Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN HEPATITIS C

DI RUANG 22RSUD Dr. SAIFUL ANWARMALANG

Oleh:

1. D3 KEPERAWATAN STIKES BANYUWANGI


2. PROFESI NERS STIKES MATARAM
3. PROFESI NERS UNIVERSITAS BRAWIJAYA
4. PROFESI NERS STIKES WIDYAGAMA HUSADA

TIM PKRS RSSA


2016
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“HEPATITIS B”

Oleh:
5. D3 Keperawatan Stikes Banyuwangi
6. Profesi Ners Stikes Mataram
7. Profesi Ners Universitas Brawijaya
8. Profesi Ners Stikes Widyagama Husada

Telah dilaksanakan pada:


Hari : Jumat
Tanggal : 27 Juli 2018
Pukul : 09.00
Topik : Pengenalan Hepatitis C

Pembimbing klinik Pembimbing


Institusi

................................ ........................
............
PAKET PENYULUHAN DAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENGENALAN HEPATITIS C

Bidang Studi : Keperawatan Medikal Bedah


Pokok Bahasan : Hepatitis C
Sasaran : Pasien, keluarga pasien, dan pengunjung
Tempat : Ruang HD RSUD Dr. SAIFUL ANWAR Malang
Hari / Tanggal : Jumat, 27 Juli 2018
Waktu : 1 x 30 menit
Penyuluh : 1. D3 Keperawatan Stikes Banyuwangi
2. Profesi Ners Stikes Mataram
3. Profesi Ners Universitas Brawijaya
4. Profesi Ners Stikes Widyagama Husada

A. LATAR BLAKANG
Hepatitis C saat ini menjadi perhatian tersendiri dalam masalah
kesehatan masyarakat karena paling sering menyebabkan gejala sisa berupa
hepatitis kronik, sirosis hati dan kanker hati primer. Dibandingkan dengan
hepatitis B, virus hepatitis C lebih ganas dan lebih sering menyebabkan penyakit
hati menahun. Replikasi virus ini sangat cepat dan dapat mencapai 10 triliun kopi
sehari. Infeksi Virus Hepatitis C (HCV) didapatkan diseluruh dunia. Menurut data
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 3% atau 170 juta orang di seluruh
dunia terinveksi Virus Hepatitic C (HCV). Penderita hepatitis C akan terus
bertambah seiring bertambahnya infeksi baru yang setiap tahunnya mencapai 3 - 4
juta orang. Hal ini menyebabkan hepatitic C merupakan salah satu penyebab dari
10 besar penyebab kematian umat manusia. Angka pasti prevalensi hepatitis C di
Indonesia belum diketahui. Namun bila memakai acuan angka kejadian rata-rata
dunia yang 3% bila dikalikan penduduk Indonesia sebanyak 220 juta, akan
diperoleh angka 6,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap virus berbahaya ini.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit peserta mampu
mengetahui dan memahami tentang Hepattis C
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat:
1. Megetahui klasifikasi hepatitis
2. Mengetahui pengertian Hepatitis C
3. Mengetahui penyebab Hepatitis C
4. Mengetahui tanda dan gejala Hepatitis C
5. Cara penularan Hepatitis C
6. Kelompok resiko tinggi terkena Hepatitis C
7. Mengetahui penatalaksanaan Hepatitis C
B. MATERI (terlampir)

C. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

D. MEDIA
1. Leaflet
2. LCD, PPT

E. KRITERIA EVALUASI
Kriteriaevaluasistruktur :
1. Menyusun Satuan Acara Penyuluhan Hepatitis C
2. Melakukan konsultasi Satuan Acara Penyuluhan yang telah disusun
dengan pembimbing
3. Melakukan kontrak waktu dan tempat penyuluhan
4. Membentuk pengorganisasian dalam pelaksanaan penyuluhan, dengan
susunan sebagai berikut .
a) Penyaji
b) Moderator
c) Observer
d) Fasilitator
5. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
penyuluhan

F. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan
Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan
Peserta
Orientasi 5 Menit Pembukaan
1. Membuka kegiatan dengan Menjawab salam
mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri Mendengarkan
3. Menjelaskan tujuan dari Memperhatikan
penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang akan Memperhatikan
diberikan
5. Menyampaikan kontrak waktu Menyetujui
Kerja 20 1. Menjelaskan klasifikasi hepatitis
Menit 2. Menjelaskan pengertian
Hepatitis C
3. Menjelaskan penyebab Hepatitis C
4. Menjelaskan tanda dan gejala Memperhatikan
Hepatitis C
5. Menjelaska cara penularan
Hepatitis C
6. Menjelaskan penatalaksaan
Hepatitis C
Terminasi 5 Menit 1. Memberikankesempatanuntukberta Bertanya dan
nya menjawab
2. Menjawab pertanyaan pertanyaan
3. Menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
4. Memberi salam penutup

Kriteria evaluasi proses :


1. Penyuluhan diharapkan berjalan dengan lancar
2. Peserta penyuluhan datang tepat waktu
3. Peserta penyuluhan antusias terhadap materi dan aktif bertanya
4. Peserta penyuluhan tidak meninggalkan tempat sebelum penyuluhan selesai
5. Penyuluhan dapat berlangsung sesuai dengan kontrak waktu
6. Struktur organisasi dapat melaksanakan tugas sesuai peran dengan baik

Kriteria evaluasi hasil :


1. Penyaji mengajukan pertanyaan secara langsung kepada peserta penyuluhan
tentang materi penyuluhan sebelum penyuluhan dilaksanakan.
2. Penyaji mengajukan pertanyaan secara langsung kepada peserta penyuluhan
setelah penyampaian materi penyuluhan.
3. Peserta menanggapi materi yang telah disampaikan penyaji.

Lampiran 1
MATERI PENYULUHAN
PENGENALAN HEPATITIS C
A. Klasifikasi Hepatitis
Jenis-jenis Hepatitis

 Hepatitis A

Dikenal dengan hepatitis infeksiosa, rute penularan adalah melalui


kontaminasi oral-fekal, HVA terdapat dalam makanan dan air yang
terkontaminasi. Potensi penularan infeksi hepatitis ini melalui sekret
saluran cerna. Umumnya terjadi didaerah kumuh berupa endemik. Masa
inkubasi : 2-6 minggu, kemudian menunjukkan gejala klinis. Populasi
paling sering terinfeksi adalah anak-anak dan dewasa muda.

 Hepatitis B

Penularan virus ini melalui rute tranfusi darah/produk darah, jarum


suntik, atau hubungan seks. Golongan yang beresiko tinggi adalah mereka
yang sering tranfusi darah, pengguna obat injeksi; pekerja parawatan
kesehatan dan keamanan masyrakat yang terpajan terhadap darah; klien
dan staf institusi untuk kecatatan perkembangan, pria homoseksual, pria
dan wanita dengan pasangan heteroseksual, anak kecil yang terinfeksi
ibunya, resipien produk darah tertentu dan pasienhemodialisa. Masa
inkubasi mulai 6 minggu sampai dengan 6 bulan sampai timbul gejala
klinis.

 Hepatitis C

Dahulu disebut hepatitis non-A dan non-B, merupakan penyebab


tersering infeksi hepatitis yang ditularkan melalui suplai darah komersial.
HCV ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, tetapi terutama
melalui tranfusi darah. Populasi yang paling sering terinfeksi adalah
pengguna obat injeksi, individu yang menerima produk darah, potensial
risiko terhadap pekerja perawatan kesehatan dan keamanan masyarakat
yang terpajan pada darah. Masa inkubasinya adalah selama 18-180 hari.
 Hepatitis D

Virus ini melakukan koinfeksi dengan HBV sehingga infeksi HBV


bertambah parah. Infeksi oleh HDV juga dapat timbul belakangan pada
individu yang mengedap infeksi kronik HBV jadi dapat menyebabkan
infeksi hanya bila individu telah mempunyai HBV, dan darah infeksius
melalui infeksi HDV. Populasi yang sering terinfeksi adalah pengguna
obat injeksi, hemofili, resipien tranfusi darah multipel (infeksi hanya
individu yang telah mempunyai HBV). Masa inkubasinya belum diketahui
secara pasti. HDV ini meningkatkan resiko timbulnya hepatitis fulminan,
kegagalan hati, dan kematian

 Hepatitis E

Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui
ingeti air yan tercemar. populasi yang paling sering terinfeksi adalah orang
yang hidup pada atau perjalanan pada bagian Asia, Afrika atau Meksiko
dimana sanitasi buruk, dan paling sering pada dewasa muda hingga
pertengahan.

