COVER ............................................................................................................. i
i
SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT PEKANBARU MEDICAL CENTER
NOMOR : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
RUMAH SAKIT PEKANBARU MEDICAL CENTER
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT TENTANG PEDOMAN
PELAYANAN
Kedua : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Pekanbaru
Direktur
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
2. Rantai Penularan
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu
mengetahui rantai penularan. Apabila satu mata rantai dihilangkan atau dirusak, maka
infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Komponen yang diperlukan sehingga terjadi
penularan tersebut adalah:
2
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
3
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
4
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Kualifikasi Jumlah
Dokter Umum (Ketua ) 1 orang
IPCN/ Sekretaris 1 orang
Anggota Tim PPI
- IPCD 5 orang
- IPCLN 10 orang
- IPCL 11 orang
Rumah Sakit memiliki 1 IPCN dengan perbandingan 1 : 100 tempat tidur. Dengan susunan
anggota Tim PPI yaitu :
Ketua Tim PPI : 1 orang
IPCD : 5 orang
IPCN : 1 orang
IPCLN : 10 orang
IPCL : 11
5
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
BAB III
STANDAR FASILITAS
BAB IV
6
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
TATALAKSANA PELAYANAN
7
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
8
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
9
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
10
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Gambar 2. Teknik mencuci tangan 6 langkah dengan sabun dan air mengalir
11
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
sabun biasa dengan air mengalir. Antiseptik ini cepat dan mudah digunakan serta
menghasilkan penurunan jumlah flora tangan awal yang lebih besar.
Handrub antiseptik tidak menghilangkan kotoran atau zat organik, sehingga jika
tangan sangat kotor atau terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh , harus mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir terlebih dahulu
12
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
1. Dispenser sabun harus dibersihkan terlebih dahulu, sebelum melakukan pengisian ulang.
2. Jangan menambahkan sabun cair ke dalam tempatnya bila masih ada isinya, penambahan
ini dapat menyebabkan kontaminasi bakteri pada sabun yang dimasukkan.
3. Jangan menggunakan baskom yang berisi air . meskipun memakai tambahan antiseptik
(seperti Dettol dan Savlon), miroorganisme dapat bertahan dan berkembang biak dalam
larutan ini.
13
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
4. Jika air mengalir tidak tersedia, gunakan wadah air dengan kran atau menggunakan ember
dan gayung, tampung air yang telah digunakan dalam sebuah ember dan buanglah di toilet.
Jika tidak ada handuk kertas, keringkan tangan dengan handuk bersih sekali pakai . Handuk yang
digunakan bersama dapat dengan cepat terkontaminasi.
2. Masker
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan membran mukosa mulut dari cipratan
darah dan cairan tubuh dari pasien atau permukaan lingkungan udara yang kotor dan
melindungi pasien atau permukaan lingkungan udara dari petugas saat batuk atau
bersin. Masker bedah dapat dipakai secara umum untuk petugas RS untuk mencegah
transmisi melalui partikel besar dari droplet saat kontak erat (<1 meter) dari pasien
saat batuk/ bersin. Terdapat tiga jenis masker, yaitu:
Masker bedah, untuk tindakan bedah atau mencegah penularan melalui droplet
Masker respiratorik, untuk mencegah penularan melalui airborne
Masker rumah tangga, digumakan di bagian gizi atau dapur
Cara memakai masker:
- Memegang pada bagian tali ( dikaitkan pada telinga jika menggunakan kaitan
tali karet atau simpulkan tali di belakang kepala jika menggunakan tali lepas)
- Eratkan tali kedua pada bagian tengah kepala atau leher
- Tekan klip tipis fleksibel (jika ada) sesuai lekuk tulang hidung dengan kedua
ujung jari tengah atau telunjuk
- Membetulkan agar masker melekat erat pada wajah dan dibawah dagu dengan
baik
- Periksa ulang untuk memastikan bahwa masker telah melekat dengan benar.
Pemakaian respirator parikulat
Respirator partikulat untuk pelayanan kesehatan N95 atau FFP2, merupakan masker
khusus dengan efisiensi tinggi untuk melindungi seseorang dari parikel berukuran < 5
mikron yang dibawa melalui udara. Masker ini membuat pernafasan pemakai menjadi
lebih berat. Sebelum memakai masker ini, petugas kesehatan perlu melakukan fit test.
Hal –hal yang perlu dioerhatikan saat melakukan fit test yaitu:
Ukuran respirator perlu disesuaikan dengan ukuran wajah
Memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah untuk melihat adanya cacat atau
lapisan yang tidak utuh. Jika cacat atau terdapat lapisan yang tidak utuh, maka tidak
dapat digunakan dan perlu diganti.
Memastikan tali masker tersambung dan menempel dengan baik di semua titik
sambungan.
Memastikan klip hidung yang terbuat dari logam dapat disesuaikan dengan bentuk
hidung petugas.
