Anda di halaman 1dari 74

PEDOMAN PELAYANAN

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


RS. PEKANBARU MEDICAL CENTER

RUMAH SAKIT PEKANBARU MEDICAL CENTER


2022
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................. i

SK DIREKTUR RS PMC TENTANG PEDOMAN PELAYANAN


PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) RUMAH SAKIT
PEKANBARU MEDICAL CENTER …............................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................. 1

1.2. TUJUAN PEDOMAN ............................................................................. 1

1.3. RUANG LINGKUP PELAYANAN ....................................................... 2

1.4. BATASAN OPERASIONAL .................................................................. 2

1.5. LANDASAN HUKUM ............................................................................ 3

BAB II. STANDAR KETENAGAAN ................................................................. 5

2.1. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA ........................................ 5

2.2. DISTRIBUSI KETENAGAAN ................................................................. 5

BAB III. STANDAR FASILITAS .......................................................................... 6

3.1. DENAH RUANG ........................................................................................... 6

3.2. STANDAR FASILITAS ................................................................................ 6

BAB IV. TATA LAKSANA PELAYANAN ...................................................... 7

BAB V. LOGISTIK .............................................................................................. 62

BAB VI. KESELAMATAN PASIEN ................................................................. 63

BAB VII. KESELAMATAN KERJA .................................................................. 67

BAB VIII. PENGENDALIAN MUTU ................................................................. 68

BAB IX. PENUTUP .............................................................................................. 7

i
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT PEKANBARU MEDICAL CENTER
NOMOR : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
RUMAH SAKIT PEKANBARU MEDICAL CENTER

Menimbang : a. Bahwa Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit (PPIRS)


sangat penting karena merupakan gambaran mutu pelayanan rumah
sakit.

b. Bahwa untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit dan


fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pembinaan, pendidikan, pelatihan, pengawasan, serta
monitoring dan evaluasi.
c. Bahwa sebagaimana huruf (a) dan (b) diatas, untuk memberikan acuan
dalam pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi, perlu ditetapkan
Pedoman Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit
2. Undang- Undang Nomor 36tahun 2009 tentang Kesehatan.

3. Undang- Undang Nomor 29 tahun 20004 tentang Praktik Kedokteran

4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


986/Menkes/Per/XI/1992 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.

5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 27 tahun 2017 tentang


Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan

6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan


7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1333/MENKES/SK/XIi/1999 tentang Standar Pelayanan Minimal

8. Peraturan Pemerintah Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/ 2011 tentang


Keselamatan Pasien Rumah Sakit

9. Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 1991 tentang Penanggulangan


wabah Penyakit Menular

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN

PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT


PEKANBARU MEDICAL CENTER
Kesatu : Keputusan Direktur tentang Pedoman Pelayanan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.

Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Pekanbaru

Pada Tanggal : 03 februari 2022

RS.PEKANBARU MEDICAL CENTER

dr. Fanny Annisa Abriani

Direktur
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi sangat penting untuk dilaksanakan di
Rumah Sakit sebagai tempat pelayanan kesehatan, disamping sebagai tolak ukur mutu pelayanan
juga untuk melindungi pasien, petugas Rumah Sakit, pengunjung dan keluarga pasien dari resiko
tertularnya infeksi karena dirawat, bertugas atau berkunjung di Rumah Sakit.
Rumah Sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang saat ini makin berkembang
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, di lain pihak rumah sakit
dihadapi tantangan yang semakin besar. Rumah Sakit dituntut agar dapat memberikan pelayan
kesehatan yang bermutu, akuntabel dan transparan kepada masyarakat, khususnya bagi jaminan
keselamatan pasien.
Untuk hal tersebut Rumah Sakit perlu meningkatkan pelayanan khususnya dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi. Bukan saja untuk para petugas tetapi juga pasien, keluarga
pasien dan lingkungan Rumah Sakit.
Dengan demikian pelayanan kesehatan di Rumah Sakit akan menjadi lebih profesional,
akuntabel dan transparan menuju pelayanan kesehatan yang prima. Dan diharapkan dapat
mengenal cara penularan infeksi yang ditemui petugas sehingga petugas dapt mencegah dan
mengendalikan infeksi dengan baik.

1.2. Tujuan Pedoman


Adapun tujuan dari Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit
adalah :
1. Dapat digunakan dalam rangka meningkatkan layanan Rumah Sakit, meliputi kualitas
pelayanan, manajemen resiko, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Menjadi pedoman dalam pelayanan Pencegahan dan Pengendalian di Rumah Sakit agar
sesuai dengan prosedur dengan sumber daya terbatas dapat menerapkannya sehingga dapat
melindungi tenaga kesehatan dan masyarakat dari penularan penyakit yang mungkin timbul.

1
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

1.3. Ruang Lingkup Pelayanan


Pedoman ini memberi panduan bagi petugas di Rumah Sakit dan fasilitas lainnya dalam
melaksanakan pencegahan dan pengendalian infeksi pada pelayanan terhadap semua pasien,
pengunjung, petugas dan keluarga pasien.

1.4. Batasan Operasional


1. Beberapa Batasan / Definisi
a) Kolonisasi : merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi,
dimana organisme tersebut hidup, tumbuh dan berkembang biak, tetapi tanpa disertai
adanya respon imun atau gejala klinik. Pada kolonisasi, tubuh pejamu tidak dalam
keadaan suseptibel. Pasien atau petugas kesehatan bisa mengalami kolonisasi dengan
kuman patogen tanpa menderita sakit, tetapi dapat menularkan kuman tersebut ke orang
lain. Pasien atau petugas kesehatan tersebut dapat bertindak sebagai “Carrier”.
b) Infeksi : merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme), dimana terdapat respon imun, tetapi tidak disertai gejala klinik.
c) Penyakit infeksi : merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen infeksi
(organisme) yang disertai adanya respon imun dan gejala klinik
d) Penyakit menular atau infeksius : adalah penyakit (infeksi) tertentu yang dapat
berpindah dari satu orang ke orang lain, baik secara langsung maupun tidak langsung.
e) Inflamasi (radang atau perdangan lokal) : merupakan bentuk respon tubuh terhadap
suatu agen (tidak hanya infeksi, dapat berupa trauma, pembedahan atau luka bakar),yang
ditandai dengan adanya sakit/nyeri (dolor), panas (calor), kemerahan
(rubor),pembengkakan (tumor) dan gangguan fungsi.
f) Sepsis : gangguan fungsi organ akibat respon tubuh terhadap infeksi yang
mengancam jiwa.
g) Healthcare-associated infections” (HAIs) : Infeksi yang terjadi pada pasien selama
perawatan di rumah sakit atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya , dimana pada saat
masuk tidak ada infeksi atau tidak masa inkubasi , termasuk infeksi didapat di rumah sakit
tapi muncul setelah pulang, juga infeksi pada petugas karena pekerjaannya.

2. Rantai Penularan
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu
mengetahui rantai penularan. Apabila satu mata rantai dihilangkan atau dirusak, maka
infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Komponen yang diperlukan sehingga terjadi
penularan tersebut adalah:

2
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

a) Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan


infeksi. Pada manusia, agen infeksi dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur dan
parasit. Ada tiga faktor pada agen penyebab yang mempengaruhi terjadinya infeksi yaitu :
patogenitas, virulensi dan jumlah (dosis, atau “load”).
b) Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak
dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umum adalah manusia, binatang,
tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada orang sehat,
permukaan kulit, selaput lendir saluran napas atas, usus dan vagina merupakan reservoir
yang umum.
c) Pintu keluar (portal of exit) adalah jalan dimana agen infeksi meninggalkan
reservoir. Pintu keluar meliputi saluran pernapasan, pencernaan, saluran kemih dan
kelamin, kulit dan membrana mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain.
d) Metode Transmisi/ Cara penularan adalah metode transport mikroorganisme dari
wadah/ reservoir ke pejamu yang rentan. Ada beberapa metode penularan yaitu : 1. kontak
: langsung dan tidak langsung, 2. droplet , 3. airborne ,4. melalui vehikulum (makanan,
air/ minuman, darah), 5. Vektor (biasanya serangga dan binatang pengerat.
e) Pintu masuk ( portal of entry) adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang
rentan dapat melalui saluran nafas, saluran cerna, saluran kemih dan kelamin atau melalui
kulit yang tidak utuh.
f) Susceptible host (pejamu rentan) adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun
sehingga tidak mampu melawan agen infeksi . faktor yang dapat mempengaruhi
kekebalan adalh umur, status gizi, status imunisasi, penyakit kronis, luka bakar yang luas,
trauma paska pembedahan dan pengobatan dengan immunosupresan.

1.5. Landasan Hukum


1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan Konsumen (Lembaran
Negara Nomor 42 Tahun 1999)
3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara
Nomor 4431 Tahun 2004)
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988
tentang Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 986/Menkes/Per/XI/1992
tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

3
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999


tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan

4
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Kualifikasi Jumlah
Dokter Umum (Ketua ) 1 orang
IPCN/ Sekretaris 1 orang
Anggota Tim PPI
- IPCD 5 orang
- IPCLN 10 orang
- IPCL 11 orang

2.2 Distribusi Ketenagaan

Rumah Sakit memiliki 1 IPCN dengan perbandingan 1 : 100 tempat tidur. Dengan susunan
anggota Tim PPI yaitu :
Ketua Tim PPI : 1 orang
IPCD : 5 orang
IPCN : 1 orang
IPCLN : 10 orang
IPCL : 11

5
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

BAB III

STANDAR FASILITAS

3.1. Denah Ruang


Ruangan kantor Tim PPI terletak di lantai 2, satu ruangan dengan Komite PMKP

Gudang Ruang tunggu Komite Medis Tim PPI Komite


keluarga pasien PMKP

3.2. Standar Fasilitas

Daftar Inventaris Peralatan di Tim PPI


No. Nama alat
1 Lemari kayu
2 Meja Kerja
3 Komputer
4 Printer
5 Kursi
6 Meja Panjang
7 Meja Printer
8 Meja Kaca
9 Kursi kayu

BAB IV
6
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

TATALAKSANA PELAYANAN

4.1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas pejamu,
agen infeksi (patogenitas, virulensi dan dosis) serta cara penularan. Identifikasi faktor risiko
pada pejamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi insiden terjadinya
infeksi (HAIs), baik pada pasien ataupun pada petugas kesehatan.

4.2. Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari :


1. Peningkatan daya tahan pejamu.
Daya tahan pejamu dapat meningkat dengan pemberian imunisasi aktif (contoh
vaksinasi Hepatitis B), atau pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi
kesehatan secara umum termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan
tubuh.
2. Inaktivasi agen penyebab infeksi.
Inaktivasi agen infeksi dapat dilakukan dengan metode fisik maupun kimiawi.
Contoh metode fisik adalah pemanasan (Pasteurisasi atau Sterilisasi) dan memasak
makanan seperlunya. Metode kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi
3. Memutus rantai penularan.
Hal ini merupakan cara yang paling mudah untuk mencegah penularan penyakit
infeksi, tetapi hasilnya sangat bergantung kepada ketaatan petugas dalam melaksanakan
prosedur yang telah ditetapkan. Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu
“Isolation Precautions” (Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri dari dua pilar/tingkatan yaitu
“Standard Precautions” (Kewaspadaan standar) dan “Transmissionbased Precautions”
(Kewaspadaan berdasarkan cara penularan). Prinsip dan komponen apa saja dari
kewaspadaan standar akan dibahas pada bab berikutnya.
4. Tindakan pencegahan paska pajanan (“Post Exposure Prophylaxis” / PEP) terhadap
petugas kesehatan.
Hal ini terutama berkaitan dengan pencegahan agen infeksi yang ditularkan
melalui darah dan cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas
pakai atau pajanan lainnya. Penyakit yang perlu mendapat perhatian adalah hepatitis B,
Hepatitis C dan HIV. Untuk lebih jelasnya akan dibahas pada bab selanjutnya.

7
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

4.3. Kewaspadaan standar untuk pelayanan semua pasien.


1. Kebersihan tangan/Hand hygiene
 Hindari menyentuh permukaan di sekitar pasien , agar tangan terhindar
kontaminasi patogen dari dan ke permukaan (kategori I B)
 Bila tangan tampak kotor, mengandung bahan berprotein, cairan tubuh, cuci
tangan dengan sabun biasa/ antimikroba dan bilas dengan air mengalir (kategori I
A)
 Bila tangan tidak tampak kotor, dekontaminasi dengan handrub berbasis alkohol (
kategori I B)

Indikasi kebersihan tangan dilaksanakan pada waktu:


Segera
- Saat tiba di Rumah Sakit
Sebelum
- Kontak langsung dengan pasien
- Memakai sarung tangan untuk melakukan prosedur klinis dan invasif
- Menyiapkan obat
- Menyiapkan , membawa, menghidangkan atau menikmati makanan
- Memberikan makan pasien
- Meninggalkan tempat kerja
Antara
- Prosedur-prosedur tertentu untuk pasien yang sama yang dapat membuat tangan
kotor, untuk menghindari kontaminasi silang bagian-baguian tubuh
Setelah
- Kontak dengan pasien
- Membuka sarung tangan
- Membuka Alat Pelindung Diri (APD) lainnya
- Kontak dengan darah, cairan tubuh, sekret, ekskresi, eksudat luka dan benda-benda
yang terkontaminasi
- Kontak dengan benda/ permukaan yang diketahui atau diduga terkontaminasi oleh
darah , cairan tubuh atau ekskresi (misalnya pispot, wadah urine, pembalut luka)
apakah sarung tangan digunakan atau tidak.
- Aktivitas pribadi seperti menggunakan toilet, menggososk hidung atau membuang
ingus.

