Anda di halaman 1dari 87

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering
disebut sebagai demam berdarah. Menurut para ahli, demam berdarah dengue
disebut sebagai penyakit (Terutama sering dijumpai) yang disebabkan oleh virus
Dengue dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala
pendarahan spontan seperti, bintik merah pada kulit, mimisan, bahkan pada
keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu infeksi arbovirus yang
paling umum muncul di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Infeksinya
disebarkan oleh nyamuk yang menyebakan demam, pembengkakan dan
perdarahan di simpul kelenjar getah bening. Juga menyebabkan rasa sakit yang
sangat diotot dan persendian ini, seringkali di derita oleh anak di bawah 10 tahun,
dan infeksinya bisa kambuh lagi pada tahun berikutnya (Mursalin, 2014).
Di beberapa Negara di dunia khususnya di Indonesia Kejadian Luar Biasa
(KLB) terutama khususnya yang disebabkan oleh penyakit menular sepereti
demam berdarah (DHF), malaria, diare dan lain-lain masih terjadi. Penyakit ini
cenderung meluas ke seluruh nusantara. Angka motilitas dan morbilitas yang
disebabkan oleh penyakit menular ini masih tinggi, terutama yang disebabkan
oleh penyakit DHF.
Penyakit DHF merupakan masalah kesehatan yang masih memerlukan
pencegahan dan penanggulangan yang sungguh-sungguh, karena tidak sedikit
angka kesakitan dan kematian yang terjadi akibat penyakit DHF ini Penyakit ini
tidak hanya menyerang orang dewasa dan remaja tetapi juga menyerang anak-
anak.
Pada tahun 2020, sampai pertengahan bulan November tercatat penderita
DBD di 34 provinsi di Indonesia sebanyak 95.839 orang, dan 661 diantaranya
meninggal dunia. Angka tersebut lebih rendah di bandingkan tahun sebelumnya,
yakni tahun 2019 dengan jumlah penderita sebanyak 112.954 orang dan jumlah
kasus meninggal sebanyak 751 penderita (Kemenkes RI, 2020).
Di tahun 2019 di bulan desember terdapat 140 kasus di Provinsi Bangka
Belitung, meningkat tajam di Januari 2020 terdapat 240 kasus dan 2 diantaranya
meninggal. Pada tahun 2020 dari Januari sampai Febuari terdapat 30 kasus, lebih

1
rendah dari angka di tahun 2019 di bulan yang sama yaitu 40 kasus di Kabupaten
Bangka berdasarkan data pasien yang dirawat di ruangan Asoka RSUD Depati
Bahrin dari januari sampai dengan juni tahun 2021 di dapatkan jumlah kasus
DHF sebanyak 4 orang. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DHF
merupakan tanggung jawab bersama baik lintas sektor program maupun
masyarakat. Peran utama perawat melakukan pencegahan terhadap penderita
penyakit.
Dari data diatas, maka penulis ingin memaparkan Asuhan Keperawatan
Pada Pasien An.Y Di Ruang Asoka Dengan Dengue Hemoragic Fever (DHF).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. Y dengan diagnosa Dengue
Hemoragic Fever (DHF)?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari laporan seminar ini adalah menguraikan hasil
Asuhan Keperawatan Pada Ny Y Dengan Diagnosa Dengue Hemoragic Fever
(DHF) dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang utuh dan
komprehensif.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny Y dengan diagnosa Dengue
Hemoragic Fever (DHF)
b. Mampu menganalisa dan menyusun diagnosa prioritas pada Ny Y dengan
diagnosa Dengue Hemoragic Fever (DHF)
c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan pada Ny Y dengan diagnosa
Dengue Hemoragic Fever (DHF)
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Ny Y dengan
diagnosa Dengue Hemoragic Fever (DHF)
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny Y dengan diagnosa
Dengue Hemoragic Fever (DHF)

D. Manfaat
1. Bagi Kelompok
Agar dapat menjadi pengalaman belajar dalam meningkatkan pengetahuan dan

2
keterampilan berkaitan dengan pasien dengan Dengue Hemoragic Fever DHF
dan menambah wawasan sebagai acuan bagi kelompok selanjutnya dalam
mengembangkan studi kasus lanjutan terhadap pasien dengan Dengue
Hemoragic Fever (DHF).
2. Bagi RSUD Depati Bahrin
Bisa menjadi dan informasi bagi pelayanan keperawatan dalam melakukan
asuhan keperawatan, khususnya pada klien Dengue Hemoragic Fever (DHF).

3. Bagi Stikes Citra Delima Bangka Belitung


Sebagai sumber bacaan atau sumber referensi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan keperawatan dan pelaksanaan 5 tahap proses asuhan keperawatan
pada pasien khususnya pasien dengan Dengue Hemoragic Fever (DHF).

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dengue Hemoragic Fever (DHF)


1. Pengertian Dengue Hemoragic Fever (DHF)
a. Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang di sebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam
tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Betina), terutama
menyerang anak remaja dan dewasa dan sering kali menyebabkan
kematian bagi penderita (Effendy, 2016).
b. Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri
otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik (Nurarif & Hardhi, 2015).
c. Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit menular berbahaya
yang disebabkan oleh virus dengue yang dapat menyebabkan gangguan
pada pembuluh darah kapiler dan sistem pembekuan darah sehingga
mengakibatkan perdarahan yang dapat menimbulkan kematian
(Misnadiarly, 2015).

2. Etiologi Dengue Hemoragic Fever (DHF)


Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam
berdarah. Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk
yang terinfeksi virus. Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang
menyebar penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru demam berdarah
setiap tahun di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang menjadi
demam berdarah. Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari
negara lain. Faktor risiko untuk demam berdarah termasuk memiliki antibodi
terhadap virus demam berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et al, 2014).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4
serotipe virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap

4
serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue dapat
terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Hardhi,
2015).
Menurut Soedarto (2012), demam hemoragic fever (DHF) disebabkan oleh:
a. Virus Dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam
Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu
virus dengue tipe 1, 2, 3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut
terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara
serologis virus dengue yang termasuk dalam gens flavirus ini
berdiameter 40 meter dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai
macam kultur jaringan baik yang bersal dari sel –sel mamalia misalnya
sel BHK (Babby homster kiney) maupun sel –sel Arthrpoda misalnya sel
aedes Albopictuus.
b. Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis
dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur
hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan
terhadap serotipe jeniis yang lainnya.

3. Manifestasi Klinis Dengue Hemoragic Fever (DHF)


Menurut Susilaningrum (2015) manifestasi klinis dari DHF adalah :
a. Demam
Demam tinggi sampai 400C dan mendadak, Demam terjadi secara
mendadak berlangsung selama 2 –7 hari kemudian turun menuju suhu
normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala
–gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung,
nyeritulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat
menyertainya.
b. Perdarahan
Uji tourniquet positif, perdarahan, petekia, epitaksis, perdarahan massif.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan

5
umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji torniquet yang positif
mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia (Bintik-bintik
akibat perdarahan intradermak / submukosa ) purpura
(Perdarahan di kulit), epistaksis (Mimisan), perdarahan gusi, . Perdarahan
ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis, dan melena (Tinja berwarna hitam karena
adanya perdarahan. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului
dengan nyeri perut yang hebat.
c. Anoreksia
d. Mual muntah
e. Nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut
f. Nyeri kepala
g. Nyeri otot dan sendi
h. Trombositopenia (< 100.000/ mm3)
i. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada
anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari
hepatomgali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemuungkinan
akan tejadi renjtan pada penderita.
j. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda –tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab,
dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis di sekitar
mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan
prognosis yg buruk.

4. Klasifikasi Dengue Hemoragic Fever (DHF)


WHO dalam buku Nurarif (2013) membagi DHF menjadi 4 derajat, yaitu
sebagai berikut:
a. Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan
(Uji tourniquiet positif).
b. Derajat II
Seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain.

6
c. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dgn adanya nadi cepat dn lmah,
tekanan darah meurun (kurang dari 20 mmHg) atau hipotnsi disrtai kulit
yang dingin dan lembab, gelisah
d. Derajat IV
Renjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.

5. Anatomi dan Fisiologi


Berikut adalah anatomi fisiologi menurut (Vyas, et al, 2014) yang
berhubungan degan penyakit DHF yang petama adalah sistem sirkulasi.
Sistem sirkulasi adalah sarana untuk menyalurkan makanan dan oksigen dari
traktus distivus dan dari paru-paru ke sela-sela tubuh. Selain itu, sistem
sirkulasi merupakan sarana untuk membuang sisa-sisa metabolisme dari sel-
sel ke ginjal, paru-paru dan kulit yang merupakan tempat ekskresi sisa-sisa
metabolisme. Organ-organ sistem sirkulasi mencakup jantung, pembuluh
darah, dan darah.
a. Jantung
Merupakan organ yang berbentuk kerucut, terletak didalam thorax,
diantara paru-paru, agak lebih kearah kiri.
b. Pembuluh Darah
Pembuluh darah ada 3 yaitu :
1) Arteri (Pembuluh Nadi)
Arteri meninggalkan jantung pada ventikel kiri dan kanan. Beberapa
pembuluh darah arteri yang penting :
a) Arteri koronaria
Arteri koronaria adalah arteri yang mendarahi dinding jantung
b) Arteri subklavikula
Arteri subklafikula adalah bawah selangka yang bercabang kanan
kiri leher dan melewati aksila.
c) Arteri Brachialis
Arteri brachialis adalah arteri yang terdapat pada lengan atas
d) Arteri radialis
Arteri radialis adalah arteri yang teraba pada pangkal ibu jari
e) Arteri karotis

7
Arteri karotis adalah arteri yang mendarahi kepala dan otak
f) Arteri temporalis
Arteri temporalis adalah arteri yang teraba denyutnya di depan
telinga
g) Arteri facialis
Teraba facialis adalah arteri yang denyutan disudut kanan bawah.
h) Arteri femoralis
Arteri femorais adalah arteri yang berjalan kebawah menyusuri
paha menuju ke belakang lutut
i) Arteri Tibia
Arteri tibia adalah arteri yang terdapat pada kaki
j) Arteri Pulmonalis
Arteri pulmonalis adalah arteri yang menuju ke paru-paru.
2) Kapiler
Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat kecil yang teraba dari
cabang terhalus dari arteri sehingga tidak tampak kecuali dari bawah
mikroskop. Kapiler membentuk anyaman di seluruh jaringan tubuh,
kapiler selanjutnya bertemu satu dengan yang lain menjadi darah
yang lebih besar yang disebut vena.
3) Vena (Pembuluh darah balik)
Vena membawa darah kotor kembali ke jantung. Beberapa vena
yang penting:
a) Vena Cava Superior
Vena balik yang memasuki atrium kanan, membawa darah kotor
dari daerah kepala, thorax, dan ekstremitas atas.
b) Vena Cava Inferior
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari semua
organ tubuh bagian bawah
c) Vena jugularis
Vena yang mengembalikan darah kotor dari otak ke jantung
d) Vena pulmonalis
Vena yang mengembalikan darah kotor ke jantung dari paru-
paru.

8
c. Darah
Beberapa pengertian darah menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut:Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian: bagian
cair yang disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel darah. Darah
adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat didalam pembuluh darah yang
berwarna merah. Darah adalah suatu cairan kental yang terdiri dari sel-
sel dan plasma. Jadi darah adalah jaringan cair yang terdapat dalam
pembuluh darah yang berwarna merah yang cair disebut plasma dan
yang padat di sebut sel darah yang befungsi sabagai transfer makanan
bagi sel. Volume darah pada tubuh yang sehat /organ dewasa terdapat
darah kira-kira 1/13 dari berat badan atau kira-kira 4-5 liter. Keadaan
jumlah tersebut pada tiap orang tidak sama tergantung pada umur,
pekerjaan, keadaan jantung atau pembuluh darah. Tekanan viskositas
atau kekentalan dari pada darah lebih kental dari pada air yaitu
mempunyai berat jenis 1.041–1.067 dengan temperatur 380 C dan PH
7.37 –1.45.Fungsi darah secara umum terdiri dari :
1) Sebagai Alat Pengangkut
a) Mengambil O2 atau zat pembakaran dari paru-paru untuk
diedarkan keseluruh jaringan tubuh.
b) Mengangkut CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-
paru.
c) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan
dibagikan ke seluruh jaringan/alat tubuh.
d) Mengangkat atau mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi
tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan
racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantara leukosit,
antibody atau zat-zat anti racun.
3) Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
Adapun proses pembentukan sel darah (Hemopoesis) terdapat tiga
tempat, yaitu : sumsum tulang, hepar dan limpa.
a) Sumsum Tulang
Susunan tulang yang aktif dalam proses hemopoesis adalah :

9
 Tulang Vertebrae
Vertebrae merupakan serangkaian tulang kecil yang tidak
teratur bentuknya dan saling berhubungan, sehingga tulang
belakang mampu melaksanakan fungsinya sebagai
pendukung dan penopang tubuh. Tubuh manusia mempunyai
33 vertebrae, tiap vertebrae mempunyai korpus (badan ruas
tulang belakang) terbentuk kotak dan terletak di depan dan
menyangga. Bagian yang menjorok dari korpus di belakang
disebut arkus neoralis (Lengkung Neoral) yang dilewati
medulla spinalis, yang membawa serabut dari otak ke semua
bagian tubuh. Pada arkus terdapat bagian yang menonjol pada
vertebrae dan dilekati oleh otot-otot yang menggerakkan
tulang belakang yang dinamakan prosesus spinosus.
 Sternum (Tulang dada)
Sternum adalah tulang dada. Tulang dada sebagai pelekat
tulang kosta dan klavikula. Sternum terdiri dari manubrium
sterni, corpus sterni, dan processus xipoideus.
 Costa (Tulang Iga)
Costa terdapat 12 pasang, 7 pasang Costa vertebio sterno, 3
pasang costa vertebio condralis dan 2 pasang costa
fluktuantes. Costa dibagian posterior tubuh melekat pada
tulang vertebrae dan di bagian anterior melekat pada tulang
sternum, baik secara langsung maupun tidak langsung,
bahkan ada yang sama sekali tidak melekat.
b) Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar dari beberapa kelenjar pada
tubuh manusia. Organ ini terletak di bagian kanan atas abdomen
di bawah diafragma, kelenjar ini terdiri dari 2 lobus yaitu lobus
dextra dan ductus hepatikus sinestra, keduanya bertemu
membentuk ductus hepatikus comunis. Ductus hepaticus
comunis menyatu dengan ductus sistikus membentuk ductus
coledakus.
c) Limpa
Limpa terletak dibagian kiri atas abdomen, limpa terbentuk
setengah bulan berwarna kemerahan, limpa adalah organ

10
berkapsula dengan berat normal 100-150 gram. Limpa
mempunyai 2 fungsi sebagai organ limfaed dan memfagosit
material tertentu dalam sirkulasi darah. Limpa juga berfungsi
menghancurkan sel darah merah yang rusak.

