Anda di halaman 1dari 69

TUGAS INDIVIDU RESUME MATERI BALKESMAS

HIV/AIDS

Dosen Pembimbing :
Ns. Apriliani Yulianti W, M.Kep. Sp.Kep.Mat
Di susun oleh :
RISMA WULANDARI
30901800150

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2020
TUGAS INDIVIDU PENJARINGAN MASYARAKAT
BERESIKO TERTULAR HIV/AIDS

Dosen Pembimbing :

Ns. Apriliani Yulianti W, M.Kep. Sp.Kep.Mat

Di susun oleh :

RISMA WULANDARI

30901800150

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
VIRUS HIV/AIDS PADA REMAJA DESA GABUS

Dosen Pembimbing :

Ns. Apriliani Yulianti W, M.Kep. Sp.Kep.Mat

Di susun oleh :

RISMA WULANDARI

30901800150

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2020
SATUAN ACARA PENGAJARAN

POKOK BAHASAN : Bahaya HIV/AIDS pada Remaja

SUB POKOK BAHASAN :

1. Definisi HIV/AIDS
2. Penyebab HIV/AIDS pada remaja
3. Tanda Gejala HIV/AIDS pada remaja
4. Pencegahan HIV/AIDS pada remaja
5. Pengobatan HIV/AIDS

WAKTU : 09.00-09.30

SASARAN : Remaja yang berusia di atas 17 th

TEMPAT : Rumah Nn.R Ds Gabus kec.Gabus Ka.Pati

1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit diharapkan para remaja mampu


memahami tentang penyakit HIV/AIDS dan bagaimana pencegahannya .

2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah diadakan penyuluhan selama 30 menit remaja dapat :


1. Dapat menjelaskan apa itu HIV/AIDS
2. Mengerti apa penyebab timbulnya HIV/AIDS pada remaja
3. Mampu menyebutkan tanda dan gejala apa saja yg muncul pada penderita HIV AIDS
4. Mengerti bagaimana cara pencegahan Virus HIV/AIDS.
5. Mengerti bagaimana pengobatan pada penderita HIV/AIDS
3. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

NO TAHAP WAKTU KEGIATAN MEDIA


1. Pembukaan 5 Menit a) Memberi salam POSTER
b) Perkenalan
c) Menjelaskan tujuan
penyuluhan
d) Menyebutkan materi /
pokok bahasan yang
akan disampaikan
2. Pelaksanaan 20 menit Menjelaskan Materi POSTER
1. Definisi HIV/AIDS
2. Penyebab HIV/AIDS
pada remaja
3. Tanda Gejala HIV/AIDS
pada remaja
4. Pencegahan HIV/AIDS
pada remaja
5. Pengobatan HIV/AIDS
Mengevaluasi
a) Memberi kesempatan
untuk bertanya
b) Melakukan Tanya jawab
untuk mengetahui
pemahaman
c) Membacakan
kesimpulan hasil
3. Penutup 5 menit Penutup -
Mengakhiri pertemuan
dengan mengucapkan
terimakasih dan salam

4. METODE
A. Ceramah
B. Tanya Jawab

5. EVALUASI

 Standar persiapan :

Alat : kursi

pengaturan tempat :

= klien /peserta

= perawat

= kursi

kesiapan materi :

1. Definisi HIV/AIDS
2. Penyebab HIV/AIDS pada remaja
3. Tanda Gejala HIV/AIDS pada remaja
4. Pencegahan HIV/AIDS pada remaja
5. Pengobatan HIV/AIDS
 Standar proses:
1. Penyuluhan dilakukan dengan kontrak waktu yang sudah di sepakati oleh peserta yaitu
jam 09.00-09.30
2. Peserta di berikan poster berisi materi yang akan di sampaikan supaya lebih mudah
untuk memahami
3. Pada awal penyuluhan perawat memperkenalkan diri mengenai identitasnya
4. Setelah itu perawat menjelaskan sedikit mengenai materi HIV/AIDS
5. Perawat mempersilahkan peserta untuk bertanya apabila ada yg belum di mengerti
6. penyuluhan kesehtan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan waktu yang telah di
tentukaan
7. Perawat melakukan penutupan dan berpamitan .

 Standar hasil :

1. Acara berjalan dengan lancar ,tanpa halangan apapun .


2. klien mangerti dengan apa yang perawat sampaikan
3. klien dapat memahami materi yang di sampaikan oleh perawat.
4.klien mencoba untuk menjaga kesehatannya dan menghindari bahaya
penularan hiv/aids.
6. PUSTAKA

(European Environment Agency (EEA), 2019)European Environment Agency (EEA). (2019).


Panduan Perawatan Paliatif Hiv/Aids (Vol. 53).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Pedoman Penyelenggaraan Jenazah Pada
Orang Dengan Penyakit Infeksi Menular.
LAMPIRAN :

POSTER
MATERI

1. Definisi HIV/AIDS
HumanImmunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), Acquired
yang artinya didapat jadi bukan merupakan penyakit keturunan, Immuno
berarti sistem kekebalan tubuh, Deficiency artinya kekurangan sedangkan
syndromeadalah kumpulan gejala. Virus HIV di temukan dalam cairan tubuh
terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu. Virus tersebut
merusak kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan turunnya atau hilangnya
daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi (Katiandagho, 2015).
2. Penyebab HIV/AIDS pada remaja
Tiga cara utama penularan infeksi HIV di Indonesia yaitu:
a) Melalui hubungan seksual dengan seseorang yang telah terinfeksi HIV tanpa
memakai pengaman /pelindung (kondom).
b) Melalui darah dan produk darah atau alat-alat yang telah terpajan HIV. Cara
penularan HIV melalui :
 secara langsung : transfusi darah, produk darah atau transplantasi organ tubuh
yang terinfeksi HIV.
 secara tidak langsung : melalui alat-alat seperti jarum suntik, jarum tatto, jarum
tindik, peralatan bedah, penggunaan jarum suntik secara bergantian di antara para
pengguna napza suntik atau alat-alat lain yang kontak dengan cairan tubuh orang
lain yang terinfeksi HIV dan tidak disterilkan terlebih dahulu.

c) Melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada janin yang dikandungnya pada saat
kehamilan, persalinan, dan menyusui.

3. Tanda Gejala HIV/AIDS pada remaja


Seseorang yang terinfeksi virus HIV, proses perjalanan penyakitnya dibagi beberapa
tahap, yaitu :
1). Transmisi virus Proses ini terjadi 2-6 minggu setelah seseorang terinfeksi virus
HIV.
2). Infeksi HIV primer (sindrom retroviral akut) Sebagian besar pasien yang
terinfeksi HIV akan menunjukkan gejala infeksi seperti contohnya demam, nyeri otot,
nyeri sendi dan rasa lemah. Selain itu akan muncul kelainan mukokutan yaitu ruam
kulit, dan ulkus di mulut. Kemudian pembengkakan kelenjar limfa, gejala neurologi
(nyeri kepala, nyeri belakang kepala, fotophobia, dan depresi maupun gangguan
saluran cerna (anoreksia, nausea, diare, jamur dimulut). Gejala ini akan muncul 2-6
minggu dan akan membaik dengan atau tanpa pengobatan.
3). Serokonversi Pada tahap ini sering disebut tahap pertama gejala HIV, dimana
gejala akan muncul beberapa minggu setelah tubuh terinfeksi dengan menunjukkan
gejala seperti flu, sakit tenggorokan, diare, demam, muncul peradangan berwarna
merah disertai benjolan kecil disekitarnya, berat badan turun, dan badan terasa lelah.
Gejala ini akan berhenti dan infeksi HIV tidak menunjukan gejala apapun selama
beberapa tahun.
4). Infeksi kronik asimptomatik Pada fase ini, seseorang yang terinfeksi HIV tidak
menunjukkan gejala selama rata-rata 8 tahun. Penderita akan tampak sehat, dapat
melakukan aktiftas normal, tetapi dapat menularkan penyakit HIV kepada orang lain.
5). Infeksi kronik simptomatik Di fase ini, akan muncul gejala-gejala pendahuluan
seperti demam, pembesaran kelenjar limfa yang kemudian diikuti infeksi oportunistik.
Dengan adanya infeksi oportunistik maka perjalanan penyakit telah memasuki stadium
Aids. Fase simptomatik berlangsung rata-rata 1,3 tahun yang berakhir dengan
kematian.
6). Aids (indikator sesuai dengan CDC 1993 atau jumlah CD4 kurang dari 200/mm3)
7). Infeksi HIV lanjut ditandai dengan jumlah CD4 kurang dari 50/mm3
4. Pencegahan HIV/AIDS pada remaja
Upaya untuk mencegah penularan HIV/AIDS dikenal dengan prinsip ABCD, yaitu :

 A – Abstinence
Abstinence merupakan suatu upaya untuk tidak melakukan hubungan seksual, terutama
bagi seseorang yang belum menikah.
 B - Be Faithful
Be Faithful merupakan suatu upaya untuk tidak berganti-ganti pasangan atau dengan kata
lain menunjukkan sikap saling setia kepada pasangannya.
 C - Condom
Melakukan hubungan seksual yang aman yaitu dengan menggunakan alat pelindung atau
kondom.
 D - Don’t Share Syringe / Don’t Inject
Jangan memakai jarum suntik atau alat yang menembus kulit secara bergantian dengan
orang lain, terutama di kalangan pemakai narkoba.
 E - Save Equipment
Hindari pemakaian alat / bahan tidak steril.

5. Pengobatan HIV/AIDS

• Obat-obatan Antiretroviral

Obat-obatan Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang digunakan


untuk mengobati infeksi HIV. Obat-obatan ini tidak membunuh virus, tapi
memperlambat pertumbuhan virus. HIV bisa mudah beradaptasi dan kebal
terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu, kombinasi golongan ARV akan
diberikan pada penderita. Beberapa golongan ARV adalah:

• NNRTI (Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Jenis ARV ini akan bekerja
dengan menghilangkan protein yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri.

• NRTI (Nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Golongan ARV ini menghambat


perkembangan HIV di dalam sel tubuh.

