HIV/AIDS
Dosen Pembimbing :
Ns. Apriliani Yulianti W, M.Kep. Sp.Kep.Mat
Di susun oleh :
RISMA WULANDARI
30901800150
Dosen Pembimbing :
Di susun oleh :
RISMA WULANDARI
30901800150
2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN
VIRUS HIV/AIDS PADA REMAJA DESA GABUS
Dosen Pembimbing :
Di susun oleh :
RISMA WULANDARI
30901800150
2020
SATUAN ACARA PENGAJARAN
1. Definisi HIV/AIDS
2. Penyebab HIV/AIDS pada remaja
3. Tanda Gejala HIV/AIDS pada remaja
4. Pencegahan HIV/AIDS pada remaja
5. Pengobatan HIV/AIDS
WAKTU : 09.00-09.30
4. METODE
A. Ceramah
B. Tanya Jawab
5. EVALUASI
Standar persiapan :
Alat : kursi
pengaturan tempat :
= klien /peserta
= perawat
= kursi
kesiapan materi :
1. Definisi HIV/AIDS
2. Penyebab HIV/AIDS pada remaja
3. Tanda Gejala HIV/AIDS pada remaja
4. Pencegahan HIV/AIDS pada remaja
5. Pengobatan HIV/AIDS
Standar proses:
1. Penyuluhan dilakukan dengan kontrak waktu yang sudah di sepakati oleh peserta yaitu
jam 09.00-09.30
2. Peserta di berikan poster berisi materi yang akan di sampaikan supaya lebih mudah
untuk memahami
3. Pada awal penyuluhan perawat memperkenalkan diri mengenai identitasnya
4. Setelah itu perawat menjelaskan sedikit mengenai materi HIV/AIDS
5. Perawat mempersilahkan peserta untuk bertanya apabila ada yg belum di mengerti
6. penyuluhan kesehtan berjalan dengan lancar dan sesuai dengan waktu yang telah di
tentukaan
7. Perawat melakukan penutupan dan berpamitan .
Standar hasil :
POSTER
MATERI
1. Definisi HIV/AIDS
HumanImmunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), Acquired
yang artinya didapat jadi bukan merupakan penyakit keturunan, Immuno
berarti sistem kekebalan tubuh, Deficiency artinya kekurangan sedangkan
syndromeadalah kumpulan gejala. Virus HIV di temukan dalam cairan tubuh
terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina, dan air susu ibu. Virus tersebut
merusak kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan turunnya atau hilangnya
daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit infeksi (Katiandagho, 2015).
2. Penyebab HIV/AIDS pada remaja
Tiga cara utama penularan infeksi HIV di Indonesia yaitu:
a) Melalui hubungan seksual dengan seseorang yang telah terinfeksi HIV tanpa
memakai pengaman /pelindung (kondom).
b) Melalui darah dan produk darah atau alat-alat yang telah terpajan HIV. Cara
penularan HIV melalui :
secara langsung : transfusi darah, produk darah atau transplantasi organ tubuh
yang terinfeksi HIV.
secara tidak langsung : melalui alat-alat seperti jarum suntik, jarum tatto, jarum
tindik, peralatan bedah, penggunaan jarum suntik secara bergantian di antara para
pengguna napza suntik atau alat-alat lain yang kontak dengan cairan tubuh orang
lain yang terinfeksi HIV dan tidak disterilkan terlebih dahulu.
c) Melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada janin yang dikandungnya pada saat
kehamilan, persalinan, dan menyusui.
A – Abstinence
Abstinence merupakan suatu upaya untuk tidak melakukan hubungan seksual, terutama
bagi seseorang yang belum menikah.
B - Be Faithful
Be Faithful merupakan suatu upaya untuk tidak berganti-ganti pasangan atau dengan kata
lain menunjukkan sikap saling setia kepada pasangannya.
C - Condom
Melakukan hubungan seksual yang aman yaitu dengan menggunakan alat pelindung atau
kondom.
D - Don’t Share Syringe / Don’t Inject
Jangan memakai jarum suntik atau alat yang menembus kulit secara bergantian dengan
orang lain, terutama di kalangan pemakai narkoba.
E - Save Equipment
Hindari pemakaian alat / bahan tidak steril.
5. Pengobatan HIV/AIDS
• Obat-obatan Antiretroviral
• NNRTI (Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Jenis ARV ini akan bekerja
dengan menghilangkan protein yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri.
• Protease inhibitors. ARV jenis ini akan menghilangkan protease, jenis protein yang juga
dibutuhkan HIV untuk memperbanyak diri.
• Entry inhibitors. ARV jenis ini akan menghalangi HIV untuk memasuki sel-sel CD4.
• Integrase inhibitors. Jenis ARV ini akan menghilangkan integrase, protein yang
digunakan HIV untuk memasukkan materi genetik ke dalam sel-sel CD4.
Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama terapi antiretroviral (ART). Biasanya
pasien akan diberikan tiga golongan obat ARV. Kombinasi obat ARV yang diberikan
berbeda-beda pada tiap-tiap orang, jadi jenis pengobatan ini bersifat pribadi atau
khusus.
Beberapa obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil. Begitu pengobatan HIV dimulai,
mungkin obat ini harus dikonsumsi seumur hidup. Jika satu kombinasi ARV tidak
berhasil, mungkin perlu beralih ke kombinasi ARV lainnya.
Penggabungan beberapa tipe pengobatan untuk mengatasi infeksi HIV bisa menimbulkan
reaksi dan efek samping yang tidak terduga. Selalu konsultasikan kepada dokter
sebelum mengonsumsi obat yang lain.
Anda harus membuat jadwal rutin untuk memasukkan pengobatan HIV ke dalam pola
hidup sehari-hari. Pengobatan HIV bisa berhasil jika Anda mengonsumsi obat secara
teratur (pada waktu yang sama setiap kali minum obat). Jika melewatkan satu dosis saja,
efeknya bisa meningkatkan risiko kegagalan.
Semua pengobatan untuk HIV memiliki efek samping yang tidak menyenangkan. Jika
terjadi efek samping yang tidak normal, Anda mungkin perlu mencoba kombinasi obat-
obatan ARV yang lainnya. Berikut adalah contoh efek samping yang umumnya terjadi:
• Kelelahan
• Mual
• Diare
STANDAR EVALUASI
d) Klien tau harus bagaimana jika dirinya/keluarga memiliki resiko virus HIV
DOKUMENTASI
TUGAS ANALISIS VIDEO HIV/AIDS
Disusun oleh :
Risma Wulandari
30901800150
ANALISIS VIDEO 1
1. Nama tindakan yang dilakukan:
2. Tujuan tindakan:
tindakan di lakukan untuk klien yang mempunyai perilaku beresiko seperti perilaku
seksual berganti-ganti pasangan / maupun jarum suntik bergantian .
3. Prinsip tindakan :
Tes HIV harus mengikuti prinsip yang telah disepakati secara global yaitu 5 (lima)
komponen dasar yang disebut 5C (informed consent, confidentiality, counseling, correct
test results, connections to, care,treatment and prevention services).
a. Indikasi
5. Pelayanan kesehatan untuk anak usia < 10 tahun terutama yang memiliki tanda dan
gejala imunodefisiensi
6. Tindakan bedah
7. Pelayanan kesehatan remaja (10-19 tahun), terutama yang terkait dengan pergaulan
bebas
b. Kontra indikasi:-
Surat infoconset
Fase orientasi
d. Kontrak waktu
e. Menayakan kesepian pasien, dan memeberitahu untuk mengatakan jujur apa yang akan
ditanyakan perawat , dan perawat berjanji akan menjaga kerahasiannya
Fase kerja
b. Membaca basmallah
f. Menayakan kepada pasien tentang dampak dari sesorang yang terkena HIV
h. Menayakan kepada pasien tentang rumor, mitos, dan persepsi masyarakat terkait HIV
j. Menyakan kepada pasien berapa bersaudra dan ketika ada masalah apakah pasien
bercerita ke pada keluarga atau tidak
k. Perawat menyimpulkan semua pertayaan yang ditayakan dan ada resiko HIV pada
pasien, kemudian perawat menyarankan untuk dilakukan tes HIV
p. Menyakan kepada pasien apakah bersedia untuk dilakukan tes HIV (Jika pasien
bersedia, maka pasien disuruh untuk membaca infoncosent dan medatangani info
consent sebagai bukti pasien mau dilakukan tes hiv)
t. Kemudian, melakukan kontrak yang akan datang (untuk menetahui hasil tes dan
konsul lagi)
Fase terminasi
a. Membaca Hamdallah
c. Perawat mengulang kembali untuk kontrak yang akan datang kepada pasien
d. Perawat pamitan
Bahanya adalah seseorang yang tidak melakukan konseling pre HIV akan
terjadinya drop pada diri pasien jika tes hivnya nanti positif. Antisipinya harus tetap
konseling pre tes hiv tapi sesuai dengan kehendak pasien.
6. Evaluasi tindakan:
Jika pasien mau dilakuakn tes hiv maka dilakukan tes hiv tetapi jika pasien menolak maka
perawat tidak memaksa dan harus menerima keputusan pasien
7. Daftar pustaka
https://youtu.be/OleuW2aMaL8
Sari, D. L., & Sutrisno. (2018). PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN.
PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, 7.
