Anda di halaman 1dari 14

PANDUAN PENGELOLAAN

LIMBAH INFEKSIUS

RUMAH SAKIT MITRA SEHAT


Desa Curah Jeru RT II RW XI Kec. Panji,
Kab. Situbondo, Jawa Timur 68323
Mobile | +62 82333282112
No. Telp/Fax | (0338) 678141
Email | rumahsakitmitrasehatsitubondo@yahoo.com
Website |http://www.rsmitrasehatsitubondo.com
PANDUAN PENGELOLAAN LIMBAH
INFEKSIUS

LEMBAR PENGESAHAN

PENGESAHAN DOKUMEN RUMAH SAKIT MITRA SEHAT


Panduan Pengelolaan Limbah Infeksius

KETERANGAN TANDA TANGAN TANGGAL

Ns. Warizal Fatah Pembuat Dokumen 2 januari 2022

Ns, Alim Alifi Authorized Person 2 januari 2022

2 januari 2022
dr. Divi Mardiana Direktur

ii
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT MITRA SEHAT
NOMOR: /Per/RSMS/II/2017

TENTANG

PANDUAN PENGELOLAAN LIMBAH INFEKSIUS


RUMAH SAKIT MITRA SEHAT

DIREKTUR RUMAH SAKIT MITRA SEHAT,


Menimban : a. Bahwa dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit
g Mitra Sehat, maka perlu dilakukan pengelolaan limbah infeksius di Rumah
Sakit.
b. Bahwa agar upaya pengelolaan limbah infeksius tersebut dapat terlaksana
dengan baik perlu adanya Panduan Pengelolaan Limbah Infeksius di
Rumah Sakit Mitra Sehat sebagai landasan dalam pelaksanaan tugas.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir 1
dan 2 perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit.
Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
2. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-undang RI No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;
4. Permenkes No. 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan
Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 270/Menkes/2007 tentang Pedoman
Manajerial PPI di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya;
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1087/Menkes/SK/VIII/2010
tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di rumah Sakit;
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya, Depkes RI, 2011;
8. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan nomor 24 tahun 2016 tentang Persyaratan
Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit;
10. Peraturan Ketua Pengurus Yayasan Mitra Sehat Situbondo Nomor
01/Per/Peng/YMSS/I/2017 tentang Peraturan Internal Rumah Sakit Mitra
Sehat;
11. Peraturan Ketua Pengurus Yayasan Mitra Sehat Situbondo Nomor
02/Per/Peng/YMSS/I/2017 tentang Penetapan Struktur Organisasi Rumah
Sakit Mitra Sehat;
12. Keputusan Ketua Pengurus Yayasan Mitra Sehat Situbondo Nomor
01/Kep/Peng/YMSS/I/2017 tentang Pengangkatan dr. Divi Mardiana
sebagai Direktur Rumah Sakit Mitra Sehat.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT TENTANG PANDUAN PENGELOLAAN
LIMBAH INFEKSIUS DI RUMAH SAKIT MITRA SEHAT.
KEDUA : Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Infeksius di Rumah Sakit Mitra Sehat wajib
dilaksanakan berdasarkan ketentuan sebagaimana Lampiran Peraturan ini.
KETIGA : Pelaksanaan kegiatan Pengelolaan Limbah Infeksius menjadi tanggung jawab
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dan berkoordinasi dengan Urusan
Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit Mitra Sehat
KEEMPAT Peraturan ini mulai berlaku sejak tang al ditetapkan dan akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan
dalam penetapan ini.

Ditetapkan di : Situbondo
Pada tanggal : 2 januari 2022

Rumah Sakit Mitra Sehat


Direktur,

dr. Divi Mardiana

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga tersusunnya Panduan Pengelolaan
Limbah Infeksius ini. Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
Rumah Sakit Mitra Sehat senantiasa meningkatkan penyelenggaraan peningkatan sarana dan
prasarana yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Panduan Pengelolaan Limbah Infeksius ini, merupakan bagian dari Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi terutama pada pasien yang menderita penyakit menular. Tersusunnya
panduan ini, merupakan salah satu upaya untuk memutus mata rantai penularan kepada
petugas, keluarga pasien maupun lingkungan Rumah Sakit.
Panduan ini, masih akan selalu diperbaharui sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan tehnologi.

