HIV / AIDS
Oleh:
PAKET PENYULUHAN
HIV / AIDS
Oleh:
Ahmad Hendi H
Khusnatul Maghfiroh
Dian Widhi P
Mengetahui,
Topik : HIV/AIDS
Sasaran : Keluarga Pasien di Ruang Tunggu IGD RS Lavalette
Tempat: Ruang Tunggu IGD RS Lavalette
Hari/tanggal : Jumat/ 15 Maret 2019
Pukul : 09.00-09.30
1. Tujuan
Setelah mengikuti penyuluhan tentang HIV/AIDS selama kurang lebih 30 menit diharapkan
ibu dapat mengerti dan waspada terhadap HIV/AIDS dan dapat mengaplikasikan materi
penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Materi
1. Pengertian HIV
2. Penyebab HIV
3. Tanda dan Gejala HIV
4. Cara penularan HIV dari ibu ke anak
5. Penatalaksanaan HIV
6. Pencegahan HIV
3. Metode
4. Media
6. Pengorganisasian
Tugas :
7. KEGIATAN EVALUASI
1. Struktural
4. Antisipasi masalah
- Bila peserta tidak aktif dalam kegiatan (tidak ada pertanyaan) fasilitator dapat
menstimulasi dengan cara berulang dengan pemberi materi dalam membahas
materi yang diberikan
- Pertanyaan yang sekiranya tidak dapat dijawab oleh kelompok penyaji
hendaknya dilakukan konfirmasi pada anggota organisasi lainnya
MATERI PENYULUHAN
1. Pengertian
HIV atau Human Immunedeficiency Virus adalah virus yang menyebabkan AIDS
dengan cara menyerang sel darah putih sehingga dapat merusak kekebalan tubuh manusia.
HIV adalah adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh untuk melawan penyakit yang
datang.
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala
penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam
bahasa Indonesia dapat dialihkatakan sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Acquired: didapat, bukan penyakit keturunan Immune : sistem kekebalan tubuh Deficiency:
kekurangan Syndrome : kumpulan gejala-gejala penyakit. AIDS diartikan sebagai bentuk
paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human
Immunodefciency Virus (HIV) (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare).
Sedangkan di dalam kamus kedokteran Dorlan (2002), menyebutkan bahwa AIDS
adalah suatu penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan oleh infeksi HIV, yang
pada kasus berat bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan mengenai
kelompok risiko tertentu, termasuk pria homoseksual atau biseksual, penyalahgunaan
obat intravena, penderita hemofilia, dan penerima transfusi darah lainnya, hubungan
seksual dari individu yang terinfeksi virus tersebut.
2 . Etiologi
Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di antaranya ;
1. Penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual). (WHO,
2003)
2. Hubungan seksual yang bergantiganti pasangan
3. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat suntik.
4. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu berhubungan kelamin
dengan orang yang terinfeksi HIV.
5. Orang yang melakukan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi HfV, berarti setiap
orang yang terpajan darah yang tercemar melalui transfusi atau jarum suntik yang
terkontaminasi.
3. MANIFESTASI KLINIS
Yang tampak dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Manifestasi klinis mayor:
a. demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan
b. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus
c. Penurunan berat badan lebih dari l0% dalam 3 tiga bulan
d. TBC
2. Manifestasi Klinis Minor
a. Batuk kronis selama lebih dari satu bulan
b. Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida Albicans
c. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh
d. Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh tubuh
Antiretrovirus (ARV)
Pemberian kombinasi ARV merupakan penatalaksanaan baku IHDHA tanpa memandang
status kehamilan, sama seperti pemberian ARV pada ODHA karena telah dipertimbangkan
farmakokinetiknya dan tidak terbukti membberikan efek teratogenik pada janin dan bayi jika
diberikan setelah umur kehamilan 14 minggu. Pada pencegahan penularan HIV perinatal
(PHP), baik ACOG maupun WHO menganjurkan kombinasi ARV untuk menekan replikasi
virus secara cepat sampai batas yang tidak dapat dideteksi; sehingga diharapkan PHP, tidak
terjadi, mengurangi kejadian resistensi dan memberi kesempatan perbaikan imunitas ibu.
