Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN STERILISASI

TAHUN 2022

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA


NOMOR : /PT.BTM/SK-2400/22.UM
TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN STERILISASI

RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA

DIREKTUR RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA


MENIMBANG : a. bahwa dalam rangka meningkatkan Standar, Mutu
dan Pelayanan Rumah Sakit Medika Stannia maka
dipandang perlu membentuk Pemberlakuan
Panduan SterilisasiRumah Sakit Medika Stannia.

b. bahwa untuk maksud tersebut diatas perlu


ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Rumah
Sakit Medika Stannia.

MENGINGAT : 1. Undang-undang nomor 40 tahun 2007 tentang


Perseroan Terbatas;

2. Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit;
3. Permenkes RI nomor 34 tahun 2017 tentang
Akreditasi Rumah Sakit;
3. Permenkes No 27 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;

4. Akta Notaris Irma Devita Purnamasari, S.H., M.Kn.


Nomor 34 tanggal 18 Desember 2014 tentang
Pendirian PT. Rumah Sakit Bakti Timah;

5. Surat Keputusan Direksi PT. Rumah Sakit


BaktiTimah Nomor: 104/PT.RSBT/SK-0000/21
tentang Penetapan Struktur Organisasi Rumah Sakit
Medika Stannia pada PT. Rumah Sakit Bakti Timah;
6. Surat Keputusan Direksi PT. Rumah Sakit Bakti
Timah Nomor :104/PT.RSBT/SK-0000/21 tentang
Pengangkatan Direktur RS. Medika Stannia
Sungailiat di Lingkungan PT. Rumah Sakit Bakti
Timah atas nama Sdr. dr. Gustami

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :

KESATU : Menetapkan Pemberlakuan Panduan Sterilisasi Rumah


Sakit Medika Stannia.

KEDUA : Pemberlakuan Panduan sterilisai digunakan sebagai acuan


dalam tertib administrasi Rumah Sakit Medika Stannia.

KETIGA : Surat Keputusan ini berlaku terhitung mulai tanggal


ditetapkan, dengan ketentuan apabila di kemudian hari
terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini, maka akan
dilakukan peninjauan kembali sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI : SUNGAILIAT
PADA TANGGAL : 22 FEBRUARI 2022

RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA

DIREKTUR,

dr. GUSTAMI

NIK. 20152005
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT MEDIKA STANNIA

NOMOR : /PT.BTM/SK-2400/22.UM

TANGGAL : 22 FEBRUARI 2022

TENTANG : PEMBERLAKUAN PANDUAN STERILISASI

BAB I

PENDAHULUAN

Angka infeksi nasokomial terus meningkat mencapai sekitar 9% atau lebih


dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia. Hasil survey yang
dilakukan di DKI Jakarta pada 11 rumah sakit, didapatkan angka infeksi nasokomial
untuk ILO (Infeksi Luka Operasi) 18,9%, ISK (Infeksi saluran Kemih) 15,1%, IADP
(Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, Pneumia 24,5% dan Infeksi saluran nafas lain
15,1%, serta infeksi lain 32,1%. Untuk mencegah infeksi nasokomial yang terus
meningkat maka perlu dilakukan kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah sakit , salah satu elemen kegiatan PPI adalah sterilisasi.
Sterilisasi adalah proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk
mencegah resiko terjadinya infeksi pada pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu
indikator keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi
nasokomial di rumah sakit, untuk mencapai keberhasilan tersebut maka dilakukan
pengendalian infeksi di rumah sakit.
Kegiatan sterilisasi merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk
pencegahan infeksi.Kegiatan sterilisasi dapat dilakukan di masing- masing unit
rumah sakit ataupun di suatu pusat unit sterilisasi.Dimanapun kegiatan sterilisasi
dilakukan di rumah sakit, yang terpenting adalah kegiatan sterilisasi dilakukan
menurut metoda yang telah sesuai standar yang ditetapkan.Dengan hasil sterilisasi
yang selalu terkontrol.
Tujuan Panduan sterilsasi ini adalah :
a. Tujuan Umum
Sebagai pedoman bagi petugas medis Rumah Sakit Medika Stannia untuk
melakukan pelayanan sterilisasi.
b. Tujuan Khusus
1. Sebagai pedoman pelaksanaan sterilisasi di Rumah Sakit
2. Agar pelaksanaan sterilisasi sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
Rumah Sakit
3. Memutus mata rantai infeksi dengan menjaga sterilisasi alat medis.
BAB II
RUANG LINGKUP

