Anda di halaman 1dari 22

PEDOMAN PENGORGANISASIAN

KOMITE PENCEGAHAN DAN


PENGENDALIAN INFEKSI

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI………………………………………………………..
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BUNDA
NOMER:038/RSUB/2018 TENTANG PEDOMAN PENGORGANISASIAN
KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
UMUM BUNDA
LAMPIRAN SURAT PERATURAN DIREKTUR NOMOR 038/RSUB/2018
TENTANG PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM BUNDA
BAB I PENDAHULUAN………………………………….. 1
BAB II GAMBARAN UMUM RS…………………………. 2
BAB III VISI, MISI, DAN TUJUAN RS…………….………. 6
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT……. 7
BAB V STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA………… 8
BAB VI URIAN TUGAS PPI………………………………… 9
BAB VII TATA HUBUNGAN…………………….………..... 14
BAB VIII POLA KETENAGAAN…………………………..… 15
BAB IX PERTEMUAN RAPAT………..…………………… 16
BAB IX PELAPORAN…………………..…………………… 18
Lampiran
RUMAH SAKIT UMUM
BUNDA
Jalan Rajawali No 36 Jembrana – Bali
Telp. (0365) 40251 Fax (0365)40089

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BUNDA


NOMOR : 038/RSUB/2018

TENTANG
PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI PADA RUMAH SAKIT UMUM BUNDA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BUNDA


Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pencegahan dan
pengendalian infeksi di RS, perlu ditetapkan dan
diberlakukan pedoman pengorganisasian komite
pencegahan dan pengendalian infeksi di lingkungan
RSU Bunda;
b. bahwa untuk maksud tersebut perlu ditetapkan
dalam Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit
Umum Bunda;

Mengingat : 1. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 36


Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Surat Keputusan Menteri Kesehatan
No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 11 Tahun 2017
Tentang Keselamatan Pasien;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 27
tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 39 Tahun 2017
Tentang Akreditasi Rumah Sakit;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PEMBERLAKUKAN PEDOMAN PENGORGANISASIAN
KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RUMAH SAKIT UMUM BUNDA
Sebagai acuan dalam koordinasi komite PPI.
Kesatu : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini,
Kedua : maka segala sesuatunya akan diatur sebagaimana mestinya.
1. Dengan terbitnya keputusan ini, SK direktur nomor:
001/PPI/RSUB/I/2015 tidak berlaku lagi.
Ketiga :
2. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan apabila kemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam pentepannya akan
diadakan perubahan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Jembrana
Pada tanggal : 5 Januari 2018
Direktur RSU Bunda

Dr. Dewa Gede Sidan Ardhana


NIK.19510609.201501.1.001
LAMPIRAN
SURAT PERATURAN
DIREKTUR NOMOR :
038/RSUB/2018 TENTANG
PEMBERLAKUAN
PEDOMAN
PENGORGANISASIAN
KOMITE PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN
INFEKSI PADA RUMAH
SAKIT UMUM BUNDA

BAB I
PENDAHULUAN

Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan


pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangatpenting
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karenaitu rumah sakit
dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar
yang sudah ditentukan.
Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan
danpengunjung di rumah sakit dihadapkan pada risiko terjadinya infeksi
atauinfeksi nosokomial yaitu infeksi yang diperoleh di rumah sakit, baik
karenaperawatan atau datang berkunjung ke rumah sakit. Angka infeksi
nosokomial
terus meningkat (Al Varado, 2000) mencapai sekitar 9% (variasi 3-21%) ataulebih
dari 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia.
Untuk meminimalkan risiko terjadinya infeksi di rumah sakit danfasilitas
pelayanan kesehatan lainnya perlu diterapkan pencegahan danpengendalian
infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang meliputi perencanaan,pelaksanaan, pembinaan,
pendidikan dan pelatihan, serta monitoring dan
evaluasi.
Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit (PPIRS) sangat
pentingkarena menggambarkan mutu pelayanan rumah sakit. Apalagi akhir-