ANALISIS VIDEO 2
2. Tujuan tindakan:
Menjelaskan hasil pemeriksaan dengan empati (kemungkinan hasil dapat positif,
negative, atau indeterminate)
Membiarkan pasien mengekspresikan perasaannya setelah mengetahui hasil
pemeriksaan HIV
Mendiskusikan masalah yang mungkin muncul dan membantu menyelesaikan
masalah tersebut
Menyampaikan informasi yang diperlukan pasien (pemeriksaan lanjutan atau
pengobatan)
Mendiskusikan pola hidup yang dianjurkan
3. Prinsip tindakan:
a. Indikasi :
Konseling post HIV dilakukan pada klien berperilaku menyebabkan klien dapat
berisiko tinggi terinfeksi HIV dan klien mengetahui tentang HIV/AIDS dengan benar.
Tapi atas kemaunnya sendiri
b. Kontra indikasi: -
c. Alat dan Bahan : Surat hasil repid test HIV
4. Prosedur tindakan & rasionalisasinya:
Fase pra interaksi
a. Baca catatan keperawatan atau catatan medis
b. Sebutkan tindakan keperawatn yang akan dilakukan
c. Cuci tangan 6 langkah sebelum interaksi
Fase orientasi
a. Salam, perkenalan perawat
b. Menayakan identitas pasien (Nama, Alamat)
c. Menayakan tujuan kedatangan pasien
d. Kontrak waktu
e. Menayakan kesepian pasien, dan perawat berjanji akan menjaga kerahasiannya
Fase kerja
Fase terminasi
a. Membaca Hamdallah
b. Menayakan perasaan pasien setelah dilakukan pengambilan darah dan konseling
c. Perawat mengulang kembali untuk kontrak yang akan datang kepada pasien
d. Perawat pamitan
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya:
Jika klien tidak melakukan test HIV ini ,dapat membahayakan dirinya sendiri maupun
orang lain . Namun test ini tidak di lakukan dengan paksaan . Klien sukarela untuk
memeriksakan dirinya sendiri . Hasil test mungkin sangat penting bagi klien karena ,apabila
klien positif HIV AIDS /klien beresiko ,klien dapat mengetahui apa bahaya nya dan bagaimana
cara pencegahannya . Antisipasinya dengan cara konseling ke klinik VCT dan menghindari
bahaya nya misal tidak menggunakan jarum suntik dengan cara bergantian .
6. Evaluasi tindakan:
Klien harus bisa menerima keadaan yang tengah di alami , dengan bantuan perawat klien
akan menjalani Masalahnya dengan iklas ,dan kuat . Perawat akan membantu mengedukasi dan
menjelaskan perihal pengobatan atau pemeriksaan lebih lanjut .
7. Daftar pustaka
https://youtu.be/WTHox98Dl8A
ari, D. L., & Sutrisno. (2018). PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN.
PENGARUH PELATIHAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, 7.
ANALISIS VIDEO 3
2. Tujuan tindakan:
a. Indikasi
Dilakukan sesuai anjuran agama dan kepercayaan masing- masing,harus
mengetahui tata cara penguburan pasien HIV AIDS, tau prinsip dan ketentuan umum dari
perawatan jenazah HIV AIDS
b. Kontra indikasi
Hendaknya setelah melakukan kegiatan penguburan petugas dianjurkan cuci
rambut dengan shampo dan mandi dengan sabun antiseptic.
4. Pengelolaan linen.
6. Pengelolaan lingkungan.
8. Kesehatan petugas
a) Menjaga privasi
b) Membaca Basmalah
6. Evaluasi tindakan:
Hal yang perlu diperhatikan pada saat proses penguburan jenazah adalah tidak
membiarkan jenazah terbungkus plastik dan dikubur bersama dengan pembungkus plastiknya.
Jika pada jenazah dengan kondisi khusus seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, maka
plastik pembungkus hendaknya dilepaskan dari jenazah lalu diperlakukan sebagai sampah
infeksius
7. Daftar pustaka
https://youtu.be/Zy95owlQYPA
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2019)European Environment Agency (EEA).
(2019). Panduan Perawatan Paliatif Hiv/Aids (Vol. 53).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Pedoman Penyelenggaraan Jenazah Pada
Orang Dengan Penyakit Infeksi Menular.
ANALISIS VIDEO 4
2. Tujuan tindakan:
3. Prinsip tindakan:
a. Indikasi
b. Kontra indikasi : -
- Masker
- Pelindung kepala
- Googles
- Baju bedah plastik
- Air mengalir
- Scrub
- Sabun
- Handuk
- Sarung tangan steril
- Baju bedah
Prosedure :
a. Cuci tangan.
b. Gunakan Cap atau penutup kepala, yakinkan bagi wanita untuk mengikat rambut dan
seluruh rambut harus tertutup oleh cap. Bagi laki laki yang memilki jambang, jenggot
dan kumis pastikan juga agar memakai cap yang menutupi semua rambut rambut ini.
c. Pakailah masker sehingga masker menutupi seluruh mulut dan hidung. Untuk masker
yang menggunakan tali :
1) Pegang bagian atas masker dan tekan bagian atas masker yang terdapat metal
didalamnya diatas batang hidung.