Situbondo, 2 januari 2022

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................ iii


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
A. DEFINISI.................................................................................................................................................................... 1
B. TUJUAN...................................................................................................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP................................................................................................................... 3
A. PELAKSANA PANDUAN INI............................................................................................................................... 3
B. BAGIAN YANG TERKAIT..................................................................................................................................... 3
BAB III TATA LAKSANA.................................................................................................................... 4
A. PENANGANAN DAN PENAMPUNGAN LIMBAH INFEKSIUS.................................................................4
B. TATA LAKSANA PEMISAHAN LIMBAH........................................................................................................ 4
C. TATA LAKSANA PENGOLAHAN LIMBAH LABORATORIUM.................................................................6
D. EVALUASI PENGOLAHAN LIMBAH................................................................................................................ 8
E. KESELAMATAN KERJA DALAM PENGELOLAAN LIMBAH....................................................................8
BAB IV DOKUMENTASI..................................................................................................................... 9
A. TANDA /SIMBOL UNTUK LIMBAH................................................................................................................. 9

iv
Lampiran
Direktur Rumah Sakit Mitra Sehat
Nomor : /Per/RSMS/II/2022
Tanggal 2 januari 2022

BAB I PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Limbah adalah bahan-bahan buangan atau residu dari suatu kegiatan, bisa dalam bentuk
padat, cair atau gas yang sudah tidak terpakai lagi.
Limbah Klinis adalah limbah yang berasal dan Pelayanan Medis, Laboratorium, Farmasi,
Kamar Bedah dan pelayanan medis lainnya yang menggunakan bahan-bahan beracun,
infeksius, berbahaya dan membahayakan.
1. Penggolongan limbah berdasarkan potensi bahaya yang terkandung di dalamnya dapat
dibagi menjadi 5 jenis, yaitu:
a. Limbah Benda tajam
b. Limbah Infeksius
c. Limbah Jaringan tubuh
d. Limbah Bahan kimia
2. Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber, yaitu:
a. Bahan baku yang sudah kadaluwarsa,
b. Bahan habis pakai, misalnya medium perbenihan yang tidak terpakai,
c. Produk proses di dalam laboratorium, misalnya sisa spesimen,
d. Produk upaya penanganan limbah, misalnya jarum suntik sekali pakai setelah di
autoklaf.
3. Sifat limbah digolongkan menjadi:
a. Buangan bahan berbahaya dan beracun
b. Limbah infektif
c. Limbah radioaktif
d. Limbah umum
4. Bentuk limbah yang dihasilkan dapat berupa:
a. Limbah cair dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Limbah cair infeksius, misalnya sisa spesimen seperti darah, serum / plasma,
urine dan cairan tubuh lainnya.
2) Limbah cair domestik, yaitu limbah yang dihasilkan dari bekas air pembilasan
atau pencucian alat.
3) Limbah cair kimia, yaitu limbah yang dihasilkan dari menggunakan bahan-bahan
kimia, misalnya sisa-sisa reagen dan cairan pewarna.
b. Limbah padat dibagi menjadi 2,  yaitu :
1) Limbah padat infeksius:
a) Limbah benda tajam, yaitu alat atau obyek yang mempunyai sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit,
misalnya jarum suntik, pecahan dari kaca dan pisau.
b) Sisa bahan pemeriksaan, misalnya jaringan, faeces, bekuan darah dan
medium biakan.
2) Limbah padat non infeksius, misalnya sampah umum seperti kertas, tissue,
plastik kayu, pembungkus, kardus dan sebagainya.
c. Limbah gas adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan generator, sterilisasi
dengan etilen oksida atau dari thermometer yang pecah (uap air raksa).

B. TUJUAN
Mengurangi risiko pemaparan limbah terhadap kuman yang menimbulkan penyakit
(patogen) yang mungkin berada dalam limbah tersebut.