1
akhirini muncul berbagai penyakit infeksi baru (new emerging, emerging
diseasesdan re-emerging diseases).
Wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dari penyakit infeksi sulit
diperkirakandatangnya, sehingga kewaspadaan melalui surveilans dan
tindakanpencegahan serta pengendaliannya perlu terus ditingkatkan. Selain
ituinfeksi yang terjadi di rumah sakit tidak saja dapat dikendalikan tetapi juga
dapat dicegah dengan melakukan langkah-langkah yang sesuai denganprosedur
yang berlaku.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan
RIbersama World Health Organization (WHO) ke rumah sakit - rumah sakit
diPropinsi / Kabupaten / Kota disimpulkan bahwa Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (KPPIRS) selama ini belum berfungsi
optimal sebagaimana yang diharapkan. Penelitian juga menunjukkan bahwa
anggota komite belum memahami dengan baik tugas, kewenangan, serta tanggung
jawab yang harus dilaksanakan dalam lingkup pencegahan dan pengendalian
infeksi di rumah sakit.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Direktur Rumah Sakit
Umum Bunda menyusun Pedoman Pengorganisasian Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Umum Bunda merupakan salah satu faktor
pendukung yang sangat penting untukmendapat dukungan dan komitmen dari
seluruh karyawan rumah sakit.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM RS

Rumah Sakit Umum Bunda merupakan rumah sakit swasta, sebagai


penunjang pelayanan kesehatan di Kabupaten Jembrana, yang bertujuan untuk
meningkatkan kwalitas kesehatan masyarakat umum.
Rumah Sakit adalah suatu institusi pelayanan kesehatan yang kompleks,
padat pakar, padat modal dan padat tehnologi. Kompleksitas ini muncul karena
pelayanan di Rumah Sakit menyangkut berbagai tingkatan maupun jenis disiplin
pelayanan. Agar rumah sakit mampu melaksanakan fungsi yang demikian, maka
rumah sakit harus memiliki perangkat penunjang sumber daya manusia yang
profesional baik di bidang teknis medis maupun administrasi kesehatan.
RSU Bunda termasuk dalam katagori type C, yang memberikan pelayanan
rawat jalan dan juga pelayanan rawat inap. Pelayanan rawat jalan dilakukan oleh 6
poliklinik yang ada, lengkap dengan dokter spesialisnya, kecuali poli umum dan
poli gigi. Selain itu RSU Bunda memiliki beberapa unit dan instalasi didalamnya,
antara lain Instalasi Gawat Darurat yang melayani selama 24 jam, Unit Rawat
Inap, Unit Rawat jalan, Unit Radiologi, Unit Rekam Medis, Unit Laboratorium,
Instalasi Farmasi dan Unit Bedah Sentral.
RSU Bunda diharapkan mempunyai daya ungkit untuk meningkatkan
pendapatan dari pendapatan fungsional dan pendapatan umum. Untuk
meningkatkan pendapatan, diperlukan upaya meningkatkan jenis dan mutu
pelayanan.
Lingkungan bisnis yang terus berubah, memerlukan pengelolaan
perubahan yang dapat memetakan pengaruh kekuatan-kekuatan tarhadap arah
organisasi dan untuk menaikan citra organisasi agar mendapatkan legitimasi
dalam pencapaian visi dan berkompetisi memenangkan persaingan mencapai visi
sosio ekonominya.
Tantangan dan tekanan Rumah Sakit akan selalu muncul sesuai dengan
perkembangangan teknologi kedokteran, perkembangan jenis penyakit dan
tuntutan masyarakat tentang perbaikan mutu layanan.