8
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

 Melakukan Kebersihan tangan menurut WHO (lima momen):


1. Sebelum kontak dengan pasien (kategori I B)
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik
3. Setelah kontak darah dan cairan tubuh
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
 Kriteria memilih antiseptik:
- Memiliki efek yang luas , menghambat atau merusak mikroorganisme secara
luas (gram positif dan gram negatif, virus lipofilik, bacillus dan tuberkulosis,
fungiserta endospora)
- Efektivitas
- Kecepatan efektivitas awal
- Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam pertumbuhan
- Tidak menyebabkan iritasi kulit
- Tidak menyebabkan alergi
Hasil yang ingin dicapai dalam kebersihan tangan adalah mencegah agar tidak
terjadi infeksi, kolonisasi pada pasien dan mencegah kontaminasi dari pasien ke
lingkungan termasuk lingkungan kerja petugas.

Gambar 1. Lima momen kebersihan tangan

9
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

Cara Melakukan Kebersihan Tangan


A. Hand Wash (teknik mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir)
Teknik mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir harus dilakukan seperti cara
dibawah ini:
- Buka kran dan basahi tangan dengan air mengalir
- Tuangkan sabun cair sekitar 3-5 cc
- Lakukan gerakan 6 langkah mencuci tangan, seperti dibawah ini:
 Ratakan sabun dengan kedua telapak tangan
 Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya
 Gosok kedua telapak dan sela-sela jari
 Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
 Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya
 Gosok dengan memutar ujung-ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan
sebaliknya
- Bilas kedua tangan dengan air mengalir
- Keringkan dengan handuk sekali pakai atau tissue towel sampai benar-benar kering
- Gunakan handuk sekali pakai atau tissue towel untuk menutup kran
- Setiap gerakan sebaiknya dilakukan selama 4-6 kali, dan seluruh prosedur dilakukan
selama 40-60 detik.
Catatan :
- Hindari penggunaan air hangat , karena penggunaan air hangat yang berulang kali
dapat meningkatkan resiko dermatitis.
- Penggunaan handuk pengering tangan berulang kali yang ditempatkan tergantung
pada standar handuk tidak dibenarkan. Sebaiknya gunakan handuk bersih ukuran
kecil-kecil sekali pakai, lalu masukkan ke kotak linen kotor untuk didaur ulang.

10
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

Gambar 2. Teknik mencuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air mengalir

B. Handrub Antiseptik (Teknik mencuci tangan dengan cairan berbasis alkohol)


Penggunaan handrub antiseptik untuk tangan yang bersih lebih efektif membunuh
flora residen dan flora transien daripada mencuci tangan dengan sabun antiseptik atau

11
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

sabun biasa dengan air mengalir. Antiseptik ini cepat dan mudah digunakan serta
menghasilkan penurunan jumlah flora tangan awal yang lebih besar.

Teknik mencuci tangan dengan handrub antiseptik:


- Tuangkan cairan handrub 2-5 cc berbasis alkohol ke telapak tangan
- Lakukan gerakan 6 langkah mencuci tangan
 Ratakan handrub dengan kedua telapak tangan
 Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya
 Gosok kedua telapak dan sela-sela jari
 Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci
 Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya
 Gosok dengan memutar ujung-ujung jari-jari di telapak tangan kiri dan
sebaliknya
- Biarkan tangan mengering
- Setiap gerakan dilakukan sebanyak 4 kali. Lamanya seluruh prosedur 20-30 detik.
Setelah melakukan handrub 5 kali, atau bila tangan sudah tidak nyaman, lakukan
mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Handrub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, sehingga jika
tangan sangat kotor atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh , harus mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir terlebih dahulu

12
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

Gambar 3. Teknik mencuci tangan 6 langkah dengan Hand rub


Karena mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak pada keadaan lembab dan air yang
tidak mengalir, maka:

1. Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu, sebelum melakukan pengisian ulang.
2. Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih ada isinya, penambahan
ini dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada sabun yang dimasukkan.
3. Jangan menggunakan baskom yang berisi air . meskipun memakai tambahan antiseptik
(seperti Dettol dan Savlon), miroorganisme dapat bertahan dan berkembang biak dalam
larutan ini.

13
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

4. Jika air mengalir tidak tersedia, gunakan wadah air dengan kran atau menggunakan ember
dan gayung, tampung air yang telah digunakan dalam sebuah ember dan buanglah di toilet.

Jika tidak ada handuk kertas, keringkan tangan dengan handuk bersih sekali pakai . Handuk yang
digunakan bersama dapat dengan cepat terkontaminasi.

Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Menjaga Kebersihan Tangan


1. Jari Tangan
Penelitian membuktikan bahwa daerah dibawah kuku mengandung jumlah mikroba tertinggi
(McGinley, Larson, dan Leydon ,1988). Beberapa penelitian baru-baru ini telah
memperlihatkan kuku yang panjang dapat berperan sebagai reservoar untuk bakteri gram
negatif (P. Aeruginosa), jamur dan patogen lain (Hedderwick et al ,2000). Kuku panjang
baik yang alami atau buatan, lebih mudah melubangi sarung tangan (Olsen et al, 1993). Oleh
karena itu, kuku harus dijaga agar tetap pendek, tidak lebih dari 3 mm melebihi ujung jari.
2. Kuku Buatan
Kuku buatan yang dipakai oleh petugas kesehatan dapat berperan dalam infeksi nosokomial
(Hedderwick et al, 2000). Selain itu, telah terbukti bahwa kuku buatan, sebagai reservoar
untuk bakteri gram negatif, sehingga pemakaiannya oleh petugas kesehatan harus dilarang.
3. Cat Kuku
Penggunaan cat kuku saat bertugas tidak diperkenankan.
4. Perhiasan
Penggunaan perhiasan (cincin, gelang, jam tangan ) saat bertugas tidak diperkenankan

2. Alat Pelindung Diri (APD)


o Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam APD, sebagai berikut:
a. APD adalah pakaian khusus atau peralatan yang dipakai petugas untuk melindungi
diri dari bahaya fisik, kimia, biologi/ bahan infeksius.
b. APD terdiri dari sarung tangan, masker/ respirator partikulat, pelindung mata
(google), pelindung wajah, kap penutup kepala, gaun pelindung/apron, sandal/
sepatu tertutup.
c. Tujuan pemakaian APD adalah melindungi kulit dan membran mukosa dari resiko
pajanan darah, cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh, dan selaput
lendir dari pasien ke petugas dan sebaliknya.
d. Indikasi penggunaan APD adalah jika melakukan tindakan yang memungkinkan
tubuh atau membran mukosa terkena atau terpercik darah atau cairan tubuh atau
kemungkinan pasien terkontaminasi dari petugas.
e. Melepas APD segera dilakukan jika tindakan sudah selesai dilakukan.
14
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

f. Tidak dibenarkan menggantung masker di leher , memakai sarung tangan sambil


menulis dan menyentuh permukaan lingkungan.

o Jenis- jenis APD:


1. Sarung tangan
Terdapat tiga jenis sarung tangan, yaitu:
 Sarung tangan bedah (steril) dipakai sewaktu melakukan tindakan invasif atau
pembedahan.
 Sarung tangan pemeriksaan (bersih), dipakai untuk melindungi petugas pemberi
pelayanan kesehtatan sewaktu melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin.
 Sarung tangan rumah tangga, dipakai sewaktu memproses peralatan, menangani
bahan-bahan terkontaminasi dan sewaktu membersihkan permukaan yang
terkontaminasi.
Tiga saat petugas perlu memakai sarung tangan:
1. Perlu untuk menciptakan barrier protektif dan cegah kontaminasi yang berat.
Disinfeksi tangan tidak cukup untuk memblok transmisi kontak bila kontaminasi
berat, misalnya menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi, mukus
membran , kulit yang tidak utuh.
2. Dipakai untuk menghindari transmisi mikroba di tangan petugas kepada pasien
saat melakukan tindakan terhadap kulit pasien yang tidak utuh atau mukus
membran.
3. Mencegah tangan petugas terkontaminasi mikroba dari pasien transmisi kepada
pasien lain. Perlu kepatuhan petugas untuk pemakaian sarung tangan sesuai
standar. Memakai sarung tangan tidak mengantikan perlunya mencuci tangan,
karena sarung tangan dapat berlubang walaupun kecil, tidak nampak selama
melepasnya sehingga terkontaminasi.
- Pakai sesuai ukuran tangan dan jenis tindakan (kategori I B)
- Pakai sarung tangan sekali pakai apabila merawat pasien langsung (kategori I B)
- Pakai sarung tangan sekali pakai atau pakai ulang untuk membersihkan lingkungan
(kategori I B)
- Lepaskan sarung tangan segera setelah selesai, sebelum menyentuh benda dan
permukaan yang tidak terkontaminasi, atau sebelum beralih ke pasien lain
(kategori I B)
- Gantilah sarung tangan bila tangan berpindah dari area tubuh terkontaminasi ke
area bersih (kategori I B)
15
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

- Cuci tangan segera setelah melepas sarung tangan.

2. Masker
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa mulut dari cipratan
darah dan cairan tubuh dari pasien atau permukaan lingkungan udara yang kotor dan
melindungi pasien atau permukaan lingkungan udara dari petugas saat batuk atau
bersin. Masker bedah dapat dipakai secara umum untuk petugas RS untuk mencegah
transmisi melalui partikel besar dari droplet saat kontak erat (<1 meter) dari pasien
saat batuk/ bersin. Terdapat tiga jenis masker, yaitu:
 Masker bedah, untuk tindakan bedah atau mencegah penularan melalui droplet
 Masker respiratorik, untuk mencegah penularan melalui airborne
 Masker rumah tangga, digumakan di bagian gizi atau dapur
Cara memakai masker:
- Memegang pada bagian tali ( dikaitkan pada telinga jika menggunakan kaitan
tali karet atau simpulkan tali di belakang kepala jika menggunakan tali lepas)
- Eratkan tali kedua pada bagian tengah kepala atau leher
- Tekan klip tipis fleksibel (jika ada) sesuai lekuk tulang hidung dengan kedua
ujung jari tengah atau telunjuk
- Membetulkan agar masker melekat erat pada wajah dan dibawah dagu dengan
baik
- Periksa ulang untuk memastikan bahwa masker telah melekat dengan benar.
Pemakaian respirator parikulat
Respirator partikulat untuk pelayanan kesehatan N95 atau FFP2, merupakan masker
khusus dengan efisiensi tinggi untuk melindungi seseorang dari parikel berukuran < 5
mikron yang dibawa melalui udara. Masker ini membuat pernafasan pemakai menjadi
lebih berat. Sebelum memakai masker ini, petugas kesehatan perlu melakukan fit test.
Hal –hal yang perlu dioerhatikan saat melakukan fit test yaitu:
 Ukuran respirator perlu disesuaikan dengan ukuran wajah
 Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat adanya cacat atau
lapisan yang tidak utuh. Jika cacat atau terdapat lapisan yang tidak utuh, maka tidak
dapat digunakan dan perlu diganti.
 Memastikan tali masker tersambung dan menempel dengan baik di semua titik
sambungan.
 Memastikan klip hidung yang terbuat dari logam dapat disesuaikan dengan bentuk
hidung petugas.
16
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

Kewaspadaan: beberapa masker mengandung komponen lateks dan tidak bisa


digunakan oleh individu yang alergi terhadap lateks. Petugas harus diberi cukup
waktu untuk menggunakan dan mengepaskan masker dengan baik sebelum bertemu
dengan pasien.

3. Gaun Pelindung (apron)


- Gaun pelindung digunakan untuk melindungi baju petugas dari kemungkinan
paparan atau percikan darah atau cairan tubuh, sekresi, ekskresi, atau
melindungi pasien dari paparan pakaian petugas pada tindakan steril.
- Jenis- jenis gaun pelindung:
 Gaun pelindung tidak kedap air
 Gaun pelindung kedap air
 Gaun steril
 Gaun non steril
Indikasi penggunaan gaun pelindung:
Tindakan atau penanganan alat yang memungkinkan pencemaran atau
kontaminasi pada pakaian petugas, seperti:
- Membersihkan luka
- Tindakan drainase
- Menuangkan cairan terkontaminasi kedalam lubang pembuangan /
WC/Toilet
- Menangani pasien perdarahan masif
- Tindakan bedah
- Perawatan gigi
- Segera ganti gaun atau pakaian kerja jika terkontaminasi cairan tubuh pasien.
- Lepaskan gaun segera dan cucilah tangan untuk mencegah transmisi mikroba
ke pasien lain ataupun ke lingkungan. Kenakan saat merawat pasien infeksi
yang secara epidemiologik penting, lepaskan saat atau keluar ruang pasien.
- Jangan memakai gaun pakai ulang walaupun untuk pasien yang sama
- Bukan indikasi pemakaian rutin masuk ke ruang resiko tinggi seperti ICU,
NICU.

17
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

Cara memakai gaun pelindung:


Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut , lengan hingga bagian
pergelangan tangan dan selubungkan ke belakang punggung. Ikat di bagian
belakang leher dan pinggang.
4. Google dan perisai wajah
Harus terpasang dengan baik dan benar agar dapat melindungi wajah dan mata dari
percikan darah, cairan tubuh, sekresi dan ekskresi.
Indikasi: pada saat tindakan operasi, pertolongan persalinan, tindakan perawatan
gigi dan mulut, pencampuran B3 cair, pemulasaran jenazah, penanganan linen
terkontaminasi di laundry, di ruang dekontaminasi CSSD.
5. Sepatu pelindung
Tujuan pemakaian sepatu pelindung adalah melindungi kaki petugas dari
tumpahan/ percikan darah atau cairan tubuh lainnya dan mencegah dari
kemungkinan tusukan benda tajam atau kejatuhan alat kesehatan, sepatu tidak
boleh berlubang agar berfungsi optimal.
Indikasi pemakaian sepatu pelindung:
- Penanganan pemulasaran jenazah
- Penanganan limbah
- Tindakan operasi
- Pertolongan dan tindakan persalinan
- Penanganan linen
- Pencucian peralatan di ruang gizi
- Ruang dekontaminasi CSSD
6. Topi pelindung
Tujuan pemakaian topi pelindung adalah untuk mencegah jatuhnya
mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas terhadap alat-alat /
daerah steril aatau membran mukosa pasien dan juga sebaliknya untuk melindungi
kepala / rambut petugas dari percikan darah atau cairan tubuh dari pasien.
Indikasi pemakaian topi pelindung:
- Tindakan operasi
- Pertolongan dan tindakan persalinan
- Tindakan insersi CVL
- Intubasi trachea
- Penghisapan lendir massiv
- Pembersihan peralatan kesehatan

18
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan pada pemakaian APD:


1. Kenakan APDsebelum kontak dengan pasien, umumnya sebelum memasuki ruangan
2. Gunakan APD dengan hati-hati , jangan menyebarkan kontaminasi
3. Lepas dan buang secara hati-hati ke tempat limbah infeksius yang telah disediakan di
ruang ganti khusus. Lepas masker di luar ruangan.
4. Segera lakukan kebersihan tangan dengan langkah-langkah kebersihan tangan.

