Anda di halaman 1dari 9

Penatalaksanan voluntary counseling and

Testing
No. Dokumen :
440/C/VII/SOP/006.046/1/2016
No. Revisi :
SOP Tgl Terbit :

Halaman :
Puskesmas
Aji Kuning
Tanda tangan Dr. Astri Sulistiarini
NIP. 19810324200902 2 004

1. Pengertian Counseling Test (VCT) adalah proses konseling pra testing, konseling post
testing, dan testing HIV secara sukarela yang bersifat confidential dan secara
lebih dini membantu orang mengetahui status HIV. Konseling pra testing
memberikan pengetahuan tentang HIV dan manfaat testing, pengambilan
keputusan testing dan perencanaan atas issue HIV yang akan dihadapi.
Konseling post testing membantu seseorang untuk mengerti dan menerima
status HIV + dan merujuk pada layanan dukungan . Vct merupakan pintu
masuk penting untuk pencegahan dan perawatan HIV
2. Tujuan Sebagai acuan dalam penatalaksanaan Konseling dan Testing HIV/AIDS
secara sukarela di Puskesmas Aji Kuning
3. Kebijakan SK Kepala Puskesmas tentang klinik VCT

4. Referensi Buku Pedoman HIV


5. Prosedur Konseling Pre Testing
1 Menyiapkan perlengkapan untuk konseling
2 Memanggil pasien dan mempersilakan masuk ruangan
3 Mempersilakan pelanggan duduk dengan nyaman di kursi yang tersedia
4 Memberi salam dan perkenalan diri
5 Menanyakan latar belakang dan alasan kunjungan
6 Memberi informasi tentang HIV sesuai dengan yang ada pada cek list untuk
konseling pre test
7 Mengklarifikasi tentang fakta dan mitos tentang HIV/AIDS, termasuk
tentang IMS dan menawarkan pemeriksaan IMS secara rutin, khususnya
pada kelompok beresiko
8 Membantu pasien untuk menilai resiko pasien
9 Membantu pasien untuk membuat keputusan untuk dilakukan tes HIV,
antara lain dengan menjelaskan keuntungan dan akibat melakukan tes HIV.
10 Mendiskusikan prosedur HIV/AIDS,waktu untuk mendapatkan hasil dan
arti dari tes HIV
11 Mendiskusikan kemungkinan tindak lanjut setelah ada hasil tes
12 Menjelaskan implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi HIV dan
memfasilitasi tentang pengobatan HIV
13 .Meminta Pasien untuk menandatangani Informed Consent jika bersedia
melakukan test
KONSELING POST TESTING
1. Memanggil pasien
2. Memperhatikan komunikasi non verbal saat pasien memasuki ruang
konseling
3. Menanyakan kesiapan pasien untuk menerima tes
4. Mengkaji ulang secara singkat dan menanyakan keadaan umum pasien
5. Menanya kesiapan pasien untuk menerima hasil tes
- Apabila pasien menyatakan sudah siap menerima hasil tes maka
konselor menawarkan membaca hasil bersama pasien
- Apabila pasien belum siap, konselor memberi dukungan kepada
pasien untuk menerima hasil tes dan member waktu sampai pasien
menyatakan siap.
6. Menyampaikan secara lisan hasil tentang HIV
7. Memberi kesempatan pasien membaca hasil
8. Menjelaskan kepada pasien tentang hasil tes HIV
9. Memberi kesempatan dan ventilasikan keadaan emosi pasien dan
menerapkan manajemen reaksi

Bila hasil tes positif


1. Memeriksa apa yang diketahui tentang hasil tes
2. Menjelaskan dengan tenang arti hasil pemeriksaan
3. Memberi kesempatan untuk memventilasikan emosi
4. Memfasilitasi coping problem
5. Setelah pasien cukup tenang dan konseling dapat dilanjutkan konselor
menyelesaikan informasi sebagai berikut :
6. Menawarkan secara rutin pasien mengikuti pemeriksaan sifilis dan
manfaat pengobatan sifilis
7. Untuk pasien perempuan terdapat fasilitas layanan pemeriksaan
kehamilan dan rencana penggunaan alat kontrasepsi bagi laki-laki dan
perempuan
8. Memotivasi pasien agar dapat datang ke klinik vct untuk evaluasi awal
secara medis
9. Konselor dan pasien menyepakati waktu pertemuan
10. Apabila pada waktu yang ditetapkan pasien tidak dapat hadir,
disarankan untuk menghubungi konselor melalui telpon untuk
perjanjian berikutnya
11. Memberi kesempatan kepada pasien menanyakan hal-hal yang belum
diketahuinya
12. Menawarkan VCT kepada pasangan pasien
13. Apabila pasien sudah merasa jelas maka konseling ditutup
14. Konselor mengisi form pasca konseling