 Kemungkinan hepatitis F dan G

Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan tentang hepatitis F. Saat ini
para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis yang
terpisah. Sedangkan hepatitis G gejala serupa hepatitis C, seringkali
infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak menyebabkan
hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi
darah jarum suntik.

B. Pengertian Hepatitis C
Hepatitis C adalah infeksi yang terutama menyerang organ hati.
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C
seringkali tidak memberikan gejala, namun infeksi kronis dapat
menyebabkan parut (eskar) pada hati, dan setelah menahun menyebabkan
sirosis. Dalam beberapa kasus, orang yang mengalami sirosis juga
mengalami gagal hati, kanker hati, atau pembuluh yang sangat
membengkak di esofagus dan lambung, yang dapat mengakibatkan
perdarahan hingga kematian.

C. Penyebab Hepatitis C
Penyakit Hepatitis C adalahpenyakithati yang disebabkanoleh virus
Hepatitis C (HCV= Hepatitis C virus). HCV adalah virus RNA yang
digolongkandalamFlavivirusbersama-samadengan virus hepatitis G,
Yellow fever, dan Dengue.Virus
iniumumnyamasukkedalamdarahmelaluitranfusiataukegiatan-kegiatan
yang memungkinkan virus inilangsungterpapatdengansirkulasidarah.

D. Tanda dan gejala Hepatitis C

Umumnya infeksi akut HCV tidak memberi gejala atau hanya


bergejala minimal. Hanya 20-30% kasus yang menunjukkan tanda-tanda
hepatitis akut 7 – 8 minggu (berkisar 2 – 26 minggu) setelah terjadinya
paparan.
Tanda dan gejala :
 Malaise.
 Jaundice (kulit atau mata menjadi kuning), jarang terjadi.
 Fatigue (lelah).
 Loss of appetite (anorexia/hilang selera makan).
 Nausea and vomiting (mual dan muntah).
 Low-grade fever (demam rendah).
 Pale or clay colored stools (pucat).
 Dark urine (urine menjadi gelap).
Manifestasi klinis hepatitis virus C dikenal mulaidari hepatitis
akut, fulminan, kronis, yang dapatberkembangmenjadi serosis atau kanker
hati.
 Hepatitis C akut
Umumnya secara klinik gejala HCV akut lebih ringan dari pada
hepatitis virus akut lainnya. Masa inkubasi HCV terletak antara
HAV dengan HBV, yaitu sekitar 2 – 26 minggu, dengan rata-rata 8
minggu. Pada penderita hepatitis akut ditemukan Anti HCV positif
pada 75,5% HNANB pasca-tranfusi, 35% pada HNANB sporadic
dan hanya 2,4 pada HBV. Sebagian besar penderita yang terserang
HCV akan menjurus jadi kronis.

 Hepatitis C kronis
Infeksi akan menjadi kronik pada 70 – 90% kasus dan sering kali
tidak menimbulkan gejala apapun walaupun proses kerusakan hati
berjalan terus. Hilangnya HCV setelah terjadinya hepatitis kronis
sangat jarang terjadi. Diperlukan waktu 20 – 30 tahun untuk
terjadinya serosis hati yang seringtejadipada 15 – 20% pasien
hepatitis C kronis.Progresivitas hepatitis kronik menjadi sirosis hati
tergantung bebrapa factor resiko yaitu : asupan alkohol, ko-infeksi
dengan virus hepatitis B atau Human Immunodeficiency Virus
(HIV), jenis kelamin laki-laki dan usia tua saat terjadinya infeksi.
Setelah terjadi sirosis hati, maka dapat timbulkan kerhati dengan
frekuensi 1 – 4% tiap tahunnya. Kanker hati dapat terjadi tanpa
melalui sirosis hati walaupun hal ini amat jarang terjadi.

E. Cara Penularan Hepatitis C

Pada umumnya cara penularan HCV adalah parental. Semula


penularan HCV dihubungkan dengan transfusi darah atau produk darah,
melalui jarum suntik. Tetapi setelah ditemukan bentuk virus dari hepatitis,
makin banyak laporan mengenai cara penularan lainnya, yang umumnya
mirip dengan cara penularan HBV.
1. Penularan horizontal
Penularan HCV terjadi terutama melalui cara parental, yaitu
tranfusi darah atau komponen produk darah, hemodialisa, dan
penyuntikan obat secara intravena.
2. Penularan vertikal
Penularan vertikal adalah penularan dari seseorang ibu pengidap
atau penderita Hepatitis C kepada bayinya sebelum persalinan, pada
saat persalinan atau beberapa saat persalinan.