• Protease inhibitors. ARV jenis ini akan menghilangkan protease, jenis protein yang juga
dibutuhkan HIV untuk memperbanyak diri.

• Entry inhibitors. ARV jenis ini akan menghalangi HIV untuk memasuki sel-sel CD4.

• Integrase inhibitors. Jenis ARV ini akan menghilangkan integrase, protein yang
digunakan HIV untuk memasukkan materi genetik ke dalam sel-sel CD4.

Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama terapi antiretroviral (ART). Biasanya
pasien akan diberikan tiga golongan obat ARV. Kombinasi obat ARV yang diberikan
berbeda-beda pada tiap-tiap orang, jadi jenis pengobatan ini bersifat pribadi atau
khusus.
Beberapa obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil. Begitu pengobatan HIV dimulai,
mungkin obat ini harus dikonsumsi seumur hidup. Jika satu kombinasi ARV tidak
berhasil, mungkin perlu beralih ke kombinasi ARV lainnya.

Penggabungan beberapa tipe pengobatan untuk mengatasi infeksi HIV bisa menimbulkan
reaksi dan efek samping yang tidak terduga. Selalu konsultasikan kepada dokter
sebelum mengonsumsi obat yang lain.

• Konsumsi Obat Secara Teratur

Anda harus membuat jadwal rutin untuk memasukkan pengobatan HIV ke dalam pola
hidup sehari-hari. Pengobatan HIV bisa berhasil jika Anda mengonsumsi obat secara
teratur (pada waktu yang sama setiap kali minum obat). Jika melewatkan satu dosis saja,
efeknya bisa meningkatkan risiko kegagalan.

• Efek Samping Pengobatan HIV

Semua pengobatan untuk HIV memiliki efek samping yang tidak menyenangkan. Jika
terjadi efek samping yang tidak normal, Anda mungkin perlu mencoba kombinasi obat-
obatan ARV yang lainnya. Berikut adalah contoh efek samping yang umumnya terjadi:

• Kelelahan

• Mual

• Ruam pada kulit

• Diare

• Satu bagian tubuh menggemuk, bagian lain kurus

• Perubahan suasana hati

STANDAR EVALUASI

a) Klien dapat mengikuti proses penyuluhan dengan tertip ..

b) klien mampu memahami materi mengenai virus HIV/AIDS

c) Klien dapat menghindari/menjaga diri setelah mengetahui bahaya dari HIV/AIDS

d) Klien tau harus bagaimana jika dirinya/keluarga memiliki resiko virus HIV

e) Klien dapat menyebutkan cara penularan HIV/AIDS itu apa saja .

DOKUMENTASI
TUGAS ANALISIS VIDEO HIV/AIDS
Disusun oleh :
Risma Wulandari
30901800150

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2020/2021

ANALISIS VIDEO 1
1. Nama tindakan yang dilakukan:

Konseling pre HIV

2. Tujuan tindakan:

tindakan di lakukan untuk klien yang mempunyai perilaku beresiko seperti perilaku
seksual berganti-ganti pasangan / maupun jarum suntik bergantian .

3. Prinsip tindakan :

Tes HIV harus mengikuti prinsip yang telah disepakati secara global yaitu 5 (lima)
komponen dasar yang disebut 5C (informed consent, confidentiality, counseling, correct
test results, connections to, care,treatment and prevention services).

a. Indikasi

1. Pasien yang menunjukkan tanda dan gejala imunodefisiensi, termasuk yang


menunjukkan klinis TB.

2. Pasien antenatal, persalinan dan post partum

3. Pasien infeksi menular seksual

4. Pelayanan kesehatan pada populasi berisiko

5. Pelayanan kesehatan untuk anak usia < 10 tahun terutama yang memiliki tanda dan
gejala imunodefisiensi

6. Tindakan bedah

7. Pelayanan kesehatan remaja (10-19 tahun), terutama yang terkait dengan pergaulan
bebas

8. Pelayanan kesehatan reproduksi termasuk KB

b. Kontra indikasi:-

c. Alat dan Bahan:

Surat infoconset

4. Prosedur tindakan & rasionalisasinya:


Fase pra interaksi

a. Baca catatan keperawatan atau catatan medis

b. Sebutkan tindakan keperawatn yang akan dilakukan

c. Cuci tangan 6 langkah sebelum interaksi

Fase orientasi

a. Salam, perkenalan perawat

b. Menayakan identitas pasien (Nama, Alamat)

c. Menayakan tujuan kedatangan pasien

d. Kontrak waktu

e. Menayakan kesepian pasien, dan memeberitahu untuk mengatakan jujur apa yang akan
ditanyakan perawat , dan perawat berjanji akan menjaga kerahasiannya

Fase kerja

a. Menutup pintu untuk menjaga kerahasiaan dan privasi pasien

b. Membaca basmallah

c. Menayakan status pasien meliputi status nikah, memiliki pasangan, melakukan


hubungan seksual, penggunaan alat suntik berganti gantian, pernah transfusi darah
tidak.

d. Menayakan kepada pasien tentang peyebaran HIV

e. Menayakan bagaiamna pasien dalam menyelesaikan suatu masalah pada dirinya

f. Menayakan kepada pasien tentang dampak dari sesorang yang terkena HIV

g. Perawat menjelaskan penyebaran HIV

h. Menayakan kepada pasien tentang rumor, mitos, dan persepsi masyarakat terkait HIV

i. Perawat menjelaskan kembali tentang rumor dimasyarkat terkait HIV, dan


membenarkan atau meluruskan rumor yang selama ini beredar dimasyarakat

j. Menyakan kepada pasien berapa bersaudra dan ketika ada masalah apakah pasien
bercerita ke pada keluarga atau tidak
k. Perawat menyimpulkan semua pertayaan yang ditayakan dan ada resiko HIV pada
pasien, kemudian perawat menyarankan untuk dilakukan tes HIV

*jika pasien menolak untuk dilakukan tes HIV

l. Perawat tidak boleh memaksakan dan harus menerima keputusan pasien

m. Perawat menjelaskan tujuan dilakuakan tes HIV

n. Perawat menjelaskan prosedur apabila dilakuakn tes HIV

o. Perawat menjelaskan jika pasien terkan HIV dan tidak

p. Menyakan kepada pasien apakah bersedia untuk dilakukan tes HIV (Jika pasien
bersedia, maka pasien disuruh untuk membaca infoncosent dan medatangani info
consent sebagai bukti pasien mau dilakukan tes hiv)

q. Perawat melengkapi dokumen pasien

r. Setelah melengkapi, perawat menghantarkan pasien ke lab untuk dilakukan


pengambilan darah

s. Pasien melakukan pengambilan darah

t. Kemudian, melakukan kontrak yang akan datang (untuk menetahui hasil tes dan
konsul lagi)

Fase terminasi

a. Membaca Hamdallah

b. Menayakan perasaan pasien setelah dilakukan pengambilan darah dan konseling

c. Perawat mengulang kembali untuk kontrak yang akan datang kepada pasien

d. Perawat pamitan

5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya:

Bahanya adalah seseorang yang tidak melakukan konseling pre HIV akan
terjadinya drop pada diri pasien jika tes hivnya nanti positif. Antisipinya harus tetap
konseling pre tes hiv tapi sesuai dengan kehendak pasien.
6. Evaluasi tindakan:

Jika pasien mau dilakuakn tes hiv maka dilakukan tes hiv tetapi jika pasien menolak maka
perawat tidak memaksa dan harus menerima keputusan pasien

7. Daftar pustaka

https://youtu.be/OleuW2aMaL8

Sari, D. L., & Sutrisno. (2018). PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN.
PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, 7.

ANALISIS VIDEO 2

1. Nama tindakan yang dilakukan:

Konseling post HIV

2. Tujuan tindakan:
 Menjelaskan hasil pemeriksaan dengan empati (kemungkinan hasil dapat positif,
negative, atau indeterminate)
 Membiarkan pasien mengekspresikan perasaannya setelah mengetahui hasil
pemeriksaan HIV
 Mendiskusikan masalah yang mungkin muncul dan membantu menyelesaikan
masalah tersebut
 Menyampaikan informasi yang diperlukan pasien (pemeriksaan lanjutan atau
pengobatan)
 Mendiskusikan pola hidup yang dianjurkan

3. Prinsip tindakan:
a. Indikasi :

Konseling post HIV dilakukan pada klien berperilaku menyebabkan klien dapat
berisiko tinggi terinfeksi HIV dan klien mengetahui tentang HIV/AIDS dengan benar.
Tapi atas kemaunnya sendiri
b. Kontra indikasi: -
c. Alat dan Bahan : Surat hasil repid test HIV
4. Prosedur tindakan & rasionalisasinya:
Fase pra interaksi
a. Baca catatan keperawatan atau catatan medis
b. Sebutkan tindakan keperawatn yang akan dilakukan
c. Cuci tangan 6 langkah sebelum interaksi

Fase orientasi
a. Salam, perkenalan perawat
b. Menayakan identitas pasien (Nama, Alamat)
c. Menayakan tujuan kedatangan pasien
d. Kontrak waktu
e. Menayakan kesepian pasien, dan perawat berjanji akan menjaga kerahasiannya
Fase kerja