1. Panduan ini diterapkan kepada PelayananSterilisasi di Rumah Sakit Medika


Stannia.
2. Pelaksana Panduan ini adalah petugas pelaksana sterilisasi dan perawat
pelaksana di Unit kerja Poliklinik, IGD, Ranap, Kamar bersalin, ICU, Hemodialisa,
IBS di Rumah Sakit Medika Stannia.
3. Panduan ini dilakukan untuk proses sterilisasi alat medis di Rumah Sakit Medika.
BAB III
TATA LAKSANA

A. PENGERTIAN
Dekontaminasi adalah suatu proses untuk menghilangkan atau memusnahkan
mikroorganisme dan kotoran yang melekat pada peralatan medis sehingga aman
untuk pemakaian selanjutnya. Proses ini terdiri dari pembersihan, disinfeksi dan
sterilisasi.
Pembersihan adalah suatu proses untuk menghilangkan atau membersihkan
kotoran yang melekat pada peralatan medis (bekas pakai) dengan menggunakan
detergen/enzym, air mengalir dan sikat.
Disinfeksi adalah suatu proses untuk menghilangkan atau mengurangi jumlah
mikroorganisme (virus, bakteri, parasit, fungi dan spora) kecuali endospora pada
permukaan benda/ peralatan dengan menggunakan panas (thermal), bahan
kimia (cairan disinfektan), atau keduanya.
Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan atau memusnahkan
semua bentuk mikroorganisme termasuk endospora pada peralatan, dapat
dilakukan dengan proses fisika atau kimia dengan menggunakan alat sterilisator.

B. PENGELOMPOKAN ALAT MEDIS


1. Non Kritikal
Yaitu peralatan medis yang menyentuh kulit utuh dan memiliki resiko rendah
(seperti manset, tensimeter, stetoskop, termometer). Peralatan ini dibersihan
dengan deterjen atau alkohol 70%, namun bila peralatan diduga
terkontaminasi perlu pembersihan lebih ketat.
2. Semi Kritikal
Yaitu peralatan yang bersentuhan dengan membran mukosa utuh, atau kulit
utuh misalnya alat-alat endoskopi, alat pemeriksaan vagina dan peralatan
terapi pernapasan. Peralatan ini dibersihkan dan dilakukan disinfeksi tingkat
tinggi sebelum digunakan.
3. Kritikal
Yaitu peralatan yang masuk ke dalam jaringan tubuh atau sistem
vaskuler/pembuluh darah misalnya instrumen bedah, kateter vena, kateter
jantung. Peralatan ini harus dibersihkan dengan benar dan disterilkan
sebelum digunakan.

C. TAHAPAN DEKONTAMINASI
1. PEMBERSIHAN
- Pembersihan awal (Pre-cleaning) : Proses yang membuat benda mati
lebih aman untuk ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan
(umpamanya menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV) dan mengurangi
tapi tidak menghilangkan jumlah mikroorganisme yang
mengkontaminasi.
- Pembersihan : Proses yang secara fisik membuang semua kotoran,
darah, atau cairan tubuh lainnya dari permukaan benda mati ataupun
membuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi
mereka yang menyentuh kulit atau menangani objek tersebut. Proses
ini adalah terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun atau
detergen dan air atau menggunakan enzim, membilas dengan air
bersih, dan mengeringkan. Jangan menggunakan pembersih yang
bersifat mengikis misalnya serat baja berlubang karena produk ini bisa
menyebabkan goresan. Goresan ini kemudian menjadi sarang
mikroorganisme yang membuat proses pembersihan menjadi lebih
sulit serta meningkatkan pembentukan karat.
Dapat dilakukan secara manual dan mengggunakan alat. Prosesnya sebagai
berikut :
a. Cuci tangan dan memakai APD
b. Lepas dan buka bagian –bagian yang bisa dilepas.
c. Cuci dengan air mengalir, bila perlu sikat permukaan, gerigi, sela-sela
dan lekukan.
d. Bilas sampai bersih.
e. Keringkan dengan lap atau udara kering.
f. Buka APD dan cuci tangan.