3
Secara histories Rumah Sakit Umum Bunda pada mulanya merupakan
sebuah poliklinik bersalin dan berdiri pada tahun 2005. Poliklinik tersebut
semakin lama semakin berkembang kemudian mendapat tambahan beberapa
bangsal sehingga menjadi sebuah Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Bunda
kemudian berkembang lagi menjadi Rumah Sakit Umum Bunda.
Pada tanggal 26 Juni 2006, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Bali telah ditetapkan Izin Operasional Tetap Rumah Sakit
Khusus Ibu dan Anak Bunda
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
YM.02.04.3.5.3496, tanggal 1 Agustus 2006 tentang Pemberian Izin
Penyelenggaraan Kepada PT BUNDA JEMBRANA Untuk Menyelenggarakan
Rumah Sakit Khusus dengan nama “Rumah Sakit Khusus Bersalin Ibu dan Anak
Bunda”
Pada tanggal 3 Mei 2011 Izin penyelenggaraan Rumah Sakit tersebut telah
diperpanjang kembali sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Bali Nomor : 445/3377/Yankes Dikes, tentang Pemberian Izin
Penyelenggaraan Tetap Rumah Sakit (Perpanjangan I) Kepada PT BUNDA
JEMBRANA Untuk Menyelenggarakan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
Bunda. Yang pelayanannya mencangkup semua jenis penyakit ibu dan semua
jenis penyakit anak.
Pada tanggal 4 Februari 2013 telah menjadi Rumah Sakit Umum Bunda
sesuai dengan Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten
Jembrana, Nomor 503/033/Op.RS.01/Kes/KPPT/II/ 2013
Fungsi Keberadaan RSU Bunda yaitu :
1) Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan kesehatan Rumah
Sakit.
2) Pengorganisasian pelaksanaan di bidang pelayanan kesehatan Rumah
Sakit.
3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan kesehatan
Rumah Sakit.

4
 Nama : RSU Bunda
 Alamat : Jl. Rajawali No. 36 Jembrana Bali
 Telp/Fax : (0365) 40251 fax (0365) 40089
 Pemilik :PT.Bunda Jembrana
(Dr. I Gede Made Sarjana, Sp.OG )
 Badan Hukum :PT. Bunda Jembrana Bali
 Nomor : 02, Tgl 15 Februari 2006
 Notaris : I Putu Ngurah Hadi Sudewa, SH
 Luas tanah :4120 m2
 Kelas RSB :C
 Surat Ijin Operasional : Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Bali
 Nomor : 445/3377/yankes dikes
 Nama Direktur : Dr. Dewa Gede Sidan Ardhana

5
BAB III
VISI, MISI, DAN TUJUAN RS

1. VISI
Visi Rumah Sakit Umum Bunda adalah menjadi rumah sakit pilihan utama
di Jembrana yang memberikan pelayanan prima.

2. MISI
Misi Rumah Sakit Umum Bunda adalah :
a. Mewujudkan Rumah Sakit yang bermutu, profesional dan
mengutamakan keselamatan pasien.
b. Mewujudkan sumber daya manusia yang profesional dan sejahtera.
c. Mewujudkan lingkungan rumah sakit yang bersih dan tertib.

3. TUJUAN
Berpartisifasi dalam pembangunan kesehatan masyarakat demi
peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia secara rohani dan
jasmani

6
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

DIREKTUR RSU BUNDA


dr. Dewa Gede Sidan
Ardhana
Bagian Tata Usaha
Ni Putu Nopariani Warsiki
Kelompok Jabatan
Fungsional

Subag Umum & Kepegawaian Subag PEP Subag Keuangan


Ni Luh De Arsiani Ni Ketut Dewi Pibriyani,S.Sos Jumrotul Karmila,SE

Bidang Pelayanan Medik dan Bidang Penunjang Medik Bidang Penunjang Non Medis
Keperawatan Ns. Deni Susiyatin,S.Kep Ns. Ni Wayan Sri Rahayuni
dr. Ryna Harlistyanti,Sp.A Utami,S.Kep

Seksi Sarana Prasarana


Seksi Rajal, Ranap, Rasip Seksi Logistik Ni Putu Ayu Wijayanti, S.Pd
Gst. Ayu Putu Dian Ferayanti,AMK Ni Putu Yuniasih,S.Farm,Apt

Seksi Mutu, Sertifikasi Rekam Seksi Diagnostik Seksi Kesehatan Lingkungan


Medis Inge Maria Stevani S.,A.Md, AK Ni Nyoman Sri Lindayanti,
dr. I Putu Agus Suryawan A.md.Kl

Direktur PT. Banda Jembrana

Dr. I Gde Made Sarjana,Sp.OG


7
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA

Sesuai Surat Keputusan Direktur RS Umum Bunda Nomor


028/RSUB/2018 tanggal 5 Januari 2018 tentang Struktur Organisasi Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Umum Bunda, Komite
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi berada di bawah Direktur.