Langkah- langkah mengenakan APD pada Perawatan Ruang Isolasi Kontak dan
Airborne adalah sebagai berikut:
1. Kenakan baju kerja sebagai lapisan pertama pakaian pelindung
2. Kenakan pelindung kaki
3. Kenakan sepasang sarung tangan pertama
4. Kenakan gaun luar
5. Kenakan celemek plastik
6. Kenakan sepasang sarung tangan kedua
7. Kenakan penutup kepala
8. Kenakan pelindung mata

Prinsip- prinsip PPI yang perlu diperhatikan pada pemakaian APD:


1. Gaun pelindung
- Tutup badan sepenuhnya dari leher hingga lutut , lengan hingga bagian
pergelangan tangan dan selubungkan ke belakang punggung
- Ikat di bagian belakang leher dan pinggang
2. Masker
- Eratkan tali atau karet elastis pada bagian tengah kepala dan leher
- Paskan klip hidung dari logam fleksibel pada batang hidung
- Paskan dengan erat pada wajah dan dibawah dagu sehingga melekat dengan baik
- Periksa ulang pengepasan masker
3. Kacamata atau pelindung wajah
Pasang pada mata dan wajah dan sesuaikan agar pas
4. Sarung tangan
Tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan gaun isolasi

19
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

o Pelepasan APD
Langkah-langkah melepaskan APD adalah sebagai berikut:
 Lepaskan sepasang sarung tangan
 Lakukan kebersihan tangan
 Lepaskan apron
 Lepaskan perisai wajah dan google
 Lepaskan gaun bagian luar
 Lepaskan penutup kepala
 Lepaskan masker
 Lepaskan pelindung kaki
 Lakukan kebersihan tangan

1. Melepas sarung tangan


- Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah terkontaminasi
- Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya, kemudian
lepaskan
- Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakantangan yang
masih memakai sarung tangan
- Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah sarung
tangan yang belum dilepas di pergelangan tangan
- Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama
- Buang sarung tangan di tempat limbah infeksius
2. Melepas google atau perisai wajah
- Ingatlah bahwa bagian luar google atau peisai wajah telah terkontaminasi
- Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang google
- Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk di proses ulang atau dalam
tempat limbah infeksius.
3. Melepas gaun pelindung
- Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah
terkontaminasi
- Lepas tali pengikat gaun
- Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung saja
- Balik gaun pelindung
- Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah
disediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat limbah infeksius
20
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

4. Melepas masker
- Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi, JANGAN SENTUH
- Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali/ karet bagian atas
- Buang ke tempat limbah infeksius
Penetapan Area Pemakaian APD
No. Area Jenis APD
1 ICU  Penutup kepala/ topi
 Masker
 Google
 Baju
 Apron kedap air
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan bersih
 Sepatu pelindung
2 VK/ Ruang Bersalin  Penutup kepala/ topi
 Masker
 Google
 Baju
 Apron kedap air
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan bersih
 Sepatu pelindung
 Sepatu boot
3 Kamar Operasi  Penutup Kepala/topi
 Masker
 Google
 Baju bersih
 Baju steril
 Apron kedap air
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan bersih
 Sepatu pelindung
 Sepatu boot

21
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

4 IGD  Penutup kepala/topi


 Masker
 Google
 Baju
 Apron kedap air
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan bersih
 Sepatu pelindung
 Sepatu boot
5 Hemodialisa  Topi/ penutup kepala
 Baju
 Masker
 Google
 Apron kedap air
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan bersih
 Sepatu pelindung
 Sepatu boot
6 Ruang perawatan  Topi/ penutup kepala
 Masker
 Google
 Baju
 Apron kedap air
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan bersih
 Sepatu pelindung
7 Poliklinik  Masker
 Baju
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan bersih
 Sepatu pelindung
8 Laboratorium  Topi/ penutup kepala
 Masker

22
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

 Google
 Jas laboratorium
 Apron kedap air
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan bersih
 Sepatu pelindung
 Sepatu boot
9 Radiologi  Penutup kepala
 Masker
 Google
 Apron kedap air
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan bersih
 Sepatu pelindung
 Sepatu boot
10 Fisioterapi  Masker
 Sarung tangan bersih
11 CSSD  Topi/ penutup kepala
 Masker
 Google
 Apron kedap air
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan bersih
 Sarung tangan rumah tangga
 Sepatu pelindung
 Sepatu boot
12 Laundry  Topi/ penutup kepala
 Masker
 Google
 Apron kedap air
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan bersih
 Sarung tangan rumah tangga

23
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

 Sepatu pelindung
 Sepatu boot
13 Kamar jenazah  Topi/penutup kepala
 Masker
 Google
 Apron kedap air
 Sarung tangan rumah tangga
 Sarung tangan bersih
 Sepatu pelindung
 Sepatu boot
14 Perinatologi  Topi/ penutup kepala
 Masker
 Google
 Baju
 Apron kedap air
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan bersih
 Sepatu pelindung
15 Ruang Isolasi  Topi/ penutup kepala
 Masker N 95
 Masker
 Google
 Apron kedap air
 Sarung tangan steril
 Sarung tangan bersih
 Sepatu pelindung
 Sepatu boot
16 Sanitasi di ruang perawatan  Topi/ penutup kepala

 Masker
 Google
 Apron kedap air
 Sarung tangan rumah tangga
 Sarung tangan bersih

24
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

 Sepatu boot

3. Peralatan perawatan pasien


Pada tahun 1968, Spaulding mengusulkan tiga kategori resiko berpotensi infeksi
untuk menjadi dasar pemilihan praktik atau proses pencegahan yang akan digunakan
seperti sterilisasi peralatan medis, sarung tangan dan perkakas lainnya sewaktu merawat
pasien. Kategori Spaulding adalah sebagai berikut:
a. Kritikal
Bahan dan praktik ini berkaitan dengan jaringan steril atau sistem darah sehingga
merupakan resiko infeksi tingkat tertinggi. Kegagalan manajemen sterilisasi dapat
mengakibatkan infeksi yang serius dan fatal.
b. Semi kritikal
Bahan dan praktik ini berkaitan dengan mukosa dan area kecil di kulit yang lecet.
c. Non kritikal
Pengelolaan peralatan / bahan dan praktik yang berhubungan dengan kulit utuh yang
merupakan resiko terendah.
Dalam dekontaminasi peralatan perawatan pasien dilakukan penatalaksanaan
peralatan bekas pakai perawatan pasien yang terkontaminasi darah atau cairan tubuh
(pre cleaning, cleaning, disinfeksi dan sterilisasi) sesuai standar prosedur operasional
sebagai berikut:
a. Rendam peralatan bekas pakai dalam air dan detergen atau enzyme lalu
dibersihkan dengan menggunakan spons sebelum dilakukan disinfeksi tingkat
tinggi (DTT) atau sterilisasi.
b. Tangani peralatan pasien yang terkena darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi
dengan benar sehingga kulit dan mukus membran terlindungi, cegah baju
terkontaminasi, cegah transfer mikroba ke pasien lain dan lingkungan. Pastikan
peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius telah dibersihkan dan tidak
dipakai untuk pasien lain. Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dihancurkan
melalui cara yang benar dan peralatan pakai ulang diproses dengan benar (kategori
I B).
c. Untuk alat bekas pakai yang akan dibuang , setelah dibersihkan dengan
menggunakan spons, di DTT dengan klorin 0,5% selama 10 menit.
d. Peralatan non kritikal yang terkontaminasi , dapat di disinfeksi menggunakan
alkohol 70%. Peralatan semi kritikal di disinfeksi atau disterilisasi, sedangkan
peralatan kritikal harus didisinfeksi dan disterilisasi (kategori I B)

25
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

e. Untuk peralatan yang besar seperti USG, dan X-Ray dapat didekontaminasi
permukaannya setelah digunakan di ruangan isolasi.
f. Bersihkan dan disinfeksi yang benar, peralatan terapi pernafasan terutama setelah
dipakai pasien infeksi saluran pernafasan, dapat dipakai Na. Hipoklorit 0,05%.
g. Peralatan makan pasien dibersihkan dengan air panas dan detergen (kategori I B)
h. Alat makan dicuci dalam alat pencuci otomatis atau manual dengan detergen tiap
setelah selesai makan. Benda dispossable dibuang ke tempat sampah.
Alur dekontaminasi peralatan perawatan pasien:
1. Pembersihan awal (pre cleaning) : proses yang membuat benda mati lebih aman
untuk ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan dan mengurangi, tetapi tidak
menghilangkan jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi.
2. Pembersihan : proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah atau
cairan tubuh lainnya dari permukaan benda mati ataupun membuang sejumlah
mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau
menangani objek tersebut. Proses ini adalah terdiri dari: mencuci sepenuhnya
dengan sabun atau detergen dan air atau menggunakan enzim, membilas dengan
air bersih dan mengeringkan.jangan menggunakan pembersih yang bersifat
mengikis.
3. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): proses menghilangkan semua mikroorganisme,
kecuali beberapa endospora bakterial dari objek, dengan merebus, menguapkan
atau memakai disinfektan kimiawi
4. Sterilisasi: proses menghilangkan semua mikroorganisme termasuk endospora
menggunakan uap tekanan tinggi (autoklaf), panas kering (oven), sterilisasi
kimiawi, atau radiasi.
a. Sterilisator uap tekanan tinggi (autoklaf)
Metode sterilisasi yang efektif , tetapi juga paling sulit untuk dilakukan secara
benar. Pada umumnya sterilisasi ini adalah metode pilihan untuk mensterilkan
instrumen dan alat-alat lain yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan
kesehatan. Metode sterilisasi ini yang digunakan di RS. PMC
b. Sterilisator panas kering (oven)
Baik untuk iklim yang lembab tetapi membutuhkan aliran listrik yang terus
menerus, menyebabkan alat ini kurang praktis pada area terpencil atau
pedesaan. Selain sterilisasi panas kering yang membutuhkan suhu lebih tingi
hanya dapat digunakan untuk benda-benda dari gelas atau logam-logam
karena akan melelehkan bahan lainnya.

26
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

4. Pengendalian lingkungan
 Pengendalian lingkungan di fasilitas pelayanan kesehatan, antara lain berupa upaya
perbaikan kualitas udara, kualitas air dan permukaan lingkungan serta desain dan
konstruksi bangunan, dilakukan untuk mencegah transmisi mikroorganisme kepada
pasien, petugas dan pengunjung.
a. Kualitas udara
Tidak dianjurkan melakukan fogging dan sinar ultraviolet untuk kebersihan
udara, kecuali dry mist dengan H2O2 dan penggunaan sinar UV untuk terminal
dekontaminasi ruangna pasien dengan infeksi yang ditransmisikan melalui
airborne. Diperlukan pembatasan junmlah personil di ruangan dan ventilasi
yang memadai. Tidak direkomendasikan melakukan kultur permukaan
lingkungan secara rutin kecuali bila ada outbreak atau renovasi / pembangunan
gedung baru.
b. Kualitas air
Seluruh persyaratan kualitas air bersih harus dipenuhi baik menyangkut bau,
rasa, warna dan susunan kimianya termasuk debitnya sesuai ketentuan
peraturan perundangan mengenai syarat-syarat dabn pengawasan kualitas air
minum .
c. Permukaan lingkungan
Seluruh permukaan lingkungan datar, bebas debu, bebas sampah, bebas
serangga dan binatang pengganggu, dan harus dibersihkan secara terus
menerus.tidak dianjurkan menggunakan karpet di ruang perawatan dan
menempatkan bunga segar , tanaman pot, bunga plastik di ruang perawatan.
Pembersihan permukaan dapat dipakai klorin 0,05% atau H2O2 0,5-1,4%, bila
ada cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%.
 Pastikan bahwa rumah sakit membuat dan melaksanakan prosedur rutin untuk
pembersihan , disinfeksi permukaan lingkungan , tempat tidur, peralatan di samping
tempat tidur dan pinggirannya, permukaan yang sering tersentuh dan pastikan
kegiatan ini di monitor (kategori I B)
 RS harus mempunyai disinfektan standar untuk menghalau patogen dan
menurunkannya secara signifikan di permukaan terkontaminasi sehingga memutuskan
rantai penularan penyakit. Disinfeksi adalah membunuh secara fisika dan kimiawi
mikroorganisme tidak termasuk spora.
27
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