6. Patofisiologi dan Pathway


a. Patofisiologi
Menurut (Herdman, 2015) yang utama pada penderita DHF adalah
meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan
terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas
dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang
secaraotomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi
(Tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin,
terjadinya hemokonsentrasi (Peningkatan hematokrit > 20%) dan
renjatan (Syok). Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam
tubuh penderita adalah penderita mengalami demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik merah
pada kulit (Petekie), sakit tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
seperti pembesaran limpa (Splenomegali). Hemokonsentrasi
menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan
plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai hematocrit menjadi penting
untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh karena itu, pada
penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematocrit darah
berkala untuk mengetahuinya. Setelah pemberian cairan intravena
peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah
teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan
dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.
Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang
buruk bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera ditangani
dengan baik maka akan mengakibatkan kematian. Sebelumnya terjadinya
kematian biasanya dilakukan pemberian transfusi guna menambah semua
komponen-komponen di dalam darah yang telah hilang.

b. Pathway

11
Virus
Dengue

Reaksi antigen- Viremia


antibody

Mengeluarkan zat Vasodilatasi


mediator pembuluh otak
Mengeluarkan
Permeabilitas Sakit kepala zat mediator
membrane dinding
meningkat
Merangsang
Kebocoran Plasma Darah hipotalamus
berpindah ke anterior
vaskuler
Trombocytopenia Suhu tubuh
Kekurangan
volume cairan
Hipetermi
Resiko
perdarahan

Perfusi jaringan
tidak efektif Mual

Resiko syok Nafsu Makan


hipovolemik

Intake inadekuat
Kematian Hospitalisasi

Ketidak
Cemas seimbangan
Nutrisi

Diteruskan ke Merangsang
Nyeri Nyeri
ujung saraf Saraf simpatis
Akut otot
bebas

(Herdman, 2015)
7. Komplikasi Dengue Hemoragic Fever (DHF)

12
Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2016) adalah:
a. Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya
megakoriosit muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif,
petekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan
melena.
b. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum,
hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemia yang mngekaibatkan
berkurangnya alran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah
jantung sehingga terjadi 13 disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS
juga disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan
integritas sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung
menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan
sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan
nekrosi karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel
kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar
dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus
antibody.
d. Efusi pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mengakibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam
rongga pleura dan adanya dipsnea.

8. Pemeriksaan Diagnostik Dengue Hemoragic Fever (DHF)


Menurut (Centers for Disease Control and Prevention, 2016), Pada
setiap penderita dilakukan pemeriksaan darah lengkap. Pada penderita yang
disangka menderita DHF dilakukan pemeriksaan hemoglobin, hematokrit,

13
dan trombosit setiap 2-4 jam pada hari pertama perawatan. Selanjutnya
setiap 6-12 jam sesuai dengan pengawasan selama perjalanan penyakit.
Misalnya dengan dilakukan uji tourniquet.

1. Uji tourniquet
Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan cara
mengenakan pembendungan kepada vena sehingga darah menekan
kepada dinding kapiler. Dinding kapiler yang oleh suatu penyebab
kurang kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah dari dalam kapiler
itu keluar dari kapiler dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya
sehingga Nampak sebagai bercak kecil pada permukaan kulit. Pandangan
mengenai apa yang boleh dianggap normal sering berbeda-beda. Jika ada
lebih dari 10 petechia dalam lingkungan itu maka test biasanya baru
dianggap abnormal, dikatakan juga tes itu positif. Seandainya dalam
lingkungan itu tidak ada petechial,tetapi lebih jauh distal ada, percobaan
ini (Yang sering dinamakan Rumpel-Leede) positif juga
2. Hemoglobin
Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara
yaitu dengan cara sahli dan sianmet hemoglobin. Dalam 28 laboratorium
cara sianmethemoglobin (Foto elektrik) banyak dipakai karena dilihat
dari hasilnya lebih akurat disbanding sahli, dan lebih cepat. Nilai normal
untuk pria 13-15 gr/dl dan wanita 12-14 gr.dl. Kadar hemoglobin pada
hari-hari pertama biasanya normal atau sedikit menurun. Tetapi
kemudian kadarnya akan naik mengikuti peningkatan hemokonsentrasi
dan merupakan kelainan hematologi paling awal yang dapat ditemukan
pada penderita demam berdarah atau yang biasa disebut dengan Demam
Berdarah Dengue (DBD) atau DHF.
3. Hematokrit
Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan
disebut dengan persen dan dari volume darah itu. Biasanya nilai itu
ditentukan dengan darah vena atau darah kapiler. Nilai normal untuk pria
40-48 vol% dan wanita 37-43 vol%. Penetapan hematocrit dapat
dilakukan sangat teliti, kesalahan metodik rata-rata kurang lebih 2%.
Hasil itu kadang-kadang sangat penting untuk menentukan keadaan klinis
yang menjurus kepada tindakan darurat. Nilai hematokrit biasanya mulai
meningkat pada hari ketiga dari perjalanan penyakit dan makin

14
meningkat sesuai dengan proses perjalanan penyakit demam berdarah.
Seperti telah di sebutkan bahwa peningkatan nilai hematokrit merupakan
manifestasi hemokonsentrasi yang terjadi akibat kebocoran plasma.
Akibat kebocoran ini volume plasma menjadi berkurang yang dapat
mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik dan kegagalan sirkulasi.
Pada kasus-kasus berat yang telah disertai perdarahan, umumnya nilai
hematokrit tidak meningkat bahkan menurun.
Telah ditentukan bahwa pemeriksaan Ht secara berkala pada penderita
DHF mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
a. Pada saat pertama kali seorang anak dicurigai menderita DHF,
pemeriksaan ini turut menentukan perlu atau tidaknya anak itu
dirawat.
b. Pada penderita DHF tanpa rejatan pemeriksaan hematocrit berkala ikut
menentukan perlu atau tidaknya anak itu diberikan cairan intravena.
c. Pada penderita DHF pemeriksaan Ht berkala menentukan perlu atau
tidaknya kecepatan tetesan dikurangi, menentukan saat yang tepat
untuk menghentikan cairan intravena dan menentukan saat yang tepat
untuk memberikan darah.
4. Trombosit
Trombosit sukar dihitung karena mudah sekali pecah dan sukar
dibedakan deari kotoran kecil. Lagi pula sel-sel itu cenderung melekat
pada permukaan asing (Bukan endotel utuh) dan menggumpal-gumpal.
Jumlah trombosit dalam keadaan normal sangat dipengaruhi oleh cara
menghitungnya, sering dipastikan nilai normal itu antara 150.000 –
400.000/μl darah. Karena sukarnya dihitung, penelitian semukuantitatif
tentang jumlah trombosit dalam sediaan apus darah sangat besar artinya
sebagai pemeriksaan penyaring. Cara langsung menghitung trombosit
dengan menggunakan electronic particle counter mempunyai keuntungan
tidak melelahkan petugas laboratorium (Sofiyatun, 2016).
Diagnosis tegas dari infeksi dengue membutuhkan konfirmasi
laboratorium, baik dengan mengisolasi virusatau mendeteksi antibodi-
dengue spesifik. untuk virus isolasi atau deteksi DENV RNA dalam
serum spesimen oleh serotipe tertentu, real-timeterbalik transcriptase
polymerase chain reaction (RT-PCR), an-fase akut spesimen serum harus
dikumpulkan dalam waktu 5 hari dari onset gejala. Jika virus tidak dapat

15
diisolasi atau dideteksi dari sampel ini, spesimen serum fase sembuh
diperlukan setidaknya 6 hari setelah timbulnya gejala untuk membuat
diagnosis serologi dengan tes antibodi IgM untuk dengue dengan IgM
antibodi-capture enzyme-linked immunosorbent assay (MAC-ELISA)
(Centers for Disease Control and Prevention, 2013).
Pemeriksaan diagnosis dari infeksi dengue dapat dibuat hanya dengan
pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada isolasi virus, terdeteksinya
antigen virus atau RNA di dalam serum atau jaringan, atau terdeteksinya
antibody yang spesifik pada serum pasien. Pada fase akut sample darah
diambil sesegera mungkin setelah serangan atau dugaan penyakit demam
berdarah dan pada fase sembuh idealnya sample diambil 2-3 minggu
kemudian. Karena terkadang sulit untuk mendapatkan sampel pada fase
sembuh, bagaimanapun, sampel darah kedua harus selalu diambil dari
pasien yang dirawat pada saat akan keluar dari rumah sakit.

9. Penatalaksanaan Dengue Hemoragic Fever (DHF)


a. Keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan adalah bahaya kegagalan
sirkulasi darah, resiko terjadi pendarahan, gangguan suhu tubuh, akibat
infeksi virus dengue, gangganrasa aman dan nyaman, kurangnya
pengetahuan orang tua mengenai penyakit
a) Kegagalan sirkulasi darah
Dengan adanya kebocoran plasma dari pembuluh darah ke dalam
jaringan ekstrovaskular, yang puncaknya terjadi pada saat renjatan
akan terlihat pada tubuh pasien menjadi sembab (Edema) dan drah
menjadi kental. Pengawasan tanda vital (Nadi, TD, suhu dan
pernafasan) perlu dilakakan secara kontinu, bila perlu setiap jam.
Pemeriksan Ht, Hb dan trombosit sesuai permintaan dokter setiap 4
jam. Perhatikan apakah klien BAK / tidak
b) Risiko terjadi pendarahan
Adanya thrombocytopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi merupakan faktor penyebab terjadinya
pendarahan utama padatraktus gastrointestinal. Pendarahan
grastointestinal di dahului oleh adanya rasa sakit perut yang hebat
atau daerah retrosternal. Bila pasien muntah bercampur darah atau

16
semua darah perlu diukur. Karena melihat seberapa banyak darah
yang keluar perlu tindakan secepatnya. Makan dan minum pasien
perlu dihentikan. Bila pasien sebelumnya tidak di pasang infus segera
dipasang. Formulir permintaan darah disediakan. Perawatan
selanjutnya seperti pasien yang menderita syok. Bila terjadi
pendarahan (Melena, hematesis) harus dicatat banyaknya/warnanya
serta waktu terjadinya pendarahan. Pasien yang mengalami
pendarahan gastrointestinal biasanya dipasang NGT untuk membantu
mengeluarkan darah dari lambung.
c) Gangguan suhu tubuh
Gangguan suhu tubuh biasanya terjadi pada permulaan sakit atau hari
ke-2 sampai ke-7 dan tidak jarang terjadi hyperpyrexia yang dapat
menyebabkan pasien kejang. Peningkatan suhu tubuh akibat infeksi
virus dengue maka pengobatannya dengan pemberian antipiretika dan
anti konvulsan. Untuk membantu penurunan suhu dan mencegah agar
tidak meningkat dapat diberikan kompres dingin, yang perlu
diperhatikan, bila terjadi penurunan suhu yang mendadak disertai
berkeringat banyak sehingga tubuh teraba dingin dan lembab, nadi
lembut halus waspada karena gejala renjatan. Kontrol TD dan nadi
harus lebih sering dan dicatat secara baik dan memberitahu dokter.
d) Gangguan rasa aman dan nyaman
Gangguan rasa aman dan nyaman dirasakan pasien karena
penyakitnya dan akibat tindakan selama dirawat. Hanya pada pasien
DHF menderita lebih karena pemeriksaan darah Ht, trombosit, Hb
secara periodik (Setiap 4 jam) dan mudah terjadi hematom, serta
ukurannya mencari vena jika sudah stadium II. Untuk megurangi
penderitaan diusahakan bekerja dengan tenang, yakinkan dahulu vena
baru ditusukan jarumnya. Jika terjadi hematom segera oleskan
trombophub gel/kompres dengan alkohol. Bila pasien datang sudah
kolaps sebaiknya dipasang venaseksi agar tidak terjadi coba-coba
mencari vena dan meninggalkan bekas hematom di beberapa tempat.
Jika sudah musim banyak pasien DHF sebaiknya selalu tersedia set
venaseksi yang telah seteril (Ngastiyah, 2015).
b. Medis
Pada dasarnya pengobatan pada DB bersifat simtomatis dan suportif