2. DISINFEKSI
Proses ini dibagi menjadi tiga yaitu disinfeksi tingkat tinggi (HLD),
tingkat menengah (ILD), tingkat rendah (LLD). Cara disinfeksi dapat
dilakukan dengan panas dan kimia (larutan disinfektan). Lingkungan kamar
atau permukaan benda sekitar tempat perawatan non kritis, tidak perlu
disinfeksi rutin. Namun bila sering digunakan bisa didisinfeksi untuk
mencegah berpindahnya kuman ke tangan petugas atau pasien.
a. Disinfeksi Tingkat Tinggi
Digunakan pada alat-alat yang peka terhadap panas,
menggunakan Aldehida, Hidrogen peroksida dan Asam paracetic. Dapat
memusnahkan bakteri vegetatif, virus, jamur dan bakteri. Aman dan tidak
korosif, dilakukan dalam waktu 10-45 menit, kemudian bilas dengan air
steril untuk menghilangkan residu kimia, keringkan dengan menyemprot
udara bersih.sebelum disimpan.
b. Disinfeksi Tingkat Menengah
Disinfeksi ini efektif untuk bakteri vegetatif, mikrobakteria, jamur
dan virus, tetapi tidak membunuh spora bahkan setelah kontak yang
lama.
c. Disinfeksi Tingkat Rendah
Digunakan untuk bakteri vegetatif dan peralatan semi kritikal dan
non kritikal.

3. STERILISASI
Proses ini dibagi menjadi sterilisasi dengan suhu tinggi (sterilisasi
uap/steam heat, sterilisasi panas kering/dry heat) dan suhu rendah (Ethylene
Oxide, Hidrogen Peroksidase Plasma, Liquid Paracetic Acid).
a. Sterilisasi Uap (Steam Heat)
Alat yang digunakan adalah Autoclaf, metode ini aman dan efektif,
relatif tidak mahal, non toksik. Bila suhu 121 derajat Celsius selama 30
menit, 132 derajat Celsius selama 4-10 menit. Untuk peralatan tahan
panas dan tahan uap. Metode ini yang digunakan di Rumah Sakit Medika
Stannia.
b. Sterilisasi Panas Kering (Dry Heat)
Digunakan untuk minyak, serbuk halus, kaca , gelas yang tahan
panas. Pada suhu 170 derajat Celsius selama 60 menit, 160 derajat
Celsius selama 120 menit, tidak korosif namun waktu lama.
c. Ethylene Oxide
Untuk alat yang tidak tahan panas (karet, plastik), dan tidak tahan
lembab. Tidak berbau namun mudah terbakar, bersifat korosif dan
karsinogenik, waktu lama dan mahal.
d. Hydrogen Perokside Plasma
Untuk alat-alat yang tidak tahan panas, tidak untuk lumen buntu,
lumen kecil. Tidak boleh digunakan untuk alat implan, perlu alat
pembungkus khusus dan biaya mahal. Namun waktu cepat dan suhu
rendah.
e. Fumigasi
Metode ini digunakan untuk menangani Healthcare Assosiated
Pathogen seperti resisten Methicillin S. Aureus dan C. Difficile. Gas
Klorin dioksida dipakai untuk dekontaminasi kamar /ruang. Kamar harus
ditutup dan gelap untuk mempercepat pemecahan gas. Namun Klorin
berbahaya karena bersifat korosif dan merusak alat.
f. Ozon
Metode ini baik untuk dekontaminasi permukaan di ruangan
tertutup, tidak stabil dan berpotensi merusak berbagai bahan di fasilitas
pelayanan kesehatan.
g. Filtrasi
Alat ini sensitif terhadap udara dan cairan panas, HEPA filter sering
digunakan di kamar bedah, laboratorium mikrobiologi, untuk steril obat-
obatan.

D. PRINSIP
1. Kegiatan sterilisasi harus meliputi: pembilasan, pembersihan, pengeringan,
inspeksi dan pengemasan, pemberi label, pembuatan, penyimpanan dan
distribusi.
2. Pembilasan alat-alat yang telah digunakan tidak dilakukan di ruang
perawatan.
3. Semua peralatan pakai ulang harus di bersihkan secara baik sebelum
dilakukan proses desinfeksi dan sterilisasi.
4. Pengeringan alat harus dilakukan hingga kering.
5. Setiap alat bongkar pasang harus diperiksa kelengkapannya
6. Kegiatan sterilisasi dilakukan oleh petugas yang terlatih.

E. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


1. Perawat pelaksana ruangan:
a. Menyiapkan peralatan medis untuk perawatan pasien.
b. Melakukan proses pembersihan, disinfeksi alat dan bahan.
c. Mempertahankan stock inventory yang memadai untuk perawatan pasien.
d. Mempertahankan standar yang telah ditetapkan.
e. Mendokumentasikan setiap kegiatan yang telah dilakukan.
2. Kepala Instalasi/ Kepala Ruangan
a. Memastikan kegiatan sterilisasi sesuai dengan prosedur yang telah
ditentukan.
b. Mengidentifikasi setiap kelalaian yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan
sterilisasi dan memastikan terlaksananya suatu tindakan untuk mencegah
terulangnya kembali insiden tersebut.
3 IPCN
c. Memonitoring proses sterilisasi dan melakukan pelaporan serta evaluasi.
d. Memastikan proses sterilisasi sesuai prosedur yang berlaku.
e. Memberikan penyuluhan tentang hal – hal yang berkaitan dengan
masalah sterilisasi.
4. Petugas sterilisasi
a. Melakukan proses sterilisasi sesuai SPO yang berlaku.
b. Melakukan serah terima instrumen medis dengan perawat ruangan.
c. Melakukan pengecekan instrumen medis setelah proses pembersihan dan
disinfeksi.
d. Memastikan instrument medis dalam keadaan steril.
e. Memastikan alat steril (Autoclave) dalam keadaan baik.
5. Manajemen
a. Menetapkan SDM pada unit sterilisasi dan memberikan pelatihan.
b. Menetapkan kebijakan untuk mengembangkan atau mengatasi setiap
masalah yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan kegiatan sterilisasi di
Rumah Sakit.
c. Menjamin suply bahan dan alat sterilisasi.
F. PROSEDUR DEKONTAMINASI DI PUSAT PELAYANAN STERILISASI RS.
MEDIKA STANNIA
a. Memilah dan Mengumpulkan peralatan medis setelah pemakaian/
tindakan
b. Peralatan pakai ulang dipisahkan dari limbah/ buangan di tempat
pemakaian oleh perawat setelah melakukan tindakan aseptik.
c. Benda-benda tajam dipisahkan dan di tempatkan di safety box.
d. Kain-kain pakai ulang diletakkan di tember linen kotor infeksius dan di
kembalikan ke laundry
e. Peralatan yang terkontaminasi langsung dibersihkan, dicuci dan disikat.
Apabila dibutuhkan maka dilakukan perendaman dalam air sabun atau
larutan disinfektan.
f. Peralatan yang terkontaminasi di bungkus di kantong plastik tertutup dan
tahan bocor, kantong tertutup, atau kontainer untuk menghindari
tumpahan atau penguapan dan di bawa segera mungkin setelah
digunakan ke ruangan dekontaminasi dengan karet tertutup.
g. Semua cairan yang terkontaminasi di masukkan ke kontainer yang tahan
bocor , jika tidak mungkin di buang ke toilet atau sink sebelum
membawa peralatan yang kotor.
h. Peralatan yang sudah di pakai di tutup dan di bawa dengan kereta
tertutup.
i. Alat- alat yang terkontaminasi di pisahkan secara fisik dari alat-alat yang
bersih.
j. Alat-alat yang tidak di pakai dan tidak di ruang tindakan untuk
selanjutnya di steril ulang sebelum di distribusikan kembali.
k. Petugas yang memilah, mengumpulkan dan membawa alat-alat harus
memakai alat pelindung.
G. PROSEDUR STERIL ALAT DI UNIT STERILISASI
1. Pembersihan
semua peralatan pakai ulang harus dibersihkan secara baik sebelum
dilakukan proses desinfeksi dan sterilisasi. Proses ini dilakukan di unit kerja
setelah alat medis digunakan.
Mencuci bersih adalah proses yang menghilangkan semua partikel yang
kelihatan dan hampir semua partikel yang tidak kelihatan dan menyiapkan
permukaan dari semua alat-alat agar aman untuk proses desinfeksi dan
sterilisasi.
Pembersihan alat-alat pakai ulang yang terkontaminasi dimulai sesegera
mungkin setelah dipakai.
 Langsung dibungkus dan di bawa ke ruang dekontaminasi
 Di bersihkan dari kotoran yang besar-besar di tempat pemakaian sesuai
prosedur yang berlaku dan langsung dibungkus untuk menghindari
cipratan, tumpahan, atau penguapan sampai dibawa ke ruang
dekontaminasi.
Mencuci dapat dilakukan secara manual ataupun mekanik ataupun
kombinasi keduanya. Karenanya untuk memastikan kebersihan dan tidak
merusak alat serta keamanan pekerja, alat-alat harus :
 Dibongkar jika dirakit lebih dari satu komponen dan semua sambungan
harus dibuka.
 Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 20 sampai 43 derajat
celcius selama 20 menit.
2. Pengeringan
Alat medis yang sudah dilakukan pembersihan harus dikeringkan hingga
kering dan bersih.
3. Inspeksi dan pengemasan
setiap alat bongkar pasang harus diperiksa kelengkapannya, sementara
untuk bahan linen diperhatikan densitas maksimum. Kegiatan ini dilakukan
sebelum proses sterilisasi untuk mempertahankan sterilitas ,menjaga
keamanan dan memudahkan petugas memindahkan alat dari satu tempat ke
tempat yang lain tanpa terkontaminasi.
Syarat bahan kemasan sesuai metode sterilisasi, dapat menahan
masuknya mikroorganisme, kuat dan tahan lama, mudah digunakan dan
didapat, tidak toksik. Jenis bahan kemasan terdiri dari linen, kertas (krep,
woven, perkamen), plastik dan kombinasi kertas dan plastik (pouches).
4. Memberi label
Setiap kemasan harus mempunyai label yang jelas isi dari kemasan, cara
sterilisasi, tanggal sterilisasi, dan kadaluarsa proses sterilisasi. Pada kemasan
terdapat indikator kimia untuk mengetahui suatu produk telah steril. Autoclaf
tape ditempelkan diluar kemasan.
5. Sterilisasi
Proses ini dilakukan oleh staf yang sudah diberikan pelatihan sterilisasi
dengan menggunakan autoclaf dengan indikator mekanik yang sudah
terpasang pada mesin.
6. Penyimpanan
Alat medis yang sudah disterilkan dan dikemas maka disimpan di lemari
stok penyimpanan.
7. Distribusi
Dilakukan serah terima alat medis yang sudah disterilkan dari petugas
pelayanan sterilisasi kepada perawat ruangan dengan buku serah terima.