1
BAB II RUANG LINGKUP

A. PELAKSANA PANDUAN INI


1. Dokter
2. Perawat
3. Analis
4. Radiografer
5. Apoteker dan asisten apoteker

B. BAGIAN YANG TERKAIT


1. Ruang rawat pasien
2. Kamar operasi
3. Laboratorium
4. Radiologi
5. Farmasi

2
BAB III TATA LAKSANA

A. PENANGANAN DAN PENAMPUNGAN LIMBAH INFEKSIUS


Ada beberapa metode penanganan limbah cair/padat yang bersifat infeksius, yaitu
1. Metode Desinfeksi
Adalah penanganan limbah (terutama cair) dengan cara penambahan bahan-bahan
kimia yang dapat mematikan atau membuat kuman-kuman penyakit menjadi tidak aktif.
Agar pengolahan limbah menjadi efektif perlu untuk:
a. Menggunakan desinfektan yang sesuai, misalnya Chlorine,Iodophore, Alcohol,
Formaldehyde, Glutaraldehyde dan Natrium hypochioride. Yang terakhir ini
merupakan satu-satunya jenis desinfektan yang digunakan secara rutin untuk
mendesinfeksi limbah penyakit menular.
b. Menambahkan jumlah bahan kimia yang cukup, jumlah desinfektan yang diberikan
harus berlebih karena bahan-bahan protein yang terkandung dalam limbah akan
mengikat desinfektan dan mencegah bahan tersebut bereaksi dengan kuman
penyakit.
c. Memberikan waktu kontak yang cukup, gunanya adalah untuk mencapai efektifitas
pengolahan.
d. Mengawasi kondisi-kondisi lain yang diperlukan, misalnya pH yang tidak sesuai
akan meningkatkan / menghambat proses desinfeksi.
e. Temperatur, dapat meningkatkan atau menurunkan efektifitas dan kecepatan proses
pengolahan.
f. Pengadukan.
2. Metode Insinerasi (Pembakaran)
Pemusnah limbah dengan cara memasukkan ke dalam insinerator. Dalam insinerator
senyawa kimia karbon yang ada dibebaskan ke atmosfir sebagai CO2 dan H2O.
Bahan-bahan seperti mineral, logam dan bahan organik lainnya (kuman penyakit,
jaringan tubuh, hewan, darah, bahan kimia, kertas, plastik) yang tidak terbakar tersisa
dalam bentuk abu yang beratnya 10-30% dari berat aslinya (tergantung dari jenis
limbah).
Agar insinerasi berlangsung optimal, perlu 5 kondisi:
a. Diperlukan oksigen dalam jumlah yang cukup,
b. Atomisasi dan Volatilisasi, yaitu mengubah limbah menjadi partikel yang sangat
kecil dan gas,
c. Proses pengadukan dan pencampuran dalam insinerator,
d. Suhu yang cukup untuk volatilisasi,
e. Cukup waktu untuk terjadinya reaksi.
Alat insinerator yang baik adalah yang memungkinkan suhu pada ruang bakar pertama
paling sedikit 800 - 1000°C.

B. TATA LAKSANA PEMISAHAN LIMBAH


Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang adalah dengan cara
menggunakan kantong dengan kode warna yang disarankan untuk limbah klinis adalah
seperti pada tabel 1.

3
Tabel 1.Kode warna yang disarankan untuk limbah klinis.
N
WARNA KANTONG JENIS LIMBAH
O
1. Hitam Limbah rumah tangga, tidak digunakan untuk menyimpan
atau mengangkat limbah klinik.

2. Kuning Semua jenis limbah yang akan dibakar


3. Kuning dengan strip Jenis limbah yang sebaiknya dibakar, tetapi bisa juga
hitam dibuang di sanitary landfill bila dilakukan pengumpulan
terpisah dan pengaturan pembuangan.