1. Konseling Post test HIV positif


a. Menjaga privasi
b. Membaca basmalah
c. Meminta izin kepada klien untuk membuka hasil test yang sudah di laksanakan .
d. Menanyakan kepada klien ,apa yg klien ketahui perihal tes tersebut
e. Menjelaskan tentang apa itu HIV ,bagaimana virus tersebut bisa masuk ke dalam tubuh.
f. Menanyakan kepada klien bagaimana perasaan klien setelah mengetahui bahwa dirinya
positif HIV
g. Memahami bagaimana perasaan klien saat ini
h. Melatih klien untuk bersabar dan ingat kepada allah .
i. Menanyakan apa yg di lakukan klien ketika mengalami masalah
j. Memberikan informasi mengenai HIV/AIDS,masalah penggunaan obat ARV
k. Menjelaskan bagaimana hubungan seksual yg aman bagi klien
l. Menjelaskan mengenai program hamil dengan cara PMTCT
m. Konseling dengan pasangan ketika sudah menikah
n. Menjelaskan mengenai KB yg akan di gunakan
o. Menjelaskan untuk mencari pendampingan ke kelompok dukungan sebaya ,yg bertugas
untuk mendampingi kelompok HIV AIDS .
2. Konseling post test HIV negatif
a. Menjaga privasi
b. Membaca basmalah
c. Meminta izin kepada klien untuk membuka hasil test yang sudah di
laksanakan.
d. Menjelaskan perihal klien memiliki perilaku beresiko/tidak. misal klien
menggunakan jarum suntik bergantian dengan teman .
e. Menjelaskan kepada klien walupun hasil negatif tetap harus meminimalkan
dengan menghindari perilaku beresiko
f. Menjelaskan perilaku jendela dimana sudah ada virus di tubuh klien namun
belum ada tanda gejala di dalam tubuh . sehingga saat di tes hasil negatif.
g. Menyarankan tes ulang 3-6 bualan yg akan datang.
h. Modifikasi perilaku
i. Menghindari perilaku beresiko

Fase terminasi
a. Membaca Hamdallah
b. Menayakan perasaan pasien setelah dilakukan pengambilan darah dan konseling
c. Perawat mengulang kembali untuk kontrak yang akan datang kepada pasien
d. Perawat pamitan
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya:
Jika klien tidak melakukan test HIV ini ,dapat membahayakan dirinya sendiri maupun
orang lain . Namun test ini tidak di lakukan dengan paksaan . Klien sukarela untuk
memeriksakan dirinya sendiri . Hasil test mungkin sangat penting bagi klien karena ,apabila
klien positif HIV AIDS /klien beresiko ,klien dapat mengetahui apa bahaya nya dan bagaimana
cara pencegahannya . Antisipasinya dengan cara konseling ke klinik VCT dan menghindari
bahaya nya misal tidak menggunakan jarum suntik dengan cara bergantian .
6. Evaluasi tindakan:
Klien harus bisa menerima keadaan yang tengah di alami , dengan bantuan perawat klien
akan menjalani Masalahnya dengan iklas ,dan kuat . Perawat akan membantu mengedukasi dan
menjelaskan perihal pengobatan atau pemeriksaan lebih lanjut .

7. Daftar pustaka
https://youtu.be/WTHox98Dl8A
ari, D. L., & Sutrisno. (2018). PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN.
PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, 7.

ANALISIS VIDEO 3

1. Nama tindakan yang dilakukan:

Perawatan Jenazah HIV

2. Tujuan tindakan:

A. Menerapkan kewaspadaan standar yakni memperlakukan semua jenis cairan dan


jaringan tubuh jenazah sebagai bahan yang infeksius dengan cara menghindari kontak
langsung.
B. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas dalam Penyelenggaraan
jenazah.
C. Memotivasi masyarakat agar peduli kepada siapapun yang meninggal karena sebab
apapun.
D. Mensosialisasikan kewaspadaan standar kepada masyarakat agar terhindar dari risiko
infeksi.
3. Prinsip tindakan:

a. Indikasi
Dilakukan sesuai anjuran agama dan kepercayaan masing- masing,harus
mengetahui tata cara penguburan pasien HIV AIDS, tau prinsip dan ketentuan umum dari
perawatan jenazah HIV AIDS
b. Kontra indikasi
Hendaknya setelah melakukan kegiatan penguburan petugas dianjurkan cuci
rambut dengan shampo dan mandi dengan sabun antiseptic.

c. Alat dan Bahan

1. Kebersihan tangan/cuci tangan.


2. Pemakaian alat pelindung diri (APD):
a. Sarung tangan.
b. Masker.
c. Pelindung mata (goggle).
d. Penutup kepala.
e. Gaun pelindung.
f. Sepatu pelindung.
3. Etika batuk untuk melindungi orang sekitar.

4. Pengelolaan linen.

5. Praktik penyuntikan yang aman.

6. Pengelolaan lingkungan.

7. Pengelolaan limbah/alat bekas pakai.

8. Kesehatan petugas

4. Prosedur tindakan & rasionalisasinya:


Untuk prosedur tindakan langsung ke tahap kerja .

a) Menjaga privasi
b) Membaca Basmalah

Kegiatan sebelum Memandikan Jenazah

c) Memastikan tidak ada luka yang terbuka.


d) Jika terdapat luka kecil/lecet dibalut dengan plester kedap air.
e) Memakai alat pelindung (APD)
f) Membuka tali pengikat dan semua yang melekat pada tubuh jenazah seperti ; gigi palsu,
cincin, kalung, dan perhiasan lainnya, kemudian menutup aurat jenazah dengan kain
panjang.
g) Menyiram seluruh tubuh dari arah kepala hingga ke kaki.
h) Menggosok tubuh jenazah memakai waslap dan sabun dilanjutkan dengan mencuci
rambut menggunakan shampo.
i) Memiringkan jenazah ke kiri dan kanan sambil membersihkan bagian belakang dengan
sabun dan air.
j) Menyiram seluruh badan dengan air hingga bersih.
k) Mengeringkan jenazah dengan handuk selanjutnya diganti dan ditutup auratnya dengan
kain kering.

Kegiatan Setelah Memandikan Jenazah


l) Kegiatan setelah memandikan jenazah
m) Cucilah tangan dengan sabun dan air mengalir sesuai dengan prosedur cuci tangan yang
benar yaitu 6 langkah cuci tangan.
n) Masukkan peralatan pelindung petugas yang sekali pakai (disposable) ke dalam plastik
sampah infeksius.
o) Alat pelindung diri yang dapat digunakan kembali dicuci bersih melalui proses
dekontaminasi yang telah disarankan.
p) Bakarlah peralatan sekali pakai yang sudah digunakan.
q) Lantai tempat pemandian dipel dengan larutan deterjen dan dapat dilanjutkan dengan
menggunakan klorin 0,5%.

5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya:


Jika di wajah tidak terdapat luka diperbolehkan mencium jenazah dengan
memperhatikan aspek kewaspadaan standar. Namun jika di wajah jenazah terdapat luka,
maka keluarga tidak diperkenankan mencium jenazah. Dengan selesainya memandikan
jenazah, dan membungkusnya maka jenazah siap untuk diproses lebih lanjut, baik dengan
menguburkannya atau membakarnya sesuai ajaran agama jenazah tersebut. Proses
penguburan dan pembakaran selanjutnya seperti biasa mengikuti kaidah- kaidah agama
masing masing.

6. Evaluasi tindakan:
Hal yang perlu diperhatikan pada saat proses penguburan jenazah adalah tidak
membiarkan jenazah terbungkus plastik dan dikubur bersama dengan pembungkus plastiknya.
Jika pada jenazah dengan kondisi khusus seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, maka
plastik pembungkus hendaknya dilepaskan dari jenazah lalu diperlakukan sebagai sampah
infeksius

7. Daftar pustaka
https://youtu.be/Zy95owlQYPA
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019)European Environment Agency (EEA).
(2019). Panduan Perawatan Paliatif Hiv/Aids (Vol. 53).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Pedoman Penyelenggaraan Jenazah Pada
Orang Dengan Penyakit Infeksi Menular.

ANALISIS VIDEO 4

1. Nama tindakan yang dilakukan:

Pemakaian Standart Precaution

2. Tujuan tindakan:

Untuk mencegah atau meminimalisasi terjadinya penyebaran infeksi dari pasien


ke pekerja kesehatan dan sebaliknya atau dari pasien ke pasien lainnya (infeksi
nosokomial)

3. Prinsip tindakan:
a. Indikasi

Pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit

b. Kontra indikasi : -

c. Alat dan Bahan

- Masker
- Pelindung kepala
- Googles
- Baju bedah plastik
- Air mengalir
- Scrub
- Sabun
- Handuk
- Sarung tangan steril
- Baju bedah

4. Prosedur tindakan & rasionalisasinya:


Proses Keperawatan pada tindakan Standar Precaution
A. Handwashing.
Handwashing atau mencuci tangan adalah menggosokkan semua permukaan dan celah-
celah tangan secara bersamaan dengan menggunakan sabun atau bahan kimia dan air.
Cuci tangan merupakn satu komponen dari semua tipe isolation precaution dan ini
merupakan hal yang paling dasar dan efektif dalam mengontrol infeksi dengan cara
mencegah transmisi agen-agen infeksi. Durasi lamanya mencuci tangan tergantung pada
situasi, mencuci tangan seama 10 sampai dengan 15 detik direkomendasikan untuk
membersihkan transient flora dari kedua tangan, area yang berisiko tinggi seperti
nurseries biasanya dianjurkan untuk mencuci tangan selama 2 menit, dan tangan yang
kotor boiasanya membutuhkan waktu yang lebih lama.
Prosedure :
a. Lepaskan perhiasan seperti cincin, sedangkan jam tangan jika memungkinkan
bisa ditolak ke atas kearah siku atau pertengahan pergelangan, juga gulung
lengan baju ke atas siku atau lengan
b. Periksa kedua tangan apakah terdapat luka, kuku yang rusak atau tersayat, luka
atau lecet pada kulit, atau daerah yang teramat kotor.
c. Buka kran air, atur aliran dan suhunya, suhu air haruslah hangat.
d. Basahi kedua tangan dan lengan bawah di bawah air kran yang mengalir, letakan
tangan dalam posisi ke bawah dengan siku lurus. Hindari memercikan air atau
menyentuh wastafel.
e. Gunakan sekitar 5 ml sabun cair, ratakan keseluruh tangan.
f. Secara menyeluruh gesekan kedua tangan selama 10 sampai 15 detik, masukan
jari jari tangan yang satu kecelah jari tangan yang lain dan gesekan kedepan dan
belakang. Gesek telapak dan belakang tangan dengan gerakan melingkar.
Perhatikan secara khusus pada lipatan tangan dan kuku jari yang diketahui
sebagai tempat tinggal mikroorganisme.
g. Bilas kedua tangan dalam posisi kebawah dengan siku lurus, bilas dari arah
lengan, ke pergelangan dan jari-jari tangan.
h. Keringkan tangan secara menyeluruh dengan tissue atu handuk dari arah jari
tangan menuju ke pergelangan tangan dan buang tissue ditempat sampah
i. Matikan kran air dengan dilapisi tissue yang bersih dan kering atau handuk.
B .Memakai dan melepaskan sarung tangan dan gowns yang bersih dan yang
terkontaminasi Prosedure :
a. Cuci tangan.
b. Pakai gown sebelum mengenakan masker atau cap.
a) Pastikan gown menutupi semua pakaian anda.
b) Tarik lengan gown turun sampai kepergealngan tangan.
c) Ikat gown pada daerah leher dan pinggang
c. Pakai sarung tangan yang bersih, jika digunakan dengan gown, pakai sarung
tanagn setelah gown dan tarik sarung tangan sehingga menutupi lengan gown
d. Masuki runagan pasien dan jelaskan perlunya menggunakan sarung tangan dan
gown.
e. Setelah melakukan tugas tugas yang penting, lepaskan sarung tangan dan gown
sebelum meninggalkan ruangan.
1) Buka ikatan gown dan lepaskan dari bahu, lipat dan gulung gown kedepan
sehingga membentuk bola, sehingga bagian yang terkontaminasi digulung
dibagian tengah gown lau buang ditempat yang sesuai.
2) Pegang bagian tepi luar dari sarung tangan dan tarik serta balikan bagian luar
kedalam. Pegang dan satukan dengan sarung tangan yang sebelah lagi.
3) Lepaskan sarung tangan lainya dengan tanpa menyentuh bagian luarnya,
balikan sarung tangan tersebut yang luar kedalam dan masukan sarung tangan
pertama kedalamnya bersamaan ketika melepaskanya. Buang sarung tangan
tersebut ketempat yang sesuai.
f. Cuci tangan.

