1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI………………………………………………………..
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BUNDA
NOMER:038/RSUB/2018 TENTANG PEDOMAN PENGORGANISASIAN
KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
UMUM BUNDA
LAMPIRAN SURAT PERATURAN DIREKTUR NOMOR 038/RSUB/2018
TENTANG PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE PENCEGAHAN
DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM BUNDA
BAB I PENDAHULUAN………………………………….. 1
BAB II GAMBARAN UMUM RS…………………………. 2
BAB III VISI, MISI, DAN TUJUAN RS…………….………. 6
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT……. 7
BAB V STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA………… 8
BAB VI URIAN TUGAS PPI………………………………… 9
BAB VII TATA HUBUNGAN…………………….………..... 14
BAB VIII POLA KETENAGAAN…………………………..… 15
BAB IX PERTEMUAN RAPAT………..…………………… 16
BAB IX PELAPORAN…………………..…………………… 18
Lampiran
RUMAH SAKIT UMUM
BUNDA
Jalan Rajawali No 36 Jembrana – Bali
Telp. (0365) 40251 Fax (0365)40089
TENTANG
PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN INFEKSI PADA RUMAH SAKIT UMUM BUNDA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PEMBERLAKUKAN PEDOMAN PENGORGANISASIAN
KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
RUMAH SAKIT UMUM BUNDA
Sebagai acuan dalam koordinasi komite PPI.
Kesatu : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini,
Kedua : maka segala sesuatunya akan diatur sebagaimana mestinya.
1. Dengan terbitnya keputusan ini, SK direktur nomor:
001/PPI/RSUB/I/2015 tidak berlaku lagi.
Ketiga :
2. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan apabila kemudian hari ternyata
terdapat kekeliruan dalam pentepannya akan
diadakan perubahan sebagaimana mestinya
Ditetapkan di : Jembrana
Pada tanggal : 5 Januari 2018
Direktur RSU Bunda
BAB I
PENDAHULUAN
1
akhirini muncul berbagai penyakit infeksi baru (new emerging, emerging
diseasesdan re-emerging diseases).
Wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dari penyakit infeksi sulit
diperkirakandatangnya, sehingga kewaspadaan melalui surveilans dan
tindakanpencegahan serta pengendaliannya perlu terus ditingkatkan. Selain
ituinfeksi yang terjadi di rumah sakit tidak saja dapat dikendalikan tetapi juga
dapat dicegah dengan melakukan langkah-langkah yang sesuai denganprosedur
yang berlaku.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan
RIbersama World Health Organization (WHO) ke rumah sakit - rumah sakit
diPropinsi / Kabupaten / Kota disimpulkan bahwa Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (KPPIRS) selama ini belum berfungsi
optimal sebagaimana yang diharapkan. Penelitian juga menunjukkan bahwa
anggota komite belum memahami dengan baik tugas, kewenangan, serta tanggung
jawab yang harus dilaksanakan dalam lingkup pencegahan dan pengendalian
infeksi di rumah sakit.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka Direktur Rumah Sakit
Umum Bunda menyusun Pedoman Pengorganisasian Komite Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit Umum Bunda merupakan salah satu faktor
pendukung yang sangat penting untukmendapat dukungan dan komitmen dari
seluruh karyawan rumah sakit.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM RS
3
Secara histories Rumah Sakit Umum Bunda pada mulanya merupakan
sebuah poliklinik bersalin dan berdiri pada tahun 2005. Poliklinik tersebut
semakin lama semakin berkembang kemudian mendapat tambahan beberapa
bangsal sehingga menjadi sebuah Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Bunda
kemudian berkembang lagi menjadi Rumah Sakit Umum Bunda.
Pada tanggal 26 Juni 2006, berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Bali telah ditetapkan Izin Operasional Tetap Rumah Sakit
Khusus Ibu dan Anak Bunda
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
YM.02.04.3.5.3496, tanggal 1 Agustus 2006 tentang Pemberian Izin
Penyelenggaraan Kepada PT BUNDA JEMBRANA Untuk Menyelenggarakan
Rumah Sakit Khusus dengan nama “Rumah Sakit Khusus Bersalin Ibu dan Anak
Bunda”
Pada tanggal 3 Mei 2011 Izin penyelenggaraan Rumah Sakit tersebut telah
diperpanjang kembali sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi Bali Nomor : 445/3377/Yankes Dikes, tentang Pemberian Izin
Penyelenggaraan Tetap Rumah Sakit (Perpanjangan I) Kepada PT BUNDA
JEMBRANA Untuk Menyelenggarakan Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak
Bunda. Yang pelayanannya mencangkup semua jenis penyakit ibu dan semua
jenis penyakit anak.