2) Tarik dua tali bagian atas diatas telinga dan ikatkan pada bagian belakang kepala.
3) Ikatkan dua tali masker bagian bawah didaerah leher bagian atas sehingga bagian
bawah masker rapat tepat dibawah dagu.
d. Masuk kedalam kamar pasien dan jelaskan mengapa perawat harus memakai masker
dan penutup kepala.
Setelah menyelesaikan pekerjaan yang dibutuhkan lepaskan masker dan penutup
kepala sebelum meninggalkan kamar pasien.
1) Buka ikatan bagian bawah kemudian bagian atas dan lepaskan dari hidung dan
mulut dengan tetap memegang pada bagian talinya dan buang ketempat yang sesuai.
2) Pegang permukaan bagian atas dari penutup kepala tarik dan lepaskan lalu
buang pada tempat sampah yang sesuai.
e. Cuci tangan.
D. Memindahkan dan membersihkan peralatan yang terkontaminasi.
F. Surgical scrub
Mencuci tangan untuk keperluan operasi atau scrub dilakukan untuk menghilangan
kotoran dan mikroorganisme dari kulit. Perawat yang bekerja dikamar operasi
melakukan cuci tangan surgical untuk menurunkan resiko infeksi pada pasien jika
tanpa disengaja sarung tangan yang steril dan robek atau rusak. Kulit pada tangan
dan lengan perawat harus intact dan bebas dari luka. Di masing masing institusi
kesehatan biasanya ditetapkan prosedur tentang bagai mana melakukan surgical
scrub Prosedure :
6. Evaluasi tindakan:
7. Daftar pustaka
http://elkiu.blogspot.com/2009/01/standard-precaution.htm
Link Youtube : https://youtu.be/d2creE3B7yg
ANALISIS VIDEO 5
1. Nama tindakan yang dilakukan:
2. Tujuan tindakan:
Untuk mengetahui keadaan klien . Apakah klien terpapar virus HIV atau
tidak,guna untuk menjaga keslamatan klien dari virus tersebut agar tidak
membahayakan orang lain maupun keluarga.
3. Prinsip tindakan:
a. Indikasi : repid test HIV dilakukan klien secara sukarela tanpa paksaan
b. Kontra indikasi :-
c. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu APD (jas lab, masker, handscoon), disposable syringe
(jarum sekali pakai), tabung vakum merah, tourniquet, alkhohol swab, kapas kering,
label, centrifuge, cup sample, micropipet 10 µl, sampah medis, safety box, horder serta
rapid test HIV. Bahan yanng digunakan yaitu serum responden, dan larutan buffer.
3. Prosedur tindakan & rasionalisasinya:
Fase orientasi
a. Salam, perkenalan perawat
b. Menjelaskan Prosedur
c. Menjelaskan tujuan kedatangan pasien
d. Kontrak waktu
e. Menayakan kesepian pasien, dan perawat berjanji akan menjaga kerahasiannya
Fase Kerja
Pengambilan darah vena dilakukan oleh tenaga Ahli Teknologi Laboratorium Medik
yang mempunyai STR yang masih berlaku, dengan prosedur pengambilan darah
sebagai berikut: Cara Kerja Pengambilan Darah Vena
1. Menyiapkan alat bahan yang akan digunakan untuk pengambilan darah vena dan
meminta pasien meluruskan lengannya.
2. Meminta pasien mengepalkan tangan dan pasang tourniquet di atas lipatan siku,
kemudian dilakukan perabaan (palpasi) untuk memastikan posisi vena mediana cubiti
3. Bersihkan lengan bagian Vena Mediana Cubiti dengan alkohol 70% biarkan
megering.
4. Setelah vena benar-benar jelas tusuk dengan jarum spuit dengan kemiringan 30-
450, jika jarum telah masuk ke dalam vena, maka terlihat darah masuk ke dalam spuit.
Tourniquet dilepas dan pasien diminta untuk membuka kepalan tangannya.
5. Setelah volume darah dianggap cukup kira-kira 3ml, letakkan kapas kering
ditempat suntikkan lalu lepas jarum.
6. Kemudian masukkan darah dalam penampung atau tabung tanpa antikoagulan
(Arianda, 2015).
7. Sediaan darah didiamkan 10 menit kemudian disentrifuge selama 10 menit dalam
kecepatan 4000 rpm. Setelah disentrifuge, kemudian di ambil serum darah dan
diletakkan ke dalam cup sampel
6. Evaluasi tindakan:
Prinsip Kerja dari Rapid Test HIV adalah spesimen yang diteteskan pada ruang
membran bereaksi dengan partikel yang terdapat pada bantalan spesimen, selanjutnya
akan bergerak secara kromatografi dan bereaksi dengan antigen rekombinan yang
terdapat pada garis test, jika spesimen mengandung antibodi HIV maka akan timbul dua
garis berwarna, jika tidak mengandung antibodi HIV maka akan timbul satu garis
berwarna (Insert Kit SD BIOLINE HIV 1/2)
7. Daftar pustaka
Nisa, Susilaningsih, & Mahtuti, E. Y. (2019). GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN HIV PADA SERUM WARIA .
GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN HIV PADA SERUM WARIA .
https://youtu.be/pcZBQ6yfF20
ANALISIS VIDEO 6
2. Tujuan tindakan:
3. Prinsip tindakan:
a. Indikasi
Membangun rasa percaya dan percaya diri selama berinteraksi dengan
pasien dan dengan menggunakan diri sendiri sebagai bentuk terapeutik melalui
proses komunikasi terapeutik maka hal tersebut merupakan inti dari pendekatan
psikososial dalam perawatan paliatif.
b. Kontra indikasi : -
c. Alat dan Bahan
Lembar kertas catatan keperawatan
4. Prosedur tindakan & rasionalisasinya:
Fase pra interaksi
a. Baca catatan keperawatan atau catatan medis
b. Mengidentifikasi pasien
c. Cuci tangan 6 langkah sebelum interaksi
d. Mendekatkan alat ke pasien
Fase orientasi
a. Salam, perkenalan perawat
b. Menjelaskan Prosedur
c. Menjelaskan tujuan kedatangan pasien
d. Kontrak waktu
e. Menayakan kesepian pasien, dan perawat berjanji akan menjaga
kerahasiannya
Fase Kerja
Fase terminasi
a. Membaca Hamdallah
b. Menayakan perasaan pasien setelah dilakukan tindakan .
c. Perawat mengulang kembali untuk kontrak yang akan datang kepada
pasien
d. Perawat pamitan
6. Evaluasi tindakan:
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses asuhan
keperawatan paliatif, namun bukan berarti asuhan keperawatan akan berhenti
pada tahapan ini, melainkan lebih menekankan pada tahapan mengevaluasi
perkembangan ODHA dengan melakukan analisa perkembangan kondisi yang ada
pada ODHA, melakukan reasesment dan replanning melihat perkembangan
kondisi yang ada pada ODHA. Hal-hal yang harus menjadi perhatian perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan paliatif
7. Daftar pustaka
https://youtu.be/LvLK0bw__PM
(European Environment Agency (EEA), 2019)European Environment Agency (EEA). (2019).
Panduan Perawatan Paliatif Hiv/Aids (Vol. 53).
DOSEN PEMBIMBING
DI SUSUN OLEH :
Risma Wulandari
NIM ( 30901800150)
S1 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2020/2021
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Status Kesehatan
1) Keluhan Utama
Saat ini : klien mengatakan saat ini tidak memiliki keluhan apapun .
Dahulu : klien mengatakan sering diare , thipoid seminggu sekali ,sariawan,herpes ,dan
penurunan berat badan .
Saat ini : Klien mengatakan tidak adaupaya yang di lakukan saat ini
Dahulu : klien mengatakan sering minum obat ,seperti obat diare .
Pernah dirawat :
Klien mengatakan bahwa ayah dan kakak klien memiliki riwayat penyakit Hipertensi.
Medis : Klien mengatakan saat ini melakukan terapi ARV yang di anjurkan dari
dokter ,klien juga pernah mengkonsumsi obat herbal sebagai tambahan .
a. Pola Bernapas
Sebelum sakit
Klien mengatakan dulu pernah mengalami sesak nafas ,seperti pneunomia disertai
muntah dan lemas .
Saat sakit
Klien mengatakan sekarang tidak mengalami sesak nafas sama sekali .
b. Pola makan-minum
Sebelum sakit
Klien mengatakan pola makan sebelum sakit makan 2x sehari.jam 12 siang kadang jam
2 siang dan untuk makan malam biasanya pukul 19.00. Terkadang makan 1 hari sekali
saja .
Saat sakit
Klien mengatakan saat sakit jarang makan ,untuk minum biasanya 2 liter tapi jarang
minum air putih . Klien mengatakan suka minum es teh,es jeruk dan minum air putih
saat minum obat saja .
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
Klien mengatakan untuk BAB sebelum di diagnosa HIV klien sering merasakan diare .
Untuk BAK klien mengatakan tidak ada perubahan apapun ,mungkin sehari 4x/3x.
Saat sakit :
Klien mengatakan untuk BAB nya normal tidak seperti dulu . biasanya 1 hari
sekali/duakali. Dan untuk BAK nya juga normal ,tidak ada keluhan apapun.
Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum terdiagnosis HIV klien rajin bekerja hampir 24 jam biasanya
tidak ada istirahat sama sekali .Klien mengatakan jarang berolahraga ,dan ketika waktu
libur klien menggunakan waktunya untuk tidur .
Saat sakit :
Klien mengatakan setelah terdiagnosis sakit HIV klien lebih banyak beristirahat .