Bila Hasil Tes Negatif


1. Mendiskusikan kemungkinan pasien masih berada dalam periode
jendela
2. Membuat ikhtisar dan gali lebih lanjutberbagai hambatan
3. Memastikan pasien memahami hasil tes yang diterima dan pengertian
periode jendela
4. Menjelaskan kebutuhan untuk melakukan tes ulang dan pelayanan VCT
bagi pasangan
5. Menjelaskan upaya penurunan resiko yang dapat dilakukan
6. Memberi kesempatan kepada pasien menanyakan hal-hal yang belum
diketahuinya
7. Apabila pasien sudah merasa jelas maka konseling ditutup
8. Memotivasi agar melakukan perilaku yang aman
9. Membuat perjanjian untuk kunjungan ulang bila dibutuhkan

6. Unit Terkait - Pendaftaran


- Klinik vct pkm Aji Kuning
KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PRGRAM HIV – AIDS DAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL

I. PENDAHULUAN

Dalam rangka mengamankan jalannya pembangunan nasional, demi terciptanya kwalitas


manusia yang diharapkan, perlu peningkatan upaya penaggulangan HIV / AIDS, yang
melibatkan semua sektor pembangunan nasional melalui program yang terarah, terpadu dan
menyeluruh.

AIDS (Acuquired Immune Deficiency Sidrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang
disebabkan oleh virus HIV ( Human Immuno Deficiency Virus ) yang akan mudah menular
dan mematikan. Virus tersebut merusak sistem kekebalan tubuh manusia, dengan berakibat
yang bersangkutan kehilangan daya tahan tubuhnya, sehingga mudah terinfeksi dan
meninggal karena berbagai penyakit infeksi, kanker dan lain-lain.

Sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegahan atau obat untuk penyembuhannya.
Jangka waktu antara terkena infeksi dan munculnya gejala penyakit pada orang dewasa
memakan waktu rata-rata 5-10 tahun. Selama kurun waktu tersebut walaupun masih tampak
sehat, secara sadar maupun tidak pengidap HIV dapat menularkan virusnya pada orang lain.

Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Infeksi Menular Seksual akan lebih beresiko bila melakukan hubungan seksual dengan
bergonta ganti pasangan, baik melalui vagina, oral maupun anal.

II. LATAR BELAKANG

Strategi penanggulangan HIV-AIDS ditujukan untuk mencegah dan mengurangi risiko


penularan HIV, meningkatkan kualitas hidup ODHA, serta mengurangi dampak sosial dan
ekonomi akibat HIV dan AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat, agar individu dan
masyarakat menjadi produktif dan bermanfaat untuk pembangunan. Hal ini memerlukan
peran aktif multipihak baik pemerintah maupun masyarakat termasuk mereka yang terinfeksi
dan terdampak, sehingga keseluruhan upaya penanggulangan HIV dan AIDS dapat dilakukan
dengan sebaik-baiknya, yang menyangkut area pencegahan, pengobatan, mitigasi dampak
dan pengembangan lingkungan yang kondusif.

Untuk keberhasilan program pencegahan dan pengobatan diperlukan peran aktif dari
kelompok populasi kunci yaitu : (1) Orang-orang berisiko tertular atau rawan tertular karena
perilaku seksual berisiko yang tidak terlindung, bertukar alat suntik tidak steril; (2) Orang-
orang yang rentan adalah orang yang karena pekerjaan, lingkungannya rentan terhadap
penularan HIV, seperti buruh migran, pengungsi dan kalangan muda berisiko; dan (3) ODHA
adalah orang yang sudah terinfeksi HIV.

Seperti diketahui situasi epidemi HIV dan AIDS di indonesia telah memasuki epidemi
terkonsentrasi. Berdasarkan hasil Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku (STHP, Populasi
Kunci, 2007) menunjukkan prevalensi HIV pada populasi kunci : Wanita Pekerja Seks
(WPS) langsung 10,4%; WPS tidak langsung 4,6%; waria 24,4%; pelanggan WPS 0,8%;
lelaki seks dengan lelaki (LSL) 5,2%; pengguna napza suntik 52,4%. Di provinsi Papua dan
Papua Barat terdapat pergerakan ke arah generalized epidemic dengan prevalensi HIV
sebesar 2,4% pada penduduk 15-49 tahun (STHP, Penduduk Papua, 2007).

Dalam menghadapi epidemi HIV tersebut perlu dilakukan upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS yang lebih intensif, menyeluruh, terpadu dan terkoordinasi,
untuk menghasilkan program yang cakupannya tinggi, efektif dan berkelanjutan.

Puskesmas Aji Kuning sebagai salah satu Puskesmas yang ikut serta dalam upaya
pencegahan dan penaggulangan HIV-AIDS dengan mengadakan kegiatan berupa klinik VCT
dan IMS, penyuluhan tentang HIV-AIDS dan IMS ke kelompok resiko tinggi dan kelompok
yang rentan tertular HIV yang menjadi populasi kunci dalam keberhasilan penanggulangan
HIV-AIDS ini.