16
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
17
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
18
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Langkah- langkah mengenakan APD pada Perawatan Ruang Isolasi Kontak dan
Airborne adalah sebagai berikut:
1. Kenakan baju kerja sebagai lapisan pertama pakaian pelindung
2. Kenakan pelindung kaki
3. Kenakan sepasang sarung tangan pertama
4. Kenakan gaun luar
5. Kenakan celemek plastik
6. Kenakan sepasang sarung tangan kedua
7. Kenakan penutup kepala
8. Kenakan pelindung mata
19
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
o Pelepasan APD
Langkah-langkah melepaskan APD adalah sebagai berikut:
Lepaskan sepasang sarung tangan
Lakukan kebersihan tangan
Lepaskan apron
Lepaskan perisai wajah dan google
Lepaskan gaun bagian luar
Lepaskan penutup kepala
Lepaskan masker
Lepaskan pelindung kaki
Lakukan kebersihan tangan
4. Melepas masker
- Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi, JANGAN SENTUH
- Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali/ karet bagian atas
- Buang ke tempat limbah infeksius
Penetapan Area Pemakaian APD
No. Area Jenis APD
1 ICU Penutup kepala/ topi
Masker
Google
Baju
Apron kedap air
Sarung tangan steril
Sarung tangan bersih
Sepatu pelindung
2 VK/ Ruang Bersalin Penutup kepala/ topi
Masker
Google
Baju
Apron kedap air
Sarung tangan steril
Sarung tangan bersih
Sepatu pelindung
Sepatu boot
3 Kamar Operasi Penutup Kepala/topi
Masker
Google
Baju bersih
Baju steril
Apron kedap air
Sarung tangan steril
Sarung tangan bersih
Sepatu pelindung
Sepatu boot
21
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
22
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Google
Jas laboratorium
Apron kedap air
Sarung tangan steril
Sarung tangan bersih
Sepatu pelindung
Sepatu boot
9 Radiologi Penutup kepala
Masker
Google
Apron kedap air
Sarung tangan steril
Sarung tangan bersih
Sepatu pelindung
Sepatu boot
10 Fisioterapi Masker
Sarung tangan bersih
11 CSSD Topi/ penutup kepala
Masker
Google
Apron kedap air
Sarung tangan steril
Sarung tangan bersih
Sarung tangan rumah tangga
Sepatu pelindung
Sepatu boot
12 Laundry Topi/ penutup kepala
Masker
Google
Apron kedap air
Sarung tangan steril
Sarung tangan bersih
Sarung tangan rumah tangga
23
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Sepatu pelindung
Sepatu boot
13 Kamar jenazah Topi/penutup kepala
Masker
Google
Apron kedap air
Sarung tangan rumah tangga
Sarung tangan bersih
Sepatu pelindung
Sepatu boot
14 Perinatologi Topi/ penutup kepala
Masker
Google
Baju
Apron kedap air
Sarung tangan steril
Sarung tangan bersih
Sepatu pelindung
15 Ruang Isolasi Topi/ penutup kepala
Masker N 95
Masker
Google
Apron kedap air
Sarung tangan steril
Sarung tangan bersih
Sepatu pelindung
Sepatu boot
16 Sanitasi di ruang perawatan Topi/ penutup kepala
Masker
Google
Apron kedap air
Sarung tangan rumah tangga
Sarung tangan bersih
24
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Sepatu boot
25
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
e. Untuk peralatan yang besar seperti USG, dan X-Ray dapat didekontaminasi
permukaannya setelah digunakan di ruangan isolasi.
f. Bersihkan dan disinfeksi yang benar, peralatan terapi pernafasan terutama setelah
dipakai pasien infeksi saluran pernafasan, dapat dipakai Na. Hipoklorit 0,05%.
g. Peralatan makan pasien dibersihkan dengan air panas dan detergen (kategori I B)
h. Alat makan dicuci dalam alat pencuci otomatis atau manual dengan detergen tiap
setelah selesai makan. Benda dispossable dibuang ke tempat sampah.
Alur dekontaminasi peralatan perawatan pasien:
1. Pembersihan awal (pre cleaning) : proses yang membuat benda mati lebih aman
untuk ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan dan mengurangi, tetapi tidak
menghilangkan jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi.
2. Pembersihan : proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah atau
cairan tubuh lainnya dari permukaan benda mati ataupun membuang sejumlah
mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau
menangani objek tersebut. Proses ini adalah terdiri dari: mencuci sepenuhnya
dengan sabun atau detergen dan air atau menggunakan enzim, membilas dengan
air bersih dan mengeringkan.jangan menggunakan pembersih yang bersifat
mengikis.
3. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): proses menghilangkan semua mikroorganisme,
kecuali beberapa endospora bakterial dari objek, dengan merebus, menguapkan
atau memakai disinfektan kimiawi
4. Sterilisasi: proses menghilangkan semua mikroorganisme termasuk endospora
menggunakan uap tekanan tinggi (autoklaf), panas kering (oven), sterilisasi
kimiawi, atau radiasi.
a. Sterilisator uap tekanan tinggi (autoklaf)
Metode sterilisasi yang efektif , tetapi juga paling sulit untuk dilakukan secara
benar. Pada umumnya sterilisasi ini adalah metode pilihan untuk mensterilkan
instrumen dan alat-alat lain yang digunakan pada berbagai fasilitas pelayanan
kesehatan. Metode sterilisasi ini yang digunakan di RS. PMC
b. Sterilisator panas kering (oven)
Baik untuk iklim yang lembab tetapi membutuhkan aliran listrik yang terus
menerus, menyebabkan alat ini kurang praktis pada area terpencil atau
pedesaan. Selain sterilisasi panas kering yang membutuhkan suhu lebih tingi
hanya dapat digunakan untuk benda-benda dari gelas atau logam-logam
karena akan melelehkan bahan lainnya.
26
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
4. Pengendalian lingkungan
Pengendalian lingkungan di fasilitas pelayanan kesehatan, antara lain berupa upaya
perbaikan kualitas udara, kualitas air dan permukaan lingkungan serta desain dan
konstruksi bangunan, dilakukan untuk mencegah transmisi mikroorganisme kepada
pasien, petugas dan pengunjung.
a. Kualitas udara
Tidak dianjurkan melakukan fogging dan sinar ultraviolet untuk kebersihan
udara, kecuali dry mist dengan H2O2 dan penggunaan sinar UV untuk terminal
dekontaminasi ruangna pasien dengan infeksi yang ditransmisikan melalui
airborne. Diperlukan pembatasan junmlah personil di ruangan dan ventilasi
yang memadai. Tidak direkomendasikan melakukan kultur permukaan
lingkungan secara rutin kecuali bila ada outbreak atau renovasi / pembangunan
gedung baru.
b. Kualitas air
Seluruh persyaratan kualitas air bersih harus dipenuhi baik menyangkut bau,
rasa, warna dan susunan kimianya termasuk debitnya sesuai ketentuan
peraturan perundangan mengenai syarat-syarat dabn pengawasan kualitas air
minum .
c. Permukaan lingkungan
Seluruh permukaan lingkungan datar, bebas debu, bebas sampah, bebas
serangga dan binatang pengganggu, dan harus dibersihkan secara terus
menerus.tidak dianjurkan menggunakan karpet di ruang perawatan dan
menempatkan bunga segar , tanaman pot, bunga plastik di ruang perawatan.
Pembersihan permukaan dapat dipakai klorin 0,05% atau H2O2 0,5-1,4%, bila
ada cairan tubuh menggunakan klorin 0,5%.
Pastikan bahwa rumah sakit membuat dan melaksanakan prosedur rutin untuk
pembersihan , disinfeksi permukaan lingkungan , tempat tidur, peralatan di samping
tempat tidur dan pinggirannya, permukaan yang sering tersentuh dan pastikan
kegiatan ini di monitor (kategori I B)
RS harus mempunyai disinfektan standar untuk menghalau patogen dan
menurunkannya secara signifikan di permukaan terkontaminasi sehingga memutuskan
rantai penularan penyakit. Disinfeksi adalah membunuh secara fisika dan kimiawi
mikroorganisme tidak termasuk spora.
27
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Jarak antara tempat tidur adalah ≥ 1 meter . bila memungkinkan 1,8 meter
Tiap kamar tersedia Alcohol Based Hand Rub (ABHR) disarankan untuk
ruang rawat intensif tersedia ABHR di setiap tempat tidur
3. Luas ruangan yang tersedia
Ruang rawat pasien disarankan mempunyai luas lantai bersih antara 12-16
m2 per tempat tidur
Ruang rawat intensif dengan modul kamar individual/ kamar isolasi luas
lantainya 16-20 m2 per kamar
4. Persyaratan teknis komponen lantai, dinding dan langit-langit:
Konstruksi dasar lantai harus kuat di atas tanah yang sudah stabil,
permukaan lantai harus kuat dan kokoh terhadap beban. Permukaan lantai
terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap air , mudah dibersihkan, tidak
licin, permukaan rata, tidak bergelombang dan tidak menimbulkan genangan
air.
Dinding harus mudah dibersihkan, tahan cuaca dan tidak mudah berjamur.
Lapisan penutup dinding harus bersifat tidak berpori sehingga dinding tidak
menyimpan debu.
Langit- langit, harus mudah dibersihkan , tahan terhadap segala cuaca, tahan
terhadap air, tidak mengandung unsur yang dapat membahayakan pasien ,
serta tidak berjamur. Memiliki lapisan penutup yang bersifat tidak berpori
sehingga tidak menyimpan debu.
