Anda di halaman 1dari 13

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIV / AIDS

Oleh:

Ahmad Hendi H P17211186038


Khusnatul Maghfiroh P17211186025
Dian Widhi Pawestri P17211186008

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

PAKET PENYULUHAN

HIV / AIDS

Oleh:

Ahmad Hendi H
Khusnatul Maghfiroh
Dian Widhi P

Mengetahui,

PRECEPTOR KLINIK PRECEPTORAKADEMIK


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : HIV/AIDS
Sasaran : Keluarga Pasien di Ruang Tunggu IGD RS Lavalette
Tempat: Ruang Tunggu IGD RS Lavalette
Hari/tanggal : Jumat/ 15 Maret 2019
Pukul : 09.00-09.30

1. Tujuan

1.1 Tujuan umum

Setelah mengikuti penyuluhan tentang HIV/AIDS selama kurang lebih 30 menit diharapkan
ibu dapat mengerti dan waspada terhadap HIV/AIDS dan dapat mengaplikasikan materi
penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan Khusus

Setelah mendapat penyuluhan, keluarga pasien mampu:

- Keluarga dapat menjelaskan pengertian HIV


- Keluarga dapat menjelaskan penyebab HIV
- Keluarga dapat menjelaskan tanda dan gejala HIV
- Keluarga dapat menjelaskan cara penularan HIV dari ibu ke anak
- Keluarga dapat menjelaskan penatalaksanaan HIV
- Keluarga dapat menjelaskan pencegahan HIV

2. Materi

1. Pengertian HIV
2. Penyebab HIV
3. Tanda dan Gejala HIV
4. Cara penularan HIV dari ibu ke anak
5. Penatalaksanaan HIV
6. Pencegahan HIV

3. Metode

1. ceramah dan tanya jawab

4. Media

Leaflet dan LCD


5. Jadwal Penyuluhan

NO. TOPIK WAKTU KEGIATAN KEGIATAN


PENYULUHAN PESERTA
1. Pembukaan oleh 08.00-08.05 Pembukaan, Mendengarkan
pembawa acara perkenalan diri,
menyampaikan
tujuan dan materi
yang akan
disampaikan
2. Penyampaian 08.06-08.20 Memperhatikan
materi oleh
moderator dan
penyaji
3. Sesi tanya jawab 08.21-08.30 Membuka sesi Mengajukan
oleh moderator tanya jawab dan pertanyaan
dan penyaji menjawab
pertanyaan dari
peserta
4. Penutupan acara 08.30-08.35 Menutup acara Mendengarkan
oleh pembawa penyuluhan
acara

6. Pengorganisasian

1. Pembawa Acara : Dian Widhi P


Tugas :
- membuka acara penyuluhan
- mengevaluasi jalannya penyuluhan
- menutup penyuluhan
4. Moderator : Khusnatul M
Tugas :

- mengatur jalannya penyuluhan


- menyampaikan judul materi
- membacakan CV dari pemateri

5. Penyaji : Ahmad Hendi H

Tugas :

- memberikan dan menjelaskan materi yang disampaikan


- menjawab pertanyaan dari peserta

7. KEGIATAN EVALUASI
1. Struktural

- peserta hadir di tempat penyuluhan


- penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Ruang Tunggu IGD RS Lavalette
- pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
- tidak ada peserta penyuluhan yang meninggalkan tempat sebelum penyuluhan selesai
2. Proses
- masing-masing mahasiswa bekerja sesuai tugas
- peserta antusias terhadap materi penyuluhan serta peserta yang terlihat aktif dalam
penyuluhan 75% dari seluruh jumlah peserta yang hadir
3. Hasil
Peserta mengikuti dan memahami penjelasan yang diberikan oleh penyuluh
yaitu sesuai dengan tujuan khusus, peserta memahami dan dapat menjelaskan kembali
tentang:
1. Pengertian HIV
2. Penyebab HIV
3. Tanda dan Gejala HIV
4. Cara penularan HIV dari ibu ke anak
5. Penatalaksanaan HIV
6. Pencegahan HIV