 Pembersihan harus mengawali disinfeksi. Benda dan permukaan tidak dapat


didisinfeksi, sebelum dibersihkan dari bahan organik (ekskresi, sekresi pasien,
kotoran.
 Pembersihan ditujukan untuk mencegah aerosolisasi, menurunkan pencemaran
lingkungan. Ikuti aturan pakai pabrik cairan disinfektan, waktu kontak dan cara
pengencerannya.
 Untuk mencegah aerosolisasi kuman patogen penyebab infeksi pada saluran nafas,
hindari penggunaan sapu ijuk dan yang sejenis, tapi gunakan cara basah (kain basah)
dan mop (untuk pembersihan kering/lantai), bila dimungkinkan mop terbuat dari
microfiber. Mop untuk ruang isolasi, harus digunakan tersendiri, tidak digunakan lagi
untuk ruangan lainnya.
 Larutan disinfektan yang biasa dipakai di Rumah Sakit adalah Natrium Hipoklorit
0,05%-0,5% (pemutih). Bila adacairan tubuh, alkohol digunakan untuk area sempit,
larutan peroksida (H2O2) 0,5-1,4% untuk ruang rawat dan 2% untuk permukaan
kamar operasi, sedangkan 5-35% (dry mist) untuk udara.
 Pembersihan area sekitar pasien:
- Pembersihan permukaan sekitar pasien harus dilakukan secara rutin setiap hari,
termasuk setiap kali pasien pulang/ keluar dari fasyankes (terminal dekontaminasi)
- Pembersihan juga perlu dilaksanakan terhadap barang yang sering tersentuh
tangan.
- Bongkaran pada ruang rawat dilakukan setiap satu bulan atau sesuai dengan
kondisi hunian ruangan.
d. Desain dan konstruksi bangunan
Desain harus mencerminkan kaidah PPI yang mengacu pada pedoman PPI secara
efektif dan tepat guna. Desain dari faktor berikut dapat mempengaruhi penularan
infeksi yaitu:
1. Desain jumlah petugas kesehatan
 Perencanaan kebutuhan jumlah petugas kesehatan disesuaikan dengan
jumlah pasien
 Pertimbangan faktor kelelahan bisa berakibat kelalaian
 Tingkat kesulitan pelayanan terhadap pasien berdasarkan tingkat resiko jenis
penyakit
2. Desain ruang rawat
 Tersedia ruang rawat satu pasien untuk isolasi pasien infeksius dan pasien
dengan imunitas rendah
28
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

 Jarak antara tempat tidur adalah ≥ 1 meter . bila memungkinkan 1,8 meter
 Tiap kamar tersedia Alcohol Based Hand Rub (ABHR) disarankan untuk
ruang rawat intensif tersedia ABHR di setiap tempat tidur
3. Luas ruangan yang tersedia
 Ruang rawat pasien disarankan mempunyai luas lantai bersih antara 12-16
m2 per tempat tidur
 Ruang rawat intensif dengan modul kamar individual/ kamar isolasi luas
lantainya 16-20 m2 per kamar
4. Persyaratan teknis komponen lantai, dinding dan langit-langit:
 Konstruksi dasar lantai harus kuat di atas tanah yang sudah stabil,
permukaan lantai harus kuat dan kokoh terhadap beban. Permukaan lantai
terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap air , mudah dibersihkan, tidak
licin, permukaan rata, tidak bergelombang dan tidak menimbulkan genangan
air.
 Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak mudah berjamur.
Lapisan penutup dinding harus bersifat tidak berpori sehingga dinding tidak
menyimpan debu.
 Langit- langit, harus mudah dibersihkan , tahan terhadap segala cuaca, tahan
terhadap air, tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien ,
serta tidak berjamur. Memiliki lapisan penutup yang bersifat tidak berpori
sehingga tidak menyimpan debu.

5. Jumlah, jenis pemeriksaan dan prosedur


 Kebutuhan ketersediaan alat medis dan APD berdasarkan jenis penyakit
yang ditangani
 Lokasi penyimpanan peralatan medis dan APD di masing-masin unit
pelayanan harus mudah dijangkau, tempat penyimpanannya harus bersih
dan steril terutama peralatan medis harus steril.
6. Air, listrik dan sanitasi
Air dan listrik di RS harus tersedia terus menerus selama 24 jam. Air
minum harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh pemerintah, jadi
harus diperiksa secara teratur dan rutin setiap sebulan sekali. Toilet dan
wastafel harus dibersihkan setiap hari.
7. Ventilasi dan kualitas udara

29
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

Semua lingkungan perawatan pasien diupayakan seminimal mungkin


kandungan partikel debu, kuman dan spora dengan menjaga kelembaban
dan pertukaran udara. Ruang perawatan biasa minimal 6x pergantian udara
per jam, ruang isolasi minimala 12x per jam dan ruang kamar operasi
minimal 20x per jam. Perawatan pasien TB paru menggunakan ventilasi
natural dengan kombinasi ventilasi mekanik sesuai anjuran dari WHO.
Yang direkomendasikan adalah ventilasi campuran:
 Usahakan agar udara luar segar dapat masuk ke semua ruangan
 Dalam ventilasi campuran, ventilasi alami perlu diusahakan semaksimal
mungkin
 Penambahan dan penempatan kipas angin untuk meningkatkan laju
pertukaran udara harus memperhatikan arah aliran udara yang
dihasilkan
 Mengoptimalkan aliran udara
 Menyalakan kipas angin selama masih ada orang-orang di ruangan
tersebut (menyalakan kipas angin bila ruangan digunakan)
Pembersihan dan perawatan
 Gunakan lap lembab untuk membersihkan debu dan kotoran dari kipas
angin
 Perlu ditunjuk staf yang ditugaskan dan bertanggung jawab terhadap
kondisi kipas yang masih baik, bersih dan lain-lain
 Periksa ventilasi alamiah secara teratur (minimal sekali dalam sebulan/
dirasakan ventilasi sudah kurang baik
 Catat setiap waktu pembersihan yang dilakukan dan simpan dengan baik
 Pengelolaan alat medik bersih dengan yang kotor harus terpisah. Persiapan
pemasangan infus dan suntikan dilakukan di ruang bersih dan terpisah dari
ruang prosedur kotor. Harus tersedia ruang sterilisasi alat medik. Semua alat
steril harus disimpan di lemari/ wadah tertutup dan bebas debu dan kuman.
Alat disposable tidak boleh diproses/dicuci, tetapi langsung dibuang di
tempat sampah sesuai jenis limbahnya, baik yang infeksius maupun yang
non infeksius.
 Pengelolaan makanan
a. Pengelolaan makanan pasien harus dilakukan oleh tenaga terlatih. Semua
permukaan di dapur harus mudah dibersihkan dan tidak mudah
menimbulkan jamur.
30
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

b. Tempat penyimpanan bahan makanan kering harus memenuhi syarat


penyimpanan bahan makanan, yaitu bahan makanan tidak menempel ke
lantai, dinding maupun ke atap.
c. Makanan hangat harus dirancang agar bisa segera dikonsumsi oasien
sebelum menjadi dingin. Makanan dirancang higienis hingga siap
dikonsumsi oleh pasien.

5. Pengelolaan Limbah
a. Tujuan pengelolaan limbah, yaitu:
 Melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat sekitar serta
fasilitas pelayanan kesehatan dari penyebaran infeksi dan cidera.
 Membuang bahan-bahan berbahaya (sitotoksik, radioaktif,gas, limbah
infeksius,limbah kimiawi dan farmasi) dengan aman.
b. Proses pengelolaan limbah
1. Identifikasi jenis limbah
Secara umum limbah medis dibagi menjadi padat, cair dan gas. Sedangkan
kategori limbah medis padat terdiri dari benda tajam, limbah infeksius, limbah
patologi, limbah sitotoksik, limbah tabung bertekanan, limbah genotoksik, limbah
farmasi, limbah dengan kandungan logam berat,limbah kimia dan limbah
radioaktif.
2. Pemisahan limbah
Pemisahan limbah dimulai dari awal limbah dihasilkan dengan memisahkan
limbah sesuai dengan jenisnya. Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya, antara
lain:
 Limbah infeksius: limbah yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh
dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna kuning.
Contoh : sampel laboratorium , limbah patologis , diapers dianggap limbah
infeksius bila bekas pakai pasien dengan infeksi saluran cerna, menstruasi dan
pasien dengan infeksi yang ditransmisikan lewat darah atau cairan tubuh
lainnya.
 Limbah non infeksius: limbah yang tidak terkontaminasi darah dan cairan
tubuh dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam.
Contoh : sampah rumah tangga, sisa makanan, sampah kantor
 Limbah benda tajam: limbah yang memiliki permukaan tajam, dimasukkan ke
dalam wadah tahan tusuk dan air.
31
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

Contoh: jarum, spuit, ujung infus, benda yang berpermukaan tajam


 Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan / pojok limbah cair
(spoelhoek).
3. Wadah tempat penampungan sementara limbah infeksius di ruangan:
 Harus tertutup
 Mudah dibuka dengan menggunakan pedal kaki
 Bersih dan dicuci setiap hari
 Terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat
 Jarak antar wadaj limbah 10-20 meter, diletakkan di ruang tindakan dan
tidak boleh di bawah tempat tidur pasien.
 Ikat kantong plastik limbah jika sudah terisi ¾ penuh
4. Pengangkutan
 Pengangkutan limbah harus menggunakan trolli khusus yang kuat, tertutup
dan mudah dibersihkan, tidak boleh tercecer, petugas menggunakan APD
ketika mengangkut limbah.
 Lift pengangkut limbah berbeda dengan lift pasien, bila tidak
memungkinkan atur waktu pengangkutan limbah.
5. Tempat penampungan limbah sementara
 Tempat penampungan limbah sementara (TPS) harus di area terbuka,
terjangkau oleh kendaraan , aman dan selalu dijaga kebersihannya dan
kondisi kering.
 Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat
 Beri label pada kantong plastik limbah
 Setiap hari limbah diangkut dari TPS minimal 2x sehari
 Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus
 Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup, limbah tidak boleh
ada yang tercecer
 Gunakan APD ketika menangani limbah
6. Pengelolaan limbah
 Limbah infeksius dimusnahkan dengan insinerator.
 Limbah non infeksius dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA).
 Limbah benda tajam dimusnahkan dengan insinerator.
 Limbah cair dibuang ke spoelhoek
 Limbah feses, urine, darah dibuang ke spoelhoek

32
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

7. Penanganan limbah benda tajam/ pecahan kaca


 Jangan menekuk/ mematahkan benda tajam
 Jangan meletakkan limbah benda tajam di sembarang tempat.
 Segera buang limbah benda tajam ke wadah yang tersedia, tahan tusuk ,
tahan air dan tidak bisa dibuka lagi.
 Selalu dibuang sendiri oleh si pemakai.
 Tidak menyarungkan kembali jarum suntik habis pakai (recapping)
 Wadah benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan.
8. Pembuangan benda tajam
 Wadah benda tajam merupakan limbah medis dan harus dimasukkan ke
dalam kantong medis sebelum insinerasi.
 Idealnya semua benda tajam dapat diinsinerasi, tetapi bila tidak mungkin
dapat dikubur dan dikapurisasi bersama limbah lain.

6. Penatalaksanaan linen
a. Linen terbagi menjadi linen kotor dan linen terkontaminasi. Linen terkontaminasi
adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh lainnya, termasuk juga benda
tajam.
b. Petugas yang menangani linen harus mengunakan APD (sarung tangan rumah
tangga, apron, masker dan sepatu tertutup).
c. Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen terkontaminasi cairan tubuh,
pemisahahn dilakukan sejak dari lokasi penggunaannya oleh perawat atau petugas.
d. Minimalkan penanganan linen kotor untuk mencegah kontaminasi ke udara dan
petugas yang menangani linen tersebut. Semua linen kotor segera dibungkus /
dimasukkan ke dalam kantong kuning di lokasi penggunaannya tidak boleh disortir
atau dicuci di lokasi dimana linen dipakai.
e. Linen yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya harus
dibungkus , dimasukkan kantong kuning dan diangkut secara hati-hati agar tidak
terjadi kebocoran.
f. Buang terlebih dahulu kotoran seperti feces ke spoelhoek atau toilet dan segera
tempatkan linen terkontaminasi kedalam kantong kuning/ infeksius. Pengangkutan
dengan troli yang terpisah.
g. Pastikan alur linen kotor dan linen terkontaminasi sampai di laundry terpisah
dengan linen yang sudah bersih.

33
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

h. Cuci dan keringkan linen di ruang laundry. Linen terkontaminasi seyogyanya


langsung masuk ke dalam mesin cuci yang segera diberi disinfektan.
i. Untuk menghilangkan cairan tubuh yang infeksius pada linen dilakukan melalui 2
tahap yaitu menggunakan detergen dan selanjutnya dengan natrium hipoklorit
(klorin) 0,5%. Apabila dilakukan perendaman maka harus diletakkan di wadah
tertutup agar tidak menyebabkan toksik bagi petugas.