Pada tanggal 4 Februari 2013 telah menjadi Rumah Sakit Umum Bunda
sesuai dengan Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten
Jembrana, Nomor 503/033/Op.RS.01/Kes/KPPT/II/ 2013
Fungsi Keberadaan RSU Bunda yaitu :
1) Perumusan kebijakan teknis di bidang pelayanan kesehatan Rumah
Sakit.
2) Pengorganisasian pelaksanaan di bidang pelayanan kesehatan Rumah
Sakit.
3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan kesehatan
Rumah Sakit.
4
Nama : RSU Bunda
Alamat : Jl. Rajawali No. 36 Jembrana Bali
Telp/Fax : (0365) 40251 fax (0365) 40089
Pemilik :PT.Bunda Jembrana
(Dr. I Gede Made Sarjana, Sp.OG )
Badan Hukum :PT. Bunda Jembrana Bali
Nomor : 02, Tgl 15 Februari 2006
Notaris : I Putu Ngurah Hadi Sudewa, SH
Luas tanah :4120 m2
Kelas RSB :C
Surat Ijin Operasional : Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Bali
Nomor : 445/3377/yankes dikes
Nama Direktur : Dr. Dewa Gede Sidan Ardhana
5
BAB III
VISI, MISI, DAN TUJUAN RS
1. VISI
Visi Rumah Sakit Umum Bunda adalah menjadi rumah sakit pilihan utama
di Jembrana yang memberikan pelayanan prima.
2. MISI
Misi Rumah Sakit Umum Bunda adalah :
a. Mewujudkan Rumah Sakit yang bermutu, profesional dan
mengutamakan keselamatan pasien.
b. Mewujudkan sumber daya manusia yang profesional dan sejahtera.
c. Mewujudkan lingkungan rumah sakit yang bersih dan tertib.
3. TUJUAN
Berpartisifasi dalam pembangunan kesehatan masyarakat demi
peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia secara rohani dan
jasmani
6
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT
Bidang Pelayanan Medik dan Bidang Penunjang Medik Bidang Penunjang Non Medis
Keperawatan Ns. Deni Susiyatin,S.Kep Ns. Ni Wayan Sri Rahayuni
dr. Ryna Harlistyanti,Sp.A Utami,S.Kep
Direktur
Dr. Dewa Gede Sidan Ardhana
Sekretaris PPI
Ns. I Made Arysta Suryawan, S. Kep
BAB VI
8
URAIAN TUGAS KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
INFEKSI PADA RUMAH SAKIT UMUM BUNDA
1. DIREKTUR
a. Membentuk Komite/ Tim PPI dengan surat keputusan
b. Bertanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap
penyelenggaraan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial.
c. Bertanggung jawab terhadap tersedianya fasilitas sarana dan prasarana
termasuk anggaran yang dibutuhkan.
d. Menentukan kebijakan pencegahan dan pengendalian
infeksinosokomial.
e. Mengadakan evaluasi kebijakan pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial berdasarkan saran dari Komite PPIRS.
f. Mengadakan evaluasi kebijakan pemakaian antibiotika yang rasional
dan disinfektan di rumah sakit berdasarkan saran dari Komite PPIRS.
g. Dapat menutup suatu unit perawatan atau instalasi yang dianggap
potensial menularkan penyakit untuk beberapa waktu sesuai
kebutuhan berdasarkan saran dari Komite PPIRS.
h. Mengesahkan Standar Prosedur Operasional (SPO) untuk PPIRS.
i. Memfasilitasi pemeriksaan kesehatan petugas di Fasilitas Kesehatan,
terutama bagi petugas yang berisiko tertular infeksi minimal 1 tahun
sekali, dianjurkan 6 (enam) bulan sekali.
2. KOMITE PPI
a. Menyusun dan menetapkan serta mengevaluasi kebijakan PPI.
b. Melaksanakan sosialisasi kebijakan PPI, agar kebijakan dapat
dipahami dan dilaksanakan oleh petugas kesehatan.
c. Membuat SPO PPI.
d. Menyusun program PPI dan mengevaluasi pelaksanaan program
tersebut.
9
e. Melakukan investigasi masalah atau kejadian luar biasa HAIs
(Healthcare Associated Infections)
f. Memberi usulan untuk mengembangkan dan meningkatkan cara
pencegahan dan pengendalian infeksi.
g. Memberikan konsultasi pada petugas kesehatan rumah sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dalam PPI.
h. Mengusulkan pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip
PPI dan aman bagi yang menggunakan.
i. Mengidentifikasi temuan di lapangan dan mengusulkan pelatihan
untuk meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) rumah
sakit dalam PPI.
j. Melakukan pertemuan berkala, termasuk evaluasi kebijakan.
k. Berkoordinasi dengan unit lain terkait dalam hal pencegahan dan
pengendalian infeksi rumah sakit, antara lain:
1) Tim Pengendalian Resistensi Antimikroba (TPRA) dalam
penggunaan antibiotika yang bijak dirumah sakit berdasarkan pola
kuman dan resistensinya terhadap antibiotika dan
menyebarluaskan data resistensi antibiotika.
