedikit dingin
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
h. Sistem Integument
Warna kulit klien tidak ada sianosis dan ikterik, turgor kulit baik, tampak
berkeringat dingin, tidak ada memar di tubuh klien. Tidak ada edema seluruh
tubuh. Terdapat petekie pada daerah tangan.
Masalah Keperawatan: Risiko perfusi jaringan tidak efekrtif (D.0039)
i. Sistem Reproduksi
Klien tidak terpasang kateter, klien mengatakan tidak infertil, labia tidak ada
edema, ulkus dan nyeri tekan..
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
j. Sistem Perkemihan
Klien mengatakan tidak terpasang kateter, jumlah urine yang warna urine
kuning jernih, tidak ada hematuria dan oliguria, vesika urinaria tidak ada
nyeri tekan.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3. Data Penunjang
a. Laboratorium (Tanggal pemeriksaan 22 Juni 2021).
34
Jenis Hasil Satuan Nilai Rujukan
Pemeriksaan
Hematologi Rutin
Jumlah Leukosit 4.600 10ᵔ3/ul 4.8-10.0
Jumlah Eritrosit 6,5 jt 10ᵔ6/uL 4.7-6.1
Hemoglobin 17,9 g/dL 12-16
Hematokrit 50 % 42-52
MCV 76 fL 80-90
MCH 27 Pg 27.0-31.0
MCHC 35 g/dL 32.0-36.0
Jumlah Trombosit 22.000 10ᵔ3/ul 150-450
Hitung Jenis
Basofil 0,2 % 0-1
Eusinofil 0,0 % 1-3
Neutrofil 58,4 % 50-70
Limfosit 30,5 % 20-40
Monosit 10,9 % 2-8
KIMIA ELEKTROLIT DARAH
Na 136 Mmol/l 135-145
K 4,8 Mmol/l 3,5-5,3
Cl 104 Mmol/l 98-107
REPRODUKSI-GESTASI
Tes kehamilan Negative (-) -
IMUNO SEROLOGI
Covid 19 IgG Non reaktif - Non reaktif
Covid 19 IgM Non reaktif - Non reaktif
35
Obat/ Golongan Dosis Indikasi Kontra Indikasi
Tindakan
Ivfd NaCl Obat keras 20 tpm Pengatur Pasien dengan
0,9% keseimbangan cairan riwayat
tubuh asidosis
metabolic
dikarenakan
clorida pada
natrium
clorida dapat
meningkatkan
dalam tubuh
Pasien retensi
cairan seperti
hyperkalemia,
hypokalemia,
dan gagal
jantung
Ranitidine Histamine 2x50 mg Menurunkan sekresi Tidak diberikan
injeksi H2-receptor asam lambung kepada pasien
antagonist berlebih riwayat porfiria
akut
Ondancentron Antiemetic 3x4 mg Mencegah mual dan Hipersensitif
injeksi muntah terhadap
ondancentron,
ganggaun hati
berat
Domperidon Antiemetic 3x1 tab Mencegah mual dan Tumor hipofisis
tablet muntah serta pelepas
merangsang produksi prolactin
ASI Ganggaun
elektrolit
Penyakit
jantung
Perdarahan
saluran
pencernaan
Gangguan hati
sedang sampai
berat
Sanmag tablet Obat keras 3x2 cth Untuk mengatasi Hipersensitif
asam lambungb yang terhadap sanmag
tinggi dan gastritis Penderita
gangguan ginjal
berat
36
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah : Klien merasa ini
sebuah musibah jadi tidak perlu yang harus disedihkan.
Cara mengatasi perasaan tersebut : Klien mengatakan cara mengatasinya
dengan banyak berdoa.
Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan : Klien ingin segera pulang
dan membersihkan halaman yang ada dirumah terutama tempat yang
memungkinkan bisa menggenangkan air.
Jika rencana ini tidak dapat dilaksanakan : rencana ini harus bisa diselesaikan
secepatnya biar tidak lagi yang terkena demam berdarah seperti saya
Pengetahuan klien tentang masalah/penyakit yang ada : Klien mengatakan
tidak tau demam satu minggu sebelum masuk rumah sakit masih ada
hubungan dengan penyakitnya sekarang.
b. SOSIAL
Aktifitas atau peran klien di masyarakat adalah : Peran klien dimasyarakat
cukup baik, bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat, klien
mengasuh anak panti.
Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai : Klien mengatakan tidak ada
kebiasaan lingkungan yang tidak disukai, semua kebiasaan lingkungan yaitu
sangat positif.
Cara mengatasinya : Klien mengatakan tidak ada yang perlu diatasi
Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya : Klien mengatakan
aktivitas sosial lingkungannya bersifat baik/positif.
c. BUDAYA
Budaya yang diikuti adalah budaya : Klien mengatakan dirinya keturunan
orang jawa, tetapi selama tinggal di bangka mengikuti budaya melayu yang
salah satu aktivitasnya nganggung.
Keberatan mengikuti budaya tersebut : Klien mengatakan tidak keberatan
sama sekali
Cara mengatasi : Klien mengatakan tidak ada yang perlu diatasi.
d. SPIRITUAL
Aktifitas ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari adalah sholat 5 waktu dan
mengaji
Kegiatannya keagamaan yang biasanya dilakukan adalah pengajian.
Aktifitas ibadah yang sekarang tidak dapat dilaksanakan adalah klien
megatakan tidak ada.
37
Cara mengatasi : Klien mengatakan tidak ada yang perlu diatasi.
Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang
sedang dialami :
Klien mengatakan ini sebuah musibah, yang penting sudah ikhtiar berobat
yang lainnya serahkan pada Allah SWT.
B. ANALISA DATA
Berkeringat dingin
Meningkatkan dan
Kesadaran comfos mentis
melepaskan zat C3a, C5a
Crt > 3 detik.