Sebelum sakit :
Klien mengatakan pola tidur sebelum sakit klien tidak pernah tidur siang dan jarang
beristirahat .
Saat sakit :
Klien mengatakan saat sakit lebih banyak beristirahat dan sering tidur siang .
f. Pola Berpakaian
Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit jarang berganti pakaian .Pagi hingga malam berganti
pakaian 1 kali saja .
Saat sakit :
Klien mengatakan setelah sakit sering berganti pakaian setiap merasakan tidak
nyaman/saat berkeringat . Berganti pakaian 1 hari 2-3 kali.
Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit merasa tidak nyaman sama sekali ,mungkin seperti
gelisah dan ketakutan .
Saat sakit :
Klien mengatakan saat ini klien merasakan nyaman sekali karena sudah menjalani
pengobatan dari dokter .
h. Pola Aman
Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum pengobatan /pertama kali tau tentang penyakitnya klien
lebih sering menyendiri dan menutup diri selama 1 tahun ,jangan sampai ada yang
tau. Klien merasa tidak aman dan ketakutan.
Saat sakit :
Klien mengatakan setelah menjalani pengobatan ,banyak komunitas dan teman serta
orang yang mempunyai sakit yang sama ,klien lebih aman dan merasa bahwa bukan
dirinya saja yang terdiagnosis HIV . Klien merasa lebih aman dan dapat bertukar pikiran
dengan komunitas .
Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit jarang mandi dan berganti pakaian . Klien
mengatakan sering mandi pada saat malam hari sepulang bekerja .
Saat sakit :
Klien mengatakan setelah sakit sering mandi ,dan berganti pakaian .
j. Pola Komunikasi
Sebelum sakit :
Klien mengatakan komunikasi dengan keluarga baik maupun teman-teman dan orang
sekitar .
Saat sakit :
Klien mengatakan setelah sakit jarang berkomunikasi dengan orang-rang sekitar.
Komunikasi lebih sering dengan keluarga dan teman komunitas .
k. Pola Beribadah
Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit sering beribadah .
Saat sakit :
Klien mengatakan setalah sakit masih sama sering beribadah juga tidak ada perubahan
apapun .
l. Pola Produktifitas
Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit sering melakukan kegiatan beribadah dan bekerja
seperti biasanya .
Saat sakit :
Klien mengatakan setelah sakit/terdiagnosis HIV klien tidak dapat bekerja selama 3
bulan karena kondisi nya semakin melemah .
m. Pola Rekreasi
Sebelum sakit :
Klien mengatakan sebelum sakit suka berekreasi / liburan mungkin sampai pagi hingga
malam.
Saat sakit :
Klien mengatakan setelah sakit tidak ada perubahan apapun pada pola rekreasi masih
sama seperti dulu.
Klien mengatakan untuk pendidikan terakhir klien adalah SMA . Karena saat ini klien
sudah bekerja .
B.ANALISIS DATA
C. RENCANA KEPERAWATAN
ANALISIS ARTIKEL
PRODI S1 KEPERAWATAN
2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Human Immunodeficiency Virus atau Acquired immune deficiency syndrome
(HIV/AIDS) merupakan masalah internasional karena jumlah penderita ekonomi, politik,
kebudayaan dan demografi yang menjadi tantangan oleh negara maju maupun negara
berkembang. HIV adalah penyakit kronis dan progresif yang memiliki masalah kesehatan
kompleks. HIV adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sebagai
pertahanan alamiah untuk mencegah virus dan bakteri sebagai sumber penyakit
(Juliansyah N 2019).