4. Biru muda atau Limbah untuk autoclaving (pengolahan sejenis) sebelum


transparan dengan pembuangan akhir.
strip biru tua

Kebersihan pemisahan limbah tergantung kepada kesadaran, prosedur yang jelas serta
keterampilan petugas sampah/kebersihan.
Selain kode warna pada kantong plastik untuk pemisahan limbah juga terdapat kode/simbol
yang telah distandarisasi untuk 3 golongan sampah yang paling berbahaya, yaitu :

N GOLONGAN SAMPAH GAMBAR SIMBOL


O
1. Sampah Infeksius :
Kantong warna kuning dengan simbol
Biohazard yang telah dikenal secara
internasional berwarna hitam.

2. Sampah Sitotoksik :
Kantong berwarna ungu dengan simbol
sitotoksik (berbentuk cell dalam
telofase)

3. Sampah Radioaktif :
Kantong berwarna merah dengan simbol
radioaktif yang telah dikenal secara
internasional.

4
C. TATA LAKSANA PENGOLAHAN LIMBAH LABORATORIUM
1. Limbah Cair:
a. Limbah Cair Infeksius:
Sebelum dialirkan ke saluran pembuangan awal, limbah dikumpulkan terlebih
dahulu dalam wadah plastik atau kaca dan diberi desinfektan. Jenis desinfektan
yang banyak digunakan adalah natrium hipoklorit dengan kadar 0,5-10%. Karena
kekuatan desinfektan makin lama makin menurun, maka untuk keefektifan
penggunaanya harus dibuat baru setiap minggu.
Setelah didesinfeksi, limbah tersebut dialirkan ke saluran pembuangan awal yang
selanjutnya dikumpulkan dalam bak penampungan untuk diolah.
b. Limbah Cair Domestik:
Limbah ini langsung dialirkan melalui saluran pembuangan awal menuju
bak penampungan untuk diolah.
c. Limbah Cair Kimia:
Penanganannya dilakukan dengan cara mengencerkan limbah dengan air sampai
konsentrasi rendah dan selanjutnya dialirkan mengikuti saluran pembuangan awal
menuju bak penampungan untuk diolah. Semua limbah cair yang terkumpul dalam
bak penampungan dapat diolah dengan berbagai cara, antara lain :
d. FBK Bioreactor
FBK Bioreaktor menggunakan metode proses biologis. Limbah yang terkumpul
dalam bak penampungan dipompa menuju alat Bioreactor dan setelah mengalami
proses, limbah disalurkan melalui pipa buangan ke saluran umum (sungai/kali).
Proses FBK Bioreactor ialah melalui media yang berkelok-kelok berfungsi sebagai
tempat pertumbuhan bakteri aerob yang tumbuh melekat pada media, membentuk
lapisan biomassa. Aerator dan struktur media yang mengatur aliran air limbah yang
masuk ke dalam tangki Biodetox sedemikian rupa sehingga kontak antara air limbah
dengan lapisan biomassa terjadi berulang-ulang, melalui perjalanan panjang
sehingga mencapai efisiensi degradasi BOD/COD yang optimum ( maksimal kadar
BOD = 75 mg/L dan COD = 100 mg/L). Udara dimasukkan ke dalam tangki Biodetox
melalui aeration sehingga menimbulkan gelembung-gelembung udara yang
dihasilkan dari mesin kompressor.Aerator dirancang secara spesifik rnenghasilkan
efek floatasi dan sedimentasi.
Air limbah yang telah diolah dalam tangki Biodetox sudah jernih sehingga dapat
disalurkan ke saluran umum.
e. Sewage Treatment Plant (STP) :
Adalah sistem pengolahan limbah yang bertujuan mengolah limbah cair menjadi air
bersih yang dapat dibuang ke saluran umum dan tidak mencemari lingkungan.
Metode yang digunakan adalah:
1) Screen Pit
Dilengkapi dengan saringan kasar, saringan halus dan communitor. Berfungsi
untuk menyaring kotoran/sampah yang besar-besar sedangkan communitor
akan menghancurkan material yang masuk sehingga proses treatment secara
biologis dapat berfungsi dengan baik.
2) Equalizing Tank:
Berfungsi sebagai pre-treatment yang meratakan kualitas air bak.
3) Aeration tank
Dilengkapi dengan air seal difusser. Air limbah yang masuk ke dalam bak aerasi
diproses dengan cara mendifusikan udara ke dalam air limbah melalui diffuser
juga ditambahkan lumpur aktif yang dikembalikan dan bak pengendap. Setelah
melalui proses aerasi, air mengalir melalui pipa transfer ke bak pengendap
(Settling Tank).
4) Settling Tank :
Berfungsi untuk memisahkan lumpur. Lumpur akan mengendap ke bagian
bawah tangki dan disedot oleh lift pump masuk ke dalam kotak distribusi