17
1) DHF tanpa renjatan
Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan harus. Pada pasien ini perlu diberi banyak minum, yaitu
1,5 sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup,
susu, dan bila mau lebih baik oralit. Cara memberikan minum sedikit
demi sedikit dan orang tua yang menunggu dilibatkan dalam kegiatan
ini. Jika anak tidak mau minum sesuai yang dianjurkan tidak
dibenarkan pemasangan sondekarena merangsang resiko terjadi
perdarahan. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat anti piretik
dan kompres dingin. Jika terjadi kejang diberi luminal atau anti
konvulsan lainnya. Luminal diberikan dengan dosis: anak umur
kurang 1 tahun 50 mg IM, anak lebih 1 tahun 75 mg. Jika 15 menit
kejang belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3 mg/kg
BB. Anak di atas 1 tahun diberi 50 mg, dan dibawah 1 tahun 30 mg,
dengan memperhatikan adanyadepresi fungsi vital. Infus diberikan
pada pasien DHF tanpa renjatan apabila :
a) Klien terus-menerus muntah, tidak dapat diberikan minum
sehingga mengancam terjadinya dehidrasi.
b) Hematokrit yang cenderung meningkat
Hemtokrit mencerminkan kebocoran plasma dan biasanya
mendahului munculnya secara klinik perubahan fungsi vital
(Hipotensi, penurunan tekanan nadi), sedangkan turunnya nilai
trombosit biasanya mendahului naiknya hematokrit. Oleh karena
itu, pada pasien yang diduga menderita DHF harus diperiksa
hemoglobin, hematokrit dan trombosit setiap hari mlai hari ke-3
sakit sampai demam telah turun 1sampai 2 hari. Nilai hematokrit
itulah yang menentukan apabila pasien perlu dipasang infus atau
tidak.
c) DHF disertai renjatan (DSS)
Pasien yang mengalami renjatan (Syok) harus segera dipasang
infus sebagai penganti cairan yang hilang akibat kebocoran
plasma. Cairan yang diberikan bisanya Ringer Laktat. Jika
pemberian cairan tidak ada respon diberikan plasma atau plasma
ekspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kgBB. Pada pasien
dengan renjatan berat diberikan infus harus diguyur dengan cara

18
membuka klem infus.Apabila renjatan telah teratasi, nadi sudah
jelas teraba, amplitudo nadi besar,tekanan sistolik 80 mmHg /
lebih, kecepatan tetesan dikurangi 10 liter/kgBB/jam.Mengingat
kebocoran plasma 24 sampai 48 jam, maka pemberian infus
dipertahankansampai 1 sampai 2 hari lagi walaupun tanda-tanda
vital telah baik.Pada pasien renjatan berat atau renjatan berulang
perlu dipasang Central Venous Pressure (CVP) untuk mengukur
tekanan vena sentral melalui vena magna atau venajugularis, dan
biasanya pasien dirawat di ICU. Tranfusi darah diberikan pada
pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang berat. Kadang-
kadang perdarahan gastrointestinal berat dapat diduga apabila
nilai hemoglobin dan hematokrit menurun sedangkan
perdarahannya sedikit tidak kelihatan. Dengan memperhatikan
evaluasi klinik yang telah disebut, maka dengan keadaan ini
dianjurkan pemberian darah (Ngastiyah, 2015).

B. Asuhan Keperawatan Teoritis Dengue Hemoragic Fever (DHF)


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
pendidikan terakhir, dan pekerjaan.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah
sakit adalah panas tinggi dan lemah.
c. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan
saat demam kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari
ke-3 sampai ke-7, dan pasien semakin lemah. Kadang-kadang disertai
dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan
pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematesis.

d. Riwayat penyakit dahulu

19
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada klien DHF, klien bisa
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang lain.
e. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit apa saja yang pernah di derita sama keluarga pasien.
f. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih (Seperti air yang mengenang dan gantungan baju di kamar).
g. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan, nafsu makan
berkurang, dan nafsu makan menurun.
2) Eliminasi alvi (Buang air besar). Kadang-kadang pasien mengalami
diare/konstipasi. Sementara DHF pada Grade III-IV bisa terjadi
melena.
3) Eliminasi urine (Buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi
hematuria.
4) Tidur dan istirahat. Pasien sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan
kuantitas tidur maupun istirahat kurang.
5) Kebersihan upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung terutama untuk membersihkan tempat sarang
nyamuk aedes aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
h. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai jung kaki. Pemeriksaan fisik secara umum:
1) Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda
vital dan nadi lemah.
Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur.
Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi
lemah, kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.

20
Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba, tensi
tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin,
berkeringat, dan kulit.
2) Tanda-tanda vital (TTV) Tekanan nadi lemah dan kecil (Grade III),
nadi tidak teraba (Grade IV), tekanan darah menurun (Sistolik
menurun sampai 80 mmHg atau kurang), suhu tinggi (Diatas 37,5oC)
3) Kepala : kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, Kepala terasa
nyeri, muka tampak kemerahan karena demam.
4) Mata konjungtiva : anemis
5) Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (Epistaksis) pada
grade II, III, IV.
6) Telinga tidak ada perdarahan pada telinga, simetris, bersih tidak ada
serumen, tidak ada gangguan pendengaran.
7) Mulut
Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,terjadi perdarahan
gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan hyperemia pharing.
8) Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami
pembesaran
9) Dada / thorak
I : Bentuk simetris, kadang-kadang tampak sesak.
Pal : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
Per : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada
paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, dan
IV.
10) Abdomen
I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites.
Pal: Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (Hepatomegali)
Per: Terdengar redup
A: Adanya penurunan bising usus

11) Sistem integument


Adanya peteki pada kulit spontan dan dengan melakukan uji
tourniquet. Turgor kuit menurun, dan muncul keringat dingin,dan

21
lembab. Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu
menetapkan tekanan darah. Selanjutnya diberikan 24 tekanan antara
sistolik dan diastolik pada alat ukur yang dipasang pada tangan.
Setelah dilakukan tekanan selama 5 menit, perhatikan timbulnya
petekie.
12) Genitalia
Biasanya tidak ada masalah
13) Ekstremitas
Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/tidal
14) Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a) Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).
b) Trobositopenia (< dari 100.000/ml).
c) Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).
d) Ig. D. dengue positif.
e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
f) Urium dan pH darah mungkin meningkat.
g) Asidosis metabolik : pCO2< 35 –40 mmHg dan HCO3 rendah.
h) SGOT / SGPT mungkin meningkat (Ngastiyah, 2015).

2. Masalah Keperawatan
a. Perfusi jaringan tidak efektif (D.0009)
b. Nyeri akut (D.0077)
c. Nausea (D.0076)
d. Hipertermi (D.0130)

3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan DHF (Dengue Haemorraghic Fever) menurut
Ngastiyah, 2015 :

22
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d Penurunan kosentrasi hemoglobin,
penurunan aliran arteri dan vena (D.0009)
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis, agen pencedera kimiawi, agen
pencedera fisik (D.0077)
3. Nausea b.d gangguan biokimiawi, gangguan pada esofagus, gangguan
pankreas, peningkatan tekanan intraabdominal, peningkatan intrakranial
(D.0076)
4. Hipertermi b.d dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit,
peningkatan laju metabolisme (D.0130)

4. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan Intervensi
Keperawatan kriteria hasil

23
(SIKI)

1 Perfusi jaringan tidak Penurunan Pencegahan penurunan


efektif b.d Penurunan kosentrasi kosenntrasi hemoglobin
kosentrasi hemoglobin
Observasi
hemoglobin, (L.03032)
penurunan aliran  Monitor status
Setelah dilakukan
arteri dan vena kardiopulmonal
tindakan
(D.0009)  Monitor status
keperawatan
oksigenasi
diharapkan
 Monitor status cairan
Penurunan
 Monitor tingkat
kosentrasi
kesadaran dan respon
hemoglobin
pupil
dengan kriteria
hasil :  Periksa riwayat alergi
Terapeutik
 Kekuatan nadi
meningkat  Berikan oksigen
untuk
 Tingkat
mempertahankan
kesadaran
saturasi oksigen >
meningkat
94%
 Saturasi
 Persiapkan intubasi
oksigen
dan ventilasi mekanis,
meningkat
jika perlu
 Akral dingin
 Pasang kateter urine
menurun
iuntuk menilai
 Pucat menurun
produksi urine
 Pengisian
 Lakukan skin test
kapiler
untuk mencegah
membaik
reaksi alergi
 Frekuensi nadi
Edukasi
membaik
 Frekuensi napas  Jelaskan
membaik penyebab/faktor
risiko syok

24
 Jelaskan tanda dan
gejala syok
 Anjurkan melapor
jika menemukan atau
merasakan tanda dan
gejala awal syok
 Anjurkan
menghindari alergen
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
IV, jika perlu
 Kolaborasi pemberian
tranfusi darah, jika
perlu
 Kolaborasi pemberian
anti inflamasi, jika
perlu
2. Nyeri akut b.d agen Tingkat nyeri Manajemen nyeri
pencedera fisiologis, (L.08066) (I. 08238)
agen pencedera
Setelah dilakukan Observasi
kimiawi, agen
tindakan
pencedera fisik  Identifikasi lokasi,
keperawatan
(D.0077) karakteristik, durasi,
diharapkan
frekuensi, kualitas,
tingkat nyeri
intensitas nyeri
menurun dengan
 Identifikasi skala
kriteria hasil :
nyeri
 Keluhan nyeri  Identifikasi respons
menurun nyeri non verbal
 Meringis  Identifikasi faktor
menurun yang memperberat
 Gelisah dan memperingan
menurun nyeri
 Kesulitan tidur  Monitor efek

25
menurun samping analgetik
 Frekuensi nadi Terapetik
membaik
 Berikan teknik non
 Pola napas
farmakologis untuk
membaik
mengurangi rasa
 Tekanan darah
nyeri
membaik
 Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi nyeri
Edukasi

 Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri
 Kolaborasi
 Kolaborasi

26
pemberian analgetik,
jika perlu
3 Nausea b.d gangguan Tingkat nausea Manajemen mual
biokimiawi, gangguan (L. 08065) (I.03117)
pada esofagus,
Setelah dilakukan Observasi
gangguan pankreas,
tindakan
peningkatan tekanan  Identifiksi
keperawatan
intraabdominal, pengalaman mual
diharapkan
peningkatan  Identifiksi faktor
tingkat nausea
intrakranial (D.0076) penyebab mual
menurun dengan
 Identifikasi dampak
kriteria hasil :
mual terhadap
 Nafsu makan kualitas hidup
meningkat  Identifikasi isyarat
 Keluhan mual non verbal
menurun ketidaknyamanan
 Perasaan ingin  Monitor mual
muntah
menurun  Monitor asupan
 Perasaan asam nutrisi dan kalori
di mulut Terapeutik
menurun
 Kendalikan faktor
 Takikardia
lingkungan penyebab
membaik
mual
 Pucat
 Kurangi atau
hilangkan keadaan
penyebab mual
 Berikan makanan
dalam jumlah kecil
dan menarik
 Berikan makanan
dingin, cairan bening,
tidak berbau dan tidak
berwarna, jika perlu

27
Edukasi

 Anjurkan istirahat dan


tidur cukup
 Anjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika
merangsang mual
 Anjurkan makanan
tinggi karbohidrat dan
rendah lemak
 Anjurkan penggunaan
teknik non
farmakologis untuk
mengatasi mual
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
antiemetik, jika perlu
4. Hipertermi b.d Termogulasi Manajemen hipertermia
dehidrasi, terpapar (L.14134) (I.15506)
lingkungan panas,
Setelah dilakukan Observasi
proses penyakit,
tindakan
peningkatan laju  Identifikasi penyebab
keperawatan
metabolisme hipertermia
diharapkan
(D.0130)  Monitor suhu tubuh
termogulasi
 Monitor kadar
membaik
elektrolit
menurun dengan
 Monitor haluan urine
kriteria hasil :
 Monitor komplikasi
 Menggigil akibat hipertermia
menurun Terapeutik
 Kulit merah
 Sediakan lingkungan
menurun
yang dingin
 Takikardi
 Longgarkan atau
menurun

28
 Bradikardi lepaskan pakaian
menurun  Basahi dan kipasi
 Hipoksia permukaan tubuh
menurun  Berikan cairan oral
 Suhu tubuh  Ganti linen setiap hari
membaik atau lebih sering jika
 Suhu kulit mengalami
membaik hiperhidrosis
 Tekanan darah  Lakukan pendinginan
membaik eksternal
 Kadar glukosa  Hindari pemberian
darah antipiretik atau
membaik aspirin
 Pengisian  Berikan oksigen, jika
kapiler perlu
membaik Edukasi

 Anjurkan tirah baring


Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang di perlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter &
Perry 1997 dalam Haryanto, 2014).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk
mengatasi suatu masalah (Meirisa, 2013).

BAB III

29
LAPORAN KASUS

Tanggal ketika a) Masuk : 22 Juni 2021 b) Pengkajian : 23 Juni 2021

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

Pasien : Ny. Y Nama : Tn. I

Umur : 27 Tahun Umur : 27 Tahun

Pendidikan : SMA Pekerjaan : Buruh harian

Pekerjaan : IRT Hubungan : Suami

Status pernikahan : Menikah Alamat : Air Ruay

Alamat : Air Ruay

Dx. Medik : DHF GRADE 2

A. PENGKAJIAN

Alasan utama datang ke RS : Klien mengatakan mual muntah sejak 2


hari. Sebelum masuk rumah sakit, dan
seminggu sebelum masuk rumah sakit
demam tinggi.
Riwayat penyakit saat ini : Klien mengatakan nyeri pada seluruh
(P,Q,R,S,T) bagian perut, nyeri seperti di tusuk-tusuk,
skala nyeri 6, nyeri terasa hilang
timbul.dengan durasi 30 menit – 1 jam.
Keluhan utama saat pengkajian : Klien mengeluh masih terasa mual dan
perut terasa kembung
Riwayat kesehatan lalu : Klien mengatakan tidak pernah sakit dan
baru Pertama kali ini dirawat di rumah
sakit. Klien mengatakan tidak ada riwayat
penyait demam berdarah sebelumnya, atau
penyakit kronis lainnya
Riwayat kesehatan keluarga : Klien mengatakan tidak ada anggota
keluarga Yang memiliki penyakit yang
sama sepertidirinya.
Riwayat pengobatan dan alergi : Klien megatakan tidak ada alergi baik itu

30
obat atau makanan.

PENGKAJIAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Sakit/nyeri : Klien mengatakan nyeri pada seluruh bagian perut, nyeri seperti
di tusuk-tusuk, skala nyeri 6, nyeri terasa hilang timbul.dengan durasi 10-15
menit,

b. Status Gizi :
Klien memiliki BB : 65 kg, TB : 160 cm
IMT = 65 = 65 = 25
(1,60)2 2,56
Dari hasil perhitungan BMI : klien tergolong berat badan berlebih.
Nilai normal IMT 18,5-24,9
c. Sikap : Klien terlihat tampak gelisah dan tampak meringis.
d. Personal Hygiene : Selama di rawat di RS klien mandi 2 kali sehari , kuku
dan kulit klien tampak bersih, rambut tampak bersih dan tidak ada ketombe.
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan

2. Data Sistemik
a. Sistem Persepsi Sensori.
Pendengaran : Klien mampu mendengar suara-suara saat orang lain berbicara.
Klien tidak menggunakan alat bantu untuk mendengar.
Pengelihatan : Klien mengatakan dapat melihat dengan jelas tanpa
menggunakan alat bantu (kacamata).
Peraba dan pengecap : Klien mengatakan bisa merasakan asam, manis, asin
pada makanan dan tidak ada kelainan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan
b. Sistem Penglihatan
Klien tidak mengalami nyeri tekan, mata simetris, kelopak mata tidak ada
kemerahan ataupun pembengkakan, konjungtiva tampak (palpebra tampak
normal berwarna merah muda dan mengkilat), sklera tampak berwarna putih,
kornea tidak ada kekeruhan, pupil isokor, respon cahaya pupil klien mengecil
saat adanya cahaya (ada respon cahaya pada mata), tidak ada gangguan, bisa
melihat tanpa bantuan alat bantu seperti kacamata, softlens atau alat bantu
penglihatan lainnya.

31
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
c. Sistem Pernafasan
Frekuensi : 22 x/menit.
Kualitas pernapasan klien tampak teratur, klien tidak ada batuk, bunyi napas
vesikuler, tidak ada sumbatan jalan napas.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
d. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan Darah : 93/68 mmHg.
Denyut nadi : 110 x /menit.
Irama jantung klien teratur (regular), bunyi jantung (lup,dup) tidak ada suara
tambahan, akral sedikitin ding dan pada kedua kaki klien tidak ada edema.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
e. Sistem Saraf Pusat
I. Kesadaran: Compos Mentis
GCS :
E : 4 (klien dapat membuka mata dengan spontan).
M: 6 (klien dapat mengikuti apa yang diperintahkan seperti mengangkat
tangan).
V : 5 (berbicara nyambung tidak melantur, lancar).
Pada saat pengkajian kesadaran klien composmentis (sadar penuh), klien
dapat berbicara dengan normal, kekuatan otot klien sedikit lemah kekuatan
otot 4 (otot dapat menggerakan persendian dan melawan gravitasi dengan
kemampuan otot terhadap tahanan yang ringan.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan

II. Syaraf-syaraf otak


a) Nervus Olfactorius (N I) : Klien dapat mencium berbagai macam bau,
misalnya :
Freshcare dan cairan aseptik
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
b) Nervus Optikus (N II) : Klien dapat melihat dengan jelas tulisan yang
ada di kertas tanpa alat bantu,
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
c) Nervus Oculomotorius, Trochlearis dan Abdusen (N III, IV,VI) : Klien
mampu menggerakkan bola mata ke kanan dan ke kiri, pada saat diberi

32
cahaya pupil mengecil (Isokor), klien dapat membuka dan menutup
mata dengan spontan dan tidak tampak strabismus, mata tampak
mengantuk.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
d) Nervus Trigeminus (N V) : Klien dapat mengunyah, membuka mulut,
menggigit dan klien masih merasakan rasa raba, suhu dan getar pada
wajah, dagu dan pipi.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
e) Nervus Fasialis (N VII) : Klien dapat mengerutkan dahi, menutup mata,
menunjukkan gigi dan menjulurkan lidah 2/3 bagian lidahnya.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
f) Nervus Vestibulo Kokhlearis : Klien dapat mendengarkan suara bisikan
dan detik jam.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
g) Nervus Glasofaringeus (N IX) : Klien mengatakan mual-mual, batuk,
tidak disartria, disfagia, disfonia, takikardia dan tidak bradikardia.
Masalah Keperawatan: Nausea
h) Nervus Vagus (N X) : Posisi uvula klien berada di tengah, suara
normal, masih ada reflek menelan, dan denyut jantung teratur.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
i) Nervus Aksesorius (N XI) : Klien dapat memutar kepala dan
mengangkat bahu kanan dan kiri.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan

j) Nervus Hipoglosus (N XII) : Klien dapat menjulurkan lidah dan


menariknya kembali.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
f. Sistem Gastrointestinal
Saat pengkajian klien mengatakan mual – mual dan perut terasa kembung,
diet yang klien dapatkan diet makan lunak (1100 kkal), porsi makan klien
porsi makanan tidak dihabiskan dari yang telah disediakan, kemampuan
mengunyah dan menelannya cukup baik, mulut dan bibir klien nampak
sedikit kering, klien mengatakan BAB normal terkadang 1-2 hari baru BAB,
BAB berwarna kekuningan, konsistensi padat.
Masalah Keperawatan: Nausea (D.0076)

33
g. Sistem Muskuloskeletal
Rentang gerak pasien secara mandiri, keseimbangan dan cara berjalanny
tegap, dalam melakukan aktivitas sehar-hari di rumah sakit pasien dilakukan
secara manandiri.
 Makan (0) mandiri
 Mandi (0) mandiri
 Perawatan diri (0) mandiri
 Berpakaian (0) mandiri
 BAK (0) 6-8 kali sehari
 BAB (2) teratur
 Penggunaan toilet (0) mandiri
 Mobilisasi (1) menggunakan kursi roda
 Naik turun tempat tidur (0) mampu.
Genggaman tangan tampak kuat, otot sedikit kuat, akral teraba sedikit dingin
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
h. Sistem Integument
Warna kulit klien tidak ada sianosis dan ikterik, turgor kulit baik, tampak
berkeringat dingin, tidak ada memar di tubuh klien. Tidak ada edema seluruh
tubuh. Terdapat petekie pada daerah tangan.
Masalah Keperawatan: Risiko perfusi jaringan tidak efekrtif (D.0039)
i. Sistem Reproduksi
Klien tidak terpasang kateter, klien mengatakan tidak infertil, labia tidak ada
edema, ulkus dan nyeri tekan..
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan
j. Sistem Perkemihan
Klien mengatakan tidak terpasang kateter, jumlah urine yang warna urine
kuning jernih, tidak ada hematuria dan oliguria, vesika urinaria tidak ada
nyeri tekan.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

3. Data Penunjang
a. Laboratorium (Tanggal pemeriksaan 22 Juni 2021).

34
Jenis Hasil Satuan Nilai Rujukan
Pemeriksaan
Hematologi Rutin
Jumlah Leukosit 4.600 10ᵔ3/ul 4.8-10.0
Jumlah Eritrosit 6,5 jt 10ᵔ6/uL 4.7-6.1
Hemoglobin 17,9 g/dL 12-16
Hematokrit 50 % 42-52
MCV 76 fL 80-90
MCH 27 Pg 27.0-31.0
MCHC 35 g/dL 32.0-36.0
Jumlah Trombosit 22.000 10ᵔ3/ul 150-450
Hitung Jenis
Basofil 0,2 % 0-1
Eusinofil 0,0 % 1-3
Neutrofil 58,4 % 50-70
Limfosit 30,5 % 20-40
Monosit 10,9 % 2-8
KIMIA ELEKTROLIT DARAH
Na 136 Mmol/l 135-145
K 4,8 Mmol/l 3,5-5,3
Cl 104 Mmol/l 98-107
REPRODUKSI-GESTASI
Tes kehamilan Negative (-) -
IMUNO SEROLOGI
Covid 19 IgG Non reaktif - Non reaktif
Covid 19 IgM Non reaktif - Non reaktif

b. Terapi yang diberikan

35
Obat/ Golongan Dosis Indikasi Kontra Indikasi
Tindakan
Ivfd NaCl Obat keras 20 tpm Pengatur  Pasien dengan
0,9% keseimbangan cairan riwayat
tubuh asidosis
metabolic
dikarenakan
clorida pada
natrium
clorida dapat
meningkatkan
dalam tubuh
 Pasien retensi
cairan seperti
hyperkalemia,
hypokalemia,
dan gagal
jantung
Ranitidine Histamine 2x50 mg Menurunkan sekresi Tidak diberikan
injeksi H2-receptor asam lambung kepada pasien
antagonist berlebih riwayat porfiria
akut
Ondancentron Antiemetic 3x4 mg Mencegah mual dan Hipersensitif
injeksi muntah terhadap
ondancentron,
ganggaun hati
berat
Domperidon Antiemetic 3x1 tab Mencegah mual dan  Tumor hipofisis
tablet muntah serta pelepas
merangsang produksi prolactin
ASI  Ganggaun
elektrolit
 Penyakit
jantung
 Perdarahan
saluran
pencernaan
 Gangguan hati
sedang sampai
berat
Sanmag tablet Obat keras 3x2 cth Untuk mengatasi Hipersensitif
asam lambungb yang terhadap sanmag
tinggi dan gastritis Penderita
gangguan ginjal
berat

4. PENGKAJIAN MASALAH PSIKOSOSIO BUDAYA DAN SPIRITUAL


a. PSIKOLOGIS

36
Perasaan klien setelah mengalami masalah ini adalah : Klien merasa ini
sebuah musibah jadi tidak perlu yang harus disedihkan.
Cara mengatasi perasaan tersebut : Klien mengatakan cara mengatasinya
dengan banyak berdoa.
Rencana klien setelah masalahnya terselesaikan : Klien ingin segera pulang
dan membersihkan halaman yang ada dirumah terutama tempat yang
memungkinkan bisa menggenangkan air.
Jika rencana ini tidak dapat dilaksanakan : rencana ini harus bisa diselesaikan
secepatnya biar tidak lagi yang terkena demam berdarah seperti saya
Pengetahuan klien tentang masalah/penyakit yang ada : Klien mengatakan
tidak tau demam satu minggu sebelum masuk rumah sakit masih ada
hubungan dengan penyakitnya sekarang.
b. SOSIAL
Aktifitas atau peran klien di masyarakat adalah : Peran klien dimasyarakat
cukup baik, bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat, klien
mengasuh anak panti.
Kebiasaan lingkungan yang tidak disukai : Klien mengatakan tidak ada
kebiasaan lingkungan yang tidak disukai, semua kebiasaan lingkungan yaitu
sangat positif.
Cara mengatasinya : Klien mengatakan tidak ada yang perlu diatasi
Pandangan klien tentang aktivitas sosial di lingkungannya : Klien mengatakan
aktivitas sosial lingkungannya bersifat baik/positif.
c. BUDAYA
Budaya yang diikuti adalah budaya : Klien mengatakan dirinya keturunan
orang jawa, tetapi selama tinggal di bangka mengikuti budaya melayu yang
salah satu aktivitasnya nganggung.
Keberatan mengikuti budaya tersebut : Klien mengatakan tidak keberatan
sama sekali
Cara mengatasi : Klien mengatakan tidak ada yang perlu diatasi.
d. SPIRITUAL
Aktifitas ibadah yang biasa dilakukan sehari-hari adalah sholat 5 waktu dan
mengaji
Kegiatannya keagamaan yang biasanya dilakukan adalah pengajian.
Aktifitas ibadah yang sekarang tidak dapat dilaksanakan adalah klien
megatakan tidak ada.

37
Cara mengatasi : Klien mengatakan tidak ada yang perlu diatasi.
Apa keyakinan klien tentang peristiwa/masalah kesehatan yang sekarang
sedang dialami :
Klien mengatakan ini sebuah musibah, yang penting sudah ikhtiar berobat
yang lainnya serahkan pada Allah SWT.