C. Memakai penutup kepala dan sarung tangan.


Mencuci tangan merupakan satu tekhnik yang paling penting untuk
mengontrol infeksi. Sedangkan metode yang lain yang digunakan untuk mengontrol
infeksi adalah penggunaan penghalang atau barrier yang special seperti masker dan
penutup kepala. Masker diperlukan ketika merawat pasien dalam strict isolation, kontak
isolasi, atau respiratori isolasi.

Prosedure :

a. Cuci tangan.
b. Gunakan Cap atau penutup kepala, yakinkan bagi wanita untuk mengikat rambut dan
seluruh rambut harus tertutup oleh cap. Bagi laki laki yang memilki jambang, jenggot
dan kumis pastikan juga agar memakai cap yang menutupi semua rambut rambut ini.
c. Pakailah masker sehingga masker menutupi seluruh mulut dan hidung. Untuk masker
yang menggunakan tali :
1) Pegang bagian atas masker dan tekan bagian atas masker yang terdapat metal
didalamnya diatas batang hidung.
2) Tarik dua tali bagian atas diatas telinga dan ikatkan pada bagian belakang kepala.
3) Ikatkan dua tali masker bagian bawah didaerah leher bagian atas sehingga bagian
bawah masker rapat tepat dibawah dagu.
d. Masuk kedalam kamar pasien dan jelaskan mengapa perawat harus memakai masker
dan penutup kepala.
Setelah menyelesaikan pekerjaan yang dibutuhkan lepaskan masker dan penutup
kepala sebelum meninggalkan kamar pasien.
1) Buka ikatan bagian bawah kemudian bagian atas dan lepaskan dari hidung dan
mulut dengan tetap memegang pada bagian talinya dan buang ketempat yang sesuai.
2) Pegang permukaan bagian atas dari penutup kepala tarik dan lepaskan lalu
buang pada tempat sampah yang sesuai.
e. Cuci tangan.
D. Memindahkan dan membersihkan peralatan yang terkontaminasi.

Tindakan pengontrolan infeksi ditujukan untuk semua klien, tanpa membedakan


dimana tempat pelayanan kesehatannya. Memindahkan dan membersihkan peralatan
yang terkontaminasi dari lingkungan pasien setelah tindakan perawatan meupakan
tanggung jawab semua personel kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien
dengan infeksi.Prosedure :
a. Cuci tangan sebelum memasuki kamar pasien.
b. Guanakan sarung tangan disposable dan alat pelindung lainnya sesuai dengan
situasi dan ketentuan dari rumah sakit atau agensi.
c. Tempatkan linen bag berlabel pada tautannya.
d. Kumpulkan linen dan pisahkan dari yang terkontaminasi
d. Jangan biarkan linen untuk menyentuh lantai.
e. Tempatkan linen yang kotor kedalam kantong dan linen yang bersih ditempat
yang lain.
f. Jangan meggoyang linen ketika memindahkannya dari tempat tidur atau kamar
mandi.
g. Jangan biarkan linen yang kotor menyentuh baju anda, angkat linen dengan
tangan didepan menjauh dari tubuh.
h. Jangan mengisi kantong linen terlalu penuh.
i. Ikat kantong linen dengan ketat.
j. Cek jika ada bocor atau robek pada kantong linen.
k. Gunakan double bag jika dikhawatirkan bagian luar dari kantong terkontaminasi.
l. Cuci tangan.

E. Menggunakan sarung tangan steril dengan metode terbuka.


Asepsis atau tekhnik steril meliputi semua praktek yang menghilangkan
semua mikroorganisme dan spora dari suatu objek atau area. Penggunaan sarung
tangan merupakan inti dari tekhnik aseptic. Kemampuan untuk menggunakan
peralatan yang steril tanpa terkontaminasi merupakan sesuatu yang sangat
penting untuk beberapa prosedur diagnostic dan intervensi terapeutik lainnya.
Prosedure :
a. Cuci tangan.
b. Baca instruksi dari pembuat sarung tangan yang terdapat pada bungkus sarung
tangan; lakukan sesuai petunjuk dalam membuka bungkusan luar dari sarung
tangan, menempatkan bagian dalam dari pembungkus di atas permukaan yang
bersih dan kering. Buka pembungkus bagian dalam sehingga sarung tangan
terlihat.
c. Tentukan bagian yang kiri dan yang kanan; pakai sarung tangan pada tangan
yang dominan terlebih dahulu.
d. Pegang lipatan pada pinggir sarung tangan sekitar 5 cm lebarnya dengan
menggunakan ibu jari dan dua jari pertama dari tangan yang kurang dominan,
pastikan anda hanya menyentuh bagian dalam dari lipatan tersebut.
e. Dengan gentle tarik sarung tangan pada tangan yang dominan, yakinkan bahwa
ibu jari dan jari kelingking sasuai dengan ukuran sarung tangan.
f. Dengan tangan dominan yang sudah bersarung tangan masukan jari anda ke
bawah lipatan dari sarung tangan yang lainnya, ibu jari diabduksikan, pastikan
untuk tidak menyentuh bagian manapun yang tidak steril.
g. Dengan gentle gunakan sarung tangan pada tangan yang tidak dominan pastikan
jari-jari tangan masuk ke tempat yang sesuai
h. Dengan menggunakan kedua tangan yang bersarung tangan masukan jari tangan
yang satu kejari tangan yang lainnya untuk lebih merapatkan sarung tangan
kepada masing masing jari. Jika sarung tangan tersebut telah kotor lepaskan
sarung tangan dengan membelikan bagian dalam keluar seperti berikut ini
i. Masukan jari tangan dari tangan dominan yang memakai asrung tangan atau
pegang sarung tangan pada bagian luar didaerah pergelangan jika tidak terdapat
lipatan.
j. Tarik sarung tangan menuju jari jari dengan pertama kali membuka bagian dari
ibu jari.
k. Masukan ibu jari yang sudah terlepas sarung tangannya kesarung tangan pada
tangan lainnya didaerah pergelangan, hanya jari tangan yang masih menggunakan
sarung tangan yang boleh menyentuh daerah yang kotor dari sarung tangan.
l. Tarik sarung tangan kebawah pada tangan yang dominan sampai pada daerah
jarin tangan dan masukan sarung tangan ketangan yang sebelahnya.
m. Dengan tangan yang dominan sentuh hanya bagian dalam dari sarung tangan
yang sebelah, tarik sarung tangan dari tangan yang domina sehingga hanya
bagian dalam sarung tangan yang berada diluar.
n. Buang sarung tangan yang telah digunakan ditempat yang sesuai.
o. Cuci tangan.

F. Surgical scrub
Mencuci tangan untuk keperluan operasi atau scrub dilakukan untuk menghilangan
kotoran dan mikroorganisme dari kulit. Perawat yang bekerja dikamar operasi
melakukan cuci tangan surgical untuk menurunkan resiko infeksi pada pasien jika
tanpa disengaja sarung tangan yang steril dan robek atau rusak. Kulit pada tangan
dan lengan perawat harus intact dan bebas dari luka. Di masing masing institusi
kesehatan biasanya ditetapkan prosedur tentang bagai mana melakukan surgical
scrub Prosedure :

a. Menyiapkan untuk Surgical Handwashing.