29
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
5. Pengelolaan Limbah
a. Tujuan pengelolaan limbah, yaitu:
Melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung dan masyarakat sekitar serta
fasilitas pelayanan kesehatan dari penyebaran infeksi dan cidera.
Membuang bahan-bahan berbahaya (sitotoksik, radioaktif,gas, limbah
infeksius,limbah kimiawi dan farmasi) dengan aman.
b. Proses pengelolaan limbah
1. Identifikasi jenis limbah
Secara umum limbah medis dibagi menjadi padat, cair dan gas. Sedangkan
kategori limbah medis padat terdiri dari benda tajam, limbah infeksius, limbah
patologi, limbah sitotoksik, limbah tabung bertekanan, limbah genotoksik, limbah
farmasi, limbah dengan kandungan logam berat,limbah kimia dan limbah
radioaktif.
2. Pemisahan limbah
Pemisahan limbah dimulai dari awal limbah dihasilkan dengan memisahkan
limbah sesuai dengan jenisnya. Tempatkan limbah sesuai dengan jenisnya, antara
lain:
Limbah infeksius: limbah yang terkontaminasi darah dan cairan tubuh
dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna kuning.
Contoh : sampel laboratorium , limbah patologis , diapers dianggap limbah
infeksius bila bekas pakai pasien dengan infeksi saluran cerna, menstruasi dan
pasien dengan infeksi yang ditransmisikan lewat darah atau cairan tubuh
lainnya.
Limbah non infeksius: limbah yang tidak terkontaminasi darah dan cairan
tubuh dimasukkan ke dalam kantong plastik berwarna hitam.
Contoh : sampah rumah tangga, sisa makanan, sampah kantor
Limbah benda tajam: limbah yang memiliki permukaan tajam, dimasukkan ke
dalam wadah tahan tusuk dan air.
31
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
32
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
6. Penatalaksanaan linen
a. Linen terbagi menjadi linen kotor dan linen terkontaminasi. Linen terkontaminasi
adalah linen yang terkena darah atau cairan tubuh lainnya, termasuk juga benda
tajam.
b. Petugas yang menangani linen harus mengunakan APD (sarung tangan rumah
tangga, apron, masker dan sepatu tertutup).
c. Linen dipisahkan berdasarkan linen kotor dan linen terkontaminasi cairan tubuh,
pemisahahn dilakukan sejak dari lokasi penggunaannya oleh perawat atau petugas.
d. Minimalkan penanganan linen kotor untuk mencegah kontaminasi ke udara dan
petugas yang menangani linen tersebut. Semua linen kotor segera dibungkus /
dimasukkan ke dalam kantong kuning di lokasi penggunaannya tidak boleh disortir
atau dicuci di lokasi dimana linen dipakai.
e. Linen yang terkontaminasi dengan darah atau cairan tubuh lainnya harus
dibungkus , dimasukkan kantong kuning dan diangkut secara hati-hati agar tidak
terjadi kebocoran.
f. Buang terlebih dahulu kotoran seperti feces ke spoelhoek atau toilet dan segera
tempatkan linen terkontaminasi kedalam kantong kuning/ infeksius. Pengangkutan
dengan troli yang terpisah.
g. Pastikan alur linen kotor dan linen terkontaminasi sampai di laundry terpisah
dengan linen yang sudah bersih.
33
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Bila darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan bersihkan dengan air.
Bagian tubuh yang tertusuk, tidak boleh ditekan dan dihisap dengan mulut.
Tatalaksana pajanan bahan infeksius di tempat kerja:
Langkah 1: Cuci
a. Tindakan darurat pada bagian yang terpajan tersebut di atas
b. Setiap pajanan dicatat dan dilaporkan kepada yang berwenang yaitu atasan
langsung dan Tim PPI dan K3 RS. Laporan tersebut sangat penting untuk
menentukan langkah berikutnya. Memulai PPP sebaiknya secepatnya kurang dari
4 jam dan tidak lebih dari 72 jam, setelah 72 jam tidak dianjurkan karena tidak
efektif.
Langkah 2: Telaah Pajanan
a. Pajanan
Pajanan yang memiliki resiko penularan infeksi adalah:
- Perlukaan kulit
- Pajanan pada selaput mukosa
- Pajanan melalui kulit yang luka
b. Bahan pajanan
Bahan yang memberikan resiko penularan infeksi adalah:
- Darah
- Cairan bercampur darah yang kasat mata
- Cairan yang potensial terinfeksi
- Virus yang terkonsentrasi
c. Status infeksi
Tentukan status infeksi sumber pajanan (bila belum diketahui) dilakukan
pemeriksaan:
- Hbs Ag untuk Hepatitis B
- Anti HCV untuk Hepatitis C
- Anti HIV untuk HIV
- Untuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan adanya faktor resiko
yang tinggi atas ketiga infeksi di atas.
