Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN SGD 8

KEPERAWATAN PALIATIF DAN MENJELANG AJAL


Sedih sekali….

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Retno Setyawati, M.Kep, Sp.KMB

DISUSUN OLEH :
Kelompok 8

1. Akhmad Alfaris 30901800006 (Ketua)


2. Aurellia Azharie R. 30901800025
3. Dewi Lestari 30901800042
4. Eva Riyanti 30901800061
5. Henita Febriani 30901800077
6. Irna Sulistiyani 30901800197
7. Mellina Ramadyanti 30901800113
8. Nurul Bidayati 30901800133
9. Risma Wulandari 30901800150
10. Siti Rohmatun 30901800171
11. Umihanik 30901800187 (Sekertaris)
12. Yayuk Fitriyah 30901800199

PRODI STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN
AGUNG SEMARANG
2021
Lembar Belajar Mahasiswa (LBM) 1

Kata Sulit :

1. CPOT (Irna) : Critical Pain Observational Tool (CPOT) merupakan skala nyeri yang
mengevaluasi empat perilaku domain: gerakan tubuh, ekspresi wajah, ketegangan otot dan
kepatuhan ventilator (Nurul)

2. DNR (Henita ) : Do Not Resuscitate" atau lebih dikenal dengan singkatan DNR adalah sebuah
perintah untuk tidak melakukan tindakan pertolongan CPR (cardiopulmonary resuscitation), jika
terjadi permasalahan darurat pada pasien. (Risma)

3. E1M1Vett (Eva) : M1 E1 Vett M1 artinya motorik mempunyai skor 1 karena tidak ada
gerakan pada pasien E1 artinya eyes mempunyai skor 1 karena pasien tidak membuka mata
( pupil pasien
tidak bereaksi) dan V ett artinya respon verbal skor 1 pasien tidak bersuara dan dipasang
ventilitator tracheostomi berarti nilai GCS : 3 pasien koma (Risma)

Kata Kunci :

-Keluarga meminta pelepasan alat bantu (umihan)

-CPOT (Henita)

Masalah :

MBO

Pertanyaan :

1. Apa saja faktor yang mempengaruhi MBO? (Irna)


2. Definisi MBo ( risma)
3. Bagaimana perawan perawat dalam perawatan paliatif pd pasien mbo (nurul)
4. Bagaimana proses penilaian CPOT serta kategorinya( henita )
5. Bagaimana peran perawat kepada keluarga pasien dengan kasus tersebut (umihan)
6. Manifestasi klinis dari MBO (Mellinia)
7. Apa penyebab dari MBO (Dewi)
8. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk kasus tersebut (rohmatun)
9. Bagaimana patofisiologi dari MBO ? (Eva)
10. Apa prinsip perawatan paliatif dalam kasus tersebut? (Yayuk)
11. Bagaimana pemeriksaan diagnosis dari MBO? (Aurel)
12. Apakah dalam kasus tersebut termasuk dalam Euthanasia, jika masuk dalam kategori
apa? (Alfaris)
13. Diagnosa keperawatan apa yang muncul pada kasus tersebut (Henita)
14. Bagaimana pasien dan keluarga mempersiapkan kematian
15. Aspek spiritual yang bisa diberikan kepada keluarga pasien
Menjawab :

1. Apa saja faktor yang mempengaruhi MBO? (Irna)


- Kematian batang otak bisa disebabkan oleh beberapa hal, yaitu serangan jantung,
stroke, herniasi otak, cedera kepala berat, pendarahan otak, infeksi otak, seperti
meningitis, tumor otak, overdosis obatan-obatan, keracunan, dan hipotermia
(Henita)