Pemberian kombinasi ARV mulai diberikan pada IHDHA yang memiliki CD4 < 500/mm
atau kepadatan virus > 10.000/ml dengan atau tanpa gejala klinis; sedangkan pemberian
ZDV tunggal dapat dilakukan jika CD4> 500/mm dan kepadatan virus 4 000 - l0.000/ml
dengan dosis 100 mg 5 kali sehari yang dimulai setelah trimester I sampai masa persalinan.
Pada saat mulai persalinan (kala I), ZDV diberikan secara intravena 2 mg/kg BB dalam I
jam, dan diteruskan I ml/kg BB/jam sampai pengikatan tali pusat bayi; kemudian diikuti
dengan pemberian ZDV oral pada bayi setelah berumur 12 jam dengan dosis 2 ml/kg BB/6
jam selama 6 minggu. Semua ARV diberikan setelah trimester I (14 minggu umur
kehamilan) untuk menghindari beberapa efek teratogenik. Namun, jika ibu sedang menjalani
pengobatan ARV dan kemudian hamil, pengobatan tersebut dilanjutkan sebabpenghentian,
ARV akan mengakibatkan rebound pheno-menon jumlah virus. Pada beberapa penelitian
berskala besar, ZDV terbukti menurunkan PHP dari 22,6% menjadi 7,6% jlka diberikan
selama antepartum, intrapartum dan postpartum. Tidak didapatkan perbedaan yang
bermakna pada efek samping dan toksisitas ZDV dibandingkan plasebo, kecuali anemia
pada bayi yang hilang setelah ZDV dihentikan; sedangkan kelainan kongenital tidak lebih
tinggi dari populasi umum. Oleh sebab itu, ADV sebaiknya ada pada setiap regimen
kombinasi karena terbukti menurunkan PHP. Sekarang sedang dilakukan penelitian
penggunaan ZDV oral jangka pendek untuk mencegah PHP. Jika berhasil dan dapat
dijadikan protokol, diharapkan akan menurunkan kejadian PHP lebih banyak lagi;
mengingat biaya lebih murah, kepatuhan lebih tinggi dan jangkauan lebih luas
dibandingkan dengan penggunaan ZDV jangka panjang. Penelitian di Afrika oleh Wiktor
dkk dan Dabis dkk serta di Thailand oleh Shafter dkk, pemberian ZDV jangka pendek
memperlihatkan penurunan PHP 38-50% walaupun air susu ibu masih tetap diberikan. Di
sini, ZDV oral baru diberikan pada umur kehamilan 36 minggu dengan dosis 300 mg 2 kali
sehari sampai masa persalinan (kala I), kemudian 300 mg 3 jam sekali dari kala I sampai
kala IV dan diteruskan dengan 300 mg 2 kali sehari selama 7 hari postpartum; sedangkan
bayi diberikan ZDV oral setelah berumur 12 jam dengan dosis 2 ml/kg BB/6 jam selama 6
minggu
6. Pencegahan
Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan bisa
dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat persalinan, dan setelah persalinan. Cara tersebut
yaitu:
1. Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan, dan untuk bayi yang
baru dilahirkan Pemberian antiretroviral bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah
sehingga
jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif untuk menularkan HIV.
Resiko penularan akan sangat rendah (1-2%) apabila terapi ARV ini dipakai. Namun jika
ibu tidak memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara yang dapat
mengurangi separuh penularan ini. AZT dan 3TC dipakai selama waktu persalinan, dan
untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet nevirapine pada waktu
mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagi diberi pada bayi 2-3 hari setelah lahir.
Menggabungkan nevirapine dan AZT selama persalinan mengurangi penularan menjadi
hanya 2 persen. Namun, resistensi terhadap nevirapine dapat muncul pada hingga 20 persen
perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil. Hal ini mengurangi keberhasilan ARV
yang dipakai kemudian oleh ibu. Resistansi ini juga dapat disebarkan pada bayi waktu
menyusui. Walaupun begitu, terapi jangka pendek ini lebih terjangkau di negara
berkembang.
2. Penatalaksanaan selama menyusui
Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk bayi
dengan ibu yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian, didapatkan bahwa
+ 14% bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang terinfeksi.
---------------------------
NO Pertanyaan Jawaban
4
Tanya Jawab Penyluhan “HIV AIDS”
NO Pertanyaan Jawaban