Cek labor tanggal 22-06-
Peningkatan reabsorbsi
2021
Na+ H2o
Leukosit : 4.600
Trombosit : 22.000
Permeabilitas meningkat
Hematokrit : 50
TTV
Risiko syok
TD : 93/68
mmHg
N : 110 x/m
RR : 22
x/menit
38
T : 36,3ºC
SpO2 : 97%
2 DS: Virus dengue masuk dalam Nyeri akut
Klien mengatakan nyeri pada tubuh
seluruh bagian perut, nyeri
seperti di tusuk-tusuk, skala Kontak dengan anti bodi
nyeri 6, nyeri terasa hilang
timbul. Terbentuknya kompek
antibody
DO :
Klien tampak meringis Bowel
Tampak gelisah
Mata tampak mengantuk Hepatomegali/spenomegali
Berkeringat dingin
Mendesak lambung
Porsi makan tidak dihabiskan
TTV :
Peningkatan HCL
TD : 93/68
mmHg
Mual-mual/muntah
N : 110 x/m
RR : 22
Peningakatan asam
x/menit
lambung
T : 36,3ºC
SpO2 : 97%
Nyeri
Hepatomegali/spenomegali
Mendesak lambung
39
Peningkatan HCL
Mual-mual/muntah
Peningakatan asam
lambung
Nyeri
Hepatomegali/spenomegali
Mendesak lambung
Peningkatan HCL
Mual-mual/muntah
C. MASALAH KEPERAWATAN
1. Perfusi jaringan tidak efektif (D.0009)
2. Nyeri akut (D.0077)
3. Nausea (D.0076)
4. Gangguan rasa Nyaman (D.0074)
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
40
1. Perfusi jaringan tidak efektif ditandai dengan penurunan kosentrasi
hemoglobin (D. 0009)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Inflamasi)
(D.0077)
3. Nausea berhubungan dengan distensi lambung (D.0076)
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan penyakit (D.0047)
E. PRIORITAS MASALAH
1. Perfusi jaringan tidak efektif ditandai dengan penurunan kosentrasi
hemoglobin (D. 0009)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
3. Nausea berhubungan dengan distensi lambung (D.0076)
Untuk diagnose gangguan rasa nyaman berhubungan dengan penyaki tidak
kelompok lakukan impelementasi dikarenakan gangguan rasa nyaman untuk
tindakan keperawatannya hamper sama dengan yang ada pada nyeri akut.
F. NURSING PLANNING
Nama pasien : Ny. Y Diagnosa Medis : DHF Grade 2
Jeniskelamin : Perempuan No.Med Record : 00.01.07.91
Kamar/Bed : A/3 Hari/Tanggal : Rabu, 23 Juni 2021
41
Muka tampak pucat hasil:
Gelisah TTV membaik Terapeutik:
42
fisiologis (Inflamasi) Setelah dilakukan Identifikasi lokasi,
(D.0077) intervensi karakteristik, durasi,
DS: keperawatan selama 3 frekuensi, kualitas, intensitas
Klien mengatakan nyeri x 24 jam diharapkan nyeri
pada seluruh bagian perut, tingkat nyeri menurun Identifikasi skala nyeri
nyeri seperti di tusuk- dengan kriteria hasil : Identifikasi respons nyeri
tusuk, skala nyeri 6, nyeri Keluhan nyeri non verbal
terasa hilang timbul. menurun Monitor efek samping
DO : Meringis penggunaan analgetik
Klien tampak meringis menurun
Gelisah Gelisah Terapeutik :
Mata tampak mengantuk menurun Berikan teknik
Berkeringat dingin Kesulitan tidur nonfarmakologis untuk
Porsi makan tidak menurun mengurangi rasa nyeri (mis.
dihabiskan Frekuensi nadi TENS, hipnotis,akupresur,
TTV : membaik terapi musik, biofeedback,
Edukasi :
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi dalam pemberian
analgesik, jika perlu
3. Nausea berubungan Tingkat nausea Manajemen Mual
dengan distensi lambung (L.08065) (I.03117)
43
(D.0076) Setelah dilakukan Observasi:
DS: intervensi selama 3 Identifikasi pengalaman mual
Klien mengeluh masih x 24 jam Identifikasi isyarat non
terasa mual dan perut diharapkan tingkat verbal ketidaknyamanan
terasa kembung nausea menurun Identifikasi dampak mual
DO : dengan kriteria terhadap kualitas hidup
Klien tampak pucat hasil: Identifikasi faktor penyebab
Klien berkeringat dingin Perasaan ingin mual
Nadi sedikit meningkat muntah Identikasi antiemetic untuk
N : 105 x/m menurun mencegah mual
Diaforesis Monitor mual (Frekuensi,
menurun durasi, dan tingkat
Pucat keparahan)
membaik Monitor asupan nutrisi dan
kalori
Terapeutik:
Kendalikan faktor
lingkungan penyebab mual
(Bau tidak sedap, suara)
Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual
(Kelelahan)
Berikan makanan dalam
jumlah kecil dan menarik
Berikan makanan dingin,
cairan bening, tidak berbau,
tidak berwarna, jika perlu
Edukasi:
Anjurkan istirahat dan tidur
cukup
Anjurkann untuk sering
membersihkan mulut, kecuali
jika merangsang mual
Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah
44
lemak
Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk
mengatatasi mual (Relaksasi,
terapi music, hypnosis)
Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian
antimetik, jika perlu
45
DO : 08.45 Dokter visite therapy 104/65 mmHg
Mata yang diberikan (Inj. N : 104
tampak Ceftriaxone x/m
ngantuk [Skintest], rencana RR : 23
Muka tranfusi tromosit 3 x/menit
tampak kantong, cairan ifus T :
pucat ganti dengan RL gtt 36,1ºC
Gelisah 09.00 30 tpm) SpO2 :
46
SpO2: menemukan/mera
97% sakan tanda dan
gejala penurunan
hemoglobin
9. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
10. Kolaborasi
pemberian IV,
jika perlu
11. Kolaborasi
pemberian anti
inflamasi, jika
perlu
2. Nyeri akut 08.30 1. Mengidentifikasi S : Klien
berhubungan lokasi, karakteristik, mengatakan
dengan agen durasi, frekuensi, perutnya masih
pencedera kualitas, skala dan nyeri seperti
fisiologis intensitas nyeri (Klien pagi tadi, hanya
(Inflamasi mengatakan perutnya daerah perut
lambung) masih nyeri sperti saja, terasa
(D.0077) pagi tadi, hanya ditusuk-tusuk.