7. Perlindungan Kesehatan Petugas


a. Lakukan pemeriksaan kesehatan berkala terhadap semua petugas baik tenaga
kesehatan maupun tenaga non kesehatan.rumah sakit harus mempunyai kebijakan
untuk penatalaksanaan akibat tusukan jarum atau benda tajam bekas pakai pasien,
yang berisikan antara lain siapa yang harus dihubungi saat terjadi kecelakaan dan
pemeriksaan serta konsultasi yang dibutuhkan oleh petugas yang bersangkutan.
b. Petugas harus selalu waspada dan hati-hati dalam bekerja untuk mencegah
terjadinya trauma saat menangani jarum, scalpel dan alat tajam lain yang dipakai
setelah prosedur, saat membersihkan instrumen dan saat membuang jarum.
c. Jangan melakukan penutupan kembali (recapping) jarum yang telah dipakai,
memanipulasi dengan tangan, menekuk, mematahkan atau melepas jarum dari
spuit. Buang jarum, spuit, scalpel, pisau dan peralatan tajam habis pakai lainnya ke
dalam wadah khusus yang tahan tusukan/ tidak tembus sebelum dimasukkan ke
dalam insinerator.
d. Jangan mengarahkan bagian tajam jarum ke bagian tubuh selain akan menyuntik.
e. Apabila terjadi kecelakaan kerja berupa perlukaan seperti tertusuk jarum suntik
bekas pasien atau terpercika bahan infeksius maka perlu pengelolaan yang cermat
dan tepat serta efektif untuk mencegah semaksimal mungkin terjadinya infeksi
yang tidak diinginkan.
f. Tatalaksana pajanan:
 Bila tertusuk jarum, segera bilas dengan air mengalir dan sabun/ cairan
antiseptik sampai bersih
 Bila darah/ cairan tubuh mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan,
cuci dengan sabun dan air mengalir.
 Bila darah/ cairan tubuh mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur dengan
air beberapa kali.
 Bila terpercik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir (irigasi) dengan
posisi kepala miring ke arah mata yang terpercik.
34
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

 Bila darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan dengan air.
 Bagian tubuh yang tertusuk, tidak boleh ditekan dan dihisap dengan mulut.
Tatalaksana pajanan bahan infeksius di tempat kerja:
Langkah 1: Cuci
a. Tindakan darurat pada bagian yang terpajan tersebut di atas
b. Setiap pajanan dicatat dan dilaporkan kepada yang berwenang yaitu atasan
langsung dan Tim PPI dan K3 RS. Laporan tersebut sangat penting untuk
menentukan langkah berikutnya. Memulai PPP sebaiknya secepatnya kurang dari
4 jam dan tidak lebih dari 72 jam, setelah 72 jam tidak dianjurkan karena tidak
efektif.
Langkah 2: Telaah Pajanan
a. Pajanan
Pajanan yang memiliki resiko penularan infeksi adalah:
- Perlukaan kulit
- Pajanan pada selaput mukosa
- Pajanan melalui kulit yang luka
b. Bahan pajanan
Bahan yang memberikan resiko penularan infeksi adalah:
- Darah
- Cairan bercampur darah yang kasat mata
- Cairan yang potensial terinfeksi
- Virus yang terkonsentrasi
c. Status infeksi
Tentukan status infeksi sumber pajanan (bila belum diketahui) dilakukan
pemeriksaan:
- Hbs Ag untuk Hepatitis B
- Anti HCV untuk Hepatitis C
- Anti HIV untuk HIV
- Untuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan adanya faktor resiko
yang tinggi atas ketiga infeksi di atas.
d. Kerentanan
Tentukan kerentanan orang yang terpajan dengan cara:
- Status serologi terhadap HBV, bila pernah
- Pernahkah mendapat vaksinasi Hepatitis B

35
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

8. Penempatan pasien
a. Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius.
b. Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien
(droplet, airborne, kontak) sebaiknya ruangan tersendiri.
c. Bila tidak tersedia ruangan tersendiri, dibolehkan dirawat bersama pasien lain
yang jenis infeksinya sama dengan menerapkan sistem kohorting. Jarak antara
tempat tidur minimal 1 meter. Untuk menentukan pasien yang dapat disatukan
dalam satu ruangan, dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Tim PPI.
d. Semua ruangan terkait kohorting harus diberi tanda kewaspadaan berdasarkan
jenis transmisinya.
e. Pasien yang tidak dapa menjaga kebersihan diri atau lingkungannya, seyogyanya
dipisahkan tersendiri.
f. Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui udara (airborne) agar
dibatasi di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan untuk menghindari terjadinya
transmis penyakit yang tidak perlu kepada yang lain.
g. Pasien HIV tidak diperkenankan rawat bersama dengan pasien TB dalam satu
ruangan, tetapi pasien TB-HIV dapat dirawat dengan sesama pasien TB.

Pertimbangan pada saat penempatan pasien:


 Kamar terpisah bila dimungkinkan kontaminasi luas terhadap lingkungan,
misal luka lebar dengan cairan keluar, diare, perdarahan tidak terkontrol
 Kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai transmisi melalui udara ke
kontak , misal: luka dengan infeksi kuman gram positif
 Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang keluar dengan exhaust
fan ke area tidak ada orang lalu lalang misal TBC
 Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai transmisi airborne luas,
misal varicella.
 Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan (anak,
gangguan mental)
Transpor pasien infeksius
 Dibatasi, bila perlu saja.
 Bila mikroba pasien virulen, 3 hal perlu diperhatikan:
1. Pasien diberi APD (masker, gaun)
2. Petugas di area tujuan harus diingatkan akan kedatanga pasien tersebut
melaksanakan kewaspadaan yang sesuai
36
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

3. Pasien diberi informasi untuk dilibatkan kewaspadaannya agar tidak terjadi


transmisi kepada orang lain

Pemindahan pasien yang dirawat di ruang isolasi


Batasi pergerakan dan transporatsi pasien dari ruangan isolasi hanya untuk
keperluan penting. Lakukan hanya jika diperlukan dan beritahu tempat yang akan
menerima sesegera mungkin sebelum pasien tiba. Jika perlu dipindahkan dari
ruangan/ area isolasi dalam rumah sakit, pasien harus dipakaikan masker dan gaun.
Semua petugas yang terlibat dalam transportasi pasien harus menggunakan APD yang
sesuai. Semua permukaan yang kontak dengan pasien harus dibersihkan. Jika pasien
dipindahkan menggunakan ambulance, maka sesudahnya ambulance tersebut harus
dibersihkan dengan desinfektan seperti alkohol 70% atau chlorin0,5%.

Keluarga Pendamping Pasien di Rumah Sakit


Perlu edukas ioleh petugas agar menjaga kebersihan tangan dan menjalankan
kewaspadaan isolasi untuk mencegah penyebaran infeksi kepada mereka sendiri
ataupun kepada pasien lain. Kewaspadaan yang dijalankan seperti yang dijalankan
oleh petugas kecuali pemakaian sarung tangan.

Pemulangan Pasien
 Upaya pencegahan infeksi harus tetap dilakukan sampai batas waktu masa
penularan
 Bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir, pasien yang dicurigai terkena
penyakit menular melalui udara/ airborne harus diisolasi di dalam rumah
selama pasien tersebut mengalami gejala sampai batas waktu masa penularan
atau sampai diagnosis alternatif dibuat atau hasil uji diagnosa menunjukkan
bahwa pasien tidak terinfeksi dengan penyakit tersebut. Keluarga harus
diajarkan cara menjaga kebersihan diri, pencegahan dan pengendalian infeksi
serta perlindungan diri.
 Sebelum pemulangan pasien , pasien dan keluarganya harus diajarkan tentang
tindakan pencegahan yang perlu dilakukan, sesuai dengan cara penularan
penyakit menular yang diderita pasien.
 Pembersihan dan desinfeksi ruangan yang benar perlu dilakukan setelah
pemulangan pasien.

37
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

Pemulasaran Jenazah
 Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan standar ketika menangani
pasien yang meninggal akibat penyakit menular
 APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika pasien
tersebut meninggal dalam masa penularan
 Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang tidak
mudah tembus sebelum dipindahkan ke kamar jenazah
 Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar kantong
jenazah
 Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah meninggal dunia
 Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, dijinkan untuk melakukannya
sebelum jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah dengan menggunakan
APD
 Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang penanganan
khusus bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit menular.
 Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet
 Jika akan diotopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika diizinkan oleh
keluarga dan Direktur Rumah Sakit
 Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi
 Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus
 Jenazah sebaiknya tidak lebih dari empat jam disemayamkan di pemulasaran
jenazah.

9. Hygiene respirasi / Etika batuk


- Edukasi petugas akan pentingnya pengendalian sekresi respirasi untuk mencegah
transmisi patogen dalam droplet dan fomite terutama selama musim/ KLB virus
respiratorik di masyarakat (kategori I B)
- Diterapkan untuk semua orang terutama pada kasus infeksi dengan jenis transmisi
airborne dan droplet.
- Petugas, pasien dan pengunjung dengan gejala infeksi saluran nafas, harus
melaksanakan dan mematuhi langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan atau lengan atas
bagian dalam baju anda.
b. Tisu dibuang ke tempat sampah infeksius dan kemudian mencuci tangan.

38
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

10. Praktik menyuntik yang aman


a. Pakai spuit dan jarum suntik steril sekali pakai untuk setiap suntikan, berlaku juga
pada penggunaan vial multidose untuk mencegah timbulnya kontaminasi mikroba
saat obat dipakai pada pasien lain.
b. Jangan lupa membuang spuit dan jarum suntik bekas pakai ke tempatnya dengan
benar.
c. Hati-hati dengan pemakaian obat untuk perina dan anestesi karena berpotensi
menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB).
d. Rekomendasi penyuntikan yang aman :
 Menerapkan teknik aseptik untuk mencegah kontaminasi alat-alat injeksi
(kategori 1 A)
 Tidak menggunakan semprit yang sama untuk penyuntikan lebih dari satu
pasien walaupun jarum suntiknya diganti (kategori 1 A)
 Semua alat suntik yang dipergunakan harus satu kali pakai untuk satu pasien
dan satu prosedur (kategori 1 A)
 Gunakan cairan pelarut hanya untuk satu kali (kategori 1 A)
 Gunakan single dose untuk obat injeksi (bila memungkinkan). (kategori 1 B)
 Tidak memberikan obat-obat single dose kepada lebih dari satu pasien atau
mencampur obat-obat sisa dari vial/ ampul untuk pemberian berikutnya
(kategori 1 A)
 Bila harus menggunakan obat-obat multidose, harus seuai dengan
rekomendasi dari pabrik yang membuat (kategori 1 A)
 Simpan obat-obat multidose sesuai dengan rekomendasi dari pabrik yang
membuat (kategori 1 A)
 Tidak menggunakan cairan pelarut untuk lebih dari satu pasien (kategori 1 B)

11. Praktik lumbal punksi yang aman


a. Semua petugas harus menggunakan masker bedah , gaun bersih, sarung tangan
steril saat akan melakukan tindakan lumbal punksi, anestesi spinal, epidural,
pasang kateter vena sentral.
b. Penggunaan masker bedah pada petugas dibutuhkan agar tidak terjadi droplet flora
orofaring yang dapat menimbulkan meningitis bakterial.

39
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

Peraturan untuk Kewaspadaan Isolasi


Harus dihindarkan transfer mikroba patogen antar pasien dan petugas saat perawatan pasien
rawat inap. Perlu dijalankan hal berikut:
1. Kewaspadaan terhadap darah dan cairan tubuh , ekskresi dan sekresi dari seluruh pasien
untuk meminimalisir resiko transmisi infeksi
2. Dekontaminasi tangan sebelum kontak di antara pasien
3. Lakukan kebersihan tangan setelah menyentuh bahan infeksius (darah dan cairan tubuh)
4. Gunakan teknik tanpa menyentuh bila memungkinkan untuk menghindari menyentuh
bahan infeksius
5. Pakai sarung tangan saat harus atau mungkin kontak dengan darah dan cairan tubuh serta
barang yang terkontaminasi. Disinfeksi tangan segera setelah melepas sarung tangan .
ganti sarung tangan antara pasien.
6. Penanganan limbah feces , urine dan sekresi pasien yang lain dalam lubang pembuangan
yang disediakan, bersihkan dan disinfeksi pispot, urinal dan kontainer pasien yang lain.
7. Tangani bahan infeksius sesuai prosedur
8. Pastikan peralatan , barang fasilitas dan linen infeksius pasientelah dibersihkan dan
didisinfeksi dengan benar antar pasien.

4.4. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi


Jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi sebagai berikut:
1. Kewaspadaan transmisi melalui kontak
Kewaspadaan ini bertujuan untuk menurunkan resiko timbulnya HAIs, terutama resiko
transmisi mikroba yang secara epidemiologi diakibatkan ileh kontak langsung atau
tidak langsung.
a. Kontak langsung meliputi kontak dengan permukaan kulit yang terbuka dengan
kulit terinfeksi atau kolonisasi.
b. Transmisi kontak tidak langsung adalah kontak dengan cairan sekresi pasien
terinfeksi yang ditransmisikan melalui tangan petugas yang belum dicuci atau benda
mati di lingkungan pasien
c. Hindari menyentuh permukaan lingkungan lain yang tidak berhubungan dengan
perawatan pasien sebelum melakukan aktivitas kebersihan tangan
d. Petugas harus menahan diri untuk tidak menyentuh mata, hidung, mulut saat masih
memakai sarung tangan bterkontaminasi/ tanpa sarung tangan.
e. Contoh penyakit yang memerlukan contact precautions adalah infeksi atau
kolonisasi bakteri MDR seperti Meticillin Resistant Staphylococcus Aureus

40
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

(MRSA), kolitis yang disebabkan oleh Clostridium dificille , (RSV) pada anak,
infeksi kulit dengan scabies. Impetigo, herpes zooster diseminata dan viral
hemorrhagic fever.
f. Varicella diseminata merupakan contoh infeksi yang memerlukan dua macam
kewaspadaan berdasarkan cara penularannya yaitu airborne dan contact
precautions.
g. Kebijakan mengenai isolasi khusus terhadap mikroorganisme seperti Vancomycin
Resistant Enterococci (VRE) dan Clostridium dificille mencakup kewaspadaan
terhadap semua bentuk kontak dengan pasien, peralatan sekitar tempat tidur dan
lingkungan dekat pasien. Penekanan khusus pemakaian peralatan tersendiri untuk
masng-masing pasien untuk menghindari pemakaian alat secara bersama. Menjaga
kebersihan sekitar pasien juga merupakan hal yang perlu diperhatikan.