Penderita yang sudah positif HIV/AIDS biasanya disebut sebagai ODHA (orang
dengan HIV/AIDS). Sampai saat ini belum ditemukan vaksin atau obat yang relatif
efektif untuk AIDS sehingga menimbulkan keresahan di dunia. Penyakit HIV/AIDS ini
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di seluruh dunia termasuk
Indonesia. Di Indonesia Jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS pada umur >15 tahun
pada tahun 2015 untuk jumlah HIV baru yaitu sebanyak 30.935 orang, pada tahun 2016
sebanyak 41.250 orang, pada tahun 2017 sebanyak 48.300 orang. Sedangkan kasus baru
AIDS pada tahun 2015 yaitu 9.215 orang, pada tahun 2016 sebanyak 10.146 orang, pada
tahun 2017 sebanyak 9.280 orang, maka dijumlahkan keseluruhan penderita HIV/AIDS
pada tahun 2017 sebanyak 628.492 orang dengan jumlah infeksi baru sebanyak 46.357
orang dan kematian sebanyak 40.468 orang. Dari tahun ke tahun penderita HIV/AIDS
cenderung meningkat, untuk golongan penderita HIV/AIDS cenderung banyak dari laki-
laki dari pada permpuan. Masalah gizi terkait dengan infeksi HIV juga perlu mendapat
perhatian. Infeksi HIV merupakan masalah yang cukup serius dan kekurangan nutrisi
sering menjadi komplikasi dari penyakit ini. Hal ini dapat dimanfaatkan oleh HIV untuk
berkembang lebih cepat dan daya tahan tubuh untuk melawan HIV menjadi berkurang
(Han and goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee 2019)
Orang dengan HIV AIDS (ODHA) sering dihadapkan pada kondisi yang rumit
apakah harus mengungkapkan atau menyembunyikan kondisi penyakit yang sedang
dialami. Menyembunyikan kondisi penyakit ini dapat mengakibatkan penderitaan batin
yang dirasakan sangat menyiksa karena beban menjaga rahasia). Di sisi lain,
mengungkapkan kondisi penyakit juga dapat menimbulkan permasalahan seperti
penolakan. Masyarakat seringkali memberikan anggapan negatif bagi pasien ODHA,
sehingga stigma negatif tersebut akan mempengaruhi ODHA dalam merespon terhadap
adaptasi fisiologisnya. Penelitian yang dilakukan Maharani (2018) hasil penelitian
menunjukkan bahwa masyarakat memberikan cap negatif terhadap ODHA sehingga cap
negatif tersebut menyebabkan diskriminasi dalam masyarakat seperti pengucilan,
penolakan, penghindaran. Proses pemberian label negatif dalam masyarakat tersebut
terjadi karena keseharian dari penderita HIV, minimnya pengetahuan HIV/AIDS,
perubahan fisik dan adanya provokator .(P, Acero, K. Cabas, C. Caycedo, P. Figueroa
and Aceh 2020)
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai intensitas dan
interaksi paling banyak dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien.
Kualitas perawatan yang diberikan ditunjukkan dengan asuhan keperawatan
comprehensive yang diberikan yang secara holistik mencakup aspek biologi, psikologi,
sosial, dan spiritual. Analisis situasi saat pada institusi kesehatan di Indonesia
menunjukkan hasil kontradiktif. Kenyataannya perawat belum secara kompeten dalam
memberikan asuhan keperawatan dimana dalam proses penyembuhan pasien diperlukan
dalam aspek spiritual. Selain itu, masyarakat seringkali memberikan anggapan negatif
bagi pasien ODHA, sehingga stigma negatif tersebut akan mempengaruhi ODHA dalam
merespon terhadap adaptasi fisiologisnya termasuk juga masalah
spiritualitasny(Juliansyah N 2019) .
Berdasarkan latar belakang diatas kami tertarik untuk mengetahui pengalaman
pasien ODHA dalam adaptasi fisiologis.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan untuk mengetahui pola hidup pasien odha dalam beradaptasi tentang
perubahan kesehatan yang menurun.
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik pasien odha
b.Mengidentifikasi pola hidup pasien odha
c. Mengidentifikasi perubahan kesehatan pada pasien odha
BAB II
ABSTRAK ARTIKEL
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman pasien ODHA dalam adaptasi
fisiologis di RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu. Jenis Penelitian adalah penelitian kualitatif dengan
metode survey dan wawancara mendalam (Indept Interview). Hasil Penelitian, aspek
pengetahuan ketiga informan sudah memahami dan mengetahui tentang HIV/AIDS. Aspek
masalah adaptasi fisiologis didapatkan berupa diare terus menerus, penerunan nafsu makan,
penurunan berat badan yang secara drastis, mudah lelah apabila beraktivitas, insomia atau
gangguan tidur, kulit gatal-gatal, infeksi pada kulit, mudah sakit (demam, flu dan batuk), nyeri-
nyeri sendi, kesemutan, pelupa, penglihatan yang rabun, dan tidak mau terbuka dengan
lingkungan sekitar. Aspek pengalaman ODHA dalam mengatasi masalah adaptasi fisiologis yaitu
ODHA tidak hanya bergantung dengan obat ARV saja akan tetapi mereka menggunakan obat
lain sesuai keluhan, dan menggunkan obat-obat herbal. Simpulan, ke tiga Informan memahami
pengetahuan tentang HIV/AIDS, memiliki banyak masalah yang muncul pada adaptasi fisiologis,
dan cara ODHA untuk mengatasi masalah adaptasi fisiologis yaitu dengan cara tradisional dan
farmakologi.
ABSTRACT
This study aims to explore the experiences of ODHA patients in physiological adaptations in Dr.