DS: daerah perut saja, O:
Klien terasa ditusuk-tusuk, Klien tampak
mengataka dengan skala masih 6, meringis
n nyeri masih tampak Tampak Gelisah
pada meringis, tampak Berkeringat
seluruh gelisah, masih dingin
bagian berkeringat dingin) Porsi makan
perut, nyeri tidak dihabiskan
TTV
seperti di Skala nyeri 6
TD: 104/65,
tusuk- TTV :
P: 105 x/m
tusuk, TD :
RR: 23 xm
skala nyeri 104/65 mmHg
T :36,1 oC
6, nyeri N : 104
SPO2 :98%
47
terasa 08.33 2. Mengidentifikasi x/m
hilang respons nyeri non RR : 23
timbul. verbal dengan melihat x/m
mimik wajah pasien T :
DO : 36,1ºC
Klien 08.35 SpO2 :
tampak 3. Mengajarkan teknik 98%
meringis relaksasi atau A : Masalah belum
Tampak distraksi untuk teratasi
Gelisah 08.40 mengurangi rasa nyeri P : Intervensi
Mata 4. Mengontrol dilanjutkan
tampak lingkungan yang 1. Identifikasi
mengantuk memperberat rasa lokasi,
48
mengatur suhu
ruangan,
pencahayaan, dan
menganjurkan
untuk satu orang
yang mendampingi
pasien untuk
menghindari
kebisingan.
6. Fasilitasi istirahat
dan tidur dengan
mengatur posisi
pasien senyaman
mungkin dan
memasang
sampiran.
7. Kolaborasi dalam
pemberian
antiemetik dan
membantu
memberikan obat-
obatan lainnya
NO. Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
(SDKI)
3. Nausea 08.50 1. Mengidentifikasi S : Klien
berhubungan faktor penyebab mengatakan
dengan mual (Jika makan masih mual-
distensi dan minum langsung mual saat
lambung mual-mual) makan dan
(D.0076) 08.52 2. Mengidentifikasi minum, perut
DS: setelah dikasih masih terasa
Klien antiemetic untuk kembung
mengeluh mencegah mual O:
masih 08.54 3. Memonitor mual Klien tampak
49
terasa mual (Frekuensi, durasi, pucat
dan perut dan tingkat Berkeringat
terasa keparahan) dingin
kembung (Jika makan dan Porsi makan
DO : minum pasti mual) tidak dihabiskan
Klien 09.00 4. Memonitor asupan Nadi sedikit
tampak nutrisi dan kalori N: 104 x/m
pucat (Pagi tadi diet yang A : Masalah belum
Klien disediakan tidak teratasi
berkeringat dihabiskan) P : Intervensi
dingin 09.02 5. Memberikan dilanjutkan
Nadi makanan dalam 1. Identifikasi
sedikit jumlah kecil dan faktor penyebab
meningkat menarik mual
N: 105 09.04 (Memberikan 2. Identifikasi
x/m puding) setelah dikasih
6. Menganjurkan antiemetic
09.07 istirahat dan tidur untuk mencegah
cukup mual
7. Menganjurkann 3. Monitor mual
untuk sering (Frekuensi,
membersihkan durasi, dan
09.08 mulut, kecuali jika tingkat
merangsang mual keparahan)
4. Monitor asupan
8. Mengajarkan nutrisi dan
penggunaan teknik kalori
nonfarmakologis 5. Berikan
untuk mengatatasi makanan dalam
10.50 mual (Relaksasi, jumlah kecil
terapi musik, dan menarik
hypnosis) 6. Anjurkan
9. Berkolaborasi dalam istirahat dan
pemberian tidur cukup
antimetik, (PO : 7. Anjurkann
50
sanmang 3x2 cth, untuk sering
domperidone 3x1 membersihkan
tab) mulut, kecuali
jika merangsang
mual
8. Ajarkan
penggunaan
teknik non
farmakologis
untuk
mengatatasi
mual
(Relaksasi,
terapi music,
hypnosis)
9. Kolaborasi
dalam
pemberian
antimetik,
IMPLEMENTASI
51
Nama pasien : Ny. Y DiagnosaMedis: DHF Grade 2
Jeniskelamin : Perempuan Hari/Tanggal : 23 Juni 2021
Kamar/Bed : A/3 Shif : Sore
NO. Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
(SDKI)
1 Perfusi 15.30 1. Memonitor status S : Klien mengatakan
jaringan tidak oksigenasi masih lelah.
efektif b.d (SPO2 : 99%) O:
Penurunan 15.34 2. Memonitor status Mata tampak
kosentrasi cairan (IVFD RL ngantuk
hemoglobin, 15.36 gtt 30 Tpm) Muka tampak pucat
penurunan 3. Memonitor tingkat Gelisah
aliran arteri kesadaran dan Berkeringat dingin
dan vena 15.45 respon pupil Kesadaran comfos
(D.0009) (Compos mentis) mentis
4. Menganjurkan
Crt > 3 detik.