1) Lepaskan cicin, kuku buatan, jam tangan dan anting anting yang tidak sesuai
dengan penutup kepala.
2) Gunakan wastafel yang dalam dengan tempat sabun cair yang memilki tempat
pijakan atau bagian lain untuk mengeluarkan cairan sabun serta control aliran air
serta suhunya.
3) Siapkan juga dua sikat surgical.
4) Gunakan penutup sepatu dan kepala yang menutup rambut dan telinga
seluruhnya.
5) Gunakan masker.
6) Sebelum memulai surgical scrub:
ΠBuka bungkusan steril yang berisi gown dengan menggunakan aseptic tekhnik,
buat lapangan steril dengan bagian dalam dari pembungkus gown.
ΠBuka handuk yang steril dan jatuhkan ketengah lapangan steril.
ΠBuka bungkus luar dari sarung tangan yang steril dan jatuhkan pembungkus
dalam dari sarung tangan ketengah lapangan steril disebelah lipatan gown dan
handuk.
7) Di wastafel yang dalam yang menggunakan control pada lutut atau kaki, buka
kran air hangat, dibawah air yang mengalir basahi kedua lengan dan tangan (dari
mulai siku keujung jari dengan menjaga agar lengan dan tangan tetap berada
diatas siku selama melakukan prosedur (jangan sampai membasahi pakaian anda)
8) Gunakan sabun cair pada kedua tangan secukupnya dan gosokan sabun secara
merata sampai 2 inchi diatas siku.
9) Gunakan pembersih kuku di bawah air yang mengalir, bersihkan bawah kuku
dari setiap jari tangan dan jatuhkan pembersih kuku kedalan wastafel ketika
selesai.
10) Basahi dan gunakan sabun pada sikat, jika dibutuhkan. Buka sikat yang
masih terbungkus jika tersedia. Pegang sikat ditangan anda yang lebih dominan,
dengan menggunakan gerakan melingkar, scrub kuku dan semua permukaan kulit
pada tangan yang lainnya (10 gerakan pada setiap daerah kuku, telapak tangan
dan bagian depan dari jari jari tangan).
11) Bilas sikat dengan air dan gunakan kembali sabun.
12) Lanjutkan scrub ketangan yang kurang dominan pada daerah bagian tengah
bawah dan bagian atas lengan masing masing 10 kali gerakan melingkar
kemudian jatuhjkan sikat kedalam wastapel.
13) Pertahankan tangan tetap berada lebih tinggi dari siku, tempatkan ujung jari
dibawah air yang mengalir dan bilas tangan secara menyeluruh. Hati hati untuk
tidak membasahi pakainan anda.
14) Ambil sikat yang kedua dan ulangi prosedur 10 – 13 pada tangan yang
sebelahnya lagi.
15) Pertahankan tangan anda dalam posisi fleksi (diatas siku) dan menuju
kekamar operasi dimana perlatan yang steril telah disediakan.
16) Ambil handuk yang steril dengan memegangnya pada salah satu pinggirnya,
buka seluruh handuk secara keseluruhan dan pastikan untuk tidak menyentuh
pakaian anda.
17) Keringkan setiap tangan dan lengan secara terpisah, keringkan jari jari tangan
serta telapak tangan dengan gerakan melingkar sampai kesiku.
18) Balikkan handuk dan lakukan hal yang sama pada tangan sebelahnya.
19) Buang handuk yang telah digunakan ke dalam kantong linen.
b. Memakai gown.
1) Gown yang steril biasanya dilipat terbalik, bagian dalam keluar.
2) Pegang gown pada daerah leher dan biarkan gown terbuka didepan anda;
tempatkan bagian dalam gown dihadapan anda jangan sampai menyentuh
apapun.
3) Dengan tangan direntangkan setinggi bahu, masukan kedua tangan kedalam
kedua lengan gown.
4) Perawat sirkuler akan berada dibelakang anda dan memegang bagian dalam
dari gown membawanya melalui bahu dan mengikatkan tali pada daerah leher
dan pinggang.
c. Menggunakan sarung tangan secara tertutup.
1) Dengan kedua tangan masih didalam kedua lengan baju, buka pembungkus
dalam dari sarung tangan steril yang terdapat pada lapangan steril gown.
2) Dengan tangan yang kurang dominan pegang lipatan dari sarung tangan untuk
tangan yang dominan dengan tangan tetap didalam lengan gown dan letakan
sarung tangan diatas letakan diatas lengan tangan yang dominan. Dengan telapak
tangan menghadap keatas; letakkan telapak dari sarung tangan berlawana dengan
tepak dari lengan gown, dengan jari jari sarung tangan mengarah kesiku.
3) Manipulasi sarung tangan sehingga ibu jari dari tangan dominan yang masih
berada dalam gown memegang lipatan cuff dari sarung tanagn; dengan tangan
yang kurang dominan putar lipatan tersebut diatas tangan yang dominan dan
lipatan gown
4) Tangan yang kurang dominan yan masih berada didalam gown pegang lipatan
sarung tanagan dan lengan gown dari tangan yang dominan; perlahan lahan
masukan jari jari kedalam sarung tangan, pastikan lipatan sarung tangan tetap
berada diatas lipatan dari lengan gown.
5) Dengan tangan dominan yang sudah memggunakan sarung tangan ulangi
prosedur 7 dan 8 pada tangan yang kurang dominan.
6) Masukan jari satu tangan kecelah jari tangan yang lain untuk memapankan
posisi sarung tangan.

5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya:


Jika tidak dilakukan dengan baik maka akan terjadi penularan penyakit

6. Evaluasi tindakan:

Seorang perawat harus tau pentingnya pemakaian standart precaution untuk


menghindari terjadinya transmisi penyakit

7. Daftar pustaka

http://elkiu.blogspot.com/2009/01/standard-precaution.htm
Link Youtube : https://youtu.be/d2creE3B7yg

ANALISIS VIDEO 5
1. Nama tindakan yang dilakukan:

Pemeriksaan rapid test HIV (HIV test kit);

2. Tujuan tindakan:

Untuk mengetahui keadaan klien . Apakah klien terpapar virus HIV atau
tidak,guna untuk menjaga keslamatan klien dari virus tersebut agar tidak
membahayakan orang lain maupun keluarga.

3. Prinsip tindakan:
a. Indikasi : repid test HIV dilakukan klien secara sukarela tanpa paksaan
b. Kontra indikasi :-
c. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu APD (jas lab, masker, handscoon), disposable syringe
(jarum sekali pakai), tabung vakum merah, tourniquet, alkhohol swab, kapas kering,
label, centrifuge, cup sample, micropipet 10 µl, sampah medis, safety box, horder serta
rapid test HIV. Bahan yanng digunakan yaitu serum responden, dan larutan buffer.
3. Prosedur tindakan & rasionalisasinya:

Fase pra interaksi

a. Baca catatan keperawatan atau catatan medis


b. Mengidentifikasi pasien
c. Cuci tangan 6 langkah sebelum interaksi
d. Mendekatkan alat ke pasien

Fase orientasi
a. Salam, perkenalan perawat
b. Menjelaskan Prosedur
c. Menjelaskan tujuan kedatangan pasien
d. Kontrak waktu
e. Menayakan kesepian pasien, dan perawat berjanji akan menjaga kerahasiannya

Fase Kerja

Pengambilan darah vena dilakukan oleh tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik
yang mempunyai STR yang masih berlaku, dengan prosedur pengambilan darah
sebagai berikut: Cara Kerja Pengambilan Darah Vena
1. Menyiapkan alat bahan yang akan digunakan untuk pengambilan darah vena dan
meminta pasien meluruskan lengannya.
2. Meminta pasien mengepalkan tangan dan pasang tourniquet di atas lipatan siku,
kemudian dilakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena mediana cubiti
3. Bersihkan lengan bagian Vena Mediana Cubiti dengan alkohol 70% biarkan
megering.
4. Setelah vena benar-benar jelas tusuk dengan jarum spuit dengan kemiringan 30-
450, jika jarum telah masuk ke dalam vena, maka terlihat darah masuk ke dalam spuit.
Tourniquet dilepas dan pasien diminta untuk membuka kepalan tangannya.
5. Setelah volume darah dianggap cukup kira-kira 3ml, letakkan kapas kering
ditempat suntikkan lalu lepas jarum.
6. Kemudian masukkan darah dalam penampung atau tabung tanpa antikoagulan
(Arianda, 2015).
7. Sediaan darah didiamkan 10 menit kemudian disentrifuge selama 10 menit dalam
kecepatan 4000 rpm. Setelah disentrifuge, kemudian di ambil serum darah dan
diletakkan ke dalam cup sampel

Cara Kerja Pemeriksaan HIV

1. Sediakan alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Sampel yang sudah berupa serum, diletakkan di rak tabung.
3. Meneteskan 10 µl serum kedalam lubang sampel kemudian dilanjutkan dengan
meneteskan 4 tetes larutan buffer.
4. Baca hasil antara 10-15 menit setelah meneteskan sampel.
5. Pembacaan dilakukan tidak boleh lebih dari 15 menit karena dapat menimbulkan
positif palsu. Pembacaan hasil
a. HIV Negatif (-): terbentuknya satu garis warna pada zona garis control saja.
b. HIV Positif (+): terbentuknya dua atau tiga garis berwarna, satu pada zona garis
test 1 atau 2 dan satu pada zona garis control.
c. Invalid/ Test gagal: jika tidak timbul garis warna pada zona control maka test
dinyatakan gagal, ulangi test dengan alat baru (Insert Kit SD BIOLINE HIV 1/2).
Fase terminasi
a. Membaca Hamdallah
b. Menayakan perasaan pasien setelah dilakukan pengambilan darah dan
konseling
c. Perawat mengulang kembali untuk kontrak yang akan datang kepada
pasien
d. Perawat pamitan

5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya:


Terdapat beberapa penyebab atau cara penularan yang terjadi sehingga seseorang
dapat terinfeksi HIV yaitu, dapat melalui darah, cairan sperma, dan cairan vagina orang
yang terinfeksi HIV, serta dapat melalui air susu ibu yang sudah terinfeksi, kepada bayi
yang disusui.Sebisa mungkin hindari penularan viruas HIV .Jika melakukan pemeriksaan
test repid HIV jangan lupa menggunakan APD dan cuci tangan dengan sabun .