M. Yunus Bengkulu. This type of research is qualitative research with survey methods and in-
depth interviews (In-depth Interview). The results showed that the knowledge aspect of the three
informants understood and knew about HIV/AIDS. Elements of the problem of physiological
adaptation are obtained in the form of continuous diarrhea, continued appetite, drastic weight
loss, fatigue when on the move, insomnia or sleep disturbances, itchy skin, infection of the skin,
uncomplicated illness (fever, flu, and cough), joint pains, tingling sensation, forgetfulness, low
vision, and refusing to open up to the surrounding environment. The aspect of ODHA experience
in overcoming the problem of physiological adaptation is that ODHA not only depends on ARV
drugs, but they use other medications according to complaints and use herbal medicines. In
conclusion, the three informants understand HIV / AIDS, have many problems that arise in
physiological adaptation, and how ODHA to overcome the problem of physiological adaptation,
namely traditional and pharmacological ways.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Judul Penelitian
“PENGALAMAN PASIEN ODHA DALAM ADAPTASI FISIOLOGIS”
B. Penulis
Juli Andri , Agus Ramon , Padila , Andry Sartika , Eka Putriana
C. Sumber
Journal of Telenursing (JOTING)
Volume 2, Nomor 2, Desember 2020
e-ISSN: 2684-8988
p-ISSN: 2684-8996
DOI: https://doi.org/10.31539/joting.v2i2.1397
D. Tanggal Publikasi
Penelitian di publikasi pada bulan Desember 2020
E. Tujuan & Masalah Penelitian
F. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode survey dan
wawancara mendalam (Indept Interview) dengan menggunakan alat bantu rekam dan
catatan hasil observasi. pada pasien ODHA dalam adaptasi fisiologis. Jenis penelitian ini
dimaksudkan untuk mengembangkan teori dari fenomena sosial berdasarkan data yang
diperoleh dari lapangan. Terdapat 3 informan dan Kriteria informasi meliputi kriteria
inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya
informasi digunakan.
Kekuatan dari isi artikel penelitian tersebut adalah sudah terdapat pengalaman ODHA
dalam mengatasi masalah adaptasi fisiologis mengenai masalah oksigenasi, masalalah
nutrisi, masalah eliminasi, masalah aktivitas dan istirahat, masalah proteksi/perlindungan
diri, masalah the sense/perasaan, masalah cairan dan elektrolit, masalah tentang fungsi
neurologi, masalah tentang fungsi endokrin, masalah tentang kurang percaya diri, yang
mana dalam konteks tersebut sudah diketahui bagaimana informan memberikan caranya
untuk mengatasi masalah yang dialaminya.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari artikel yang telah kami analisis dapat diambil kesimpulan bahwa kami
menjadi mengetahui beberapa hal dari Pengalaman Pasien ODHA dalam Adaptasi
Fisiologis, yaitu :
1. Pada aspek pengetahuan ketiga informan sudah mengetahui definisi HIV/AIDS,
penyebab, cara penularan, cara pencegahan dini, dan pengobatan yang digunakan.
2. Pada aspek masalah-masalah yang muncul oada adaptasi fisiologis dari ketiga
informan memiliki banyak masalah seperti batuk batuk, diare terus menerus,
penurunan nafsu makan, penuruanan berat badan yang secara drastis, mudah lelah
apabila beraktivitas, Insomia atau gangguan tidur, kulit gatal-gatal, infeksi pada kulit,
mudah sakit (demam, flu dan batuk), nyeri-nyeri sendi, kesemutan, pelupa,
pengelihatan yang rabun, dan tidak mau terbuka dengan lingkungan sekitar.
3. Pada aspek pengalaman ODHA dalam mengatasi masalah adaptasi fisiologis dari
ketiga informan dalam mengatasi masalah adaptasi fisiologis yaitu dengan cara
tradisional dan farmakologi. Dari ketiga informan 75% hanya beraktivitas di rumah,
dan tidak berani melakukan aktifitas yang berat. Dari ketiga informan tidak mau
membukak ststus tentang penyakit yang mereka derita pada orang lain. Tertutup,
tidak mau bersosialisai dengan lingkungan sekitar.
Dengan adanya masalah adaptasi fisiologis ini dari ketiga informan bukan hanya
bergantung pada obat rutin saja tetapi obat yang lain juga sesuai dengan keluhan yang
diraskan oleh ODHA.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
c. Masyarakat diharapkan memiliki perilaku hidup yang baik, saling percaya kepada
pasangan masing-masing, tidak melakukan seks bebas, minum-minum, tato, dan
penggunaan jarum suntik bersama.
d. Pasien ODHA diharapkan selalu melaporkan kepada fasilitas kesehatan jika akan
melakukan perjalanan ke luar kota sehingga dapat dilakukan rujukan sementara ke
fasilitas kesehatan lainnya.
Han, Eunice S., and Annie goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee. 2019. “済無 No Title No
Title.” Journal of Chemical Information and Modeling 53(9): 1689–99.
Juliansyah N. 2019. “No Title No Title.” Journal of Chemical Information and Modeling 53(9):
1689–99.
P, Acero, K. Cabas, C. Caycedo, P. Figueroa, G. Patrick & M. Rudas., and kue tradisional khas
Aceh. 2020. “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関
する共分散構造分析 Title.” 2(September): 92027.
http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624.pdf.