15.48 melapor jika
TTV :
menemukan/meras
TD : 97/71
akan tanda dan
mmHg
15.50 gejala penurunan
N : 105
hemoglobin
x/m
5. Menganjurkan
RR : 23
memperbanyak
x/menit
asupan cairan oral
T : 36,2ºC
6. Memonitor tingkat
SpO2 : 98%
kesadaran dan
A : Masalah tidak
respon pupil
terjadi
(Compos mentis,
P : Intervensi
kelien mengatakan
dilanjutkan
masih lelah
1. Monitor status
kardiopulmonal
2. Monitor status
oksigenasi
3. Monitor status
52
cairan
4. Monitor tingkat
kesadaran dan
respon pupil
5. Lakukan skin test
untuk mencegah
reaksi alergi
6. Jelaskan
penyebab/faktor
risiko syok
7. Jelaskan tanda dan
gejala awal syok
8. Anjurkan melapor
jika
menemukan/merasa
kan tanda dan gejala
syok
9. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
10. Kolaborasi
pemberian IV, jika
perlu
11. Kolaborasi
pemberian anti
inflamasi, jika perlu
2. Nyeri akut 14.30 1. Mengidentifikasi S : Klien mengatakan
berhubungan lokasi, perutnya masih
dengan agen karakteristik, nyeri sudah
pencedera durasi, frekuensi, berkurang, hanya
fisiologis kualitas, skala dan daerah perut saja,
(Inflamasi intensitas nyeri terasa ditusuk-
lambung) (Klien mengatakan tusuk.
(D.0077) perutnya masih O:
nyeri sudah Klien tampak
53
berkurang, hanya meringis
daerah perut saja, Tampak Gelisah
terasa ditusuk- Berkeringat dingin
tusuk, dengan Porsi makan tidak
skala 5, masih dihabiskan
tampak meringis, Skala nyeri 5
tampak gelisah, Injeksi
masih berkeringat ondancentron
dingin sedikit) diganti dengan inj.
TTV Metoclopramide
14.35 2x1 ampul
TD: 93/71 mmHg
P: 105 x/m TTV :
54
ruangan, melihat mimik
pencahayaan, dan wajah pasien
menganjurkan 4. Monitor efek
untuk satu orang samping
yang mendampingi penggunaan
pasien untuk analgetik
menghindari 5. Ajarkan teknik
kebisingan. relaksasi atau
6. Memfasilitasi distraksi untuk
istirahat dan tidur mengurangi rasa
dengan mengatur nyeri
posisi pasien 6. Kontrol
senyaman mungkin lingkungan yang
dan memasang memperberat rasa
sampiran. nyeri dengan
7. Berkolaborasi mengatur suhu
dalam pemberian ruangan,
anatiemetik dan pencahayaan, dan
membantu menganjurkan
memberikan obat- untuk satu orang
obatan lainnya yang
mendampingi
pasien untuk
menghindari
kebisingan.
7. Fasilitasi istirahat
dan tidur dengan
mengatur posisi
pasien senyaman
mungkin dan
memasang
sampiran.
8. Kolaborasi dalam
pemberian
antiemetik ,
55
analgetik dan
membantu
memberikan obat-
obatan
lainnyasampiran.
NO. Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
(SDKI)
3. Nausea 15.05 1. Mengidentifikasi S : Klien mengatakan
berhubungan faktor penyebab masih mual-mual
dengan mual (Jika saat makan dan
distensi makan dan minum, perut
lambung 15.07 minum langsung masih terasa
(D.0076) mual-mual) kembung
2. Mengidentifikasi O:
15.10 setelah dikasih Klien tampak pucat
antiemetic untuk Berkeringat dingin
mencegah mual Porsi makan tidak
3. Memonitor mual dihabiskan
(Frekuensi, TTV
15.14 durasi, dan N: 105 x/m
tingkat A : Masalah belum
keparahan) teratasi
(Jika makan dan P : Intervensi
16.30 minum pasti dilanjutkan
mual) 1. Identifikasi faktor
4. Memonitor penyebab mual
15.18 asupan nutrisi 2. Indentifikasi
dan kalori (Siang setelah diberikan
tadi diet yang antiemetic untuk
disediakan tidak mencegah mual
15.20 dihabiskan) 3. Monitor mual
5. Memberikan (Frekuensi,
15.25 obat minum durasi, dan
sanmagh 3x2 cth tingkat
56
dan domperidone keparahan)
3x1 tab 4. Monitor asupan
16.36 6. Memberikan nutrisi dan kalori
makanan dalam 5. Memberikan
jumlah kecil dan makanan dalam
menarik jumlah kecil dan
(Memberikan menarik
diet) 6. Berikan makanan
7. Menganjurkan dingin, cairan
istirahat dan bening, tidak
tidur cukup berbau, tidak
8. Menganjurkann berwarna, jika
untuk sering perlu
membersihkan 7. Anjurkan istirahat
mulut, kecuali dan tidur cukup
jika merangsang
mual 8. Anjurkann untuk
9. Berkolaborasi sering
dalam pemberian membersihkan
antimetik mulut, kecuali
(Injeksi jika merangsang
ranitidine mual
2x50mg) 9. Ajarkan
penggunaan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengatatasi
mual (Relaksasi,
terapi music,
hypnosis)
10. Kolaborasi dalam
pemberian
antimetik.