d. Kerentanan
Tentukan kerentanan orang yang terpajan dengan cara:
- Status serologi terhadap HBV, bila pernah
- Pernahkah mendapat vaksinasi Hepatitis B
35
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
8. Penempatan pasien
a. Tempatkan pasien infeksius terpisah dengan pasien non infeksius.
b. Penempatan pasien disesuaikan dengan pola transmisi infeksi penyakit pasien
(droplet, airborne, kontak) sebaiknya ruangan tersendiri.
c. Bila tidak tersedia ruangan tersendiri, dibolehkan dirawat bersama pasien lain
yang jenis infeksinya sama dengan menerapkan sistem kohorting. Jarak antara
tempat tidur minimal 1 meter. Untuk menentukan pasien yang dapat disatukan
dalam satu ruangan, dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Tim PPI.
d. Semua ruangan terkait kohorting harus diberi tanda kewaspadaan berdasarkan
jenis transmisinya.
e. Pasien yang tidak dapa menjaga kebersihan diri atau lingkungannya, seyogyanya
dipisahkan tersendiri.
f. Mobilisasi pasien infeksius yang jenis transmisinya melalui udara (airborne) agar
dibatasi di lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan untuk menghindari terjadinya
transmis penyakit yang tidak perlu kepada yang lain.
g. Pasien HIV tidak diperkenankan rawat bersama dengan pasien TB dalam satu
ruangan, tetapi pasien TB-HIV dapat dirawat dengan sesama pasien TB.
Pemulangan Pasien
Upaya pencegahan infeksi harus tetap dilakukan sampai batas waktu masa
penularan
Bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir, pasien yang dicurigai terkena
penyakit menular melalui udara/ airborne harus diisolasi di dalam rumah
selama pasien tersebut mengalami gejala sampai batas waktu masa penularan
atau sampai diagnosis alternatif dibuat atau hasil uji diagnosa menunjukkan
bahwa pasien tidak terinfeksi dengan penyakit tersebut. Keluarga harus
diajarkan cara menjaga kebersihan diri, pencegahan dan pengendalian infeksi
serta perlindungan diri.
Sebelum pemulangan pasien , pasien dan keluarganya harus diajarkan tentang
tindakan pencegahan yang perlu dilakukan, sesuai dengan cara penularan
penyakit menular yang diderita pasien.
Pembersihan dan desinfeksi ruangan yang benar perlu dilakukan setelah
pemulangan pasien.
37
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Pemulasaran Jenazah
Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan standar ketika menangani
pasien yang meninggal akibat penyakit menular
APD lengkap harus digunakan petugas yang menangani jenazah jika pasien
tersebut meninggal dalam masa penularan
Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang tidak
mudah tembus sebelum dipindahkan ke kamar jenazah
Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar kantong
jenazah
Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah meninggal dunia
Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, dijinkan untuk melakukannya
sebelum jenazah dimasukkan ke dalam kantong jenazah dengan menggunakan
APD
Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang penanganan
khusus bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit menular.
Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet
Jika akan diotopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika diizinkan oleh
keluarga dan Direktur Rumah Sakit
Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi
Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus
Jenazah sebaiknya tidak lebih dari empat jam disemayamkan di pemulasaran
jenazah.
38
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
39
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
40
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
(MRSA), kolitis yang disebabkan oleh Clostridium dificille , (RSV) pada anak,
infeksi kulit dengan scabies. Impetigo, herpes zooster diseminata dan viral
hemorrhagic fever.
f. Varicella diseminata merupakan contoh infeksi yang memerlukan dua macam
kewaspadaan berdasarkan cara penularannya yaitu airborne dan contact
precautions.
g. Kebijakan mengenai isolasi khusus terhadap mikroorganisme seperti Vancomycin
Resistant Enterococci (VRE) dan Clostridium dificille mencakup kewaspadaan
terhadap semua bentuk kontak dengan pasien, peralatan sekitar tempat tidur dan
lingkungan dekat pasien. Penekanan khusus pemakaian peralatan tersendiri untuk
masng-masing pasien untuk menghindari pemakaian alat secara bersama. Menjaga
kebersihan sekitar pasien juga merupakan hal yang perlu diperhatikan.