B. ANALISA DATA

Nama pasien : Ny. Y Diagnosa Medis : DHF Grade 2


Jeniskelamin : Perempuan No.Med Record : 0001.07.91
Kamar/Bed : A/3 Hari/Tanggal : Rabu, 23 Juni 2021

No Data Senjang Etiologi Masalah


Keperawatan
1 DS : Virus dengue masuk dalam Perfusi
 Klien mengatakan bahwa tubuh jaringan
sedikit lelah tidak efektif
DO : Kontak dengan anti bodi
 Mata tampak ngantuk
 Muka tampak pucat Terbentuknya kompek

 Tampak Gelisah antibody

 Berkeringat dingin
Meningkatkan dan
 Kesadaran comfos mentis
melepaskan zat C3a, C5a
 Crt > 3 detik.
 Cek labor tanggal 22-06-
Peningkatan reabsorbsi
2021
Na+ H2o
Leukosit : 4.600
Trombosit : 22.000
Permeabilitas meningkat
Hematokrit : 50
 TTV
Risiko syok
TD : 93/68
mmHg
N : 110 x/m
RR : 22
x/menit

38
T : 36,3ºC
SpO2 : 97%
2 DS: Virus dengue masuk dalam Nyeri akut
 Klien mengatakan nyeri pada tubuh
seluruh bagian perut, nyeri
seperti di tusuk-tusuk, skala Kontak dengan anti bodi
nyeri 6, nyeri terasa hilang
timbul. Terbentuknya kompek
antibody
DO :
 Klien tampak meringis Bowel
 Tampak gelisah
 Mata tampak mengantuk Hepatomegali/spenomegali

 Berkeringat dingin
Mendesak lambung
 Porsi makan tidak dihabiskan
 TTV :
Peningkatan HCL
TD : 93/68
mmHg
Mual-mual/muntah
N : 110 x/m
RR : 22
Peningakatan asam
x/menit
lambung
T : 36,3ºC
SpO2 : 97%
Nyeri

3 DS : Kontak dengan anti bodi Gangguan


 Klien mengatakan bahwa rasa nyaman
tidurnya tidak nyenyak
semalam Terbentuknya kompek
DO : antibody
 Mata tampak ngantuk
 Muka tampak pucat
 Tampak meringis Bowel
Gelisah

Hepatomegali/spenomegali

Mendesak lambung

39
Peningkatan HCL

Mual-mual/muntah

Peningakatan asam
lambung

Nyeri

Gangguan rasa nyaman


4 DS: Virus dengue masuk dalam Nausea
 Klien mengeluh masih terasa tubuh
mual dan perut terasa
kembung Kontak dengan anti bodi
DO :
 Klien tampak pucat Terbentuknya kompek
 Klien berkeringat dingin antibody

 Nadi sedikit meningkat


N : 105 x/m Bowel

Hepatomegali/spenomegali

Mendesak lambung

Peningkatan HCL

Mual-mual/muntah

C. MASALAH KEPERAWATAN
1. Perfusi jaringan tidak efektif (D.0009)
2. Nyeri akut (D.0077)
3. Nausea (D.0076)
4. Gangguan rasa Nyaman (D.0074)

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN

40
1. Perfusi jaringan tidak efektif ditandai dengan penurunan kosentrasi
hemoglobin (D. 0009)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Inflamasi)
(D.0077)
3. Nausea berhubungan dengan distensi lambung (D.0076)
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan penyakit (D.0047)

E. PRIORITAS MASALAH
1. Perfusi jaringan tidak efektif ditandai dengan penurunan kosentrasi
hemoglobin (D. 0009)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
3. Nausea berhubungan dengan distensi lambung (D.0076)
Untuk diagnose gangguan rasa nyaman berhubungan dengan penyaki tidak
kelompok lakukan impelementasi dikarenakan gangguan rasa nyaman untuk
tindakan keperawatannya hamper sama dengan yang ada pada nyeri akut.

F. NURSING PLANNING
Nama pasien : Ny. Y Diagnosa Medis : DHF Grade 2
Jeniskelamin : Perempuan No.Med Record : 00.01.07.91
Kamar/Bed : A/3 Hari/Tanggal : Rabu, 23 Juni 2021

Standar Diagnosa Standar Luaran Standar Intervesi


Keperawatan Keperawatan Keperawatan
( SDKI ) ( SLKI ) ( SIKI )
1. Perfusi jaringan tidak Penurunan Pencegahan Penurunan kosntrasi
efektif b.d Penurunan kosentrasi hemoglobin (I.03119)
kosentrasi hemoglobin, hemoglobin Observasi:
penurunan aliran arteri (L.03032)  Monitor status
dan vena (D.0009) Setelah dilakukan kardiopulmonal
DS : intervensi selama 3  Monitor status oksigenasi
 Klien mengatakan bahwa x 24 jam  Monitor status cairan
sedikit lelah diharapkan tingkat  Monitor tingkat kesadaran
DO : syok menurun dan respon pupil
 Mata tampak ngantuk dengan kriteria  Periksa riwayat alergi

41
 Muka tampak pucat hasil:
 Gelisah  TTV membaik Terapeutik:

 Berkeringat dingin  Kekuatan nadi  Berikan oksigen untuk

 Kesadaran comfos mentis meningkat mempertahankan saturasi

 Crt > 3 detik.  Tingkat kesadaran oksigen >94%

 Cek labor tanggal 22-06- meningkat  Persiapan intubasi dan

2021  Saturasi oksigen ventilasi mekanik, jika

Leukosit : meningkat perlu

4.600  Akral dingin  Pasang jalur IV, jika perlu

Trombosit : menurun  Pasang kateter urine untuk

22.000  Pucat menurun menilai produksi urine

Hematokrit : 50  Pengisian kapiler  Lakukan skin test untuk

 TTV membaik mencegah reaksi alergi

TD : 93/68 mmHg  Frekuensi nadi Edukasi

N : 110 x/m membaik  Jelaskan penyebab/faktor


RR : 22 x/menit  Frekuensi napas risiko syok
T : 36,3ºC membaik  Jelaskan tanda dan gejala
SpO2: 97% awal syok
 Anjurkan melapor jika
menemukan/merasakan
tanda dan gejala syok
 Anjurkan memperbanyak
asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari
alergen
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian IV,
jika perlu
 Kolaborasi pemberian
transfusi darah, jika perlu
 Kolaborasi pemberian anti
inflamasi, jika perlu

2. Nyeri Akut berhubungan Tingkat nyeri Manajemen Nyeri (I.08238)


dengan agen pencedera (L.08066) Observasi :

42
fisiologis (Inflamasi) Setelah dilakukan  Identifikasi lokasi,
(D.0077) intervensi karakteristik, durasi,
DS: keperawatan selama 3 frekuensi, kualitas, intensitas
 Klien mengatakan nyeri x 24 jam diharapkan nyeri
pada seluruh bagian perut, tingkat nyeri menurun  Identifikasi skala nyeri
nyeri seperti di tusuk- dengan kriteria hasil :  Identifikasi respons nyeri
tusuk, skala nyeri 6, nyeri  Keluhan nyeri non verbal
terasa hilang timbul. menurun  Monitor efek samping
DO :  Meringis penggunaan analgetik
 Klien tampak meringis menurun
 Gelisah  Gelisah Terapeutik :
 Mata tampak mengantuk menurun  Berikan teknik
 Berkeringat dingin  Kesulitan tidur nonfarmakologis untuk
 Porsi makan tidak menurun mengurangi rasa nyeri (mis.
dihabiskan  Frekuensi nadi TENS, hipnotis,akupresur,
 TTV : membaik terapi musik, biofeedback,

TD : 93/68 mmHg  Pola nafas terapi pijat, aromaterapi,

N : 110 x/m membaik teknik imajinasi terbimbing,

RR : 22 x/menit  Tekanan darah kompres hangat/dingin,

T :36,3ºC membaik terapi bermain)

SpO2: 97%  Pola tidur  Kontrol lingkungan yang


membaik memperberat rasa nyeri (mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi :
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi dalam pemberian
analgesik, jika perlu
3. Nausea berubungan Tingkat nausea Manajemen Mual
dengan distensi lambung (L.08065) (I.03117)

43
(D.0076) Setelah dilakukan Observasi:
DS: intervensi selama 3  Identifikasi pengalaman mual
 Klien mengeluh masih x 24 jam  Identifikasi isyarat non
terasa mual dan perut diharapkan tingkat verbal ketidaknyamanan
terasa kembung nausea menurun  Identifikasi dampak mual
DO : dengan kriteria terhadap kualitas hidup
 Klien tampak pucat hasil:  Identifikasi faktor penyebab
 Klien berkeringat dingin  Perasaan ingin mual
 Nadi sedikit meningkat muntah  Identikasi antiemetic untuk
N : 105 x/m menurun mencegah mual
 Diaforesis  Monitor mual (Frekuensi,
menurun durasi, dan tingkat
 Pucat keparahan)
membaik  Monitor asupan nutrisi dan
kalori
Terapeutik:
 Kendalikan faktor
lingkungan penyebab mual
(Bau tidak sedap, suara)
 Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual
(Kelelahan)
 Berikan makanan dalam
jumlah kecil dan menarik
 Berikan makanan dingin,
cairan bening, tidak berbau,
tidak berwarna, jika perlu
Edukasi:
 Anjurkan istirahat dan tidur
cukup
 Anjurkann untuk sering
membersihkan mulut, kecuali
jika merangsang mual
 Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah

44
lemak
 Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis untuk
mengatatasi mual (Relaksasi,
terapi music, hypnosis)
Kolaborasi
 Kolaborasi dalam pemberian
antimetik, jika perlu

G. IMPLEMENTASI dan EVALUASI KEPERAWATAN

Nama pasien : Ny. Y Diagnosa Medis: DHF Grade 2


Jenis kelamin : Perempuan Hari/Tanggal : 23 Juni 2021
Kamar/Bed : A/3 Shif : Pagi

NO. Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan
(SDKI)
1 Perfusi 09.15  Memonitor status S : Klien
jaringan tidak kardiopulmonal ( nadi mengatakan
efektif b.d perifer teraba kuat, masih lelah,
Penurunan suara tambahan paru O:
kosentrasi tidak ada)  Mata tampak
hemoglobin, 11.05  Memonitor status ngantuk
penurunan oksigenasi (SPO2:  Muka tampak
aliran arteri 97%) pucat
dan vena 09.18  Memonitor status  Gelisah
(D.0009) cairan ( Terpasang  Berkeringat
ivfd Nacl 0,9% gtt 20 dingin
DS :
09.20 Tpm)  Kesadaran
 Klien
 Memonitor tingkat comfos mentis
mengataka
kesadaran dan respon  Crt > 3 detik.
n bahwa
pupil (Kesadaran  TTV :
sedikit
compos mentis. TD :
lelah

45
DO : 08.45  Dokter visite therapy 104/65 mmHg
 Mata yang diberikan (Inj. N : 104
tampak Ceftriaxone x/m
ngantuk [Skintest], rencana RR : 23
 Muka tranfusi tromosit 3 x/menit
tampak kantong, cairan ifus T :
pucat ganti dengan RL gtt 36,1ºC
 Gelisah 09.00 30 tpm) SpO2 :

 Berkeringa  Melakukan skin test 98%

t dingin untuk mencegah A : Masalah tidak

 Kesadaran reaksi alergi (Inj. terjadi

comfos Ceftriaxone 2x1gr dan P : Intervensi


mentis inj. Metil dilanjutkan

 Crt > 3 09.23 prednisolone 1. Monitor status

detik. 1x125mg)) kardiopulmonal


 Menjelaskan 2. Monitor status
 Cek labor
09.25 penyebab/faktor risiko oksigenasi
tanggal 22-
syok 3. Monitor status
06-2021
09.28  Menjelaskan tanda cairan
Leukosit :
dan gejala awal syok 4. Monitor tingkat
4.600
 Menganjurkan kesadaran dan
Trombosit :
melapor jika respon pupil
22.000
09.30 menemukan/merasaka 5. Lakukan skin test
Hematokrit :
n tanda dan gejala untuk mencegah
50
syok reaksi alergi
HB :
 Menganjurkan 6. Jelaskan
16,8
09.32 memperbanyak penyebab/faktor
 TTV
asupan cairan oral risiko penurunan
TD :
hemoglobin
93/68  Memonitor tingkat
7. Jelaskan tanda
mmHg kesadaran dan respon
dan gejala awal
N : 110 pupil (Kesadaran
penurunan
x/m comfos mentis, klien
hemoglobin
RR: 22 mengatakan masih
8. Anjurkan melapor
x/menit lelah)
jika
T : 36,3º

46
SpO2: menemukan/mera
97% sakan tanda dan
gejala penurunan
hemoglobin
9. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
10. Kolaborasi
pemberian IV,
jika perlu
11. Kolaborasi
pemberian anti
inflamasi, jika
perlu
2. Nyeri akut 08.30 1. Mengidentifikasi S : Klien
berhubungan lokasi, karakteristik, mengatakan
dengan agen durasi, frekuensi, perutnya masih
pencedera kualitas, skala dan nyeri seperti
fisiologis intensitas nyeri (Klien pagi tadi, hanya
(Inflamasi mengatakan perutnya daerah perut
lambung) masih nyeri sperti saja, terasa
(D.0077) pagi tadi, hanya ditusuk-tusuk.
DS: daerah perut saja, O:
 Klien terasa ditusuk-tusuk,  Klien tampak
mengataka dengan skala masih 6, meringis
n nyeri masih tampak  Tampak Gelisah
pada meringis, tampak  Berkeringat
seluruh gelisah, masih dingin
bagian berkeringat dingin)  Porsi makan
perut, nyeri tidak dihabiskan
TTV
seperti di  Skala nyeri 6
TD: 104/65,
tusuk-  TTV :
P: 105 x/m
tusuk, TD :
RR: 23 xm
skala nyeri 104/65 mmHg
T :36,1 oC
6, nyeri N : 104
SPO2 :98%

47
terasa 08.33 2. Mengidentifikasi x/m
hilang respons nyeri non RR : 23
timbul. verbal dengan melihat x/m
mimik wajah pasien T :
DO : 36,1ºC
 Klien 08.35 SpO2 :
tampak 3. Mengajarkan teknik 98%
meringis relaksasi atau A : Masalah belum
 Tampak distraksi untuk teratasi
Gelisah 08.40 mengurangi rasa nyeri P : Intervensi
 Mata 4. Mengontrol dilanjutkan
tampak lingkungan yang 1. Identifikasi
mengantuk memperberat rasa lokasi,

 Berkeringa nyeri dengan karakteristik,

t dingin mengatur suhu durasi, frekuensi,

 Porsi ruangan, kualitas, skala

makan pencahayaan, dan dan intensitas

tidak menganjurkan untuk nyeri

dihabiskan satu orang yang 2. Identifikasi respons

 TTV : 08.43 mendampingi pasien nyeri non verbal

TD : untuk menghindari dengan melihat

93/68 kebisingan. mimik wajah

mmHg 5. Memfasilitasi istirahat pasien

N : 110 dan tidur dengan 3. Monitor efek

x/m 11.00 mengatur posisi samping

RR: 22 pasien senyaman penggunaan

x/menit mungkin dan analgetik

T: memasang sampiran. 4. Ajarkan teknik

36,3ºC 6. Berkolaborasi dalam relaksasi atau

SpO2: pemeberian obat (inj. distraksi untuk

97% Metylprednisolon mengurangi rasa


1x125 mg, inj. nyeri
Ceftriaxone 2x1 gr) 5. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri dengan