F. Klompok Resiko Tinggi

Angka kejadian HCV akan lebih tinggi pada kelompok resiko


tinggi. Berdasar laporan hasil penelitian, diperoleh dara mereka yang
dapat digolongkan kelompok resiko tinggi ialah
1. Penerima tranfusi darah atau produk darah (resipen).
2. Yang sering menggunakan obat-obat intravena (intravena drug
users/ab-users).
3. Tenaga medis/paramedis yang sering kontak dengan darah atau
komponen darah.
4. Penderita yang mendapat hemodialisa dan anggota staf ruang
hemodialisis.
G. Penatalaksanaan Hepatitis C
Diagnosa dan pengobatan awal sangatlah mendesak dan penting.
Persentase yang signifikan dari orang yang melakukannya dapat sembuh
dari Hepatitis C dan menunjukan perbaikan hatinya. Tujuan pengobatan
dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini
mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium
akhir penyakit hati. Pengobatan hepatitis C kronik adalah dengan
menggunakan infterferon alfa dan ribafirin. Umumnya disepakati bila
genotipe HCV adalah genotipe 1 dan 4, maka terapi perlu diberikan
selama 48 minggu dan bila genotipe 2 dan 3, terapi cukup diberikan
selama 24 minggu.
1. Interferon alfa.
Adalah suatu protein yang dibuat secara alami oleh tubuh manusia
untuk meningkatkan sistem daya tahan tubuh/imunitas dan mengatur
fungsi sel lainnya. Obat yang direkomendasikan untuk penyakit
Hepatitis C kronis adalah dari inteferon alfa bisa dalam bentuk alami
ataupun sintetisnya.
2. Pegylated interferon alfa.
Dibuat dengan menggabungkan molekul yang larut air yang disebut
"polyethylene glycol (PEG)" dengan molekul interferon alfa.
Modifikasi interferon alfa ini lebih lama ada dalam tubuh, dan
penelitian menunjukkan lebih efektif dalam membuat respon bertahan
terhadap virus dari pasien Hepatitis C kronis dibandingkan interferon
alfa biasa.
3. Ribavirin.

Adalah obat anti virus yang digunakan bersama interferon alfa untuk
pengobatan Hepatitis C kronis. Ribavirin kalau dipakai tunggal tidak
efektif melawan virus Hepatitis C, tetapi dengan kombinasi interferon
alfa, lebih efektif daripada inteferon alfa sendiri.
Kontra indikasi terapi adalah berkaitan dengan penggunaan Interferon
dan Ribavirin tersebut. Pasien yang berumur lebih dari 60 tahun, Hb <
10 g/dl, leukosit darah < 2500/ul, trombosit < 100.000/uL, adanya
ganggguan jiwa yang berat dan adanya hipertiroid tidak diindikasikan
untuk terapi Iinterferon dan Riabvirin. Pasien dengan gangguan ginjal
juga tidak diindikasikan menggunakan Ribavirin karena dapat
memperberat gangguan ginjal yang terjadi.
Untuk Interveron alfa yang konvensional, diberikan seriap 2 hari atau
3 kali seminggu dengan dosis 3 juta unit subkutan setiap kali
pemberian. Interveron yang telah diikat dengan poly-ethylen glycol
(PEG) atau dikenal dengan Peg-Interferon, diberikan setiap minggu
dengan dosis 1,5 ag/kgBB/kali (untuk Peg-Interferon 12 KD) atau 180
ug (untuk Peg-Interveron 40 KD). Pemberian Interferon diikuti dengan
pemberian Ribavirin dengan dosis pada pasien dengan berat badan <
50 kg 800 mg setiap hari, 50 – 70 kg 1000 mg setiap hari, dan > 70 kg
1200 setiap hari dibagi dalam 2 kali pemberian.

DAFTAR RUJUKAN

Hadi, Sujono. 1999. Gastroenterologi. Bandung: P.T. ALUMNI.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 2. Jakarta:

Penerbit Media Aesculapius FKUI.

Sudoyo, Aru W., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV, Jilid 1.

Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Tanbayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran (EGC).
ULR: http://www.depkes.go.id

ULR: http://www.medicastore.com/

ULR:http://www.uihealthcare.com news/currents/vol3issue3/1hepatology.html

Anda mungkin juga menyukai