2. Kewaspadaan transmisi melalui droplet


Transmisi droplet terjadi ketika partikel dropet berukuran > 5µm yang dikeluarkan pada
saat batuk, bersin, muntah , bicara, selama prosedur suction, bronkoskopi, melayang di
udara dan akan jatuh dalam jarak < 2meter dan mengenai mukosa atau konjunctiva,
untuk itu dibutuhkan APD atau masker yang memadai . masker harus dipakai bila
seseorang berada jarak 3 kaki dari pasien. Akan lebih praktis apabila kewajiban
memakai masker diberlakukan sejak seseorang memasuki ruangan pasien. Pasien hanya
boleh meninggalkan ruangan hanya jika sangat diperlukan dan harus memakai masker.
Jenis transmisi percikan ini dapat terjadi pada kasus antara lain common cold,
respiratory syncitial virus (RSV), adenovirus, H5N1, H1N1,meningitis yang
disebabkan oleh meningococcus atau pneumonia oleh pneumococcus yang resisten
terhadap berbagai antibiotika (MDR= Multi Drug Resistant).
3. Kewaspadaan transmisi melalui udara (airborne precaution)
Transmisi melalui udara secara epidemiologi dapat terjadi bila seseorang menghirup
percikan partikel nuklei yang berdiameter 1-5 µm (<5µm) yang mengandung mikroba
penyeba infeksi. Mikroba tersebut akan terbawa aliran udara > 2 meter dari sumber,
dapat terhirup oleh individu rentan di ruang yang sama atau yang jauh dari sumber
mikroba. Penting mengupayakan pertukaran udara > 12x/jam.
Pertukaran udara alamiah dapat dikombinasikan dengan pertukaran udara mekanis yang
menggunakan kipas angin/ exhaust fan untuk mengatur udara di dalam suatu ruangan
agar menghindari/ meminimalkan terjadinya penularan. Hal ini selaras dengan
rekomendasi WHO.

41
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

Langkah-langkah penerapan kewaspadaan transmisi melalui udara, antara lain:


- Pengaturan penempatan posisi pemeriksa, pasien dan ventilasi mekanis di dalam
suatu ruangan dengan memperhatikan arah suplai udara bersih yang masuk dan
yang keluar
- Penempatan pasien TB yang belum pernah mendapatkan terapi OAT, harus
dipisahkan dari pasien lain, sedangkan pasien TB yang telah mendapat terapi OAT
secara efektif berdasarkan analisis resiko tidak berpotensi menularkan TB baru,
dapat dikumpulkan dengan pasien lain.
- Peringatan tentang cara transmisi infeksi dan penggunaan APD pada pasien,
petugas dan pengunjung penting dicantumkan di pintu ruang rawat pasien sesuai
kewaspadaan transmisinya.
- Ruang rawat pasien TB/ MDR TB sebaiknya menggunakan ruangan bertekanan
negatif.
Jenis transmisi airborne ini dapat terjadi pada kasus antara lain tuberkulosis,
measless/campak, SARS, varicella.

ALUR PASIEN PENYAKIT INFEKSI


BERDASARKAN TRANSMISI

Penyakit Infeksi Berdasarkan Transmisi

Transmisi Transmisi Transmisi Udara/


Kontak Droplet Airborne

 Kamar tersendiri/  Kamar tersebdiri /  Kamar tersendiri jika tidak


kohorting kohorting memungkinkan kohorting

 Alur pasien tidak  Jarak pasien ≥ 1 m  Tekanan negatif atau


perlu khusus ventilasi alamiah
 Pintu kamar boleh
 Penanganan udara
khusus tidak ada terbuka  Pintu kamar selalu tertutup
 APD sarung tangan  Alur pasien tidak perlu
 Alur pasien tersendiri
dan gaun khusus
 Penanganan udara tidak  APD: pasien pakai masker
ada bedah, petugas pakai N 95
jika melakukan tindakan
 APD masker bedah menghasilkan aerosol
42
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

Kontak Droplet Airborne / udara


Penempatan 1. Tempatkan: 1. Tempatkan : 1. Tempatkan :
pasien - Di ruang rawata - Di ruang rawat
- Di ruang rawat terpisah
terpisah atau terpisah atau kohorting
atau kohorting atau
kohorting atau atau dipertimbangkan
dipertimbangkan bersama
dipertimbangkan bersama Tim PPI
Tim PPI
bersama tim PPI - Tempat tidur dengan
- Tempat tidur dengan jarak
- Tempat tidur jarak ≥ 1 meter
≥ 1 meter
dengan jarak ≥ 1 2. Cegah terjadinya
meter kontaminasi - Ruang bertekanan negatif
atau ruang dengan
pertukaran

Transport pasien Batasi gerak Batasi gerak. Bila Batasi gerak, bila pasien
diperlukan ke luar keluar ruangan, pasien
ruangan, pasien diberi diberi respirasi dan etika
respirasi dan etika batuk batuk
APD - Kebersihan tangan - Kebersihan tangan - Kebersihan tangan
sebelum sebelum sebelum menggunakan
menggunakan APD menggunakan APD APD
- Sarung tangan dan - Sarung tangan, gaun - Masker bedah untuk
gaun bagi petugas dan masker dipakai pasien dan respirator
saat masuk ke ruang bila bekerja dalam partikulat untuk petugas
pasien. radius 1-2 meter saat masuk ke ruang
- ganti sarung tangan terhadap pasien, saat pasien.
setelah kontak kontak erat - Orang yang rentan tidak
dengan bahan - Gaun dan apron sama boleh masuk ruang
infeksius ( feses, seperti transmisi pasien yang diketahui
cairan tubuh, darah) kontak atau suspek campak,
- pakai gaun bersih cacar air.
saat masuk ruang - Bila masuk atau
pasien untuk melakukan tindakan
melindungi petugas dengan kemungkinan
dari kontak dengan timbul aerosol, maka
pasien, permukaan petugas harus

43
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

lingkungan, barang mengenakan respirator


di ruang pasien, partikulat
cairan diare pasien,
ileostomy,
colostomy, luka
terbuka. Lepaskan
gaun sebelum keluar
ke ruangan.
Apron:
- Untuk
mengurangi
penetrasi cairan
- Bila
memungkinkan
peralatan non
kritikal dipakai
untuk 1 pasien
atau pasien
dengan infeksi
mikroba yang
sama
Peralatan untuk - Perlu terminal - Ruang rawat pasien - Terminal dekontaminasi
perawatan pasien dekontaminasi dengan transmisi dilakukan secara
dan lingkungan area sekitar droplet tidak perlu dekontaminasi
pasien atau penanganan udara permukaan mengunakan
ruangan setelah secara khusus karena H2O2 0,5-1,4% dengan
pasien pulang mikroba tidak lama kontak 30 detik- 1
- Dapat dipakai Na. bergerak jauh. menit
Hipoklorit 0,5% - Perlu terminal - Bakterisidal/ virusidal
bilas dengan air dekontaminasi area atau lama kontak 5
atau dengan sekitar pasien atau menit bila dengan
H2O2 0,5-1,4% ruangan setelah pasien tujuan
pulang mikrobakterisidal atau
- Dapat dipakai Na. dry mist dengan H2O2
Hipoklorit 0,5% bilas 5% dikombinasi

44
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

dengan air atau dengan Ag dengan


dengan H2O2 0,5- lama kontak 55 menit
1,4% untuk luas ruangan
0,135 m3

Kewaspadaan dengan Pendekatan Sindromik dan Kewaspadaan terhadap Organisme


Khusus
Untuk beberapa penyakit dengan etiologi virus atau bakteri dimana diagnosis belum atau tidak
dapat ditegakkan karena keterbatasan fasilitas penunjang diagnostik , selain kewaspdaan standar
diperlukan pendekatan berbasis sindrom penyakit untuk menentukan jenis kewaspadaan yang
paling sesuai untuk mencegah penularan yang tetap terjadi . jenis etiologi penyebab perlu
disesuaikan dengan epidemiologi penyakit masing-masing daerah.

Sindrom atau Kondisi Klinik yang Secara Empirik Memerlukan Kewaspadaan Tambahan
Sindrom/ kondisi Klinik Penyebab Potensial Kewaspadaan Empiris
Diare:
1. Diare akut dengan Enteritic pathogen Kontak
kemungkinan infeksi pada
pasien inkontinensia
2. Diare pada dewasa dengan Clostridium dificille Kontak
riwayat pemakaian
antibiotik broad spekturm
atau jangka lama
Meningitis: Kontak
Rush/ exantum umum dengan
etiologi yang tidak diketahui:
1. Ptekiae/ekimosis dengan Neisseria meningitis Droplet
demam
2. Vesikuler Varicella Airborne/ kontak
3. Makulopapular dengan Rubella Airborne
pilek dan demam

Infeksi respirasi:
1. Batuk/ demam/ infiltrat M. Tuberculosis Airborne
lobus atau paru pada
45
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

pasien HIV dengan


resiko HIV yang kecil
2. Batuk/demam/infiltrat di M. Tuberculosis Airborne
lokasi manapun pada
pasien IV positif atau
pasien dengan resiko
tinggi terinfeksi HIV
3. Batuk paroksismal atau Bordella pertusis Droplet
yang menetap selama
periode pertusis
4. Infeksi respirasi terutama RSV atau parainfluenza virus Droplet
bronkitis dan croup pada
bayi dan anak-anak

Rseiko mikroorganisme yang


multi drug resisten:
1. Riwayat infeksi atau Bakteri MDR Kontak
kolonisasi dengan bakteri
MDR
2. Infeksi kulit luka atau Bakteri MDR
infeksi saluran kemih
pada penderita yang baru
masuk RS atau tempat Staphylococcus aureus grup
Kontak
peralatan lain dengan A
kasus MDR tinggi
Infeksi pada kulit atau Streptococcus Kontak
luka: abses atau luka
yang tidak bisa ditutup

4.5. Pelaksanaan Surveillans

Surveillans infeksi terkait pelayanan kesehatan adalah suatu proses yang dinamis ,
sistematis, terus menerus dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan interpretasi data
kesehatan yang penting di fasilitas pelayanan kesehatan pada suatu populasi spesifik dan
didiseminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan

46
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

dalam perencanaan, penerapan serta evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan
kesehatan.

1. Jenis surveillans infeksi di RS. Pekanbaru Medical Center

 Ventilator Associated Pneumonis

 Infeksi Saluran Kemih

 Infeksi Aliran Darah Primer

 Phlebitis

 Infeksi Daerah Operasi

 Penyakit dan organisme yang penting dari sudut epidemiologik seperti multi drug resisten
organisme (jenis bakteri yang termasuk didalamnya adalah MRSA (Methycillin Resistant
Staphylococcus Aureus), VRE (Vancomycin Resistant Enterococci), beberapa GNB
(Gram Negativ Bacilli) yang disebut sebagai ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase)
dan bakteri lain yang memenuhi kriteria diatas. MDRO dapat menyebabkan kolonisasi
(hanya di site of infection tidak menyebar sistemik) dan infeksi sistemik berat. Pada kasus
kolonisasi dihindarkan pemberian antibiotika sistemik ,untuk mencegah resistensi bakteri
MDRO kolonisasi tersebut terhadap antibiotika yang masih sensitif secara in vitro. Pada
kasus infeksi sistemik karena MDRO, pasien dapat berada dalam kondisi infeksi berat
mengancam jiwa (life threatening).

 Timbulnya infeksi baru (emerging) atau timbul kembalinya infeksi di masyarakat (re-
emerging).

Jenis penyakit emerging: Avian Influenza (H5N1), virus Ebola, HIV, Hepatitis C,
H1N1,dan lain-lain.

Jenis penyakit re-emerging: difteri, demam dengue, meningitis meningokokkus,demam


kuning, demam rift valley, kolera, dan lain-lain

Metode surveillans yang digunakan di RS. Pekanbaru Medical Center adalah Surveillans
Target, karena dapat memberikan hasil yang lebih tajam dan memerlukan sumber daya manusia
yang sedikit.

A. Langkah – langkah surveillans:


1. Perencanaan surveillans

a. Tahap 1 : mengkaji populasi pasien


47
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

b. Tahap 2 : menseleksi hasil/ proses surveillans

c. Tahap 3 : penggunaan definisi infeksi yang mudah dipahami dan mudah diaplikasikan

2. Pengumpulan Data

Tahap 4: mengumpulkan data surveillans:

a. Mengumpulkan data surveillans oleh orang yang kompeten, profesional,


berpengalaman, dilakukan oleh IPCN.

b. Memilih metode surveillans dan sumber data yang tepat.

c. Data yang dikumpulkan dan dilakukan pencatatan meliputi data demografi, faktor
resiko antimikroba yang digunakan dan hasil kultur resistensi, nama, tanggal lahir,
jemis kelamin, nomor rekam medik dan tanggal masuk RS, tanggal infeksi muncul,
lokasi infeksi, ruang perawatan saat infeksi muncul pertama kali, faktor resiko, data
radiologi.

d. Metode observasi langsung merupakan gold standard.

3. Analisis

Tahap 5 : Penghitungan dan stratifikasi

a. Insiden Rate

Numerator adalah jumlah kejadian infeksi dalam kurun waktu tertentu

Denominator adalah jumlah hari pemasangan alat dalam kurun waktu tertentu atau
jumlah pasien yang dilakukan tindakan pembedahan dalam kurun waktu tertentu.

b. Menganalisis incident rate infeksi

Data harus dianalisa dengan cepat dan tepat untuk mendapatkan informasi apakah ada
masalah infeksi rumah sakit yang memerlukan penanggulangan atau investigasi lebih
lanjut.

Tahap 6. Stratifikasi resiko

Stratifikasi resiko infeksi berdasarkan kategori risk, yaitu klasifikasi operasi , klasifikasi ASA
dan T.Time

4. Interpretasi

Tahap 7. Interpretasi

48
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

Interpretasi yang dibuat harus menunjukkan informasi tentang penyimpangan yang terjadi.
Bandingkan angka infeksi rumah sakit apakah ada penyimpangan , dimana terjadi kenaikan
atau penurunan yang cukup tajam. Bandingkan rate infeksi dengan NNIS/CDC/WHO.
Perhatikan dan bandingkan kecendrungan menurut jenis infeksi, ruang perawatan dan
mikroorganisme patogen penyebab bila ada. Jelaskan sebab-sebab peningkatan atau penurunan
angka infeksi rumah sakit dengan melampirkan data pendukung yang relevan dengan masalah
yang dimaksud.

5. Pelaporan

Tahap 8. pelaporan

a. Laporan dibuat secara periodik , tergantung institusi bisa setiap triwulan, semester,
tahunan atau sewaktu-waktu jika diperlukan.

b. Laporan dilengkapi dengan rekomendasi tindak lanjut bagi pihak terkait dengan
peningkatan infeksi.

c. Laporan didesiminasikan kepada pihak-pihak terkait

d. Tujuan diseminasi agar pihak terkait dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk
menetapkan strategi pengendalian infeksi rumah sakit. Laporan disampaikan kepada
seluruh anggota tim PPI, direktur rumah sakit, ruangan atau unit terkait.