48
mengatur suhu
ruangan,
pencahayaan, dan
menganjurkan
untuk satu orang
yang mendampingi
pasien untuk
menghindari
kebisingan.
6. Fasilitasi istirahat
dan tidur dengan
mengatur posisi
pasien senyaman
mungkin dan
memasang
sampiran.
7. Kolaborasi dalam
pemberian
antiemetik dan
membantu
memberikan obat-
obatan lainnya
NO. Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
(SDKI)
3. Nausea 08.50 1. Mengidentifikasi S : Klien
berhubungan faktor penyebab mengatakan
dengan mual (Jika makan masih mual-
distensi dan minum langsung mual saat
lambung mual-mual) makan dan
(D.0076) 08.52 2. Mengidentifikasi minum, perut
DS: setelah dikasih masih terasa
 Klien antiemetic untuk kembung
mengeluh mencegah mual O:
masih 08.54 3. Memonitor mual  Klien tampak

49
terasa mual (Frekuensi, durasi, pucat
dan perut dan tingkat  Berkeringat
terasa keparahan) dingin
kembung (Jika makan dan  Porsi makan
DO : minum pasti mual) tidak dihabiskan
 Klien 09.00 4. Memonitor asupan  Nadi sedikit
tampak nutrisi dan kalori N: 104 x/m
pucat (Pagi tadi diet yang A : Masalah belum
 Klien disediakan tidak teratasi
berkeringat dihabiskan) P : Intervensi
dingin 09.02 5. Memberikan dilanjutkan
 Nadi makanan dalam 1. Identifikasi
sedikit jumlah kecil dan faktor penyebab
meningkat menarik mual
N: 105 09.04 (Memberikan 2. Identifikasi
x/m puding) setelah dikasih
6. Menganjurkan antiemetic
09.07 istirahat dan tidur untuk mencegah
cukup mual
7. Menganjurkann 3. Monitor mual
untuk sering (Frekuensi,
membersihkan durasi, dan
09.08 mulut, kecuali jika tingkat
merangsang mual keparahan)
4. Monitor asupan
8. Mengajarkan nutrisi dan
penggunaan teknik kalori
nonfarmakologis 5. Berikan
untuk mengatatasi makanan dalam
10.50 mual (Relaksasi, jumlah kecil
terapi musik, dan menarik
hypnosis) 6. Anjurkan
9. Berkolaborasi dalam istirahat dan
pemberian tidur cukup
antimetik, (PO : 7. Anjurkann

50
sanmang 3x2 cth, untuk sering
domperidone 3x1 membersihkan
tab) mulut, kecuali
jika merangsang
mual
8. Ajarkan
penggunaan
teknik non
farmakologis
untuk
mengatatasi
mual
(Relaksasi,
terapi music,
hypnosis)
9. Kolaborasi
dalam
pemberian
antimetik,

IMPLEMENTASI

51
Nama pasien : Ny. Y DiagnosaMedis: DHF Grade 2
Jeniskelamin : Perempuan Hari/Tanggal : 23 Juni 2021
Kamar/Bed : A/3 Shif : Sore
NO. Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
(SDKI)
1 Perfusi 15.30 1. Memonitor status S : Klien mengatakan
jaringan tidak oksigenasi masih lelah.
efektif b.d (SPO2 : 99%) O:
Penurunan 15.34 2. Memonitor status  Mata tampak
kosentrasi cairan (IVFD RL ngantuk
hemoglobin, 15.36 gtt 30 Tpm)  Muka tampak pucat
penurunan 3. Memonitor tingkat  Gelisah
aliran arteri kesadaran dan  Berkeringat dingin
dan vena 15.45 respon pupil  Kesadaran comfos
(D.0009) (Compos mentis) mentis
4. Menganjurkan
 Crt > 3 detik.
15.48 melapor jika
 TTV :
menemukan/meras
TD : 97/71
akan tanda dan
mmHg
15.50 gejala penurunan
N : 105
hemoglobin
x/m
5. Menganjurkan
RR : 23
memperbanyak
x/menit
asupan cairan oral
T : 36,2ºC
6. Memonitor tingkat
SpO2 : 98%
kesadaran dan
A : Masalah tidak
respon pupil
terjadi
(Compos mentis,
P : Intervensi
kelien mengatakan
dilanjutkan
masih lelah
1. Monitor status
kardiopulmonal
2. Monitor status
oksigenasi
3. Monitor status

52
cairan
4. Monitor tingkat
kesadaran dan
respon pupil
5. Lakukan skin test
untuk mencegah
reaksi alergi
6. Jelaskan
penyebab/faktor
risiko syok
7. Jelaskan tanda dan
gejala awal syok
8. Anjurkan melapor
jika
menemukan/merasa
kan tanda dan gejala
syok
9. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
10. Kolaborasi
pemberian IV, jika
perlu
11. Kolaborasi
pemberian anti
inflamasi, jika perlu
2. Nyeri akut 14.30 1. Mengidentifikasi S : Klien mengatakan
berhubungan lokasi, perutnya masih
dengan agen karakteristik, nyeri sudah
pencedera durasi, frekuensi, berkurang, hanya
fisiologis kualitas, skala dan daerah perut saja,
(Inflamasi intensitas nyeri terasa ditusuk-
lambung) (Klien mengatakan tusuk.
(D.0077) perutnya masih O:
nyeri sudah  Klien tampak

53
berkurang, hanya meringis
daerah perut saja,  Tampak Gelisah
terasa ditusuk-  Berkeringat dingin
tusuk, dengan  Porsi makan tidak
skala 5, masih dihabiskan
tampak meringis,  Skala nyeri 5
tampak gelisah,  Injeksi
masih berkeringat ondancentron
dingin sedikit) diganti dengan inj.

TTV Metoclopramide
14.35 2x1 ampul
TD: 93/71 mmHg
P: 105 x/m  TTV :

RR: 23 x/m TD : 93/71


14.47
T : 36,2 oC mmHg
SPO2 ; 98% N : 105
14.50
2. Mengidentifikasi x/m
respons nyeri non RR : 23
verbal dengan x/menit
melihat mimik T : 36,2ºC
14.53
wajah pasien SpO2 : 98%
3. Monitor efek A : Masalah belum
samping teratasi
penggunaan P : Intervensi
antiemetik dilanjutkan
4. Mengajarkan 1. Identifikasi
teknik relaksasi lokasi,
atau distraksi karakteristik,
14.55
untuk mengurangi durasi, frekuensi,
rasa nyeri (Latihan kualitas, dan
nafas dalam) intensitas nyeri
5. Mengontrol 2. Identifikasi skala
lingkungan yang nyeri
16.25
memperberat rasa 3. Identifikasi
nyeri dengan respons nyeri non
mengatur suhu verbal dengan

54
ruangan, melihat mimik
pencahayaan, dan wajah pasien
menganjurkan 4. Monitor efek
untuk satu orang samping
yang mendampingi penggunaan
pasien untuk analgetik
menghindari 5. Ajarkan teknik
kebisingan. relaksasi atau
6. Memfasilitasi distraksi untuk
istirahat dan tidur mengurangi rasa
dengan mengatur nyeri
posisi pasien 6. Kontrol
senyaman mungkin lingkungan yang
dan memasang memperberat rasa
sampiran. nyeri dengan
7. Berkolaborasi mengatur suhu
dalam pemberian ruangan,
anatiemetik dan pencahayaan, dan
membantu menganjurkan
memberikan obat- untuk satu orang
obatan lainnya yang
mendampingi
pasien untuk
menghindari
kebisingan.
7. Fasilitasi istirahat
dan tidur dengan
mengatur posisi
pasien senyaman
mungkin dan
memasang
sampiran.
8. Kolaborasi dalam
pemberian
antiemetik ,

55
analgetik dan
membantu
memberikan obat-
obatan
lainnyasampiran.
NO. Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
Keperawatan
(SDKI)
3. Nausea 15.05 1. Mengidentifikasi S : Klien mengatakan
berhubungan faktor penyebab masih mual-mual
dengan mual (Jika saat makan dan
distensi makan dan minum, perut
lambung 15.07 minum langsung masih terasa
(D.0076) mual-mual) kembung
2. Mengidentifikasi O:
15.10 setelah dikasih  Klien tampak pucat
antiemetic untuk  Berkeringat dingin
mencegah mual  Porsi makan tidak
3. Memonitor mual dihabiskan
(Frekuensi,  TTV
15.14 durasi, dan N: 105 x/m
tingkat A : Masalah belum
keparahan) teratasi
(Jika makan dan P : Intervensi
16.30 minum pasti dilanjutkan
mual) 1. Identifikasi faktor
4. Memonitor penyebab mual
15.18 asupan nutrisi 2. Indentifikasi
dan kalori (Siang setelah diberikan
tadi diet yang antiemetic untuk
disediakan tidak mencegah mual
15.20 dihabiskan) 3. Monitor mual
5. Memberikan (Frekuensi,
15.25 obat minum durasi, dan
sanmagh 3x2 cth tingkat

56
dan domperidone keparahan)
3x1 tab 4. Monitor asupan
16.36 6. Memberikan nutrisi dan kalori
makanan dalam 5. Memberikan
jumlah kecil dan makanan dalam
menarik jumlah kecil dan
(Memberikan menarik
diet) 6. Berikan makanan
7. Menganjurkan dingin, cairan
istirahat dan bening, tidak
tidur cukup berbau, tidak
8. Menganjurkann berwarna, jika
untuk sering perlu
membersihkan 7. Anjurkan istirahat
mulut, kecuali dan tidur cukup
jika merangsang
mual 8. Anjurkann untuk
9. Berkolaborasi sering
dalam pemberian membersihkan
antimetik mulut, kecuali
(Injeksi jika merangsang
ranitidine mual
2x50mg) 9. Ajarkan
penggunaan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengatatasi
mual (Relaksasi,
terapi music,
hypnosis)
10. Kolaborasi dalam
pemberian
antimetik.

57
IMPLEMENTASI

Nama pasien : Ny. Y Diagnosa Medis: DHF Grade 2


Jeniskelamin : Perempuan Hari/Tanggal : 24 Juni 2021
Kamar/Bed : A/3 Shif : Pagi

N Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


o Keperawatan
(SDKI)
1. Perfusi jaringan 08.23 1. Memonitor status S : Klien
tidak efektif b.d kardiopulmonal (Nadi mengatakan
Penurunan perifer teraba kuat, suara masih
kosentrasi tambahan paru tidak ada) terasa lelah
hemoglobin, 08.25 2. Memonitor status O:
penurunan aliran oksigenasi (SPO2: 97%)  Muka
arteri dan vena 08.29 3. Memonitor status cairan tampak
(D.0009) (Terpasang ivfd RL gtt 30 segeran
tpm)  Tidak
08.40 4. Memonitor tingkat Berkeringat
kesadaran dan respon dingin lagi
pupil (Kesadaran compos  Kesadaran
mentis) compos
08.45 5. Hasil pemeriksaan labor mentis
HB ; 16,8, leuksoit :5.500,  Crt > 3
trombosit 23.000, HT; 35 detik.
08.50 6. Menganjurkan melapor  TTV :
jika TD :
menemukan/merasakan 93/65
tanda dan gejala syok mmHg
08.55 7. Menganjurkan N :
memperbanyak asupan 99 x/m
cairan oral RR :
09.00 8. Memonitor tingkat 22 x/menit
kesadaran dan respon T :
pupil (Kesadaran compos 36,4ºC

58
mentis, klien mengatakan SpO2 :
masih lelah, semalam 99%
sudah di tranfusi 3 A : Masalah
kantong) tidak terjadi
P : Intervensi
dilanjutkan
1. Monitor
status
kardiopulm
onal
2. Monitor
status
oksigenasi
3. Monitor
status
cairan
4. Monitor
tingkat
kesadaran
dan respon
pupil
5. Lakukan
skin test
untuk
mencegah
reaksi
alergi
6. Jelaskan
penyebab/f
aktor risiko
syok
7. Jelaskan
tanda dan
gejala awal
syok

59
8. Anjurkan
melapor
jika
menemuka
n/merasaka
n tanda dan
gejala syok
9. Anjurkan
memperba
nyak
asupan
cairan oral
10. Kolaborasi
pemberian
IV, jika
perlu
11. Kolaborasi
pemberian
antiinflama
si, jika
perlu
2. Nyeri akut 07.30 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Klien
berhubungan karakteristik, durasi, mengatakan
dengan agen frekuensi, kualitas, skala perutnya
pencedera dan intensitas nyeri (Nyeri masih nyeri
fisiologis sudah berkurang, masih sperti pagi
(Inflamasi sekitar area perut, durasi tadi, hanya
lambung) timbul sekarang masih daerah
(D.0077) sering, masih terasa perut saja,
nyut”an dan skala nyeri 5) terasa
07.37 2. Mengidentifikasi ditusuk-
responsnyeri non verbal tusuk,
dengan melihat mimik O:
wajah pasien  Klien
(Masih tampak meringis) tampak

60
07.45 3. Mengontrol lingkungan meringis
yang memperberat rasa  Tampak
nyeri dengan mengatur Gelisah
suhu ruangan,  Porsi makan
pencahayaan, dan tidak
menganjurkan untuk satu dihabiskan
orang yang mendampingi  Skala nyeri 5
pasien untuk menghindari  TTV :
kebisingan. (Membuka TD :
jendela supaya ada 93/65
pergantian sirkulasi udara) mmHg
N :
07.48 4. Memfasilitasi istirahat dan 99 x/m
tidur dengan mengatur RR :
posisi pasien senyaman 22 x/menit
mungkin dan memasang T :
sampiran. 36,4ºC
11.00 5. Berkolaborai dalam SpO2 :
pemberian obat injeksi 99%
(Inj. Metilprednisolon A : Masalah
1x125, dan inj. belum teratasi
Ceftriaxone 2x1 gr) P : Intervensi
10.50 6. Berkolaborasi dalam dilanjutkan
pemberian antiemetik dan 1. Identifikasi
membantu memberikan lokasi,
obat-obatan lainnya karakteristik,
(Memberikan obat durasi,
minum) frekuensi,
kualitas,
skala dan
intensitas
nyeri
2. Identifikasi
respons nyeri
non verbal