41
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Transport pasien Batasi gerak Batasi gerak. Bila Batasi gerak, bila pasien
diperlukan ke luar keluar ruangan, pasien
ruangan, pasien diberi diberi respirasi dan etika
respirasi dan etika batuk batuk
APD - Kebersihan tangan - Kebersihan tangan - Kebersihan tangan
sebelum sebelum sebelum menggunakan
menggunakan APD menggunakan APD APD
- Sarung tangan dan - Sarung tangan, gaun - Masker bedah untuk
gaun bagi petugas dan masker dipakai pasien dan respirator
saat masuk ke ruang bila bekerja dalam partikulat untuk petugas
pasien. radius 1-2 meter saat masuk ke ruang
- ganti sarung tangan terhadap pasien, saat pasien.
setelah kontak kontak erat - Orang yang rentan tidak
dengan bahan - Gaun dan apron sama boleh masuk ruang
infeksius ( feses, seperti transmisi pasien yang diketahui
cairan tubuh, darah) kontak atau suspek campak,
- pakai gaun bersih cacar air.
saat masuk ruang - Bila masuk atau
pasien untuk melakukan tindakan
melindungi petugas dengan kemungkinan
dari kontak dengan timbul aerosol, maka
pasien, permukaan petugas harus
43
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
44
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Sindrom atau Kondisi Klinik yang Secara Empirik Memerlukan Kewaspadaan Tambahan
Sindrom/ kondisi Klinik Penyebab Potensial Kewaspadaan Empiris
Diare:
1. Diare akut dengan Enteritic pathogen Kontak
kemungkinan infeksi pada
pasien inkontinensia
2. Diare pada dewasa dengan Clostridium dificille Kontak
riwayat pemakaian
antibiotik broad spekturm
atau jangka lama
Meningitis: Kontak
Rush/ exantum umum dengan
etiologi yang tidak diketahui:
1. Ptekiae/ekimosis dengan Neisseria meningitis Droplet
demam
2. Vesikuler Varicella Airborne/ kontak
3. Makulopapular dengan Rubella Airborne
pilek dan demam
Infeksi respirasi:
1. Batuk/ demam/ infiltrat M. Tuberculosis Airborne
lobus atau paru pada
45
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Surveillans infeksi terkait pelayanan kesehatan adalah suatu proses yang dinamis ,
sistematis, terus menerus dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan interpretasi data
kesehatan yang penting di fasilitas pelayanan kesehatan pada suatu populasi spesifik dan
didiseminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan
46
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
dalam perencanaan, penerapan serta evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan
kesehatan.
Phlebitis
Penyakit dan organisme yang penting dari sudut epidemiologik seperti multi drug resisten
organisme (jenis bakteri yang termasuk didalamnya adalah MRSA (Methycillin Resistant
Staphylococcus Aureus), VRE (Vancomycin Resistant Enterococci), beberapa GNB
(Gram Negativ Bacilli) yang disebut sebagai ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase)
dan bakteri lain yang memenuhi kriteria diatas. MDRO dapat menyebabkan kolonisasi
(hanya di site of infection tidak menyebar sistemik) dan infeksi sistemik berat. Pada kasus
kolonisasi dihindarkan pemberian antibiotika sistemik ,untuk mencegah resistensi bakteri
MDRO kolonisasi tersebut terhadap antibiotika yang masih sensitif secara in vitro. Pada
kasus infeksi sistemik karena MDRO, pasien dapat berada dalam kondisi infeksi berat
mengancam jiwa (life threatening).
Timbulnya infeksi baru (emerging) atau timbul kembalinya infeksi di masyarakat (re-
emerging).
Jenis penyakit emerging: Avian Influenza (H5N1), virus Ebola, HIV, Hepatitis C,
H1N1,dan lain-lain.
Metode surveillans yang digunakan di RS. Pekanbaru Medical Center adalah Surveillans
Target, karena dapat memberikan hasil yang lebih tajam dan memerlukan sumber daya manusia
yang sedikit.
c. Tahap 3 : penggunaan definisi infeksi yang mudah dipahami dan mudah diaplikasikan
2. Pengumpulan Data
c. Data yang dikumpulkan dan dilakukan pencatatan meliputi data demografi, faktor
resiko antimikroba yang digunakan dan hasil kultur resistensi, nama, tanggal lahir,
jemis kelamin, nomor rekam medik dan tanggal masuk RS, tanggal infeksi muncul,
lokasi infeksi, ruang perawatan saat infeksi muncul pertama kali, faktor resiko, data
radiologi.
3. Analisis
a. Insiden Rate
Denominator adalah jumlah hari pemasangan alat dalam kurun waktu tertentu atau
jumlah pasien yang dilakukan tindakan pembedahan dalam kurun waktu tertentu.
Data harus dianalisa dengan cepat dan tepat untuk mendapatkan informasi apakah ada
masalah infeksi rumah sakit yang memerlukan penanggulangan atau investigasi lebih
lanjut.
Stratifikasi resiko infeksi berdasarkan kategori risk, yaitu klasifikasi operasi , klasifikasi ASA
dan T.Time
4. Interpretasi
Tahap 7. Interpretasi
48
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Interpretasi yang dibuat harus menunjukkan informasi tentang penyimpangan yang terjadi.
Bandingkan angka infeksi rumah sakit apakah ada penyimpangan , dimana terjadi kenaikan
atau penurunan yang cukup tajam. Bandingkan rate infeksi dengan NNIS/CDC/WHO.