57
IMPLEMENTASI
58
mentis, klien mengatakan SpO2 :
masih lelah, semalam 99%
sudah di tranfusi 3 A : Masalah
kantong) tidak terjadi
P : Intervensi
dilanjutkan
1. Monitor
status
kardiopulm
onal
2. Monitor
status
oksigenasi
3. Monitor
status
cairan
4. Monitor
tingkat
kesadaran
dan respon
pupil
5. Lakukan
skin test
untuk
mencegah
reaksi
alergi
6. Jelaskan
penyebab/f
aktor risiko
syok
7. Jelaskan
tanda dan
gejala awal
syok
59
8. Anjurkan
melapor
jika
menemuka
n/merasaka
n tanda dan
gejala syok
9. Anjurkan
memperba
nyak
asupan
cairan oral
10. Kolaborasi
pemberian
IV, jika
perlu
11. Kolaborasi
pemberian
antiinflama
si, jika
perlu
2. Nyeri akut 07.30 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Klien
berhubungan karakteristik, durasi, mengatakan
dengan agen frekuensi, kualitas, skala perutnya
pencedera dan intensitas nyeri (Nyeri masih nyeri
fisiologis sudah berkurang, masih sperti pagi
(Inflamasi sekitar area perut, durasi tadi, hanya
lambung) timbul sekarang masih daerah
(D.0077) sering, masih terasa perut saja,
nyut”an dan skala nyeri 5) terasa
07.37 2. Mengidentifikasi ditusuk-
responsnyeri non verbal tusuk,
dengan melihat mimik O:
wajah pasien Klien
(Masih tampak meringis) tampak
60
07.45 3. Mengontrol lingkungan meringis
yang memperberat rasa Tampak
nyeri dengan mengatur Gelisah
suhu ruangan, Porsi makan
pencahayaan, dan tidak
menganjurkan untuk satu dihabiskan
orang yang mendampingi Skala nyeri 5
pasien untuk menghindari TTV :
kebisingan. (Membuka TD :
jendela supaya ada 93/65
pergantian sirkulasi udara) mmHg
N :
07.48 4. Memfasilitasi istirahat dan 99 x/m
tidur dengan mengatur RR :
posisi pasien senyaman 22 x/menit
mungkin dan memasang T :
sampiran. 36,4ºC
11.00 5. Berkolaborai dalam SpO2 :
pemberian obat injeksi 99%
(Inj. Metilprednisolon A : Masalah
1x125, dan inj. belum teratasi
Ceftriaxone 2x1 gr) P : Intervensi
10.50 6. Berkolaborasi dalam dilanjutkan
pemberian antiemetik dan 1. Identifikasi
membantu memberikan lokasi,
obat-obatan lainnya karakteristik,
(Memberikan obat durasi,
minum) frekuensi,
kualitas,
skala dan
intensitas
nyeri
2. Identifikasi
respons nyeri
non verbal
61
dengan
melihat
mimik wajah
pasien
3. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
4. Ajarkan
teknik
relaksasi atau
distraksi
untuk
mengurangi
rasa nyeri
5. Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri
dengan
mengatur
suhu
ruangan,
pencahayaan,
dan
menganjurka
n untuk satu
orang yang
mendampingi
pasien untuk
menghindari
kebisingan.
6. Fasilitasi
istirahat dan
62
tidur dengan
mengatur
posisi pasien
senyaman
mungkin dan
memasang
sampiran.
7. Kolaborasi
dalam
pemberian
antiemetik dan
membantu
memberikan
obat-obatan
lainnya
N Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
O Keperawatan
. (SDKI)
3. Nausea 07.50 1. Mengidentifikasi S : Klien
berhubungan faktor penyebab mual mengatakan
dengan distensi (Jika makan dan masih
lambung minum langsung mual-mual
(D.0076) mual-mual) saat makan
07.54 2. Memonitor mual dan minum
(Frekuensi, durasi, tetapi lebih
dan tingkat membaik
keparahan) (Jika dari
makan dan minum kemarin,
mual sudah perut
berkurang) kembung
08.00 3. Memonitor asupan sudah
nutrisi dan kalori berkurang
(Pagi tadi diet yang O:
disediakan tidak Muka klien
dihabiskan) tampak
63
08.05 4. Memberikan makanan membaik
dalam jumlah kecil Tidak
dan menarik berkeringat
(Memberikan puding) dingin
08.10 7. Menganjurkan Porsi makan
istirahat dan tidur masih tersisa
cukup sedikit
08.14 8. Menganjurkann untuk Nadi sedikit
sering membersihkan turun
mulut, kecuali jika N : 99 x/m
merangsang mual
08.19 9. Mengajarkan A : Masalah
penggunaan teknik teratasi
nonfarmakologis teratasi
untuk mengatatasi sebagian
mual (relaksasi, terapi P : Intervensi
music, hypnosis) dilanjutkan
11.00 10. Berkolaborasi dalam 1. Identifikasi
pemberian antimetik, faktor
(PO : sanmang penyebab
3x2cth, domperidone mual
3x1 tab) 2. Identifikasi
setelah
dikasih
antiemetic
untuk
mencegah
mual
3. Monitor
mual
(Frekuensi,
durasi, dan
tingkat
keparahan)
4. Monitor
64
asupan
nutrisi dan
kalori
5. Berikan
makanan
dalam
jumlah kecil
dan menarik
6. Berikan
makanan
dingin,
cairan
bening,
tidak
berbau,
tidak
berwarna,
jika perlu
7. Anjurkan
istirahat dan
tidur cukup
8. Anjurkann
untuk sering
membersihk
an mulut,
kecuali jika
merangsang
mual
9. Ajarkan
penggunaan
teknik non
farmakologi
s untuk
mengatatasi
mual
65
(Relaksasi,
terapi
musik,
hypnosis)
10. Kolaborasi
dalam
pemberian
antimetik.
IMPLEMENTASI
66
T : 36,2ºC
SpO2 : 98%
A : Masalah tidak
terjadi
P : Intervensi
dilanjutkan
1. Monitor status
oksigenasi
2. Monitor status
cairan
3. Monitor tingkat
kesadaran dan
respon pupil
4. Anjurkan
melapor jika
menemukan/mer
asakan tanda dan
gejala syok
5. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan
oral
2 Nyeri Akut 14.30 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Klien mengatakan
. berhubunga karakteristik, durasi, nyeri sudah
n dengan frekuensi, kualitas, skala berkurang, hanya
agen dan intensitas nyeri daerah perut saja,
pencedera 14.35 2. Mengidentifikasi respons terasa ditusuk-
fisiologis nyeri non verbal dengan tusuk.