61
dengan
melihat
mimik wajah
pasien
3. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
4. Ajarkan
teknik
relaksasi atau
distraksi
untuk
mengurangi
rasa nyeri
5. Kontrol
lingkungan
yang
memperberat
rasa nyeri
dengan
mengatur
suhu
ruangan,
pencahayaan,
dan
menganjurka
n untuk satu
orang yang
mendampingi
pasien untuk
menghindari
kebisingan.
6. Fasilitasi
istirahat dan

62
tidur dengan
mengatur
posisi pasien
senyaman
mungkin dan
memasang
sampiran.
7. Kolaborasi
dalam
pemberian
antiemetik dan
membantu
memberikan
obat-obatan
lainnya
N Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
O Keperawatan
. (SDKI)
3. Nausea 07.50 1. Mengidentifikasi S : Klien
berhubungan faktor penyebab mual mengatakan
dengan distensi (Jika makan dan masih
lambung minum langsung mual-mual
(D.0076) mual-mual) saat makan
07.54 2. Memonitor mual dan minum
(Frekuensi, durasi, tetapi lebih
dan tingkat membaik
keparahan) (Jika dari
makan dan minum kemarin,
mual sudah perut
berkurang) kembung
08.00 3. Memonitor asupan sudah
nutrisi dan kalori berkurang
(Pagi tadi diet yang O:
disediakan tidak  Muka klien
dihabiskan) tampak

63
08.05 4. Memberikan makanan membaik
dalam jumlah kecil  Tidak
dan menarik berkeringat
(Memberikan puding) dingin
08.10 7. Menganjurkan  Porsi makan
istirahat dan tidur masih tersisa
cukup sedikit
08.14 8. Menganjurkann untuk  Nadi sedikit
sering membersihkan turun
mulut, kecuali jika  N : 99 x/m
merangsang mual
08.19 9. Mengajarkan A : Masalah
penggunaan teknik teratasi
nonfarmakologis teratasi
untuk mengatatasi sebagian
mual (relaksasi, terapi P : Intervensi
music, hypnosis) dilanjutkan
11.00 10. Berkolaborasi dalam 1. Identifikasi
pemberian antimetik, faktor
(PO : sanmang penyebab
3x2cth, domperidone mual
3x1 tab) 2. Identifikasi
setelah
dikasih
antiemetic
untuk
mencegah
mual
3. Monitor
mual
(Frekuensi,
durasi, dan
tingkat
keparahan)
4. Monitor

64
asupan
nutrisi dan
kalori
5. Berikan
makanan
dalam
jumlah kecil
dan menarik
6. Berikan
makanan
dingin,
cairan
bening,
tidak
berbau,
tidak
berwarna,
jika perlu
7. Anjurkan
istirahat dan
tidur cukup
8. Anjurkann
untuk sering
membersihk
an mulut,
kecuali jika
merangsang
mual
9. Ajarkan
penggunaan
teknik non
farmakologi
s untuk
mengatatasi
mual

65
(Relaksasi,
terapi
musik,
hypnosis)
10. Kolaborasi
dalam
pemberian
antimetik.

IMPLEMENTASI

Nama pasien : Ny. Y Diagnosa Medis: DHF Grade 2


Jeniskelamin : Perempuan Hari/Tanggal : 24 Juni 2021
Kamar/Bed : A/3 Shif : Sore
N Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
O Keperawat
an
(SDKI)
1 Perfusi 17.08 1. Memonitor status S : Klien mengatakan
. jaringan oksigenasi masih terasa lelah
tidak efektif (SPO2 : 98%) O:
b.d 17.10 2. Memonitor status cairan  Muka tampak
Penurunan (IVFD RL gtt 30 tpm) tampak membaik
kosentrasi 17.16 3. Memonitor tingkat  Tidak berkeringat
hemoglobin kesadaran dan respon dingin lagi
, penurunan pupil (Compos mentis  Kesadaran compos
aliran arteri klien mengatakan masih mentis
dan vena lelah)  Crt > 3 detik.
(D.0009) 17.20 4. Menganjurkan melapor  TTV :
jika TD : 98/61
menemukan/merasakan mmHg
tanda dan gejala syok N : 89 x/m
17.25 5. Menganjurkan RR : 23
memperbanyak asupan x/menit
cairan oral

66
T : 36,2ºC
SpO2 : 98%
A : Masalah tidak
terjadi
P : Intervensi
dilanjutkan
1. Monitor status
oksigenasi
2. Monitor status
cairan
3. Monitor tingkat
kesadaran dan
respon pupil
4. Anjurkan
melapor jika
menemukan/mer
asakan tanda dan
gejala syok
5. Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan
oral
2 Nyeri Akut 14.30 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Klien mengatakan
. berhubunga karakteristik, durasi, nyeri sudah
n dengan frekuensi, kualitas, skala berkurang, hanya
agen dan intensitas nyeri daerah perut saja,
pencedera 14.35 2. Mengidentifikasi respons terasa ditusuk-
fisiologis nyeri non verbal dengan tusuk.
(Inflamasi melihat mimik wajah pasien O:
lambung) 14.39 3. Mengontrol lingkungan  Klien masih tampak
(D.0077) yang memperberat rasa meringis
nyeri dengan mengatur suhu  Porsi makan sudah
ruangan, pencahayaan, dan habis
menganjurkan untuk satu  Skala nyeri 4
orang yang mendampingi  Injeksi ranitidine

67
pasien untuk menghindari 2x50mg
kebisingan  Inj. Ketorolac 2x1
14.45 4. Memfasilitasi istirahat dan amp
tidur dengan mengatur  TTV :
posisi pasien senyaman TD : 98/61
mungkin dan memasang mmHg
sampiran. N : 89 x/m
16.25 5. Berkolaborasi dalam RR : 23
pemberian anatiemetik dan x/menit
membantu memberikan T : 36,2ºC
obat-obatan lainnya SpO2 : 98%
16.30 6. Berkoborasi dalam A : Masalah belum
pemberian antimetik dan teratasi sebagian
analgetik (Inj. Ranitidine, P : Intervensi
injeksi ketrolac ) dilanjutkan
1. Identifikasi lokasi,
karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas, skala dan
intensitas nyeri
2. Identifikasi respons
nyeri non verbal
dengan melihat
mimik wajah
pasien
3. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
4. Ajarkan teknik
relaksasi atau
distraksi untuk
mengurangi rasa
nyeri
5. Kontrol lingkungan

68
yang memperberat
rasa nyeri dengan
mengatur suhu
ruangan,
pencahayaan, dan
menganjurkan
untuk satu orang
yang mendampingi
pasien untuk
menghindari
kebisingan.
6. Fasilitasi istirahat
dan tidur dengan
mengatur posisi
pasien senyaman
mungkin dan
memasang
sampiran.
7. Kolaborasi dalam
pemberian
antiemetik dan
membantu
memberikan obat-
obatan
lainnyasampiran.
8. Kolaborasi dalam
pemberian
antiemetik
analgetik dan
membantu
memberikan obat-
obatan lainnya.
N Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
O Keperawat
. an

69
(SDKI)
3 Nausea 14.50 1. Mengidentifikasi faktor S : Klien mengatakan
. berhubunga penyebab mual (Jika masih mual-mual
n dengan makan dan minum rasa dan perut kembung
distensi mual-mual sudah sudah berkurang
lambung berkurang) O:
(D.0076) 14.52 2. Memonitor mual  Muka klien tampak
(Frekuensi, durasi, dan membaik
tingkat keparahan) (Jika  Tidak Berkeringat
makan dan minum mual dingin
sudah berkurang)  Porsi makan habis
15.00 3. Memonitor asupan nutrisi  Nadi sedikit turun
dan kalori (Pagi tadi diet  N : 89 x/m
yang disediakan tidak A : Masalah teratasi
dihabiskan) sebagian
16.25 4. Berkolaborasi dalam P : Intervensi
pemberian antimetik, dilanjutkan
(PO: sanmang 3x2cth, 1. Identifikasi faktor
domperidone 3x1 tab, penyebab mual
injeksi ranitidine 2. Monitor mual
2x50mg) (Frekuensi, durasi,
16.00 5. Memberikan makanan dan tingkat
dalam jumlah kecil dan keparahan)
menarik (Memberikan 3. Monitor asupan
diet) nutrisi dan kalori
17.00 6. Menganjurkan istirahat 4. Berikan makanan
dan tidur cukup dalam jumlah kecil
17.05 7. Menganjurkann untuk dan menarik
sering membersihkan 5. Anjurkan istirahat
mulut, kecuali jika dan tidur cukup
merangsang mual 6. Aanjurkann untuk
sering
membersihkan
mulut, kecuali jika
merangsang mual

70
7. Kolaborasi dalam
pemberian
antimetik,

IMPLEMENTASI

Nama pasien : Ny. Y Diagnosa Medis: DHF Grade 2


Jeniskelamin : Perempuan Hari/Tanggal : 25 Juni 2021
Kamar/Bed : A/3 Shif : Pagi
N Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
O Keperawat
an
(SDKI)

71
. Perfusi 10.40 1. Memonitor status S : Klien mengatakan
1 jaringan kardiopulmonal (Nadi tubuhnya sudah
. tidak efektif perifer teraba kuat, membaik, tidak ada
b.d suara tambahan paru perdarahan saat
Penurunan 10.45 tidak ada) BAK ataupun BAB
kosentrasi 2. Memonitor status serta gusi
hemoglobin 10.46 oksigenasi (SPO2: O:
, penurunan 97%)  Muka klien tampak
aliran arteri 3. Memonitor status cairan membaik
dan vena 10.48 (Terpasang ivfd RL gtt  Tidak berkeringat
(D.0009) 20 tpm) dingin lagi
4. Memonitor tingkat  Kesadaran compos
kesadaran dan respon mentis
10.50 pupil (Kesadaran  Crt > 3 detik.
compos mentis)  TTV :
TD : 107/68
5. Hasil pemeriksaan mmHg
11.00 laboratorium (HB: 11,8, N : 91 x/m
trobosit: 28.000, RR : 22
leukosit: 5.800, HT: 34) x/menit
6. Melakukan injeksi anti T : 36,3ºC
11.06 inflamasi SpO2 : 99%
(Inj.Metilprednisolo A : Masalah teratasi
1x125 mg) P : Intervensi dihentikan
7. Menganjurkan melapor
jika
menemukan/merasakan
tanda dan gejala syok

N Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


O Keperawat
. an
(SDKI)
2. Nyeri Akut 07.30 1. Mengidentifikasi S : Klien mengatakan
berhubunga lokasi, karakteristik, tidak nyeri lagi,

72
n dengan durasi, frekuensi, O:
agen kualitas, dan skala,  Klien tampak rileks
pencedera intensitas nyeri (Nyeri  Tidak gelisah lagi
fisiologis sudah berkurang, masih  Porsi makan
(Inflamasi sekitar area perut, dihabiskan
lambung) durasi timbul sekarang  TTV :
(D.0077) masih sering, masih TD : 107/68
terasa nyut”an, skala 2) mmHg
TTV N : 91 x/m
TD: 107/68 mmHg RR : 22
P: 91 x/m x/menit
RR: 22 x/m T : 36,3ºC
T :36,3 Co
SpO2 : 99%
07.36 SPO2 : 99% A : Masalah teratasi
2. Mengidentifikasi P : Intervensi dihentikan
respons nyeri non
verbal dengan melihat
07.40 mimik wajah pasien
(Klien tampak rileks)
3. Mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri dengan mengatur
suhu ruangan,
pencahayaan, dan
menganjurkan untuk
satu orang yang
mendampingi pasien
07.43 untuk menghindari
kebisingan. (Membuka
jendela biar ada
pergantian sirkulasi
udara)
11.00 4. Memfasilitasi istirahat
dan tidur dengan
mengatur posisi pasien

73
senyaman mungkin dan
11.05 memasang sampiran.
5. Berkolaborai dalam
pemberian obat injeksi
(Inj. Metilprednisolon
1x125, dan inj.
Ceftriaxone 2x1 gr)
6. Berkolaborasi dalam
pemberian antiemetik
dan membantu
memberikan obat-
obatan lainnya
(Memberikan obat
minum)

N Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


O Keperawat
. an
(SDKI)
3. Nausea 07.50 1. Mengidentifikasi S : Klien mengatakan
berhubunga faktor penyebab mual rasa mual kadang-
n dengan (Jika makan dan kadang dan perut
distensi minum masih sedikit kembung sudah
lambung 07.53 rasa mual-mual) berkurang
(D.0076) 2. Memonitor asupan O:
nutrisi dan kalori  Muka klien tampak
(Pagi tadi diet yang segeran
11.00 disediakan  Tidak Berkeringat
dihabiskan) dingin
3. Berkolaborasi dalam  Porsi makan habis
pemberian antimetik  N: 91 x/m
08.05 (PO : sanmang A : Masalah teratasi
3x2cth, domperidone teratasi sebagian
3x1 tab) P : Intervensi dilanjutkan
4. Memberikan 1. Identifikasi faktor

74
10.30 makanan dalam penyebab mual
jumlah kecil dan 2. Monitor mual
10.34 menarik (Frekuensi, durasi,
(Memberikan diet) dan tingkat
5. Menganjurkan keparahan)
istirahat dan tidur 3. Monitor asupan
10.36 cukup nutrisi dan kalori
6. Menganjurkann 4. Anjurkan istirahat
untuk sering dan tidur cukup
membersihkan mulut, 5. Anjurkann untuk
kecuali jika sering
merangsang mual membersihkan
7. Memonitor mual mulut, kecuali jika
(Frekuensi, durasi, merangsang mual
dan tingkat 6. Ajarkan
keparahan) (klien penggunaan teknik
rasa mual timbulnya nonfarmakologis
kadang-kadang, perut untuk mengatatasi
kembung agak mual (Relaksasi,
berkurang) terapi musik,
hypnosis)
7. Kolaborasi dalam
pemberian
antimetik.