- Kematian batang otak terjadi ketika batang otak tidak lagi berfungsi. Kondisi ini
mengakibatkan penderitanya kehilangan kesadaran dan tidak mampu bernapas.
Karena tidak dapat bernapas spontan, orang yang mengalami kematian batang
otak biasanya membutuhkan bantuan pernapasan melalui pemasangan ventilator.
Ventilator memang dapat membantu orang yang mengalami kematian batang
otak untuk bernapas. Namun, kemampuan otak lain seperti berbicara, makan,
bergerak, dan berpikir, telah hilang. Pada kasus kematian batang otak,
kemungkinan terjadinya kematian otak secara keseluruhan sangat besar (Dewi)

2. Definisi MBo ( Risma)


- MBO atau kematian batang otak merupakan kondisi dimana terjadi kerusakan
pada batang otak yang disebabkan oleh berbagai penyebab. Dampak yang
ditimbulkan berupa gangguan pernapasan,apnoe,koma dan pasien sangat
bergantung pada alat bantu mesin (Yayuk)

- Kematian batang otak merupakan kondisi dimana terjadi kerusakan pada batang
otak yang disebabkan oleh berbagai penyebab (Aurellia)

3. Bagaimana perawan perawat dalam perawatan paliatif pada pasien MBO (Nurul)
Peran perawat sangat diperlukan dalam mempersiapkan kematian yang damai
bagi pasien dengan kondisi ini dan keluarganya melalui perawatan menjelang ajal
(end- of-life care). Peran perawat sangat dibutuhkan terhadap persiapan kematian
pasien melalui dukungan psikologi, spiritual, fisik, dan sosial Peran perawat
dalam memberikan dukungan psikologi seperti membantu pasien dalam
mengendalikan
perasaan negatif dan meningkatkan perasaan positif selama proses menuju
kematian. Pasien juga dibantu untuk mempertahankan kepuasan terhadap
kemampuan dan mempersiapkan diri menuju kematian. (Izzah, 2020) (Eva)

a. Menyediakan waktuk husus untuk pasien dan keluarga sehingga pasien tidak
sungkan atau takut menceritakan segala permasalahan yang dirasakan terkait
dengan pasien sendiri, keluarga, ekonomi sampai pada masalah seksual yang
sebenarnya setiap pasien agak sulit menceritakan kepada orang yang benar-benar
dapat dipercaya.
b. Menjadi pendengar dengan tempat curahan sepenuh hati pasien dan keluarga.
c. Memberikan keyakinan dan penerimaan pasien akan keberadaan perawat
disampingnya (Siti)

a. menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan asuhan


keperawatan.
b. Menetapkan prioritas asuhan keperawatan, mengelola waktu secara efektif
dan saran-saran untuk meningkatkan kualitas hidup.
c. sebagai konselor bagi pasien, keluarga dan komunitas dalam menghadapi
perubahan kesehatan, ketidakmampuan dan kematian.
d.Sebagai komunikator yang terapeutik dan pendengar yang baik dalam
memberikan dukungan dan perhatian.
e.Membantu pasien tetap independen sesuai kemampuan mereka sehingga
kenyamanan terpenuhi, serta meningkatkan mutu hidup
(Alfaris)

4. Bagaimana proses penilaian CPOT serta kategorinya( henita )


Ekspresi wajah = Santai netral skor 0 (Tidak ada ketegangan otot)
Tegang skor 1 (Merengut, alis menurun, orbit menegang dan terdapat kerutan
lewator atau perubahan lainnya (misalnya membuka mata atau menangis selama
prosedur invasive)
Meringgis 2(Semua gerakan mata pada skor 1 ditambah kelopak tertutup rapat
(pasien dapat mengalami mulut terbuka atau menggigit endotrakeal tube)

Gerakan tubuh
Tidak adanya gerakan atau posisi normal skor 0
tidak bergerak sama sekali (tidak berarti adanya rasa saki) atau poisis normal
(gerakan tidak dilakukan terhadap bagian yang terasa nyeri atau tidak dilakukan
untuk tujuan perlindungan)