(Inflamasi melihat mimik wajah pasien O:
lambung) 14.39 3. Mengontrol lingkungan Klien masih tampak
(D.0077) yang memperberat rasa meringis
nyeri dengan mengatur suhu Porsi makan sudah
ruangan, pencahayaan, dan habis
menganjurkan untuk satu Skala nyeri 4
orang yang mendampingi Injeksi ranitidine
67
pasien untuk menghindari 2x50mg
kebisingan Inj. Ketorolac 2x1
14.45 4. Memfasilitasi istirahat dan amp
tidur dengan mengatur TTV :
posisi pasien senyaman TD : 98/61
mungkin dan memasang mmHg
sampiran. N : 89 x/m
16.25 5. Berkolaborasi dalam RR : 23
pemberian anatiemetik dan x/menit
membantu memberikan T : 36,2ºC
obat-obatan lainnya SpO2 : 98%
16.30 6. Berkoborasi dalam A : Masalah belum
pemberian antimetik dan teratasi sebagian
analgetik (Inj. Ranitidine, P : Intervensi
injeksi ketrolac ) dilanjutkan
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas, skala dan
intensitas nyeri
2. Identifikasi respons
nyeri non verbal
dengan melihat
mimik wajah
pasien
3. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
4. Ajarkan teknik
relaksasi atau
distraksi untuk
mengurangi rasa
nyeri
5. Kontrol lingkungan
68
yang memperberat
rasa nyeri dengan
mengatur suhu
ruangan,
pencahayaan, dan
menganjurkan
untuk satu orang
yang mendampingi
pasien untuk
menghindari
kebisingan.
6. Fasilitasi istirahat
dan tidur dengan
mengatur posisi
pasien senyaman
mungkin dan
memasang
sampiran.
7. Kolaborasi dalam
pemberian
antiemetik dan
membantu
memberikan obat-
obatan
lainnyasampiran.
8. Kolaborasi dalam
pemberian
antiemetik
analgetik dan
membantu
memberikan obat-
obatan lainnya.
N Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
O Keperawat
. an
69
(SDKI)
3 Nausea 14.50 1. Mengidentifikasi faktor S : Klien mengatakan
. berhubunga penyebab mual (Jika masih mual-mual
n dengan makan dan minum rasa dan perut kembung
distensi mual-mual sudah sudah berkurang
lambung berkurang) O:
(D.0076) 14.52 2. Memonitor mual Muka klien tampak
(Frekuensi, durasi, dan membaik
tingkat keparahan) (Jika Tidak Berkeringat
makan dan minum mual dingin
sudah berkurang) Porsi makan habis
15.00 3. Memonitor asupan nutrisi Nadi sedikit turun
dan kalori (Pagi tadi diet N : 89 x/m
yang disediakan tidak A : Masalah teratasi
dihabiskan) sebagian
16.25 4. Berkolaborasi dalam P : Intervensi
pemberian antimetik, dilanjutkan
(PO: sanmang 3x2cth, 1. Identifikasi faktor
domperidone 3x1 tab, penyebab mual
injeksi ranitidine 2. Monitor mual
2x50mg) (Frekuensi, durasi,
16.00 5. Memberikan makanan dan tingkat
dalam jumlah kecil dan keparahan)
menarik (Memberikan 3. Monitor asupan
diet) nutrisi dan kalori
17.00 6. Menganjurkan istirahat 4. Berikan makanan
dan tidur cukup dalam jumlah kecil
17.05 7. Menganjurkann untuk dan menarik
sering membersihkan 5. Anjurkan istirahat
mulut, kecuali jika dan tidur cukup
merangsang mual 6. Aanjurkann untuk
sering
membersihkan
mulut, kecuali jika
merangsang mual
70
7. Kolaborasi dalam
pemberian
antimetik,
IMPLEMENTASI
71
. Perfusi 10.40 1. Memonitor status S : Klien mengatakan
1 jaringan kardiopulmonal (Nadi tubuhnya sudah
. tidak efektif perifer teraba kuat, membaik, tidak ada
b.d suara tambahan paru perdarahan saat
Penurunan 10.45 tidak ada) BAK ataupun BAB
kosentrasi 2. Memonitor status serta gusi
hemoglobin 10.46 oksigenasi (SPO2: O:
, penurunan 97%) Muka klien tampak
aliran arteri 3. Memonitor status cairan membaik
dan vena 10.48 (Terpasang ivfd RL gtt Tidak berkeringat
(D.0009) 20 tpm) dingin lagi
4. Memonitor tingkat Kesadaran compos
kesadaran dan respon mentis
10.50 pupil (Kesadaran Crt > 3 detik.
compos mentis) TTV :
TD : 107/68
5. Hasil pemeriksaan mmHg
11.00 laboratorium (HB: 11,8, N : 91 x/m
trobosit: 28.000, RR : 22
leukosit: 5.800, HT: 34) x/menit
6. Melakukan injeksi anti T : 36,3ºC
11.06 inflamasi SpO2 : 99%
(Inj.Metilprednisolo A : Masalah teratasi
1x125 mg) P : Intervensi dihentikan
7. Menganjurkan melapor
jika
menemukan/merasakan
tanda dan gejala syok
72
n dengan durasi, frekuensi, O:
agen kualitas, dan skala, Klien tampak rileks
pencedera intensitas nyeri (Nyeri Tidak gelisah lagi
fisiologis sudah berkurang, masih Porsi makan
(Inflamasi sekitar area perut, dihabiskan
lambung) durasi timbul sekarang TTV :
(D.0077) masih sering, masih TD : 107/68
terasa nyut”an, skala 2) mmHg
TTV N : 91 x/m
TD: 107/68 mmHg RR : 22
P: 91 x/m x/menit
RR: 22 x/m T : 36,3ºC
T :36,3 Co
SpO2 : 99%
07.36 SPO2 : 99% A : Masalah teratasi
2. Mengidentifikasi P : Intervensi dihentikan
respons nyeri non
verbal dengan melihat
07.40 mimik wajah pasien
(Klien tampak rileks)
3. Mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri dengan mengatur
suhu ruangan,
pencahayaan, dan
menganjurkan untuk
satu orang yang
mendampingi pasien
07.43 untuk menghindari
kebisingan. (Membuka
jendela biar ada
pergantian sirkulasi
udara)
11.00 4. Memfasilitasi istirahat
dan tidur dengan
mengatur posisi pasien
73
senyaman mungkin dan
11.05 memasang sampiran.