Direktur
Dr. Dewa Gede Sidan Ardhana

Ketua Komite PPI


Dr. Ni Luh Tatik Sri Wahyuni, Sp. PD

Sekretaris PPI
Ns. I Made Arysta Suryawan, S. Kep

Infection Prevention and Infection Prevention and


Control Link Nurse (IPCLN) Control Nurse (IPCN) ANGGOTA
NO NAMA JABATAN
1. Dr. Ryna Harlistyanti, Sp. A Dokter Spesialis Anak
2. Dr. Ida Ayu Raga Diantari Dokter Umum
3. I Made Arysta Suryawan IPCN
4. Fema Arga Dinata IPCLN, IGD
5. Putu Ayu Rusni Lestari IPCLN, Unit Bedah Sentral
6. Fitrotul Uzmah IPCLN
7. Ayu Sari Dewi IPCLN, VK, Peri
8. Windy Tri Retno Sari Farmasi
9. Oki Wibawa Putra Laboratorium
10. Ketut Ariani Laundry
11. Kartini, S.Gz Instalasi Gizi
12. Dr. Agus Suryawan Bidang K3
13. Ni Nyoman Sri Lindayanti Bidang Pemeliharaan Sarana
14. Gusti Ayu Putu Dian Ferayanti Unit Rawat Inap
15. Putu Ayu Diarmini Housekeeping
16. Putu Risza Pradnyani Radiology
17. Ni Putu Eka Mahayani Rekam Medis

BAB VI
8
URAIAN TUGAS KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI PADA RUMAH SAKIT UMUM BUNDA

1. DIREKTUR
a. Membentuk Komite/ Tim PPI dengan surat keputusan
b. Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial.
c. Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana
termasuk anggaran yang dibutuhkan.
d. Menentukan kebijakan pencegahan dan pengendalian
infeksinosokomial.
e. Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial berdasarkan saran dari Komite PPIRS.
f. Mengadakan evaluasi kebijakan pemakaian antibiotika yang rasional
dan disinfektan di rumah sakit berdasarkan saran dari Komite PPIRS.
g. Dapat menutup suatu unit perawatan atau instalasi yang dianggap
potensial menularkan penyakit untuk beberapa waktu sesuai
kebutuhan berdasarkan saran dari Komite PPIRS.
h. Mengesahkan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk PPIRS.
i. Memfasilitasi pemeriksaan kesehatan petugas di Fasilitas Kesehatan,
terutama bagi petugas yang berisiko tertular infeksi minimal 1 tahun
sekali, dianjurkan 6 (enam) bulan sekali.

2. KOMITE PPI
a. Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
b. Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPI, agar kebijakan dapat
dipahami dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan.
c. Membuat SPO PPI.
d. Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program
tersebut.
9
e. Melakukan investigasi masalah atau kejadian luar biasa HAIs
(Healthcare Associated Infections)
f. Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara
pencegahan dan pengendalian infeksi.
g. Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dalam PPI.
h. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip
PPI dan aman bagi yang menggunakan.
i. Mengidentifikasi temuan di lapangan dan mengusulkan pelatihan
untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) rumah
sakit dalam PPI.
j. Melakukan pertemuan berkala, termasuk evaluasi kebijakan.
k. Berkoordinasi dengan unit lain terkait dalam hal pencegahan dan
pengendalian infeksi rumah sakit, antara lain:
1) Tim Pengendalian Resistensi Antimikroba (TPRA) dalam
penggunaan antibiotika yang bijak dirumah sakit berdasarkan pola
kuman dan resistensinya terhadap antibiotika dan
menyebarluaskan data resistensi antibiotika.
2) Tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk menyusun
kebijakan.
3) Tim keselamatan pasien dalam menyusun kebijakan clinical
governance and patient safety
l. Mengembangkan, mengimplemntasikan dan secara periodic mengkaji
kembali rencana manajemen PPI apakah telah sesuai kebijakan
manajemen rumah sakit.
m. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan
pengadaan alat dan bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara
pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen sesuai dengan prinsip
PPI.
n. Menentukan sikap penutupan ruangan rawat bila diperlukan karena
potensial menyebarkan infeksi.