IMPLEMENTASI

Nama pasien : Ny. Y Diagnosa Medis: DHF Grade 2


Jeniskelamin : Perempuan Hari/Tanggal : 25 Juni 2021
Kamar/Bed : A/3 Shif : Sore
N Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi
O. Keperawatan
(SDKI)

75
.1. Perfusi jaringan 14.45 1. Memonitor S : Klien mengatakan
tidak efektif b.d status tubuhnya sudah
Penurunan kardiopulmon membaik, tidak ada
kosentrasi al (Nadi perdarahan saat BAK
hemoglobin, 14.45 perifer teraba ataupun BAB serta gusi
penurunan kuat, suara O:
aliran arteri dan 14.53 tambahan  Muka klien tampak
vena (D.0009) paru tidak membaik
ada)  Tidak berkeringat dingin
16.30 2. Memonitor lagi
status  Kesadaran compos
oksigenasi mentis
(SPO2: 97%)  Crt > 3 detik.
16.33 3. Memonitor  TTV :
status cairan TD : 107/68
(Terpasang mmHg
ivfd RL gtt 20 N : 91 x/m
16.35 tpm) RR : 22 x/menit
4. Memonitor T : 36,3ºC
tingkat SpO2 : 99%
kesadaran dan A : Masalah teratasi
16.40 respon pupil P : Intervensi dihentikan
(Kesadaran
compos
mentis)

5. Hasil
pemeriksaan
laboratorium
(HB: 11,8,
trobosit:
28.000,
leukosit:
5.800, HT: 34)
6. Melakukan

76
injeksi anti
inflamasi
(Inj.Metilpred
nisolo 1x125
mg)
7. Menganjurkan
melapor jika
menemukan/m
erasakan tanda
dan gejala
syok

N Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


O. Keperawatan
(SDKI)
2. Nyeri Akut 14.45 7. Mengidentifikas S : Klien mengatakan tidak
berhubungan i lokasi, nyeri lagi,
dengan agen karakteristik, O:
pencedera durasi,  Klien tampak rileks
fisiologis frekuensi,  Tidak gelisah lagi
(Inflamasi kualitas, dan  Porsi makan dihabiskan
lambung) skala, intensitas  TTV :
(D.0077) nyeri (Nyeri TD : 107/68
sudah mmHg
berkurang, N : 91 x/m
masih sekitar RR : 22 x/menit
area perut, T : 36,3ºC
durasi timbul SpO2 : 99%
sekarang masih A : Masalah teratasi
sering, masih P : Intervensi dihentikan
14.50 terasa nyut”an,
skala 2)
TTV
TD: 107/68
14.53 mmHg

77
P: 91 x/m
RR: 22 x/m
T :36,3 oC
SPO2 : 99%
8. Mengidentifikas
i respons nyeri
non verbal
dengan melihat
mimik wajah
16.30 pasien
(Klien tampak
rileks)
9. Mengontrol
lingkungan
16.33 yang
memperberat
rasa nyeri
dengan
16.35 mengatur suhu
ruangan,
pencahayaan,
dan
menganjurkan
untuk satu
orang yang
mendampingi
pasien untuk
menghindari
kebisingan.
(Membuka
jendela biar ada
pergantian
sirkulasi udara)
10. Memfasilita
si istirahat dan

78
tidur dengan
mengatur posisi
pasien
senyaman
mungkin dan
memasang
sampiran.
11. Berkolabora
i dalam
pemberian obat
injeksi (Inj.
Metilprednisolo
n 1x125, dan
inj. Ceftriaxone
2x1 gr)
12. Berkolabora
si dalam
pemberian
antiemetik dan
membantu
memberikan
obat-obatan
lainnya
(Memberikan
obat minum)

N Diagnosa Jam Implementasi Evaluasi


O Keperawatan
. (SDKI)
1 Nausea 14.45 1. Mengide S : Klien mengatakan
. berhubungan ntifikasi tidak mual lagi saat
dengan distensi faktor makan dan minum,
lambung (D.0076) penyebab perut tidak kembung
mual lagi

79
14.50 (Klien O:
mengatak  Muka klien tampak
an tidak membaik
mual lagi  Tidak berkeringat
dan perut dingin
tidak  Porsi makan habis
14.53 kembung  N: 90 x/m
lagi saat A : Masalah teratasi
makan) P : Intervensi dihentikan
2. Memonit
16.30 or mual
(Frekuens
i, durasi,
dan
16.33 tingkat
keparaha
n) (Klien
16.35 mengatak
an tidak
mual lagi
saat
makan
dan
minum)
3. Monitor
asupan
nutrisi
dan kalori
(Pagi tadi
diet yang
disediaka
n
dihabiska
n)
4. Berkolab

80
orasi
dalam
pemberia
n
antimetik,
(PO :
sanmang
3x2cth,
domperid
one 3x1
tab))
5. Berkolab
orasi
dalam
memberi
kan
antiemeti
c (Inj.
Ranitidin
2x50 mg)
6. Menganj
urkan
istirahat
dan tidur
cukup

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini kelompok akan menguraikan permasalahan yang terjadi di dalam
kasus serta perbandingan teori dengan kenyataan yang terjadi pada saat melakukan
asuhan keperawatan pada medikal bedah pada Ny.Y dengan kasus DHF (Dengue
Haemorraghic Fever) di ruang Asoka RSUD Depati Bahrin Sungailiat Kabupaten

81
Bangka. Pembahasan yang kelompok lakukan meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

Berdasarkan hasil diagnosa medis pada Ny. adalah DHF (Dengue


Haemorraghic Fever). Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau
nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
ditesis hemoragik (Nurarif & Hardhi, 2015).

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses yang sistematis dalam pengumpulan
data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien (Nursalam, 2015).
Berdasarkan dari hasil pengkajian pada Ny.Y memiliki keluhan yang sama
dengan teori Herman, 2015 yaitu klien mengatakan mual muntah sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit dan seminggu sebelum masuk rumah sakit demam
tinggi. Tanda dan gejala DHF (Dengue Haemorraghic Fever) kasus ini bisa
menimbulkan manifestasi klinis meliputi : demam, nyeri seluruh bagian perut,
mual dan muntah (Susilaningrum, 2015). Apabila DHF (Dengue Haemorraghic
Fever), tidak di tangani dengan tepat dapat mengakibatkan perdarahan, kegagalan
sirkulasi, hepatomegali dan efusi pleura.
B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons


klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik
berlangsung secara aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan DHF (Dengue


Haemorraghic Fever), menurut Ngastiyah, 2015 :
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d Penurunan kosentrasi hemoglobin,
penurunan aliran arteri dan vena (D.0009)
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis, agen pencedera kimiawi, agen
pencedera fisik (D.0077)
3. Nausea b.d gangguan biokimiawi, gangguan pada esofagus, gangguan
pankreas, peningkatan tekanan intra abdominal, peningkatan intrakranial
(D.0076)
4. Hipertermi b.d dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit,
peningkatan laju metabolisme (D.0130)

82
Sedangkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Ny.Y dengan DHF
(Dengue Haemorraghic Fever), 3 diagnosa keperawatan yaitu :

1. Perfusi jaringan tidak efektif ditandai dengan syok, gejala penyakit (D. 0039)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
3. Nausea berhubungan dengan distensi lambung (D.0076)

C. Intervensi
Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan
dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk
memenuhi kebutuhan pasien (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Rencana keperawatan yang kelompok lakukan sama dengan landasan teori,
karena rencana tindakan keperawatan tersebut telah sesuai dengan SOP (Standar
Operasional Prosedur) yang telah ditetapkan (Nursalam, 2015).

D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan,
dimana perawat melakukan tindakan yang di perlukan untuk mencapai
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan (Potter & Perry
1997 dalam Haryanto, 2014).
Tahap implementasi di mulai setelah rencana tindakan di susun dan di tujukan
pada rencana strategi untuk membantu mencapai tujuan yang di harapkan. Oleh
sebab itu, rencana tindakan yang spesifik di laksanakan untuk memodifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan. Tujuan dari implementasi
adalah membantu dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan, yang mencakup
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping (Ronald, 2018).

Implementasi pada klien dimulai dari tanggal 23 Juni – 25 Juni 2021 pada
shift pagi dan sore. Pada diagnosa yang pertama yaitu Perfusi jaringan tidak
efektif b.d Penurunan kosentrasi hemoglobin, penurunan aliran arteri dan vena,
gejala penyakit ,tindakan yang dilakukan adalah mengidentifikasi penurunan
kosentrasi hemoglobin, Pengisian .kapiler >3 “, Nadi perifer menurun atau tidak
teraba, Akral teraba dingin, Warna kulit pucat, Turgor kulit menurun, Parastesia,
Nyeri ekstermitas, Edema , Penyembuhan luka lambat, memfasilitasi istirahat dan

83
tidur dengan mengatur posisi pasien senyaman mungkin dan memasang sampiran,
berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan membantu memberikan obat-obatan
lainnya.

Pada diagnosa keperawatan yang kedua yaitu yaitu nyeri akut berhubungan
dengan agen pencedera fisiologis ,tindakan yang dilakukan adalah
mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas
nyeri, mengidentifikasi skala nyeri, mengidentifikasi respons nyeri non verbal
dengan melihat mimik wajah pasien, monitor efek samping penggunaan analgetik,
mengajarkan teknik relaksasi atau distraksi untuk mengurangi rasa nyeri,
mengontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri dengan mengatur suhu
ruangan, pencahayaan, dan menganjurkan untuk satu orang yang mendampingi
pasien untuk menghindari kebisingan, memfasilitasi istirahat dan tidur dengan
mengatur posisi pasien senyaman mungkin dan memasang sampiran,
berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan membantu memberikan obat-obatan
lainnya.
Pada diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu nausea berhubungan dengan
distensi lambung, tindakan yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor
penyebab mual, mengidentifikasi setelah dikasih antiemetic untuk mencegah
mual, memonitor mual (Frekuensi, durasi, dan tingkat keparahan), memonitor
asupan nutrisi dan kalori, memberikan makanan dalam jumlah kecil dan menarik,
menganjurkan istirahat dan tidur cukup dan menganjurkann untuk sering
membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual.

E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah
tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk
mengatasi suatu masalah (Meirisa, 2013).
Evaluasi keperawatan yang dilakukan sudah sesuai dan tidak ada kesenjangan
dengan teori. Evaluasi dilakukan pada setiap akhir shift pagi dan sore berdasarkan
diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan dengan menggunakan metode
SOAP. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari di dapatkan hasil
ke 3 diagnosa keperawatan dapat teratasi.

84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian Asuhan Keperawatan pada Ny. Y dengan kasus DHF
(Dengue Haemorraghic Fever) di Ruang Asoka RSUD Depati Bahrin Sungailiat
Kabupaten Bangka didapatkan diagnosea sebagai berikut:
1. Perfusi jaringan tidak efektif b.d Penurunan kosentrasi hemoglobin,
penurunan aliran arteri dan vena (D.0009)
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen fisiologis (Inflamasi lambung) (D.0077)
3. Nausea berhubungan dengan distensi lambung (D.0076)

85
Perencanaan dirumuskan berdasarkan pada perencanaan teoritis dan
berdasarkan masalah keperawatan pada Ny. Y. Rencana keperawatan disusun
menurut prioritas masalahseperti yang tercantum pada diagnosa keperawatan
yang muncul.
Implementasi dilakukan berdasarkan rencana yang telah disusun dalam
intervensi keperawatan, dilakukan evaluasi pada diagnosa keperawatan tersebut
untuk menilai keberhasilan tindakan keperawatan yang diberikan pada klien.
Semua masalah keperawatan dapat diatasi sesuai tujuan yang telah dirumuskan.
Peran perawat sebagai tim yang memberikan bimbingan sepenuhnya
kepada mahasiswa/ mahasiswi sangat membantudalam proses implementasi
keperawatan. Klien kooperatif sehingga memudahkan dalam melaksanakan
asuhan keperawatan. Adapun kendala yang ditemukan yaitu kurangnya
kesinambungan dalam melakukan asuhan keperawatan dikarenakan terbatasnya
jadwal praktek mahasiswa/ mahasiswi sehingga asuhan keperawatan yang
diberikan kurang maksimal.
Ada satu diagnose keperawatan yaitu gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan penyakit tidak kelompok lakukan impelementasi dikarenakan gangguan
rasa nyaman untuk tindakan keperawatannya hampir sama dengan yang ada pada
nyeri akut. Dan berdasarkan hirarki maslow gangguan rasa nyaman sama dengan
diagnosa nyeri akut.

B. Saran
1. Bagi Kelompok
Diharapkan dapat menjadi pengalaman belajar dalam meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan berkaitan dengan pasien Dengue Hemoragic
Fever (DHF) dan menambah wawasan sebagai acuan bagi kelompok
selanjutnya dalam mengembangkan studi kasus lanjutan terhadap klien
Dengue Hemoragic Fever (DHF).
2. Bagi RSUD Depati Bahrin
Masukan dan informasi bagi pelayanan keperawatan dalam mengambil asuhan
keperawatan, khususnya pada klien Dengue Hemoragic Fever (DHF).
3. Bagi STIKES Citra Delima Bangka Belitung
Hasil penelitian ini dapat menjadi media baca informasi dan masukan bagi
pendidikan keperawatan khususnya mahasiwa/ mahasiswi STIKES Citra
Delima Bangka Belitung.

86
87

Anda mungkin juga menyukai