III. TUJUAN

a. Tujuan umum program HIV AIDS dan IMS di Puskesmas Aji Kuning adalah
pencegahan dan penanggulangan HIV- AIDS di masyarakat

b. Tujuan khusus program HIV- AIDS dan IMS di Puskesmas Aji Kuning adalah;

- menemukan kasus baru penderita HIV

- pencegahan penularan HIV dari ibu keanak

- meningkatkan pengetahuan kelompok resiko tinggi dan kelompok rentan tertular


HIV tentang HIV – AIDS dan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS).

IV. KEGIATAN

1. Kegiatan Program HIV AIDS dan IMS pada penyelenggaran UKP:

- melakukan Test HIV atas Inisiasi Petugas Kesehatan (PITC) pasien yang berkunjung
kelayanan klinis Puskesmas Aji Kuning
- melakukan Konseling dan Test HIV sukarela (VCT) maupun konseling IMS baik
rujukan dari dalam gedung maupun luar gedung Puskesmas Aji Kuning

- merujuk pasien keunit laboratorium untuk test HIV dan IMS

- memberikan resep obat pasien dengan IMS

- melakukan rujukan pasien dengan HIV positive kelayanan CST dan pendamping
(atas izin pasien)

V. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Kegiatan Program HIV AIDS dan IMS pada penyelenggaran UKP:

1. Syarat

a. Membawa dokumen administrasi yang diperlukan :

i. Pengguna layanan BPJS harus membawa kartu BPJS

ii. Pengguna layanan umum harus membawa KTP, Kartu Keluarga

b. Setiap pelanggan akan dipanggil sesuai nomor antrian untuk mendaftar


diloket

c. Setiap pelanggan menunggu diruang tunggu Klinik VCT untuk dipanggil


sesuai dengan urutan rekam medik

2. Biaya

Gratis

3. Waktu – Lama Pelayanan

Waktu :

Senin – Kamis : 07.30 – 14.00

Jumat : 07.30 – 11.00

Lama Pelayanan : 10 – 30 menit


4. Prosedur pelayanan

a. Datang sendiri atau diantar oleh pejangkau

b. Membawa rujukan bila dirujuk oleh fasilitas kesehatan lain

c. Membawa persyaratan dokumen administrasi

d. Melalui alur pendaftran

5. Produk / hasil pelayanan yang akan diterima pelanggan :

a. Pelayanan medis

b. Resep obat

c. Surat pengantar pemeriksaan laboratorium

d. Mengetahui hasil pemeriksan laboratorium

e. Surat rujukan

f. Konseling pratest dan posttest

6. Kompetensi petugas

Dokter umum :2

Perawat :2

Penyuluh Kesmas :1

7. Sarana dan Prasarana

a. ruang tunggu

b. ruang konseling

c. alat diagnostik

d. media informasi
8. Pelayanan informasi

Pelanggan mendapat informasi mengenai :

a. Penyakit yang diderita


b. Tindakan medis yang akan dilakukan
c. Kemungkinan efek samping obat dan tindakan serta cara mengatasinya

VI. SASARAN KEGIATAN

1. Konseling dan test terutama pada

a. Semua yang termasuk dalam kelompok resiko tinggi dan rentan tertular HIV-Aids
dan penyakit Infeksi Menular seksual (IMS), yaitu wanita penjaja seks (WPS),
Lelaki Beresiko Tinggi (LBT), pengguna nafza suntik, waria, LSL dan pasangan
beresiko tinggi
b. Pelanggan yang berkunjung ke Puskesmas Aji Kuning yang menunjukan adanya
gejala IMS
c. Semua ibu hamil baik yang berkunjung ke Puskesmas Aji Kuning maupun
rujukan dari fasilitas kesehatan lain
d. Pasien TBC paru

2. Merujuk pasien dengan HIV positive kelayanan CST untuk mendapatakan terapi
ARV sebesar 100%

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

No KEGIATAN J F M A M J J A S O N D
A E A P E U U G E K O E
N B R R I N L S P T P S
1. Konseling dan test √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √

2. Merujuk pasien kelayanan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


CST

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN

Evaluasi pelaksanaan kegiatan program akan dievaluasi 3 bulan sekali untuk


melihat kesesuaian antara rencana kegiatan dan realisasinya.
IX. PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN

1.PENCATATAN

Kegiatan program pada penyelenggaraan UKP akan dicatat pada format


pencatatn harian kemudian akan direkap pada akhir bulan

2.PELAPORAN

Laporan bulanan program vct akan dilaporkan kepada kepala Puskesmas dan
kemudian akan diserahkan ke Dinas Kesehatan Kab.Nunukan

3.EVALUASI KEGIATAN

a.Program akan dievaluasi oleh Tim Mutu Puskesmas 3 bulan sekali

b.Program akan dievaluasi oleh Dinas Kesehatan 1 tahun sekali

Anda mungkin juga menyukai