H. ISTILAH DALAM PROSES DEKONTAMINASI


1. Aerasi adalah pemaparan kemasan yang baru di sterilkan gas etilen oksida
pada sirkulasi udara untuk menghilangkan sisa gas etilen oksida
2. Antiseptik adalah desinfektan yang digunakan untuk permukaan kulit dan
membranmukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.
3. Autoclave adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan uap bertekanan.
4. Dekontaminasi adalah proses untuk mengurangi jumlah pencemaran
mikroorganisme atau substansi lain yang berbahaya sehingga aman untuk
penanganan lebih lanjut termasuk perendaman, pencucian, desinfeksi
sampai sterilisasi.
5. Desinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistem termal
atau zat kimia.
6. Inkubator adalah alat atau mesin yang digunakan untuk dapat menghasilkan
suhu tertentu secara kontinu untuk menumbuhkan kultur bakteri.
7. Infeksi Nasokomial adalah infeksi yang diperoleh di rumah sakit dimana pada
saat masuk rumah sakit tidak ada tanda atau gejala infeksi atau tidak dalam
masa inkubasi.
8. Lumen adalah lubang panjang dan kecil seperti pada kateter, jarum suntik
maupun pembuluh darah.
9. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.
10. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk
spora melalui cara fisika atau kimia.
11. Steril adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.
12. Termokopel adalah sepasang kabel termoelektrik untuk mengukur
perbedaan suhu dan digunakan untuk mengkalibrasi suhu pada mesin
sretilisasi.
BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi proses dekontaminasi (pembersihan, disinfeksi, sterilisasi)


merupakan tanggung jawab kepala ruang tiap unit kerja yang membutuhkan
peralatan steril untuk tindakan aseptik (IGD, Poliklinik, IBS, ICU, Kamar bersalin,
Ranap). Dokumentasi berupa buku serah terima peralatan medis yang akan dan
sudah disterilkan di pusat layanan sterilisasi.
Dokumentasi akan dimonitor dan evaluasi oleh IPCN, terkait kesalahan proses
dekontaminasi peralatan medis antara lain :
1. Pembersihan yang kurang.
2. Konsentrasi larutan disinfektan yang kurang tepat.
3. Kondisi mesin, pemeliharaan rutin dan kalibrasi.
4. Penyimpanan peralatan setelah proses sterilisasi.
Hasil monitoring dan evaluasi akan dilaporkan IPCN pada tim PPI dan Komite
PPI untuk selanjutnya dilaporkan secara rutin kepada direktur.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sterilisasi adalah proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan
dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika.

B. Saran
Diharapkan kepada semua pembaca panduan ini dapat mengerti maksud isi
panduan ini. Semoga dapat dipergunakan sebagai referensi panduan sterilisasi
peralatan medis dan ruangan. Mohon saran dan kritikan yang menyempurnakan
panduan ini.

RUMAH SAKIT MEDIKASTANNIA

DIREKTUR,

dr. GUSTAMI

NIK. 20152005

Anda mungkin juga menyukai