4. Antisipasi masalah

- Bila peserta tidak aktif dalam kegiatan (tidak ada pertanyaan) fasilitator dapat
menstimulasi dengan cara berulang dengan pemberi materi dalam membahas
materi yang diberikan
- Pertanyaan yang sekiranya tidak dapat dijawab oleh kelompok penyaji
hendaknya dilakukan konfirmasi pada anggota organisasi lainnya
MATERI PENYULUHAN

HIV/AIDS DALAM KEHAMILAN

1. Pengertian
HIV atau Human Immunedeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan AIDS
dengan cara menyerang sel darah putih sehingga dapat merusak kekebalan tubuh manusia.
HIV adalah adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh untuk melawan penyakit yang
datang.
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam
bahasa Indonesia dapat dialihkatakan sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Acquired: didapat, bukan penyakit keturunan Immune : sistem kekebalan tubuh Deficiency:
kekurangan Syndrome : kumpulan gejala-gejala penyakit. AIDS diartikan sebagai bentuk
paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human
Immunodefciency Virus (HIV) (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare).
Sedangkan di dalam kamus kedokteran Dorlan (2002), menyebutkan bahwa AIDS
adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan oleh infeksi HIV, yang
pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan mengenai
kelompok risiko tertentu, termasuk pria homoseksual atau biseksual, penyalahgunaan
obat intravena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan
seksual dari individu yang terinfeksi virus tersebut.

2 . Etiologi
Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di antaranya ;
1. Penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual). (WHO,
2003)
2. Hubungan seksual yang bergantiganti pasangan
3. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat suntik.
4. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu berhubungan kelamin
dengan orang yang terinfeksi HIV.
5. Orang yang melakukan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi HfV, berarti setiap
orang yang terpajan darah yang tercemar melalui transfusi atau jarum suntik yang
terkontaminasi.

3. MANIFESTASI KLINIS
Yang tampak dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Manifestasi klinis mayor:
a. demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan
b. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus
c. Penurunan berat badan lebih dari l0% dalam 3 tiga bulan
d. TBC
2. Manifestasi Klinis Minor
a. Batuk kronis selama lebih dari satu bulan
b. Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida Albicans
c. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh
d. Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh tubuh