6. Evaluasi tindakan:
Prinsip Kerja dari Rapid Test HIV adalah spesimen yang diteteskan pada ruang
membran bereaksi dengan partikel yang terdapat pada bantalan spesimen, selanjutnya
akan bergerak secara kromatografi dan bereaksi dengan antigen rekombinan yang
terdapat pada garis test, jika spesimen mengandung antibodi HIV maka akan timbul dua
garis berwarna, jika tidak mengandung antibodi HIV maka akan timbul satu garis
berwarna (Insert Kit SD BIOLINE HIV 1/2)

7. Daftar pustaka

Nisa, Susilaningsih, & Mahtuti, E. Y. (2019). GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN HIV PADA SERUM WARIA .
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN HIV PADA SERUM WARIA .

https://youtu.be/pcZBQ6yfF20

ANALISIS VIDEO 6

1. Nama tindakan yang dilakukan:

Konseling Perawatan Paliatif HIV

2. Tujuan tindakan:

1. Melakukan pengkajian secara cermat, mendengarkan keluhan dengan


sungguh-sungguh
2. . Menetapkan diagnosis/masalah keperawatan dengan tepat sebelum
bertindak
3. Melakukan tindakan asuhan keperawatan secara tepat dan akurat
4. Mengevaluasi perkembangan pasien secara cermat

3. Prinsip tindakan:
a. Indikasi
Membangun rasa percaya dan percaya diri selama berinteraksi dengan
pasien dan dengan menggunakan diri sendiri sebagai bentuk terapeutik melalui
proses komunikasi terapeutik maka hal tersebut merupakan inti dari pendekatan
psikososial dalam perawatan paliatif.

b. Kontra indikasi : -
c. Alat dan Bahan
Lembar kertas catatan keperawatan
4. Prosedur tindakan & rasionalisasinya:
Fase pra interaksi
a. Baca catatan keperawatan atau catatan medis
b. Mengidentifikasi pasien
c. Cuci tangan 6 langkah sebelum interaksi
d. Mendekatkan alat ke pasien
Fase orientasi
a. Salam, perkenalan perawat
b. Menjelaskan Prosedur
c. Menjelaskan tujuan kedatangan pasien
d. Kontrak waktu
e. Menayakan kesepian pasien, dan perawat berjanji akan menjaga
kerahasiannya
Fase Kerja

1. Strategi pencapaian tujuan dari asuhan keperawatan

2. Memberikan prioritas intervensi keperawatan dan sesuai dengan masalah


keperawatan : nyeri, intake nutrisi, dan lain-lain

3. Modifikasi tindakan dengan terapi komplementer (hipnoterapi, yoga, healing


touch dan lain-lain)

4. Melibatkan keluarga ODHA

keperawatan pada aspek psiko sosio kultural dan spiitual adalah :


1. Berikan informasi dengan tepat dan jujur

2. Lakukann komunikasi terapeutik, jadilah pendengar yang aktif

3. Tunjukkan rasa empati yang dalam

4. Support ODHA, meskipun ODHA akan melewati hari-hari terakhir, pastikan


ODHA sangat berarti bagi keluarganya

5. Tetap menghargai ODHA sesuai dengan perannya dalam keluarga

6. Selalu melibatkan ODHA dalam proses keperawatan

7. Tingkatkan penerimaan lingkungan terhadap peubahan kondisi ODHA

8. Lakukan pendampingan spiritual yang intensif

Fase terminasi
a. Membaca Hamdallah
b. Menayakan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan .
c. Perawat mengulang kembali untuk kontrak yang akan datang kepada
pasien
d. Perawat pamitan

5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya:


Pertimbangkan latar belakang ODHA dan keluarga , Hindarkan memberi
ramalan tentang waktu kematian ,Bila ODHA tidak ingin diberi tahu tentang
kondisinya, tunggu dengan sabar sampai menemukan waktu yang tepat untuk
menyampaikan.

6. Evaluasi tindakan:
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses asuhan
keperawatan paliatif, namun bukan berarti asuhan keperawatan akan berhenti
pada tahapan ini, melainkan lebih menekankan pada tahapan mengevaluasi
perkembangan ODHA dengan melakukan analisa perkembangan kondisi yang ada
pada ODHA, melakukan reasesment dan replanning melihat perkembangan
kondisi yang ada pada ODHA. Hal-hal yang harus menjadi perhatian perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan paliatif

7. Daftar pustaka
https://youtu.be/LvLK0bw__PM
(European Environment Agency (EEA), 2019)European Environment Agency (EEA). (2019).
Panduan Perawatan Paliatif Hiv/Aids (Vol. 53).

TUGAS INDIVIDU PENGKAJIAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN HIV/AIDS

DOSEN PEMBIMBING

Ns. Apriliani Yulianti W, M.Kep. Sp.Kep.Mat

DI SUSUN OLEH :

Risma Wulandari

NIM ( 30901800150)
S1 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2020/2021

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

HENDERSON (BIO PSIKO SOSIO KULTURAL SPIRITUAL)

A. PENGKAJIAN

1. Status Kesehatan

a. Status Kesehatan Saat Ini

1) Keluhan Utama

 Saat ini : klien mengatakan saat ini tidak memiliki keluhan apapun .
 Dahulu : klien mengatakan sering diare , thipoid seminggu sekali ,sariawan,herpes ,dan
penurunan berat badan .

2) Upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasinya:

 Saat ini : Klien mengatakan tidak adaupaya yang di lakukan saat ini
 Dahulu : klien mengatakan sering minum obat ,seperti obat diare .

b. Satus Kesehatan Masa Lalu

1) Penyakit yang pernah dialami

Pernah dirawat :

 Sebelum sakit : Klien mengatakan belum pernah di rawat di rumah sakit


,sebelum dia terdiagnosis positif HIV/AIDS.
 Sesudah sakit : klien mengatakan pernah di rawat selama pengobatan HIV
selama 6 bulan dari tahun 2015-2020 2x masuk rumah sakit . Yang pertama
rawat jalan dan yang ke dua di rawat selama 5 hari .

Alergi : klien mengatakan tidak memiliki alergi apapun .

2) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)

Klien mengatakan tidak pernah merokok,dan minum alkohol .

3) Riwayat Penyakit Keluarga

Klien mengatakan bahwa ayah dan kakak klien memiliki riwayat penyakit Hipertensi.

4) Therapi yang pernah dilakukan

Medis : Klien mengatakan saat ini melakukan terapi ARV yang di anjurkan dari
dokter ,klien juga pernah mengkonsumsi obat herbal sebagai tambahan .

Non medis : Klien mengatakan jarang berolahraga .

3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)

a. Pola Bernapas

 Sebelum sakit

Klien mengatakan dulu pernah mengalami sesak nafas ,seperti pneunomia disertai
muntah dan lemas .

 Saat sakit
Klien mengatakan sekarang tidak mengalami sesak nafas sama sekali .

b. Pola makan-minum

 Sebelum sakit
Klien mengatakan pola makan sebelum sakit makan 2x sehari.jam 12 siang kadang jam
2 siang dan untuk makan malam biasanya pukul 19.00. Terkadang makan 1 hari sekali
saja .
 Saat sakit
Klien mengatakan saat sakit jarang makan ,untuk minum biasanya 2 liter tapi jarang
minum air putih . Klien mengatakan suka minum es teh,es jeruk dan minum air putih
saat minum obat saja .
c. Pola Eliminasi

 Sebelum sakit :
Klien mengatakan untuk BAB sebelum di diagnosa HIV klien sering merasakan diare .
Untuk BAK klien mengatakan tidak ada perubahan apapun ,mungkin sehari 4x/3x.
 Saat sakit :
Klien mengatakan untuk BAB nya normal tidak seperti dulu . biasanya 1 hari
sekali/duakali. Dan untuk BAK nya juga normal ,tidak ada keluhan apapun.

d. Pola aktivitas dan latihan

 Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum terdiagnosis HIV klien rajin bekerja hampir 24 jam biasanya
tidak ada istirahat sama sekali .Klien mengatakan jarang berolahraga ,dan ketika waktu
libur klien menggunakan waktunya untuk tidur .
 Saat sakit :
Klien mengatakan setelah terdiagnosis sakit HIV klien lebih banyak beristirahat .

e. Pola istirahat dan tidur

 Sebelum sakit :
Klien mengatakan pola tidur sebelum sakit klien tidak pernah tidur siang dan jarang
beristirahat .
 Saat sakit :
Klien mengatakan saat sakit lebih banyak beristirahat dan sering tidur siang .

f. Pola Berpakaian

 Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit jarang berganti pakaian .Pagi hingga malam berganti
pakaian 1 kali saja .
 Saat sakit :
Klien mengatakan setelah sakit sering berganti pakaian setiap merasakan tidak
nyaman/saat berkeringat . Berganti pakaian 1 hari 2-3 kali.

g. Pola rasa nyaman

 Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit merasa tidak nyaman sama sekali ,mungkin seperti
gelisah dan ketakutan .
 Saat sakit :
Klien mengatakan saat ini klien merasakan nyaman sekali karena sudah menjalani
pengobatan dari dokter .

h. Pola Aman
 Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum pengobatan /pertama kali tau tentang penyakitnya klien
lebih sering menyendiri dan menutup diri selama 1 tahun ,jangan sampai ada yang
tau. Klien merasa tidak aman dan ketakutan.

 Saat sakit :
Klien mengatakan setelah menjalani pengobatan ,banyak komunitas dan teman serta
orang yang mempunyai sakit yang sama ,klien lebih aman dan merasa bahwa bukan
dirinya saja yang terdiagnosis HIV . Klien merasa lebih aman dan dapat bertukar pikiran
dengan komunitas .

i. Pola Kebersihan Diri

 Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit jarang mandi dan berganti pakaian . Klien
mengatakan sering mandi pada saat malam hari sepulang bekerja .

 Saat sakit :
Klien mengatakan setelah sakit sering mandi ,dan berganti pakaian .

j. Pola Komunikasi

 Sebelum sakit :
Klien mengatakan komunikasi dengan keluarga baik maupun teman-teman dan orang
sekitar .
 Saat sakit :
Klien mengatakan setelah sakit jarang berkomunikasi dengan orang-rang sekitar.
Komunikasi lebih sering dengan keluarga dan teman komunitas .

k. Pola Beribadah

 Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit sering beribadah .
 Saat sakit :
Klien mengatakan setalah sakit masih sama sering beribadah juga tidak ada perubahan
apapun .

l. Pola Produktifitas

 Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit sering melakukan kegiatan beribadah dan bekerja
seperti biasanya .