5
lumpur yang kemudian didistribusikan menjadi 2 cabang ; yang pertama masuk
ke bak aerasi dan yang kedua masuk ke bak penampungan lumpur, sedangkan
airnya akan mengalir melalui Over Flow Weir selanjutnya masuk bak Over Flow
dan mengalami proses ( untuk mendestruksi mikroba patogen.
5) Effluent Tank :
Berfungsi untuk menampung hasil akhir pengolahan (treatment).Air dalam bak
ini dipompa ke sumpit lalu disalurkan ke saluran umum.
2. Limbah Padat :
a. Limbah Padat Infeksius:
1) Limbah benda tajam (jarum, silet, mata pisau dan lain-lain). Gunakan sarung
tangan, kemudian limbah benda tajam dikumpulkan dalam suatu wadah sesuai
syarat penampungan benda tajam yang tahan pecah dan tahan tusukan.
2) Letakkan tempat sampah tersebut dekat dengan daerah yang memerlukan
sehingga sampah-sampah yang tajam tidak perlu dibawa terlalu jauh sebelum
dibuang.
3) Cegah kecelakaan yang diakibatkan oleh jarum suntik jangan menekuk atau
mematahkan sebelum dibuang. Jarum tidak secara rutin ditutup, tetapi jika
dibutuhkan dapat diusahakan dengan metode satu tangan.
4) Letakkan tutup pada permukaan yang datar dan keras, kemudian pindahkan ke
tangan.
5) Kemudian dengan satu tangan pegang alat suntik dan gunakan jarumnya untuk
meyendok tutup tersebut.
6) Jika tutup sudah menutup jarum suntik, gunakan tangan yang lain untuk
merapatkan tutup tersebut.
7) Jika wadah untuk sampah benda tajam telah ¾ penuh, tutup atau sumbat
dengan kuat.
8) Buang wadah yang sudah ¾ penuh tersebut dengan cara menguburnya. Jarum
dan benda-benda tajam dimasukkan ke dalam insenerator dapat mencegah
kemungkinan sampah tersebut dikorek-korek dalam tempat sampah.
b. Penanganan Sampah Infeksius Padat (misalnya pembalut yang sudah digunakan dan
benda-benda lain yang telah terkontaminasi dengan darah atau materi organik
lainnya)
1) Gunakan sarung tangan tebal ketika menangani dan membawa sampah tersebut.
2) Buang sampah padat tersebut ke dalam waadah yang dapat dicuci dan tidak
korosif (plastik atau metal yang berlapis seng) dengan tutup yang rapat.
3) Kumpulkan tempat sampah tersebut ditempat yang sama dan bawa sampah-
sampah yang dapat dibakar ke tempat pembakaran/ insenerator. Jika tempat
pembakaran tidak tersedia maka bisa dilakukan penguburan saja.
4) Melakukan pembakaran atau penguburan harus segera dilakukan sebelum
tersebar ke lingkungan sekitar. Pembakaran dalam insenerator adalah metode
terbaik untuk membunuh mikroorganisme.
5) Cuci tangan setelah menangani sampah tersebut dan dekontaminasi serta cuci
sarung tangan yang tadi dipakai saat membersihkan sampah tersebut
c. Limbah sisa bahan pemeriksaan
Dikumpulkan dalam kantong plastik kuning bersimbol biohazard dan disterilkan
dalam autoclave suhu 121°C selama 15 menit.Selanjutnya kantong plastik tersebut
dilapisi dengan kantong plastik kuning, diikat kuat lalu diangkut untuk dibakar di
incinerator.
3. Limbah Gas:
Limbah gas harus dibersihkan melalui penyaringan (filter) sebelum dibuang ke udara.
Filter harus diperiksa secara teratur, jika rusak atau tingkat radiasinya mendekati batas
yang telah ditentukan, filter harus diganti. Untuk mencegah terlepasnya zat radioaktif
dari filter, maka filter harus dibungkus dengan plastik polietilen.