10
o. Melakukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan yang
menyimpang dari standar prosedur/monitoring surveilans proses.
p. Melakukan investigasi, menetapkan dan melaksanakan
penanggulangan infeksi bila ada KLB dirumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.

3. KETUA KOMITE PPI


a. Bertanggung jawab atas
- Terselenggaranya dan evaluasi program PPI
- Penyusunan rencana strategis program PPI
- Penyusunan pedoman manajerial dan pedoman PPI
- Tersedianya SPO PPI
- Penyusuna dan penetapan serta mengevaluasi kebijakan PPI
- Memberikan kajian KLB infeksi di RS
- Terselenggaranya pelatihan dan pendidikan PPI
- Terselenggaranya pengkajian pencegahan dan pengendalian
risiko infeksi
- Terselenggaranya pengadaan alat dan bahan terkait dengan PPI
- Terselenggaranya pertemuan berkala
b. Melaporkan kegiatan Komite PPI kepada Direktur

4. SEKRETARIS
a. Memfasilitasi tugas ketua komite PPI
b. Membantu koordinasi
c. Mengagendakan kegiatan PPI

5. IPCD ( INFECTION PREVENTION AND CONTROL DOCTOR)


a. Berkontribusi dalam diagnosis dan terapi infeksi yang benar.
b. Turut menyususn pedoman penulisan resep antibiotic dan surveilens
c. Mengidentifikasi dan melaporkan kuman pathogen dan pola resistensi
antibiotika.

11
d. Bekerjasama dengan IPCN/perawat PPI melakukan monitoring
kegiatan surveilans infeksi dan mendeteksi serta investigasi KLB.
Bersama komite PPI memperbaiki kesalahan yang terjadi, membuat
laporan tertulis hasil investigasi dan melaporkan kepada pimpinan
rumah sakit.
e. Membimbing dan mengadakan pelatihan PPI bekerja sama dengan
bagian pendidikan dan pelatihan (Diklat) di rumah sakit
f. Turut memonitoring cara kerja tenaga kesehatan dalam merawat
pasien.
g. Turut membantu semua petugas kesehatan untuk memahami
pencegahan dan pengendalian infeksi.

6. IPCN (INFECTION PREVENTION AND CONTROL NURSE)


a. Melakukan kunjungan kepada pasien yang berisiko di ruangan setiap
hari untuk mengidentifikasi kejadian infeksi pada pasien di rumah
sakit
b. Memonitoring pelaksanaan program PPI, kepatuhan penerapan SPO
dan memberikan saran perbaikan bila diperlukan
c. Melaksanakan surveilens infeksi dan melaporkan kepada komite PPI.
d. Turut serta melakukan kegiatan mendeteksi dan investigasi KLB
e. Memantau petugas kesehatan yang terpajan bahan infeksius/tertusuk
bahan tajam bekas pakai untuk mencegah penularan infeksi
f. Melakukan diseminasi prosedur kewaspadaan isolasi dan memberikan
konsultasi tentang PPI yang diperlukan pada kasus tertentu yang
terjadi di fasyankes
g. Melakukan audit PPI diseluruh wilayah fasyankes dengan
menggunakan daftar tilik
h. Memonitor pelaksanaan pedoman penggunaan antibiotika bersama
komite/tim PPRA
i. Mendesain, melaksanakan, memonitor, mengevaluasi dan melaporkan
surveilans infeksi yang terjadi di rumah sakit bersama komite PPI
j. Memberikan motivasi kepatuhan pelaksanaan program PPI
12
k. Memberikan saran dan desain ruangan rumah sakit agar sesuai dengan
prinsip PPI
l. Meningkatkan kesadaran pasien dan pengunjung rumah sakit tentang
PPI.
m. Memprakarsai penyuluhan bagi petugas kesehatan, pengunjung, dan
keluarga tentang topic infeksi yang sedang berkembang di
masyarakat, infeksi dengan insiden tinggi
n. Sebagai koordinator antara departemen/ unit dalam mendeteksi,
mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah sakit
o. Memonitoring dan evaluasi peralatan medis single use yang di re-use

7. IPCLN (INFECTION PREVENTION CONTROL LINK NURSE)


a. Mencatat data surveilans dari setiap pasien diunit rawat inap masing-
masing.
b. Memberikan motivasi dan mengingatkan tentang pelaksanaan
kepatuhan pencegahan dan pengendalian infeksi pada setiap personil
ruangan di unit rawatnya masing-masing.
c. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam penerapan
kewaspadaan isolasi.
d. Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya HAIs
pada pasien.
e. Bila terdapat infeksi potensial KLB melakukan penyuluhan bagi
pengunjung dan konsultasi prosedur PPI berkoordinasi dengan IPCN
f. Memantau pelaksanaan penyuluhan bagi pasien, keluarga dan
pengunjung dan konsultasi prosedur yang harus dilaksanakan.

BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

13
DIREKTUR

INSTALASI/UNIT PPI KOMITE/PANITIA

DOKTER/SPESIALIS

Keterangan :
1. Hubungan kerja komite PPI dengan Dokter spesialis
Dalam penerapan kebijakan penggunaan antibiotika sesuai hasil pemetaan
pola kuman
2. Hubungan kerja komite PPI dengan komite/panitia
a. Dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah
sakit
b. Menginformasikan laporan HAIs
3. Hubungan kerja komite PPI dengan Instalasi/Unit
Dalam hal penerapan/pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit

BAB VIII
POLA KETENAGAAN

14
Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi Jml. Ketenagaan
Ka. Komite PPI S1. Dokter Pelatihan PPI 1 orang
- Sp.PD
- Sp.B
- Sp.A
- Sp.Obgyn
IPCN (perawat Minimal DIII Pelatihan PPI dan 1 orang
surveilans) Keperawatan IPCN
IPCLN (perawat Minimal DIII Pelatihan PPI 4 orang
penghubung PPI) Keperawatan

BAB IX
PERTEMUAN RAPAT

JENIS WAKTU TEMPAT PESERTA MATERI

15
Rapat Sabtu R. Pertemuan Komite PPI 1 Pembahasan masalah
Rutin Jam. 09.00 2 Peningkatan mutu PPI
3 rapat hasil surveilens
4 Masalah yang muncul
5 Kasus-kasus out break
Rapat Senin R. Pertemuan Ka. Komite dan 1 Laporan hasil surveilens
Rutin Jam. 09.00 Direktur 2 Pembahasan masalah
yang perlu ditindak lanjuti

Keterangan :
1. Rapat Rutin Komite PPI
Rapat di selenggarakan pada :
Waktu : Setiap hari Sabtu, minggu ke 1 setiap bulan
Jam : 09.00 sampai selesai
Tempat : Ruang Pertemuan
Peserta : Ka. Komite PPI
IPCN
Seluruh IPCLN
Staf Perawat, Medis dan Manajemen

2. Rapat koordinasi dengan Direktur


Waktu : Setiap hari Senin minggu ke 1 setiap bulan
Jam : 09.00 sampai selesai
Tempat : Ruang Pertemuan
Peserta : Direktur
Komite PMKP
Komite PPI
3. Rapat Insidentil
Di selenggarakan sewaktu-waktu bila ada masalah atau sesuatu hal yang
perlu di bahas segera

16
BAB X
PELAPORAN

1. Laporan harian
2. Laporan bulanan
3. Laporan tahunan
Keterangan
17
1. Laporan harian
Pengambilan data kejadian HAI’s diambil oleh masing-masing
ruangan/IPCLN
2. Laporan Bulanan
- Data yang sudah terkumpul dalam laporan bulanan oleh IPCLN
diserahkan ke IPCN
- IPCN melakukan analisa data dan dibuatkan laporan
3. Laporan Tahunan
Laporan 3 bulanan yang sudah dianalisis oleh IPCN dilaporkan ke kepala
Komite PPI
Laporan dibuatkan surat pengantar yang ditujukan kepada :
a. Direktur
b. Komite PMKP
c. Ka. Sub. Bag. Data dan pelaporan
- Laporan yang ditujukan ke direktur untuk mendapatkan rekomendasi
tindak lanjut.
- Laporan yang ditujukan ke Komite PMKP sebagai bahan audit.
- Laporan yang ditujukan ke Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan
sebagai laporan terhadap mutu pelayanan rumah sakit.

Direktur RSU Bunda

LAMPIRAN

18

Anda mungkin juga menyukai