 Saat sakit :
Klien mengatakan setelah sakit/terdiagnosis HIV klien tidak dapat bekerja selama 3
bulan karena kondisi nya semakin melemah .

m. Pola Rekreasi

 Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit suka berekreasi / liburan mungkin sampai pagi hingga
malam.
 Saat sakit :
Klien mengatakan setelah sakit tidak ada perubahan apapun pada pola rekreasi masih
sama seperti dulu.

n. Pola Kebutuhan Belajar

Klien mengatakan untuk pendidikan terakhir klien adalah SMA . Karena saat ini klien
sudah bekerja .

B.ANALISIS DATA

DATA MASALAH KEPERAWATAN ETIOLOGI


1. DS: klien mengatakan dulu Resiko Infeksi Penyakit kronis ( AIDS )
sering sakit-sakitan seperti (SDKI Edisi 1) (SIKI Edisi 1)

diare , thipoid seminggu


sekali ,sariawan,herpes ,hingga
penurunan berat badan
DO: Klien tampak pucat dan
sering sakit .
Harga Diri Rendah Situasional Perilaku tidak konsisten dengan
2. DS: Klien mengatakan setelah (SDKI Edisi 1 ) nilai
(SIKI Edisi 1)
sakit jarang berkomunikasi
dengan orang-rang sekitar.
DO:Klien tampak menolak
berinteraksi dengan orang lain.

3. DS: Klien mengatakan setelah Keletihan Program perawatan/pengobatan


sakit/terdiagnosis HIV klien ( SDKI Edisi 1) jangka panjang
(SIKI Edisi 1)
tidak dapat bekerja selama 3
bulan karena kondisi nya
semakin melemah
DO:Klien tampak tidak mampu
mempertahankan aktivitas
rutin.

C. RENCANA KEPERAWATAN

Hari NO RENCANA PERAWATAN TTD


/tgl
DX TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
Sabtu/ 1. Setelah dilakukan Pencegahan infeksi - mencari informasi
asuhan keperawatan tentang faktor risiko
19 des selama 1 x 24 Observasi
-mengidentifikasi
2020 jam,Resiko infeksi dapat 1. Monitor tanda dan gejala
di atasi dengan kriteria bagaimana faktor
infeksi lokal dan sistematik. risiko .
hasil:Kontrol Risiko Terapeutik
1. Kemampuan mencari 2. Cuci tangan sebelum dan -mengenali
sesudah kontak dengan pasien perubahan status
informasi tentang
faktor risiko cukup dan lingkungan pasien kesehatan .
meningkat . Edukasi -memantau
2. Kemampuan perubahan status
mengidentifikasi 3. Jelaskan tanda dan gejala kesehatan .
faktor risiko infeksi
meningkat. 4. Ajarkan etika batuk -Menghindari faktor-
3. Kemampuan 5. Anjurkan meningkatkan asupan faktor resiko infeksi.
mengenali nutrisi
perubahan status
kesehatan
meningkat.
4. Pemantauan
perubahan status
kesehatan meningkat
5. Kemampuan
menghindari faktor
risiko meningkat .

2. Setelah dilakukan 1. Merasakan


asuhan keperawatan Manajemen Perilaku memiliki
selama 1 x 24 kelebihan atau
Observasi kemampuan
jam,Resiko infeksi dapat
di atasi dengan kriteria 1. Identifikasi harapan untuk positif .
hasil:Harga Diri mengendalikan perilaku. 2. Menerima
penilaian positif
1.perasaan memiliki Terapeutik terhadap diri
kelebihan atau sendiri .
kemampuan positif 2. Diskusikan tanggung jawab
3. Minat mencoba
meningkat terhadap perilaku
hal baru .
3. Tingkatkan aktivitas fisik sesuai
4. Menurunnya
2. penerimaan penilaian kemampuan
perasaan malu
positif terhadap diri 4. Bicara dengan nada rendah dan
5. Menurunnya
sendiri meningkat tenang
perasaan tidak
3. Minat mencoba hal 5. Cegah perilaku pasif dan agresif mampu
baru cukup meningkat 6. Beri penguatan positif terhadap melakukan
keberhasilan mengendalikan apapun.
4. perasaan malu perilaku .
menurun
Edukasi
5. perasaan tidak
mampu melakukan 7. Informasikan keluarga bahwa
apapun menurun keluarga sebagai dasar
pembentukan kognitif

Setelah dilakukan 1. Memudahkan


3. dalam
asuhan keperawatan
selama 1 x 24 Manajemen Energi melakukan
Observasi aktvitas sehari-
jam,Resiko infeksi dapat
di atasi dengan kriteria 1. identifikasi gangguan fungsi hari
tubuh yang mengakibatkan 2. Menurunkan
hasil: Toleransi aktivitas
kelelahan keluhan lelah
1. Kemudahan dalam 2. monitor pola dan jam tidur 3. Menurunnya
melakukan aktivitas perasaan lemah
sehari-hari Terapeutik 4. Kecepatan
2. Keluhan lelah 3. sediakan lingkungan nyaman berjalan
menurun 5. Meningkatnya
dan rendah stimulus
3. Perasaan lemah 4. Berikan aktivitas distraksi kekuatan tubuh
menurun bagian bawah
yang menenangkan
4. Kecepatan berjalan
meningkat Edukasi
5. Kekuatan tubuh
bagian bawah 5. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
meningkat

ANALISIS ARTIKEL

“PENGALAMAN PASIEN ODHA DALAM ADAPTASI FISIOLOGIS”


Di Susun oleh: Kelompok 8

1. Putria Lia Aminah (30901800142)


2. Richa Ameretha (30901800145)
3. Rini Liana (30901800146)
4. Risa Adiyanti (30901800147)
5. Risal Setiawan (30901800148)
6. Riski Widiastutik (30901800149)
7. Risma Wulandari (30901800150)
8. Riski Agustiyan Andriani (30901800151)
9. Riski Pujiasih (30901800152)
10. Rosa Milenia (30901800154)
11. Saidah Qodtamalla (30901800155)
12. Salsa Nabila (30901800156)
13. Senja Candra Erfiana (30901800157)
14. Seva Ikhsan Pambudi (30901800158)
15. Shobatul Khiyaroh (30901800160)
16. Shofiyana Indah Utami (30901800161)
17. Sigit Setiawan (30901800162)
18. Silviana Riska A (30901800163)
19. Siti Arum Suwanda (30901800165)

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2020/2021

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus atau Acquired immune deficiency syndrome
(HIV/AIDS) merupakan masalah internasional karena jumlah penderita ekonomi, politik,
kebudayaan dan demografi yang menjadi tantangan oleh negara maju maupun negara
berkembang. HIV adalah penyakit kronis dan progresif yang memiliki masalah kesehatan
kompleks. HIV adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sebagai
pertahanan alamiah untuk mencegah virus dan bakteri sebagai sumber penyakit
(Juliansyah N 2019).

Penderita yang sudah positif HIV/AIDS biasanya disebut sebagai ODHA (orang
dengan HIV/AIDS). Sampai saat ini belum ditemukan vaksin atau obat yang relatif
efektif untuk AIDS sehingga menimbulkan keresahan di dunia. Penyakit HIV/AIDS ini
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di seluruh dunia termasuk
Indonesia. Di Indonesia Jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS pada umur >15 tahun
pada tahun 2015 untuk jumlah HIV baru yaitu sebanyak 30.935 orang, pada tahun 2016
sebanyak 41.250 orang, pada tahun 2017 sebanyak 48.300 orang. Sedangkan kasus baru
AIDS pada tahun 2015 yaitu 9.215 orang, pada tahun 2016 sebanyak 10.146 orang, pada
tahun 2017 sebanyak 9.280 orang, maka dijumlahkan keseluruhan penderita HIV/AIDS
pada tahun 2017 sebanyak 628.492 orang dengan jumlah infeksi baru sebanyak 46.357
orang dan kematian sebanyak 40.468 orang. Dari tahun ke tahun penderita HIV/AIDS
cenderung meningkat, untuk golongan penderita HIV/AIDS cenderung banyak dari laki-
laki dari pada permpuan. Masalah gizi terkait dengan infeksi HIV juga perlu mendapat
perhatian. Infeksi HIV merupakan masalah yang cukup serius dan kekurangan nutrisi
sering menjadi komplikasi dari penyakit ini. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh HIV untuk
berkembang lebih cepat dan daya tahan tubuh untuk melawan HIV menjadi berkurang
(Han and goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee 2019)
Orang dengan HIV AIDS (ODHA) sering dihadapkan pada kondisi yang rumit
apakah harus mengungkapkan atau menyembunyikan kondisi penyakit yang sedang
dialami. Menyembunyikan kondisi penyakit ini dapat mengakibatkan penderitaan batin
yang dirasakan sangat menyiksa karena beban menjaga rahasia). Di sisi lain,
mengungkapkan kondisi penyakit juga dapat menimbulkan permasalahan seperti
penolakan. Masyarakat seringkali memberikan anggapan negatif bagi pasien ODHA,
sehingga stigma negatif tersebut akan mempengaruhi ODHA dalam merespon terhadap
adaptasi fisiologisnya. Penelitian yang dilakukan Maharani (2018) hasil penelitian
menunjukkan bahwa masyarakat memberikan cap negatif terhadap ODHA sehingga cap
negatif tersebut menyebabkan diskriminasi dalam masyarakat seperti pengucilan,
penolakan, penghindaran. Proses pemberian label negatif dalam masyarakat tersebut
terjadi karena keseharian dari penderita HIV, minimnya pengetahuan HIV/AIDS,
perubahan fisik dan adanya provokator .(P, Acero, K. Cabas, C. Caycedo, P. Figueroa
and Aceh 2020)
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai intensitas dan
interaksi paling banyak dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien.
Kualitas perawatan yang diberikan ditunjukkan dengan asuhan keperawatan
comprehensive yang diberikan yang secara holistik mencakup aspek biologi, psikologi,
sosial, dan spiritual. Analisis situasi saat pada institusi kesehatan di Indonesia
menunjukkan hasil kontradiktif. Kenyataannya perawat belum secara kompeten dalam
memberikan asuhan keperawatan dimana dalam proses penyembuhan pasien diperlukan
dalam aspek spiritual. Selain itu, masyarakat seringkali memberikan anggapan negatif
bagi pasien ODHA, sehingga stigma negatif tersebut akan mempengaruhi ODHA dalam
merespon terhadap adaptasi fisiologisnya termasuk juga masalah
spiritualitasny(Juliansyah N 2019) .
Berdasarkan latar belakang diatas kami tertarik untuk mengetahui pengalaman
pasien ODHA dalam adaptasi fisiologis.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan untuk mengetahui pola hidup pasien odha dalam beradaptasi tentang
perubahan kesehatan yang menurun.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik pasien odha
b.Mengidentifikasi pola hidup pasien odha
c. Mengidentifikasi perubahan kesehatan pada pasien odha
BAB II