6
D. EVALUASI PENGOLAHAN LIMBAH
Air hasil pengolahan limbah dapat diketahui kualitasnya dengan menggunakan indikator
biologi seperti pengadaan kolam ikan atau penyiraman taman. Selain itu hasil pengolahan
limbah cair juga perlu diperiksa ke instansi pemerintah yaitu Bapedal setiap 3 bulan sekali
dan di laboratorium sendiri setiap 1 bulan sekali.

E. KESELAMATAN KERJA DALAM PENGELOLAAN LIMBAH


Para petugas yang menangani limbah selain mempunyai risiko terkena penyakit juga
mempunyai resiko mendapatkan kecelakaan. Luka karena benda tajam adalah penyebab
kecelakaan terbesar di kalangan petugas pelayanan kesehatan dan petugas yang menangani
limbah, karena adanya resiko ganda berupa luka dan tertular penyakit.Oleh karena itu
diwajibkan bagi petugas pengantar/pengelola limbah untuk menggunakan pelindung diri,
seperti sarung tangan karet dan plastik pengaman untuk mencuci alat laboratorium dan
kamar operasi serta ruang rawat.

Tabel 2. Prosedur Kerja Pengurangan Risiko


N PROSEDUR PENGURANGAN RESIKO
O
1. Kelompokkan limbah untuk mengetahui Tentukan golongan-golongan limbah
jenis yang perlu pengelolaan dan sesuai kriteria yang berlaku
penanganan khusus
2. Pisahkan limbah yang memerlukan Pindahkan limbah yang memerlukan
penanganan khusus (yang infeksius dan penanganan khusus. Pisahkan limbah itu
radioaktif) dari limbah lainnya. dari tempat limbah umum
3. Gunakan kontainer yang berbeda untuk Upayakan agar limbah khusus dapat
limbah-limbah khusus dikenal dengan mudah
4. Berhati-hati waktu mengangkat dan Jaga kemungkinan terjadinya salah urat
memindahkan kontainer limbah pada punggung dan bagia tubuh lainnya
5. Gunakan kereta yang baik untuk Jaga agar kontainer limbah tidak jatuh
mengumpulkan dan memindahkan dari kereta dengan begitu akan
kontainer limbah mengurangi terjadinya luka dan
terpapar.
6. Gunakan kereta yang bongkar-muatnya Kurangi kecelakaan dari kereta hingga
mudah, mudah digerakkan, direm dan dengan begitu mengurangi kejadian luka
diarahkan serta mudah dibersihkan dan paparan
7. Semua kontainer limbah harus ditutup Kurangi terjadinya paparan
rapat (bila memungkinkan) sebelum
dipindahkan
8. Limbah gas dibuang kewadah yang telah Kurangi penanganan limbah dan
ditentukan (tidak lagi dilakukan kemungkinan terjadinya paparan
penyortiran)
9. Gunakan alat pelindung perorang yang Adakan perlindungan terhadap paparan
memadai, seperti sarung tangan, masker,
kaca mata, celemek pada waktu
menangani limbah khusus
10. Usahakan agar semua kegiatan hanya Kurangi risiko ekpose pada orang-orang
dilakukan oleh orang yang cukup yang memakai alat dengan cara yang
terlatih. keliru

7
BAB IV DOKUMENTASI

A. TANDA /SIMBOL UNTUK LIMBAH

Rumah Sakit Mitra Sehat


Direktur,

dr. Divi Mardiana

Anda mungkin juga menyukai