5. Berkolaborai dalam
pemberian obat injeksi
(Inj. Metilprednisolon
1x125, dan inj.
Ceftriaxone 2x1 gr)
6. Berkolaborasi dalam
pemberian antiemetik
dan membantu
memberikan obat-
obatan lainnya
(Memberikan obat
minum)
74
10.30 makanan dalam penyebab mual
jumlah kecil dan 2. Monitor mual
10.34 menarik (Frekuensi, durasi,
(Memberikan diet) dan tingkat
5. Menganjurkan keparahan)
istirahat dan tidur 3. Monitor asupan
10.36 cukup nutrisi dan kalori
6. Menganjurkann 4. Anjurkan istirahat
untuk sering dan tidur cukup
membersihkan mulut, 5. Anjurkann untuk
kecuali jika sering
merangsang mual membersihkan
7. Memonitor mual mulut, kecuali jika
(Frekuensi, durasi, merangsang mual
dan tingkat 6. Ajarkan
keparahan) (klien penggunaan teknik
rasa mual timbulnya nonfarmakologis
kadang-kadang, perut untuk mengatatasi
kembung agak mual (Relaksasi,
berkurang) terapi musik,
hypnosis)
7. Kolaborasi dalam
pemberian
antimetik.
IMPLEMENTASI
75
.1. Perfusi jaringan 14.45 1. Memonitor S : Klien mengatakan
tidak efektif b.d status tubuhnya sudah
Penurunan kardiopulmon membaik, tidak ada
kosentrasi al (Nadi perdarahan saat BAK
hemoglobin, 14.45 perifer teraba ataupun BAB serta gusi
penurunan kuat, suara O:
aliran arteri dan 14.53 tambahan Muka klien tampak
vena (D.0009) paru tidak membaik
ada) Tidak berkeringat dingin
16.30 2. Memonitor lagi
status Kesadaran compos
oksigenasi mentis
(SPO2: 97%) Crt > 3 detik.
16.33 3. Memonitor TTV :
status cairan TD : 107/68
(Terpasang mmHg
ivfd RL gtt 20 N : 91 x/m
16.35 tpm) RR : 22 x/menit
4. Memonitor T : 36,3ºC
tingkat SpO2 : 99%
kesadaran dan A : Masalah teratasi
16.40 respon pupil P : Intervensi dihentikan
(Kesadaran
compos
mentis)
5. Hasil
pemeriksaan
laboratorium
(HB: 11,8,
trobosit:
28.000,
leukosit:
5.800, HT: 34)
6. Melakukan
76
injeksi anti
inflamasi
(Inj.Metilpred
nisolo 1x125
mg)
7. Menganjurkan
melapor jika
menemukan/m
erasakan tanda
dan gejala
syok
77
P: 91 x/m
RR: 22 x/m
T :36,3 oC
SPO2 : 99%
8. Mengidentifikas
i respons nyeri
non verbal
dengan melihat
mimik wajah
16.30 pasien
(Klien tampak
rileks)
9. Mengontrol
lingkungan
16.33 yang
memperberat
rasa nyeri
dengan
16.35 mengatur suhu
ruangan,
pencahayaan,
dan
menganjurkan
untuk satu
orang yang
mendampingi
pasien untuk
menghindari
kebisingan.
(Membuka
jendela biar ada
pergantian
sirkulasi udara)
10. Memfasilita
si istirahat dan
78
tidur dengan
mengatur posisi
pasien
senyaman
mungkin dan
memasang
sampiran.
11. Berkolabora
i dalam
pemberian obat
injeksi (Inj.
Metilprednisolo
n 1x125, dan
inj. Ceftriaxone
2x1 gr)
12. Berkolabora
si dalam
pemberian
antiemetik dan
membantu
memberikan
obat-obatan
lainnya
(Memberikan
obat minum)
79
14.50 (Klien O:
mengatak Muka klien tampak
an tidak membaik
mual lagi Tidak berkeringat
dan perut dingin
tidak Porsi makan habis
14.53 kembung N: 90 x/m
lagi saat A : Masalah teratasi
makan) P : Intervensi dihentikan
2. Memonit
16.30 or mual
(Frekuens
i, durasi,
dan
16.33 tingkat
keparaha
n) (Klien
16.35 mengatak
an tidak
mual lagi
saat
makan
dan
minum)
3. Monitor
asupan
nutrisi
dan kalori
(Pagi tadi
diet yang
disediaka
n
dihabiska
n)
4. Berkolab
80
orasi
dalam
pemberia
n
antimetik,
(PO :
sanmang
3x2cth,
domperid
one 3x1
tab))
5. Berkolab
orasi
dalam
memberi
kan
antiemeti
c (Inj.
Ranitidin
2x50 mg)
6. Menganj
urkan
istirahat
dan tidur
cukup
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok akan menguraikan permasalahan yang terjadi di dalam
kasus serta perbandingan teori dengan kenyataan yang terjadi pada saat melakukan
asuhan keperawatan pada medikal bedah pada Ny.Y dengan kasus DHF (Dengue
Haemorraghic Fever) di ruang Asoka RSUD Depati Bahrin Sungailiat Kabupaten
81
Bangka. Pembahasan yang kelompok lakukan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Nursalam, 2015).
Berdasarkan dari hasil pengkajian pada Ny.Y memiliki keluhan yang sama
dengan teori Herman, 2015 yaitu klien mengatakan mual muntah sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit dan seminggu sebelum masuk rumah sakit demam
tinggi. Tanda dan gejala DHF (Dengue Haemorraghic Fever) kasus ini bisa
menimbulkan manifestasi klinis meliputi : demam, nyeri seluruh bagian perut,
mual dan muntah (Susilaningrum, 2015). Apabila DHF (Dengue Haemorraghic
Fever), tidak di tangani dengan tepat dapat mengakibatkan perdarahan, kegagalan
sirkulasi, hepatomegali dan efusi pleura.