ABSTRAK ARTIKEL

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman pasien ODHA dalam adaptasi
fisiologis di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Jenis Penelitian adalah penelitian kualitatif dengan
metode survey dan wawancara mendalam (Indept Interview). Hasil Penelitian, aspek
pengetahuan ketiga informan sudah memahami dan mengetahui tentang HIV/AIDS. Aspek
masalah adaptasi fisiologis didapatkan berupa diare terus menerus, penerunan nafsu makan,
penurunan berat badan yang secara drastis, mudah lelah apabila beraktivitas, insomia atau
gangguan tidur, kulit gatal-gatal, infeksi pada kulit, mudah sakit (demam, flu dan batuk), nyeri-
nyeri sendi, kesemutan, pelupa, penglihatan yang rabun, dan tidak mau terbuka dengan
lingkungan sekitar. Aspek pengalaman ODHA dalam mengatasi masalah adaptasi fisiologis yaitu
ODHA tidak hanya bergantung dengan obat ARV saja akan tetapi mereka menggunakan obat
lain sesuai keluhan, dan menggunkan obat-obat herbal. Simpulan, ke tiga Informan memahami
pengetahuan tentang HIV/AIDS, memiliki banyak masalah yang muncul pada adaptasi fisiologis,
dan cara ODHA untuk mengatasi masalah adaptasi fisiologis yaitu dengan cara tradisional dan
farmakologi.

ABSTRACT

This study aims to explore the experiences of ODHA patients in physiological adaptations in Dr.
M. Yunus Bengkulu. This type of research is qualitative research with survey methods and in-
depth interviews (In-depth Interview). The results showed that the knowledge aspect of the three
informants understood and knew about HIV/AIDS. Elements of the problem of physiological
adaptation are obtained in the form of continuous diarrhea, continued appetite, drastic weight
loss, fatigue when on the move, insomnia or sleep disturbances, itchy skin, infection of the skin,
uncomplicated illness (fever, flu, and cough), joint pains, tingling sensation, forgetfulness, low
vision, and refusing to open up to the surrounding environment. The aspect of ODHA experience
in overcoming the problem of physiological adaptation is that ODHA not only depends on ARV
drugs, but they use other medications according to complaints and use herbal medicines. In
conclusion, the three informants understand HIV / AIDS, have many problems that arise in
physiological adaptation, and how ODHA to overcome the problem of physiological adaptation,
namely traditional and pharmacological ways.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Judul Penelitian
“PENGALAMAN PASIEN ODHA DALAM ADAPTASI FISIOLOGIS”
B. Penulis
Juli Andri , Agus Ramon , Padila , Andry Sartika , Eka Putriana
C. Sumber
Journal of Telenursing (JOTING)
Volume 2, Nomor 2, Desember 2020
e-ISSN: 2684-8988
p-ISSN: 2684-8996
DOI: https://doi.org/10.31539/joting.v2i2.1397
D. Tanggal Publikasi
Penelitian di publikasi pada bulan Desember 2020
E. Tujuan & Masalah Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman pasien ODHA dalam


adaptasi fisiologis di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Aspek masalah adaptasi fisiologis
didapatkan berupa diare terus menerus, penerunan nafsu makan, penurunan berat badan
yang secara drastis, mudah lelah apabila beraktivitas, insomia atau gangguan tidur, kulit
gatal-gatal, infeksi pada kulit, mudah sakit (demam, flu dan batuk), nyeri-nyeri sendi,
kesemutan, pelupa, penglihatan yang rabun, dan tidak mau terbuka dengan lingkungan
sekitar. Aspek pengalaman ODHA dalam mengatasi masalah adaptasi fisiologis yaitu
ODHA tidak hanya bergantung dengan obat ARV saja akan tetapi mereka menggunakan
obat lain sesuai keluhan, dan menggunkan obat-obat herbal.

F. Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode survey dan
wawancara mendalam (Indept Interview) dengan menggunakan alat bantu rekam dan
catatan hasil observasi. pada pasien ODHA dalam adaptasi fisiologis. Jenis penelitian ini
dimaksudkan untuk mengembangkan teori dari fenomena sosial berdasarkan data yang
diperoleh dari lapangan. Terdapat 3 informan dan Kriteria informasi meliputi kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya
informasi digunakan.

G. Kelebihan / Kekuatan Isi Artikel Penelitian

Kekuatan dari isi artikel penelitian tersebut adalah sudah terdapat pengalaman ODHA
dalam mengatasi masalah adaptasi fisiologis mengenai masalah oksigenasi, masalalah
nutrisi, masalah eliminasi, masalah aktivitas dan istirahat, masalah proteksi/perlindungan
diri, masalah the sense/perasaan, masalah cairan dan elektrolit, masalah tentang fungsi
neurologi, masalah tentang fungsi endokrin, masalah tentang kurang percaya diri, yang
mana dalam konteks tersebut sudah diketahui bagaimana informan memberikan caranya
untuk mengatasi masalah yang dialaminya.

H. Kekurangan Isi Artikel Penelitian


Kekurangan dalam isi artikel penelitian tersebut adalah tidak ada uji statistik yang
dilakukan penulis.
I. Implikasi Hasil Penelitian Bagi Keperawatan
Harus ditingkatkan lagi mengenai upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah
atau mengatasi adaptasi fisiologis klien, sehingga penelitian ini dapat dijadikan acuan
untuk tindakan intervensi perawat, dan dapat dilakukannya peningkatan cara pencegahan
dan penyebaran HIV/AIDS agar dapat diadakan program penyuluhan dan memberikan
dukungan pada penderita HIV/AIDS dan menggunakan penelitian ini sebagai bahan
penyuluhannya.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari artikel yang telah kami analisis dapat diambil kesimpulan bahwa kami
menjadi mengetahui beberapa hal dari Pengalaman Pasien ODHA dalam Adaptasi
Fisiologis, yaitu :
1. Pada aspek pengetahuan ketiga informan sudah mengetahui definisi HIV/AIDS,
penyebab, cara penularan, cara pencegahan dini, dan pengobatan yang digunakan.
2. Pada aspek masalah-masalah yang muncul oada adaptasi fisiologis dari ketiga
informan memiliki banyak masalah seperti batuk batuk, diare terus menerus,
penurunan nafsu makan, penuruanan berat badan yang secara drastis, mudah lelah
apabila beraktivitas, Insomia atau gangguan tidur, kulit gatal-gatal, infeksi pada kulit,
mudah sakit (demam, flu dan batuk), nyeri-nyeri sendi, kesemutan, pelupa,
pengelihatan yang rabun, dan tidak mau terbuka dengan lingkungan sekitar.
3. Pada aspek pengalaman ODHA dalam mengatasi masalah adaptasi fisiologis dari
ketiga informan dalam mengatasi masalah adaptasi fisiologis yaitu dengan cara
tradisional dan farmakologi. Dari ketiga informan 75% hanya beraktivitas di rumah,
dan tidak berani melakukan aktifitas yang berat. Dari ketiga informan tidak mau
membukak ststus tentang penyakit yang mereka derita pada orang lain. Tertutup,
tidak mau bersosialisai dengan lingkungan sekitar.

Dengan adanya masalah adaptasi fisiologis ini dari ketiga informan bukan hanya
bergantung pada obat rutin saja tetapi obat yang lain juga sesuai dengan keluhan yang
diraskan oleh ODHA.

B. Saran

1. Bagi Masyarakat

a. Diharapkan masyarakat tidak mendiskriminasi pasien HIV tetapi memberi


dukungan untuk saling mengingatkan pentingnya minum obat secara teratur
karena obat ARV dapat meningkatkan sistem imun tubuh (jumlah CD4
meningkat).

b. Pencegahan HIV perlu ditingkatkan kepada seluruh masyarakat terutama


mengenai edukasi dini di kalangan anak sekolah tingkat SD dan SMP

c. Masyarakat diharapkan memiliki perilaku hidup yang baik, saling percaya kepada
pasangan masing-masing, tidak melakukan seks bebas, minum-minum, tato, dan
penggunaan jarum suntik bersama.
d. Pasien ODHA diharapkan selalu melaporkan kepada fasilitas kesehatan jika akan
melakukan perjalanan ke luar kota sehingga dapat dilakukan rujukan sementara ke
fasilitas kesehatan lainnya.

2. Bagi Institusi Kesehatan

a. Diharapkan agar pemeriksaan CD4 dapat dilakukan rutin setiap 6 bulan.

b. Pasien HIV dengan stadium 4 dianjurkan untuk menggunakan ARV kombinasi


TDF+3TC+EFV dibanding kombinasi lainnya.

c. Legih giatnya dilakukan penyuluhan tentang bahaya HIV dan perlunya


pengobatan seumur
hidup jika terinfeksi.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan dapat disertai dengan pemeriksaan viral load


untuk melihat ada tidaknya
kegagalan imunologis pada pasien yang mengalami penurunan CD4 setelah
pemberian ARV minimal 6
bulan.
Daftar Pustaka

Han, Eunice S., and Annie goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee. 2019. “済無 No Title No
Title.” Journal of Chemical Information and Modeling 53(9): 1689–99.

Juliansyah N. 2019. “No Title No Title.” Journal of Chemical Information and Modeling 53(9):
1689–99.

P, Acero, K. Cabas, C. Caycedo, P. Figueroa, G. Patrick & M. Rudas., and kue tradisional khas
Aceh. 2020. “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関
する共分散構造分析 Title.” 2(September): 92027.
http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf.

Anda mungkin juga menyukai