Perhatikan dan bandingkan kecendrungan menurut jenis infeksi, ruang perawatan dan
mikroorganisme patogen penyebab bila ada. Jelaskan sebab-sebab peningkatan atau penurunan
angka infeksi rumah sakit dengan melampirkan data pendukung yang relevan dengan masalah
yang dimaksud.
5. Pelaporan
Tahap 8. pelaporan
a. Laporan dibuat secara periodik , tergantung institusi bisa setiap triwulan, semester,
tahunan atau sewaktu-waktu jika diperlukan.
b. Laporan dilengkapi dengan rekomendasi tindak lanjut bagi pihak terkait dengan
peningkatan infeksi.
d. Tujuan diseminasi agar pihak terkait dapat memanfaatkan informasi tersebut untuk
menetapkan strategi pengendalian infeksi rumah sakit. Laporan disampaikan kepada
seluruh anggota tim PPI, direktur rumah sakit, ruangan atau unit terkait.
6. Evaluasi
c. Kualitas data
d. Ketepatan analisa
e. Hasil penilaian: apakah sistem surveillans sudah sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
Hasil pelaksanaan surveillans merupakan dasar untuk melakukan perencanaan lebih lanjut . jika
terjadi peningkatan infeksi yang signifikan yang dapat dikategorikan kejadian luar biasa, maka
perlu dilakukan upaya penanggulangan kejadian luar biasa.
49
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
ICRA (Infection Control Risk Assesment) adalah proses multidisiplin yang berfokus pada
pengurangan infeksi, pendokumentasian dengan mempertimbangkan populasi pasien,
fasilitas dan program:
- Fokus pada pengurangan resiko infeksi.
- Tahapan perencanaan fasilitas, desain, kontruksi, renovasi, pemeliharaan fasilitas.
- Pengetahuan tentang infeksi, agen infeksi, dan lingkungan perawatan, yang
memungkinkan organisasi untuk mengantisipasi dampak potensial
ICRA merupakan pengkajian yang dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif terhadap resiko
infeksi terkait aktivitas pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan serta mengenali
ancaman / bahaya dari aktivitas tersebut.
ICRA mempunyai tujuan mencegah dan mengurangi resiko terjadinya HAI‟s pada pasien,
petugas dn pengunjung di rumah sakit di rumah sakit dengan cara:
a. External
1. Terkait dengan komunitas: kejadian KLB di komunitas yang berhubungan dengan
penyakit menular: influenza, meningitis.
2. Penyakit lain yang berhubungan dengan kontaminasi pada makanan, air seperti
Hepatitis A, dan salmonella.
3. Terkait dengan bencana alam
4. Kecelakaan massal
b. Internal
1. Resiko terkait pasien: jenis kelamin, usia, populasi kebutuhan khusus.
2. Resiko terkait petugas kesehatan
- Kebiasaan kesehatan perorangan
- Budaya keyakinan tentang penyakit menular
50
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
51
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Hindari resiko
Identifikasi resiko
Analisa
Monitoring resiko
resiko
Kontrol
resiko
Jenis resiko dan tingkat resiko berbeda di setiap unit fasilitas pelayanan kesehatan. Pencatatan
resiko adalah pencatatan semua resiko yang sudah diidentifikasi , untuk kemudian dilakukan
pemeringkatan (grading) untuk menentukan matriks resiko dengan kategori merah, kuning, hijau.
Pemeringkatan (grading) dalam bentuk tabel sebagai berikut:
52
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
53
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Skor = nilai probabilitas x nilai dampak resiko x nilai sistem yang ada
Untuk kasus yang membutuhkan penanganan segera , tindakan sesuai tingkat dan band risiko
Ekstrem (sangat tinggi) Resiko ekstrem , dilakukan RCA paling lama 45 hari,
membutuhkan tindakan segera, perhatian sampai ke
Direktur RS : perlu pengkajian yang sangat dalam
High (tinggi) Resiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji
dengan detail dan perlu tindakan segera, serta
membutuhkan tindakan top manajemen : perlu
penanganan segera.
54
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
4 3 2 1 0 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
1 Belum memiliki
ruang dispensing
2 Petugas belum
mengikuti
pelatihan tentang
dispensing
Prioritas ICRA
55
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Tipe B Kegiatan non invasif skala kecil , durasi pendek dengan resiko
debu minimal , termasuk namun tidak terbatas pada:
56
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
57
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Rendah I II II III/IV
Sedang I II III IV
Tinggi I II III/IV IV
59
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Melakukan identifikasi masalah yang berkaitan dengan ventilasi, pipa air, dan
kemungkinan pemadaman listrik akibat konstruksi
60
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
Apakah PPI setuju dengan rencana relatif terhadap bersih dan kotor kamar
utilitas?