4. Cara Penularan HIV/AIDS


Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS sebagian
besar masih berusia subur, sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang terjadi pada
saat kehamilan (Richard, et al., 1997). Selain itu juga karena terinfeksi dari suami atau
pasangan yang sudah terinfeksi HIV/AIDS karena sering berganti-ganti pasangan dan gaya
hidup. Berdasarkan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01%
sampai 0,7%. Apabila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi
terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan jika gejala AIDS sudah tampak jelas
maka kemungkinannya akan meningkat mencapai 50% (PELKESI, 1995). Penularan ini
dapat terjadi dalam 3 periode:
1. Periode kehamilan
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini disebabkan karena
terdapatnya plasenta yang tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri. Oksigen, makanan,
antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta
justru melindungi janin dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak efektif apabila ibu:
a. Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada plasenta
selama kehamilan.
b. Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus pada saat itu
c. Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun
d. Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung berkontribusi
untuk terjadinya penularan dari ibu ke anak.
2. Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan periode
kehamilan. Penularan terjadi melalui transfusi fetomaternal alau kontak antara kulit atau
membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama
proses persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh karena itu,
lamanya persalinan dapat dipersingkat dengan section caesaria.
Factor yang mempengaruhi tingginya resiko penularan dari ibu ke anak selama proses
persalinan adalah : lama robeknya membran
a. Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya)
b. Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah ibu
misalnya, episiotomi.
c. Anak pertama dalam kelahiran kembar
3. Periode Post Partum
Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan data
penelitian De Cock, dkk (2000), diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai
resiko menularkan HIV sebesar rc-15% dibandingkan ibu yang tidak menyusui bayinya.
Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
a. Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan kurang
berisiko dibanding dengan pemberian campuran
b. Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu dan infeksi
payudara lainnya
c. Lamanya pemberian AS| makin lama makin besar kemungkinan infeksi
d. Status gizi ibu yang buruk
Strategi pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke bayinya dikenal dengan nama
Prevention of Mother to Child HIV Transmission (PMTC) antara lain :
1. Pelayanan kesehatan ibu yang komprehensif
2. Layanan konseling dan tes HIV secara sukarela
3. Pemberian obat antiretroviral
4. Konseling tentang HIV dan makanan bayi serta pemberian susu formula sebagai
pengganti ASI
5. Persalinan aman dengan section cesaria, sebelum ketuban pecah dan sebelum Kontraksi
5. Penatalaksanaan
The American College of Obstetricians and Gynaecologists (AGOG) dan USPHS
menganjurkan konseling, edukasi dan Uji saring HIV sebagai bagian perawatan
antepartumyang dilakukan secara rutin dan sukarela oleh ibu hamil dengan risiko tinggi
infeksi HIV dan ibu hamil dengan HIVIAIDS (IHDHA). Dalam konseling dan edukasi,
perlu dukungan psikososial ibu supaya tidak takut dan percaya diri mengenai status HIV dan
kehamilannya, tentang perjalanan alami HIV, cara penularan dan pencegahan perinatal serta
keuntungan pemberian ARV bagi ibu dan janin/bayi.

Antiretrovirus (ARV)
Pemberian kombinasi ARV merupakan penatalaksanaan baku IHDHA tanpa memandang
status kehamilan, sama seperti pemberian ARV pada ODHA karena telah dipertimbangkan
farmakokinetiknya dan tidak terbukti membberikan efek teratogenik pada janin dan bayi jika
diberikan setelah umur kehamilan 14 minggu. Pada pencegahan penularan HIV perinatal
(PHP), baik ACOG maupun WHO menganjurkan kombinasi ARV untuk menekan replikasi
virus secara cepat sampai batas yang tidak dapat dideteksi; sehingga diharapkan PHP, tidak
terjadi, mengurangi kejadian resistensi dan memberi kesempatan perbaikan imunitas ibu.
Pemberian kombinasi ARV mulai diberikan pada IHDHA yang memiliki CD4 < 500/mm
atau kepadatan virus > 10.000/ml dengan atau tanpa gejala klinis; sedangkan pemberian
ZDV tunggal dapat dilakukan jika CD4> 500/mm dan kepadatan virus 4 000 - l0.000/ml
dengan dosis 100 mg 5 kali sehari yang dimulai setelah trimester I sampai masa persalinan.
Pada saat mulai persalinan (kala I), ZDV diberikan secara intravena 2 mg/kg BB dalam I
jam, dan diteruskan I ml/kg BB/jam sampai pengikatan tali pusat bayi; kemudian diikuti
dengan pemberian ZDV oral pada bayi setelah berumur 12 jam dengan dosis 2 ml/kg BB/6
jam selama 6 minggu. Semua ARV diberikan setelah trimester I (14 minggu umur
kehamilan) untuk menghindari beberapa efek teratogenik. Namun, jika ibu sedang menjalani
pengobatan ARV dan kemudian hamil, pengobatan tersebut dilanjutkan sebabpenghentian,
ARV akan mengakibatkan rebound pheno-menon jumlah virus. Pada beberapa penelitian
berskala besar, ZDV terbukti menurunkan PHP dari 22,6% menjadi 7,6% jlka diberikan
selama antepartum, intrapartum dan postpartum. Tidak didapatkan perbedaan yang
bermakna pada efek samping dan toksisitas ZDV dibandingkan plasebo, kecuali anemia
pada bayi yang hilang setelah ZDV dihentikan; sedangkan kelainan kongenital tidak lebih
tinggi dari populasi umum. Oleh sebab itu, ADV sebaiknya ada pada setiap regimen
kombinasi karena terbukti menurunkan PHP. Sekarang sedang dilakukan penelitian
penggunaan ZDV oral jangka pendek untuk mencegah PHP. Jika berhasil dan dapat
dijadikan protokol, diharapkan akan menurunkan kejadian PHP lebih banyak lagi;
mengingat biaya lebih murah, kepatuhan lebih tinggi dan jangkauan lebih luas
dibandingkan dengan penggunaan ZDV jangka panjang. Penelitian di Afrika oleh Wiktor
dkk dan Dabis dkk serta di Thailand oleh Shafter dkk, pemberian ZDV jangka pendek
memperlihatkan penurunan PHP 38-50% walaupun air susu ibu masih tetap diberikan. Di
sini, ZDV oral baru diberikan pada umur kehamilan 36 minggu dengan dosis 300 mg 2 kali
sehari sampai masa persalinan (kala I), kemudian 300 mg 3 jam sekali dari kala I sampai
kala IV dan diteruskan dengan 300 mg 2 kali sehari selama 7 hari postpartum; sedangkan
bayi diberikan ZDV oral setelah berumur 12 jam dengan dosis 2 ml/kg BB/6 jam selama 6
minggu

6. Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan bisa
dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Cara tersebut
yaitu:
1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan, dan untuk bayi yang
baru dilahirkan Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah
sehingga
jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV.
Resiko penularan akan sangat rendah (1-2%) apabila terapi ARV ini dipakai. Namun jika
ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara yang dapat
mengurangi separuh penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan
untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet nevirapine pada waktu
mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi 2-3 hari setelah lahir.
Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan mengurangi penularan menjadi
hanya 2 persen. Namun, resistensi terhadap nevirapine dapat muncul pada hingga 20 persen
perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil. Hal ini mengurangi keberhasilan ARV
yang dipakai kemudian oleh ibu. Resistansi ini juga dapat disebarkan pada bayi waktu
menyusui. Walaupun begitu, terapi jangka pendek ini lebih terjangkau di negara
berkembang.
2. Penatalaksanaan selama menyusui
Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk bayi
dengan ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian, didapatkan bahwa
+ 14% bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi.

Pencegahan yang dilakukan ditujukan kepada seseorang yang mempunyai perilaku


berisiko, sehingga diharapkan pasangan seksual dapat melindungi dirinya sendiri maupun
pasangannya. Adapun caranya adalah :
A: Anda jauhi hubungan seks
B : Bersikap saling setia dengan pasangan
C: Cegah dengan memakai kondom setiap melakukan hubungan
D: Dihindari pemakaian jarum suntik bebas
E: Edukasi atau pelatihan (HIV/AIDS, NAPZA life skill, dll)
Daftar Pustaka
Bobak, et.all. 2005 Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Nursalam dan NInuk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.
Jakarta: Salemba Medika
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan Ed. 3 Cetakan 7. Iakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Yasmine, Swabina F. 2007. Anak dan HIV/AID,S. Di akses dari http://www.nabble.com/-
sastra-pembebasan-OPlNl%3A-Anak-dan-Hlv-AlDs-p10435179.html. Pada tanggal 2
April 2011 pukul 17.00 WIB

DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN


“HIV / AIDS”

Ruang : Ruang Tunggu IGD Lavalette


Hari/Tanggal : Jumat/ 15 Maret 2019

NO. NAMA ALAMAT TTD


Pembimbing Lahan

---------------------------

Tanya Jawab Penyluhan “Penyakit Jantung Koroner

NO Pertanyaan Jawaban

4
Tanya Jawab Penyluhan “HIV AIDS”

NO Pertanyaan Jawaban

Anda mungkin juga menyukai