6. Evaluasi

Tahap 9. Evaluasi Surveillance System

a. Langkah-langkah proses surveillans

b. Ketepatan waktu dari data

c. Kualitas data

d. Ketepatan analisa

e. Hasil penilaian: apakah sistem surveillans sudah sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.

Hasil pelaksanaan surveillans merupakan dasar untuk melakukan perencanaan lebih lanjut . jika
terjadi peningkatan infeksi yang signifikan yang dapat dikategorikan kejadian luar biasa, maka
perlu dilakukan upaya penanggulangan kejadian luar biasa.

49
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

4.6. Pembuatan ICRA (Infection Contorl Risk Assesment)

ICRA (Infection Control Risk Assesment) adalah proses multidisiplin yang berfokus pada
pengurangan infeksi, pendokumentasian dengan mempertimbangkan populasi pasien,
fasilitas dan program:
- Fokus pada pengurangan resiko infeksi.
- Tahapan perencanaan fasilitas, desain, kontruksi, renovasi, pemeliharaan fasilitas.
- Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi, dan lingkungan perawatan, yang
memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial
ICRA merupakan pengkajian yang dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif terhadap resiko
infeksi terkait aktivitas pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan serta mengenali
ancaman / bahaya dari aktivitas tersebut.

ICRA mempunyai tujuan mencegah dan mengurangi resiko terjadinya HAI‟s pada pasien,
petugas dn pengunjung di rumah sakit di rumah sakit dengan cara:

1. Mencegah dan mengontrol frekuensi dan dampak resiko terhadap:


a. Paparan kuman patogen melalui petugas, pasien dan pengunjung.
b. Penularan melalui tindakan/prosedur invasif yang dilakukan baik melalui
peralatan, tekhnik pemasangan, ataupun perawatan terhadap resiko infeksi
(HAI‟s).
2. Melakukan penilaian terhadap masalah yang ada agar dapat ditindaklanjuti
berdasarkan hasil penilaian skala prioritas.
Infection Control Risk Assesment terdiri dari:

a. External
1. Terkait dengan komunitas: kejadian KLB di komunitas yang berhubungan dengan
penyakit menular: influenza, meningitis.
2. Penyakit lain yang berhubungan dengan kontaminasi pada makanan, air seperti
Hepatitis A, dan salmonella.
3. Terkait dengan bencana alam
4. Kecelakaan massal
b. Internal
1. Resiko terkait pasien: jenis kelamin, usia, populasi kebutuhan khusus.
2. Resiko terkait petugas kesehatan
- Kebiasaan kesehatan perorangan
- Budaya keyakinan tentang penyakit menular

50
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

- Pemahaman tentang pencegahan dan penularan penyakit


- Tingkat kepatuhan dalam mencegah infeksi (kebersihan tangan, pemakaian APD,
teknik isolasi)
- Skrining yang tidak adekuat terhadap penyakit menular
- Kebersihan tangan
3. Resiko terkait pelaksanaan prosedur
- Prosedur invasif yang dilakukan
- Peralatan yang dipakai
- Pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan suatu tindakan
- Persiapan pasien yang memadai
4. Resiko terkait peralatan
Pembersihan, desinfektan dan sterilisasi untuk proses peralatan:
- Instrumen bedah
- Prostesa
- Pemrosesan alat sekali pakai
- Pembungkusan kembali alat
- Peralatan yang dipakai
5. Resiko terkait lingkungan
- Pembangunan / renovasi
- Kelengkapan peralatan
- Pembersihan lingkungan
Langkah dalam menyusun ICRA (Infection Control Risk Assesment) adalah sebagai
berikut:
1. Identifikasi resiko
Proses manajemen resiko bermula dari identifikasi resiko dan melibatkan:
a. Penghitungan beratnya dampak potensial dan kemungkinan frekuensi
munculnya resiko
b. Identifikasi aktivitas-aktivitas dan pekerjaan yang menempatkan pasien , tenaga
kesehatan dan pengunjung pada resiko
c. Identifikasi agen infeksius yang terlibat
d. Identifikasi cara transmisi
2. Analisa resiko
3. Kontrol resiko
a. Mencari strategi untuk mengurangi resiko yang akan mengeliminasi atau
mengurangi

51
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

b. Menempatkan rencana pengurangan resiko yang sudah disetujui pada


masalah.
4. Monitoring resiko
a. Memastikan rencana pengurangan resiko dilaksanakan
b. Hal ini dapat dilakukan dengan audit dan atau surveillans dan memberikan
umpan balik kepada staf dan manajer terkait.
Dalam bentuk skema langkah-langkah ICRA digambarkan sebagai berikut:

Hindari resiko

Identifikasi resiko

Analisa
Monitoring resiko
resiko

Kontrol
resiko

Jenis resiko dan tingkat resiko berbeda di setiap unit fasilitas pelayanan kesehatan. Pencatatan
resiko adalah pencatatan semua resiko yang sudah diidentifikasi , untuk kemudian dilakukan
pemeringkatan (grading) untuk menentukan matriks resiko dengan kategori merah, kuning, hijau.
Pemeringkatan (grading) dalam bentuk tabel sebagai berikut:

52
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

Tabel Penilaian Probabilitas/ Frekuensi


Tingkat Deskripsi Frekuensi Kejadian
resiko

0 Never Tidak pernah

2 Rare Jarang (1-2x/tahun)

3 May be Kadang (3-4x/tahun)

4 Likely Agak sering (4-6x/tahun)

5 Expect it Sering (frekuensi > 6-12x/tahun)

Tabel . Penilaian dampak resiko


Tingkat Deskripsi Dampak
resiko

1 Minimal clinical Tidak ada cedera

2 Moderate clinical Cedera ringan, misal luka lecet

Dapat diatasi dengan pertolongan pertama

3 Prolonged length Cedera sedang, misal luka robek


of stay
Berkurangnya fungsi motorik / sensorik / psikologis /
intelektual secara reversible dan tidak berhubungan dengan
penyakit yang mendasarinya.

Setiap kasus yang memperpanjang perawatan.

4 Temporer loss of Cedera luas /berat, misal cacat, lumpuh


function
Kehilangan fungsi utama permanen (motorik, sensorik,
psikologik, intelektual) irreversible, tidak berhubungan
dengan penyakit yang mendasarinya.

Kerugian keuangan besar.

5 Cathastropic Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan

53
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

penyakit yang mendasarinya.

Tabel . Sistem yang Ada

Tingkat Deskripsi Kegiatan


resiko

1 SOLID Peraturan ada, fasilitas ada, selalu dilaksanakan

2 GOOD Peraturan ada, fasilitas ada, tidak selalu dilaksanakan

3 FAIR Peraturan ada, fasilitas ada, tidak dilakukan

4 POOR Peraturan ada, fasilitas tidak ada, tidak dilaksanakan

5 NONE Tidak ada peraturan

Skor = nilai probabilitas x nilai dampak resiko x nilai sistem yang ada

Untuk kasus yang membutuhkan penanganan segera , tindakan sesuai tingkat dan band risiko

Level / Bands Tindakan

Ekstrem (sangat tinggi) Resiko ekstrem , dilakukan RCA paling lama 45 hari,
membutuhkan tindakan segera, perhatian sampai ke
Direktur RS : perlu pengkajian yang sangat dalam

High (tinggi) Resiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji
dengan detail dan perlu tindakan segera, serta
membutuhkan tindakan top manajemen : perlu
penanganan segera.

Moderate (sedang) Resiko sedang, dilakukan investigasi sederhana ,paling


lama 2 minggu. Manajer/ pimpinan klinis sebaiknya
menilai dampak terhadap bahaya dan kelola resiko:

54
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

menggunakan monitoring dan audit spesifik.

Low (rendah) Resiko rendah dilakukan investigasi sederhanan paling


lama 1 minggu, diselesaikan dengan prosedur rutin.

Kajian Resiko Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ( ICRA )

NO MASALAH PROBABILITAS DAMPAK SISTEM TOTAL GRADE

4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1

1 Belum memiliki
ruang dispensing

2 Petugas belum
mengikuti
pelatihan tentang
dispensing

Prioritas ICRA

No Jenis Skor Prioritas Tujuan Tujuan Strategi Evaluasi Progress/analisis


Kelompok Umum Khusus
Resiko

55
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

4.7. ICRA Renovasi atau Pekerjaan Pembangunan (Konstruksi) Baru

Penetapan kriteria resiko akibat dampak renovasi atau pekerjaan pembangunan


(konstruksi)baru adalah kebijakan yang digunakan untuk merencanakan pembongkaran,
pembangunan atau renovasi, rumah sakit menggunaknan kriteria yang mengatur dampak dari
renovasi atau pembangunan baru terhadap persyaratan kualitas udara , pencegahan dan
pengendalian infeksi, persyaratan ,utilisasi, kebisisngan , getaran dan prosedur emergensi.

Langkah ICRA renovasi:

1. Identifikasi tipe proyek rekonstruksi


Tahap pertama dalam kegiatan ICRA adalah melakukan identifikasi tipe proyek
konstruksi. Tipe proyek konstruksi ditentukan berdasarkan banyaknya debu yang dihasilkan ,
potensi aerosolisasi air, durasi kegiatan konstruksi dan sistem Sharing HVAC.
Tabel . Tipe Proyek Konstruksi
Tipe A Kegiatan pemeriksaan konstruksi dengan resiko rendah,
termasuk namun tidak terbatasa pada:

a. Pemindahan plafon untuk pemeriksaan visual (debu


minimal)
b. Pengecatan (bukan pemlesteran)
c. Merapikan pekerjaan listrik, pemasangan pipa kecil dan
aktifitas lain yang tidak menimbulkan debu atau
mengakses ke langit-langit selain untuk pemeriksaan
visual.

Tipe B Kegiatan non invasif skala kecil , durasi pendek dengan resiko
debu minimal , termasuk namun tidak terbatas pada:

a. Instalasi kabel untuk telepon dan komputer


b. Mengakses „Chase Spaces”
c. Pemotongan dinding atau plafon dimana penyebaran
debu dapat dikontrol.

Tipe C Kegiatan pembongkaran gedung dan perbaikan gedung yang


menghasilkan debu tingkat tinggi dengan resiko sedang sampai

56
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

tinggi, termasuk namun tidak terbatas pada:

a. Pemlesteran dinding untuk pengecatan atau melindungi


dinding
b. Pemindahan untuk pemasangan lantai dan plafon
c. Konstruksi dinding baru
d. Pekerjaan pipa kecil atau pemasangan listrik diatas
plafon.
e. Kegiatan pemasangan kabel besar
f. Kegiatan tipe A,B,C yang tidak dapat diselesaikan
dalam satu shift kerja.

Tipe D Kegiatan pembangunan proyek konstruksi dan pembongkaran


gedung dengan skala besar :

a. Kegiatan yang menuntut pembongkaran gedung secara


besar-besaran
b. Adanya kegiatan pemasangan / pemindahan sistem
perkabelan
c. Konstruksi baru atau pembangunan gedung baru

2. Identifikasi kelompok pasien berisiko


Bila terdapat lebih dari satu kelompok pasien beresiko, pilih kelompok beresiko yang
paling tinggi. Pada semua kelas konstruksi, pasien harus dipindahkan saat pekerjaan
dilakukan.
Tabel. . Kelompok Pasien Berisiko
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

- Area - Fisioterapi - IGD - Area untuk pasien


perkantoran - IRJ - VK immunocompromi
adm - IGH - Laboratorium sed
- Ins. Gizi - Poli bedah - Unit luka bakar
- IBS - Cath Lab
- Ruang - ISSB
perawatan - ICU

57
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

pasien - NICU/ PICU


- IP2K - Ruang isolasi tek,
- Stroke unit negatif
- High care unit - Onkologi
- ICCU - Ruang operasi
- UTD

3. Menentukan kelas kewaspadaan dan intervensi PPI


Kelas kewaspadaan ditentukan melalui pencocokan kelompok pasien berisiko (R,S,T,ST)
dengan tipe proyek konstruksi (A,B,C,D) berdasarkan matriks pencegahan dan pengendalian
infeksi.

Tabel. Kelas Kewaspadaan


Kelompok Tipe proyek konstruksi
pasien
Tipe A Tipe B Tipe C Tipe D
berisiko

Rendah I II II III/IV

Sedang I II III IV

Tinggi I II III/IV IV

Sangat tinggi II III/IV III/IV IV

4. Menentukan Intervensi Berdasarkan Kelas Kewaspadaan


Penentuan intervensi PPI dilakukan setelah kelas kewaspadaan diketahui. Apabila kelas
kewaspadaan berada pada kelas III dan IV, maka diperlukan perizinan kerja dari komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi dan dilakukan identifikasi dampak lain di daerah
sekitar area proyek.