2) Tim Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) untuk menyusun
kebijakan.
3) Tim keselamatan pasien dalam menyusun kebijakan clinical
governance and patient safety
l. Mengembangkan, mengimplemntasikan dan secara periodic mengkaji
kembali rencana manajemen PPI apakah telah sesuai kebijakan
manajemen rumah sakit.
m. Memberikan masukan yang menyangkut konstruksi bangunan dan
pengadaan alat dan bahan kesehatan, renovasi ruangan, cara
pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen sesuai dengan prinsip
PPI.
n. Menentukan sikap penutupan ruangan rawat bila diperlukan karena
potensial menyebarkan infeksi.
10
o. Melakukan pengawasan terhadap tindakan-tindakan yang
menyimpang dari standar prosedur/monitoring surveilans proses.
p. Melakukan investigasi, menetapkan dan melaksanakan
penanggulangan infeksi bila ada KLB dirumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
4. SEKRETARIS
a. Memfasilitasi tugas ketua komite PPI
b. Membantu koordinasi
c. Mengagendakan kegiatan PPI
11
d. Bekerjasama dengan IPCN/perawat PPI melakukan monitoring
kegiatan surveilans infeksi dan mendeteksi serta investigasi KLB.
Bersama komite PPI memperbaiki kesalahan yang terjadi, membuat
laporan tertulis hasil investigasi dan melaporkan kepada pimpinan
rumah sakit.
e. Membimbing dan mengadakan pelatihan PPI bekerja sama dengan
bagian pendidikan dan pelatihan (Diklat) di rumah sakit
f. Turut memonitoring cara kerja tenaga kesehatan dalam merawat
pasien.
g. Turut membantu semua petugas kesehatan untuk memahami
pencegahan dan pengendalian infeksi.
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA
13
DIREKTUR
DOKTER/SPESIALIS
Keterangan :
1. Hubungan kerja komite PPI dengan Dokter spesialis
Dalam penerapan kebijakan penggunaan antibiotika sesuai hasil pemetaan
pola kuman
2. Hubungan kerja komite PPI dengan komite/panitia
a. Dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah
sakit
b. Menginformasikan laporan HAIs
3. Hubungan kerja komite PPI dengan Instalasi/Unit
Dalam hal penerapan/pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit
BAB VIII
POLA KETENAGAAN
14
Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi Jml. Ketenagaan
Ka. Komite PPI S1. Dokter Pelatihan PPI 1 orang
- Sp.PD
- Sp.B
- Sp.A
- Sp.Obgyn
IPCN (perawat Minimal DIII Pelatihan PPI dan 1 orang
surveilans) Keperawatan IPCN
IPCLN (perawat Minimal DIII Pelatihan PPI 4 orang
penghubung PPI) Keperawatan
BAB IX
PERTEMUAN RAPAT
15
Rapat Sabtu R. Pertemuan Komite PPI 1 Pembahasan masalah
Rutin Jam. 09.00 2 Peningkatan mutu PPI
3 rapat hasil surveilens
4 Masalah yang muncul
5 Kasus-kasus out break
Rapat Senin R. Pertemuan Ka. Komite dan 1 Laporan hasil surveilens
Rutin Jam. 09.00 Direktur 2 Pembahasan masalah
yang perlu ditindak lanjuti
Keterangan :
1. Rapat Rutin Komite PPI
Rapat di selenggarakan pada :
Waktu : Setiap hari Sabtu, minggu ke 1 setiap bulan
Jam : 09.00 sampai selesai
Tempat : Ruang Pertemuan
Peserta : Ka. Komite PPI
IPCN
Seluruh IPCLN
Staf Perawat, Medis dan Manajemen
16
BAB X
PELAPORAN
1. Laporan harian
2. Laporan bulanan
3. Laporan tahunan
Keterangan
17
1. Laporan harian
Pengambilan data kejadian HAI’s diambil oleh masing-masing
ruangan/IPCLN
2. Laporan Bulanan
- Data yang sudah terkumpul dalam laporan bulanan oleh IPCLN
diserahkan ke IPCN
- IPCN melakukan analisa data dan dibuatkan laporan
3. Laporan Tahunan
Laporan 3 bulanan yang sudah dianalisis oleh IPCN dilaporkan ke kepala
Komite PPI
Laporan dibuatkan surat pengantar yang ditujukan kepada :
a. Direktur
b. Komite PMKP
c. Ka. Sub. Bag. Data dan pelaporan
- Laporan yang ditujukan ke direktur untuk mendapatkan rekomendasi
tindak lanjut.
- Laporan yang ditujukan ke Komite PMKP sebagai bahan audit.
- Laporan yang ditujukan ke Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan
sebagai laporan terhadap mutu pelayanan rumah sakit.
LAMPIRAN
18