B. Diagnosa keperawatan
82
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Ny.Y dengan DHF
(Dengue Haemorraghic Fever), 3 diagnosa keperawatan yaitu :
1. Perfusi jaringan tidak efektif ditandai dengan syok, gejala penyakit (D. 0039)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
3. Nausea berhubungan dengan distensi lambung (D.0076)
C. Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan
dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk
memenuhi kebutuhan pasien (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Rencana keperawatan yang kelompok lakukan sama dengan landasan teori,
karena rencana tindakan keperawatan tersebut telah sesuai dengan SOP (Standar
Operasional Prosedur) yang telah ditetapkan (Nursalam, 2015).
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang di perlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry
1997 dalam Haryanto, 2014).
Tahap implementasi di mulai setelah rencana tindakan di susun dan di tujukan
pada rencana strategi untuk membantu mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh
sebab itu, rencana tindakan yang spesifik di laksanakan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan. Tujuan dari implementasi
adalah membantu dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan, yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping (Ronald, 2018).
Implementasi pada klien dimulai dari tanggal 23 Juni – 25 Juni 2021 pada
shift pagi dan sore. Pada diagnosa yang pertama yaitu Perfusi jaringan tidak
efektif b.d Penurunan kosentrasi hemoglobin, penurunan aliran arteri dan vena,
gejala penyakit ,tindakan yang dilakukan adalah mengidentifikasi penurunan
kosentrasi hemoglobin, Pengisian .kapiler >3 “, Nadi perifer menurun atau tidak
teraba, Akral teraba dingin, Warna kulit pucat, Turgor kulit menurun, Parastesia,
Nyeri ekstermitas, Edema , Penyembuhan luka lambat, memfasilitasi istirahat dan
83
tidur dengan mengatur posisi pasien senyaman mungkin dan memasang sampiran,
berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan membantu memberikan obat-obatan
lainnya.
Pada diagnosa keperawatan yang kedua yaitu yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis ,tindakan yang dilakukan adalah
mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas
nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi respons nyeri non verbal
dengan melihat mimik wajah pasien, monitor efek samping penggunaan analgetik,
mengajarkan teknik relaksasi atau distraksi untuk mengurangi rasa nyeri,
mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri dengan mengatur suhu
ruangan, pencahayaan, dan menganjurkan untuk satu orang yang mendampingi
pasien untuk menghindari kebisingan, memfasilitasi istirahat dan tidur dengan
mengatur posisi pasien senyaman mungkin dan memasang sampiran,
berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan membantu memberikan obat-obatan
lainnya.
Pada diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu nausea berhubungan dengan
distensi lambung, tindakan yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor
penyebab mual, mengidentifikasi setelah dikasih antiemetic untuk mencegah
mual, memonitor mual (Frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan), memonitor
asupan nutrisi dan kalori, memberikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik,
menganjurkan istirahat dan tidur cukup dan menganjurkann untuk sering
membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk
mengatasi suatu masalah (Meirisa, 2013).
Evaluasi keperawatan yang dilakukan sudah sesuai dan tidak ada kesenjangan
dengan teori. Evaluasi dilakukan pada setiap akhir shift pagi dan sore berdasarkan
diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dengan menggunakan metode
SOAP. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari di dapatkan hasil
ke 3 diagnosa keperawatan dapat teratasi.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian Asuhan Keperawatan pada Ny. Y dengan kasus DHF
(Dengue Haemorraghic Fever) di Ruang Asoka RSUD Depati Bahrin Sungailiat
Kabupaten Bangka didapatkan diagnosea sebagai berikut:
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d Penurunan kosentrasi hemoglobin,
penurunan aliran arteri dan vena (D.0009)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen fisiologis (Inflamasi lambung) (D.0077)
3. Nausea berhubungan dengan distensi lambung (D.0076)
85
Perencanaan dirumuskan berdasarkan pada perencanaan teoritis dan
berdasarkan masalah keperawatan pada Ny. Y. Rencana keperawatan disusun
menurut prioritas masalahseperti yang tercantum pada diagnosa keperawatan
yang muncul.
Implementasi dilakukan berdasarkan rencana yang telah disusun dalam
intervensi keperawatan, dilakukan evaluasi pada diagnosa keperawatan tersebut
untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan yang diberikan pada klien.
Semua masalah keperawatan dapat diatasi sesuai tujuan yang telah dirumuskan.
Peran perawat sebagai tim yang memberikan bimbingan sepenuhnya
kepada mahasiswa/ mahasiswi sangat membantudalam proses implementasi
keperawatan. Klien kooperatif sehingga memudahkan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan. Adapun kendala yang ditemukan yaitu kurangnya
kesinambungan dalam melakukan asuhan keperawatan dikarenakan terbatasnya
jadwal praktek mahasiswa/ mahasiswi sehingga asuhan keperawatan yang
diberikan kurang maksimal.
Ada satu diagnose keperawatan yaitu gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan penyakit tidak kelompok lakukan impelementasi dikarenakan gangguan
rasa nyaman untuk tindakan keperawatannya hampir sama dengan yang ada pada
nyeri akut. Dan berdasarkan hirarki maslow gangguan rasa nyaman sama dengan
diagnosa nyeri akut.
B. Saran
1. Bagi Kelompok
Diharapkan dapat menjadi pengalaman belajar dalam meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan berkaitan dengan pasien Dengue Hemoragic
Fever (DHF) dan menambah wawasan sebagai acuan bagi kelompok
selanjutnya dalam mengembangkan studi kasus lanjutan terhadap klien
Dengue Hemoragic Fever (DHF).
2. Bagi RSUD Depati Bahrin
Masukan dan informasi bagi pelayanan keperawatan dalam mengambil asuhan
keperawatan, khususnya pada klien Dengue Hemoragic Fever (DHF).
3. Bagi STIKES Citra Delima Bangka Belitung
Hasil penelitian ini dapat menjadi media baca informasi dan masukan bagi
pendidikan keperawatan khususnya mahasiwa/ mahasiswi STIKES Citra
Delima Bangka Belitung.
86
87