Tabel . Intervensi PPI berdasarkan Kelas Kewaspadaan


Selama proyek konstruksi Setelah proyek konstruksi

Kelas 1. Lakukan pekerjaan konstruksi 1. Pembersihan lingkungan kerja


I dengan metode debu minimal
2. Segera mengganti plafon yang
58
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

digunakan untuk pemeriksaan visual


1. Menyediakan saran aktif untuk 1. Bersihkan permukaan kerja dengan
mencegah penyebaran debu ke pembersih/ disinfektan
Kelas
udara. 2. Letakkan limbah konstruksi dala
II
2. Memberikan kabut air pada wadah yang tertutup rapat sebelum
permukaan kerja untuk dibuang. Lakukan pengepelan basah
mengendalikan debu saat memotong dan atau vakum dengan HEPA filter
3. Menyegel pintu yang tidak terpakai sebelum meninggalkan area kerja.
dengan lakban 3. Setelah pekerjaan selesai , rapikan
4. Menutup ventilasi udara kembali sistem HVAC
5. Letakkan dust mat (keset debu)di
pintu masuk dan keluar area kerja.
6. Menutup sistem Heating Ventlation
Air Conditioning (HVAC)
Kelas 1. Mengisolasi sistem HVAC di area 1. Pemabatas area kerja harus tetap
III kerja untuk mencegah kontaminasi dipasang sampai proyek selesai
sistem saluran diperiksa oleh Komite K3, Tim PPI
2. Siapkan pembatas area kerja atau dan dilakukan pembersihan oleh
terapkan metode kontrol kubus petugas kebersihan.
(menutup area kerja dengan plastik 2. Lakukan pembongkaran bahan-bahan
dan menyegel dengan vakum HEPA pembatas area kerja dengan hati-hati
untuk menyedot debu keluar) sebelum untuk meminimalkan penyebaran
konstruksi dimulai. kotoran dan puing-puing konstruksi.
3. Menjaga tekanan udara negatif dalam 3. Vakum area kerja dengan penyaring
tempat kerja dengan menggunakan HEPA
unit penyaringan udara HEPA 4. Lakukan pengepelan basah dengan
4. Letakkan limbah konstruksi dalam pembersih/ disinfektan
wadah yang tertutup rapat sebelum 5. Setelah pekerjaan selesai , rapikan
dibuang. kembali sistem HVAC
5. Tutup wadah atau gerobak transportasi
limbah.
Kelas 1. Mengisolasi sistem HVAC di area 1. Pembatas area kerja harus tetap dipasang
IV kerja untuk mencegah kontaminasi sistem sampai proyek selesai diperiksa oleh
saluran. Komite K3, tim PPI dan dilakukan
2. Siapkan pembatas area kerja atau pembersihan oleh petugas kebersihan.

59
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

terapkan metode kontrol kubus ( menutup 2. Lakukan pembongkaran bahan-bahan


area kerja dengan plastik dan menyegel pembatas area kerja dengan hati-hati untuk
dengan vakum HEPA untuk menyedot meminimalkan penyebaran kotoran dan
debu keluar) sebelum konstruksi dimulai. puing-puing konstruksi
3. Menjaga tekanan udara negatif dalam 3. Letakkan limbah konstruksi dalam
tempat kerja dengan menggunakan unit wadah yang tertutup rapat sebelum
penyaringan udara HEPA. dibuang.
4. Menyegel lubang, pipa dan saluran. 4. Tutup wadah atau gerobak transportasi
5. Membuat anteroom dan mewajibkan limbah
semua personel untuk melewati ruangan 5. Vakum area kerja dengan penyaring
ini sehingga mereka dapat disedot HEPA
menggunakan vacum cleaner HEPA 6. Lakukan pengepelan basah dengan
sebelum meninggalkan tempat kerja atau pembersih/ disinfektan
mereka bisa memakai pakaian kerja yang 7. Setelah pekerjaan selesai , rapikan
lepas setiap kali mereka meningalkan kembali sistem HVAC
tempat kerja.
6. Semua personil memasuki tempat
kerja diwajibkan untuk memakai penutup
sepatu . sepatu harus diganti setiap kali
keluar dari area kerja.

5. Identifikasi area di sekitar area kerja dan menilai dampak potensial


Pada kelas kewaspadaan III dan IV, perlu dilakukan identifikasi daerah sekitar area
proyek dan tingkat resiko lokasi tersebut. Identifikasi dampak potensial lain dapat
diketahui dengan mengisi tabel 5.

Tabel Identifikasi area di sekitar area kerja dan dampak potensial


Melakukan identifikasi area dengan aktivitas khusus, misalnya kamar pasien,
ruang obat-obatan ,dan lain-lain

Melakukan identifikasi masalah yang berkaitan dengan ventilasi, pipa air, dan
kemungkinan pemadaman listrik akibat konstruksi

Melakukan identifikasi tindakan pembatasan , menggunakan penilaian


sebelumnya.

60
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

Apakah jenis pembatas yang digunakan? (Misalnya dinding pembatas solid)

Apakah HEPA filter diperlukan ? (catatan : area renovasi konstruksi harus


diisolasi dari area sekitarnya)

Pertimbangkan potensi risiko kerusakan air. Apakah ada resiko akibat


perubahan struktur? (misalnya dinding, plafon,atap)

Apakah pekerjaan dapat dilakukan diluar jam perawatan pasien?

Apakah perencanaan memungkinkan jumlah kamar isolasi / tekanan udara


negatif yang cukup?

Apakah perencanaan memungkinkan jumlah dan jenis wastafel untuk cuci


tangan?

Apakah PPI menyetujui jumlah minimal wastafel untuk proyek ini?

Apakah PPI setuju dengan rencana relatif terhadap bersih dan kotor kamar
utilitas?

Lakukan perencanaan untuk membahas masalah pembatasan dengan tim


proyek, misalnya arus lalu lintas , rumah tangga , pembuangan puing
(bagaimana dan kapan)

Waktu Pelaksanaan
a. ICRA infeksi, prosedur dan proses asuhan invasif dan program penunjang dilaksanakan setiap
setahun sekali
b. ICRA renovasi dilaksanakan sesuai kebutuhan

61
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

BAB V
LOGISTIK

Tata cara logistik Tim PPI RS.PMC


1. Perencanaan barang.
a. Barang rutin :
- Kertas HVS,tinta printer,bolpoint,form survei harian,form survei
bulanan,form SPO surveilens,buku tulis.
- Bahan desinfeksi
b. Barang tidak rutin :
- Proposal pemeriksaan kultur dan swab
- Pengadaan leaflet dan banner kebersihan tangan,etika batuk, pencegahan dan
pengendalian infeksi tanggung jawab bersama.
2. Permintaan barang.
a. Barang rutin disampaikan pada bagian logistik rumah sakit.
b. Barang tidak rutin disampaikan terlebih dahulu pada direktur untuk dimintakan
persetujuan.
3. Penditribusian

62
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

6.1. Pengertian
Merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien di Rumah Sakit menjadi lebih aman.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya di ambil.

6.2. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pelaksanaan keselamatan pasien (Patient Safety) :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit.
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).

6.3. Keselamatan Umum


Aturan Umum Mencuci Tangan
Mencuci tangan merupakan aturan yang penting untuk mencegah penyebaran infeksi,
langkah – langkahnya sebagai berikut :
1. Tuangkan Cairan anti septik / sabun ke telapak tangan secukupnya.
2. Gosokkan kedua telapak tangan.
3. Gosok punggung tangan dan sela – sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan
sebaliknya.
4. Gosok kedua telapak tangan dan sela – sela jari.
5. Jari – jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
6. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya.
7. Gosokkan dengan memutar ujung jari – jari tanagn kanan di telapak tangan kiri dan
sebaliknya.
8. Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
9. Keringkan kedua tangan dengan tissue.

63
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

Dengan memperhatikan 5 moment mencuci tangan sebagai berikut :


1. Sebelum kontak dengan pasien
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik
3. Setelah kontak darah dan cairan tubuh
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

6.4. Alat Pelindung Diri


Jenis-jenis Alat Pelindung Diri:
1. Sarung tangan
Untuk melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit dan melindungi
pasieen dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas kesehatan.Sebelum memakai
sarung tangan dan setelah melepas sarung tangan lakukan kebersihan tangan
menggunakan antiseptik cair atau handrub berbahan dasar alkohol.Satu pasang sarung
tangan harus digunakan untuk setiap pasien, sebagai upaya untuk menghindari
kontaminasi silang. Pemakaian sepasang sarung tangan yang sama atau mencuci tangan
yang masih bersarung tangan, ketika melakukan perawatan di bagian tubuh yang kotor
kemudian berpindah ke bagian tubuh yang bersih, bukan merupakan praktek yang aman.
2. Masker
Harus cukup besar untuk melindungi hidung, mulut, bagian bawah dagu, dan rambut pada
wajah (jenggot). Masker dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas
kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah percikan
darah atau cairan tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Bila
masker tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka masker tersebut tidak efektif untuk
mencegah kedua hal tersebut.
3. Alat pelindung mata
Untuk melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan cara
melindungi mata. Pelindung mata mencakup kacamata (google) plastik bening, kacamata
pengaman, pelindung wajah dan visor.
Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata atau pelindung wajah,
jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan cairan secara tidak sengaja ke
arah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesehatan dapat menggunakan
kacamata pelindung atau kacamata biasa serta masker.

64
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

4. Penutup kepala
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan rambut
tidak masuk dalam luka selama pembedahan.Penutup kepala harus cukup besar untuk
menutup semua rambut.Meskipun penutup kepala dapat memberikan sejumlah
perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya
dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.
5. Gaun pelindung
Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada saat
merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
droplet/airbone. Pemakaian gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju dan
kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Kontaminasi pada pakaian yang dipakai saat
bekerja dapat diturunkan dengan memakai gaun pelindung.
6. Apron
Terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk sepanjang bagian
depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus mengenakan apron di bawah
gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung pada pasien, membersihkan pasien
atau melakukan prosedur di mana ada resiko tumpahan darah, cairan tubuh atau sekresi.
Apron akan mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.
7. Pelindung kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat yang
mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Sepatu yang tahan terhadap benda tajam
atau kedap air harus tersedia di kamar bedah.

Pemakaian APD di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Cara Mengenakan APD di Ruang Kohort :
1. Kenakan baju kerja sebagai lapisan pertama pakaian pelindung.
2. Kenakan pelindung kaki.
3. Kenakan sepasang sarung tangan pertama.
4. Kenakan gaun luar.
5. Kenakan celemek plastik.
6. Kenakan sepasang sarung tangan kedua.
7. Kenakan masker.
8. Kenakan penutup kepala.
9. Kenakan pelindung mata.

65
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

Cara Melepas APD :


1. Disinfeksi sepasang sarung tangan bagian luar.
2. Disinfeksi celemek dan pelindung kaki.
3. Lepaskan sepasang sarung tangan bagian luar.
4. Lepaskan celemek.
5. Lepaskan gaun bagian luar.
6. Disinfeksi tangan yang mengenakan sarung tangan.
7. Lepaskan pelindung mata.
8. Lepaskan penutup kepala.
9. Lepaskan masker.
10. Lepaskan pelindung kaki.
11. Lepaskan sepasang sarung tangan bagian dalam.
12. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir

6.5. Prosedur penanganan pajanan di tempat kerja


1. Bila tertusuk jarum, segera bilas dengan air mengalir dan sabun/ cairan antiseptik
sampai bersih.
2. Bila darah/ cairan tubuh mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan, cuci
dengan sabun dan air mengalir.
3. Bila darah/ cairan tubuh mengenai mulut, ludahkan dan kumur-kumur dengan air
beberapa kali.
4. Bila terpercik pada mata, cucilah mata dengan air mengalir (irigasi) dengan posisi
kepala miring ke arah mata yang terpercik.
5. Bila darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan dengan air.
6. Bagian tubuh yang tertusuk, tidak boleh ditekan dan dihisap dengan mulut.
7. Segera ke IGD untuk penanganan selanjutnya

66
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang,
kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang telah ditetapkan dalam
hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh
negara anggota, termasuk bangsa indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut, serta
mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia, telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat
2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam
lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman , bebas, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan ,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat
mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan
dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju menunjukkan kecendrungan peningkatan
prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan
kualitas serta ketrampilan kerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan resiko
kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.dalam
penjelasan Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan
antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi
gangguan kesehatan pada pekerja , keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kegiatan
tenaga atau petugas kesehatan mempunyai resiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomi dan
psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan sarana dan prasarana menentukan kesehatan
dan keselamatan kerja. Oleh karena itu, penerapan budaya “aman dan sehat dalam bekerja”
hendaknya dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor / aspek kesehatan.

67
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk mengukur
mutu pelayanan Rumah Sakit yaitu :
8.1. Definisi
Indikator adalah: ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator
merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang baik
adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria adalah spesifikasi dari indikator.
Standar :
1. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang
dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab untuk mempertahankan
tingkat performance atau kondisi tersebut.
2. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
3. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan prinsip
dasar sebagai berikut:
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
– Keprofesian
– Efisiensi
– Keamanan pasien
– Kepuasan pasien
– Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih
– Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
– Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada untuk
perorangan.
– Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah Sakit
– Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk dimonitor
– Didasarkan pada data yang ada.

68
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

3. Kriteria yang digunakan


Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai indikator, sehingga
dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan mutu tidak baik.
4. Standar yang digunakan
Standar yang digunakan ditetapkan berdasarkan :
a. Acuan dari berbagai sumber
b. Benchmarking dengan Rumah Sakit yang setara
c. Berdasarkan trend yang menuju kebaikan

69
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi

BAB IX

PENUTUP

Pedoman pelayanan yang dicantumkan merupakan prosedur baku maksimal yang harus
diupayakan untuk dilaksanakan seluruhnya oleh setiap personil Rumah Sakit yang terlibat dan
berlaku di setiap ruang terkait. Disadari bahwa keterbatasan sarana dan prasarana serta sumber
daya dan dana masih merupakan kendala di Rumah Sakit.

Namun keterbatasan ini tidak dapat dipergunakan sebagai alasan untuk menurunkan baku
prosedur pelayanan kesehatan yang harus diberikan kepada pasien. Dengan memiliki
pengetahuan dan sikap yang memadai, diharapkan semua personil Rumah Sakit akan memiliki
perilaku dan kemampuan yang memadai pula dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang
tersedia secara tepat guna dan berhasil guna dalam pengendalian infeksi nosokomial secara
berencana dan terorganisir dengan baik merupakan suatu keharusan bagi setiap rumah sakit.

Ditetapkan di : Pekanbaru

Pada tanggal : 03 februari 2022

RS. PEKANBARU MEDICAL CENTER

dr. Fanny Annisa Abriani


Direktur

70

Anda mungkin juga menyukai