Waktu Pelaksanaan
a. ICRA infeksi, prosedur dan proses asuhan invasif dan program penunjang dilaksanakan setiap
setahun sekali
b. ICRA renovasi dilaksanakan sesuai kebutuhan
61
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
BAB V
LOGISTIK
62
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
6.1. Pengertian
Merupakan suatu sistem yang membuat asuhan pasien di Rumah Sakit menjadi lebih aman.
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya di ambil.
6.2. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan pelaksanaan keselamatan pasien (Patient Safety) :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) di Rumah Sakit.
4. Terlaksananya program – program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD).
63
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
64
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
4. Penutup kepala
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan rambut
tidak masuk dalam luka selama pembedahan.Penutup kepala harus cukup besar untuk
menutup semua rambut.Meskipun penutup kepala dapat memberikan sejumlah
perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi pemakainya
dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.
5. Gaun pelindung
Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam lain, pada saat
merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
droplet/airbone. Pemakaian gaun pelindung terutama adalah untuk melindungi baju dan
kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi. Kontaminasi pada pakaian yang dipakai saat
bekerja dapat diturunkan dengan memakai gaun pelindung.
6. Apron
Terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air untuk sepanjang bagian
depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan harus mengenakan apron di bawah
gaun penutup ketika melakukan perawatan langsung pada pasien, membersihkan pasien
atau melakukan prosedur di mana ada resiko tumpahan darah, cairan tubuh atau sekresi.
Apron akan mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.
7. Pelindung kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat yang
mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Sepatu yang tahan terhadap benda tajam
atau kedap air harus tersedia di kamar bedah.
65
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
66
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Di era globalisasi dan pasar bebas yang akan berlaku pada tahun 2020 mendatang,
kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang telah ditetapkan dalam
hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh
negara anggota, termasuk bangsa indonesia. Untuk mengantisipasi hal tersebut, serta
mewujudkan perlindungan masyarakat pekerja Indonesia, telah ditetapkan Visi Indonesia Sehat
2010 yaitu gambaran masyarakat Indonesia di masa depan, yang penduduknya hidup dalam
lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya
untuk menciptakan tempat kerja yang aman , bebas, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan ,
sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat
mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan petugas kesehatan
dan non kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan
dan penyakit akibat kerja di beberapa negara maju menunjukkan kecendrungan peningkatan
prevalensi. Sebagai faktor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan
kualitas serta ketrampilan kerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan resiko
kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.dalam
penjelasan Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan
antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi
gangguan kesehatan pada pekerja , keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kegiatan
tenaga atau petugas kesehatan mempunyai resiko berasal dari faktor fisik, kimia, ergonomi dan
psikososial. Variasi, ukuran, tipe dan kelengkapan sarana dan prasarana menentukan kesehatan
dan keselamatan kerja. Oleh karena itu, penerapan budaya “aman dan sehat dalam bekerja”
hendaknya dilaksanakan pada semua Institusi di Sektor / aspek kesehatan.
67
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk mengukur
mutu pelayanan Rumah Sakit yaitu :
8.1. Definisi
Indikator adalah: ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator
merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang baik
adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria adalah spesifikasi dari indikator.
Standar :
1. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang
dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab untuk mempertahankan
tingkat performance atau kondisi tersebut.
2. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
3. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan prinsip
dasar sebagai berikut:
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
– Keprofesian
– Efisiensi
– Keamanan pasien
– Kepuasan pasien
– Sarana dan lingkungan fisik
2. Indikator yang dipilih
– Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
– Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok daripada untuk
perorangan.
– Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah Sakit
– Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk dimonitor
– Didasarkan pada data yang ada.
68
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
69
Keputusan Direktur RS. PMC
Nomor : 02/14.3/B/DIR/RS.PMC/II/2022
Tanggal : 03 Februari 2022
Tentang : Pedoman Pelayanan Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi
BAB IX
PENUTUP
Pedoman pelayanan yang dicantumkan merupakan prosedur baku maksimal yang harus
diupayakan untuk dilaksanakan seluruhnya oleh setiap personil Rumah Sakit yang terlibat dan
berlaku di setiap ruang terkait. Disadari bahwa keterbatasan sarana dan prasarana serta sumber
daya dan dana masih merupakan kendala di Rumah Sakit.
Namun keterbatasan ini tidak dapat dipergunakan sebagai alasan untuk menurunkan baku
prosedur pelayanan kesehatan yang harus diberikan kepada pasien. Dengan memiliki
pengetahuan dan sikap yang memadai, diharapkan semua personil Rumah Sakit akan memiliki
perilaku dan kemampuan yang memadai pula dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang
tersedia secara tepat guna dan berhasil guna dalam pengendalian infeksi nosokomial secara
berencana dan terorganisir dengan baik merupakan suatu keharusan bagi setiap rumah sakit.
Ditetapkan di : Pekanbaru
70