Ada gerakan perlindungan skor 1


Gerakan lambat, gerakan hati-hati, menyentuh atau menggosok bagian yang
nyeri (mencari perhatian melalui gerakan)

Kegelisahan/ agitasi skor 2


menarik-narik tube, mencoba untuk duduk, menggerakan tungkai / meronta-
ronta, tidak mengikuti perintah, menyerang staf, mencoba turun dari tempat tidu
(Nurul)

5. Bagaimana peran perawat kepada keluarga pasien dengan kasus tersebut (umihan)
- Menunjukan sikap menerima dan empati
- Memotivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang terdekat
- Fasilitasi melakukan kebiasaan sesuai dengan budaya, agama, norma sosial
- Diskusikan strategi koping yang dapat digunakan
(Irna)

- Sampaikan kepada pasien dengan jujur, dengan kata-kata dan bahasa yang
dapat dimengerti oleh pasien mengenai pengobatan yang akan diberikan dan/atau
tindakan yang akan dilakukan, tujuan serta efek samping/ komplikasinya.
Memberikan informed consent kepada keluarga pasien karena keluarga pasien
merasa sedih melihat kondisi pasien dan meminta semua peralatan penunjang
dilepas karena keluarga keberatan menanggung biaya selama dirawat di ICU
(Aurellia)

6. Manifestasi klinis dari MBO (Mellinia)


1. Hilang kesadaran.
2. Tidak bernapas atau dapat bernapas hanya menggunakan ventilator.
3. Tidak menunjukkan reaksi terhadap rangsangan, termasuk rasa sakit.
4. Pupil mata tidak merespons cahaya.
5. Mata tidak berkedip saat permukaan mata disentuh (refleks kornea).
6. Mata tidak bergerak saat kepala digerakkan (refleks okulosefalik).
7. Mata tidak bergerak saat air es dituangkan ke telinga (refleks okulovestibular).
8. Tidak ada refleks tersedak atau batuk saat bagian belakang tenggorokan
disentuh (Risma)

7. Apa penyebab dari MBO (Dewi)


- Penyebab umum kematian otak termasuk trauma, perdarahan intrakranial,
hipoksia, overdosis obat, tenggelam, tumor otak primer, meningitis, pembunuhan
dan bunuh diri. Dalam kepustakaan lain, hipoglikemia jangka panjang disebut
sebagai penyebab kematian otak. Irmanti, R. (2017). (Umihan)

- Brain death atau mati batang otak terjadi ketika suplai darah dan oksigen ke
area otak terhenti dan adanya kerusakan jaringan pada area batang otak. (Tutik)
Penyebab umum kematian otak termasuk trauma, perdarahan intrakranial,
hipoksia, overdosis obat, tenggelam, tumor otak primer, meningitis, pembunuhan
dan bunuh diri. Dalam kepustakaan lain, hipoglikemia jangka panjang disebut
sebagai penyebab kematian otak. Irmanti, R. (2017). (Karunia ) Trauma atau
cedera otak parah, yang biasanya terjadi karena kecelakaan, jatuh, luka tembak,
atau pukulan keras ke arah kepala.Tak hanya itu, pendarahan pada otak, penyakit
infeksi pada otak (seperti ensefalitis), dan tumor otak juga bisa menyebabkan
kondisi ini. Kondisi-kondisi tersebut memberi tekanan pada otak, sehingga
menyebabkan penurunan aliran darah serta kerusakan jaringan (Henita)
8. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk kasus tersebut (Siti Rohmatun)
1. Elektroencephalografi (EEG)
2. Angiografi Serebral
3. Radionuklida Imejing
4. Computed Tomography Angiography
5. Transcranial Doppler (Mellinia)
Sumber : Fauzi Asra (2019). Mati Otak Diagnosis dan Aplikasi Klinis. Jakarta:
Indeks
(Mellinia)

1. Pemeriksaan darah lengkap


2. Gula darah
3. Kolesterol
4. Fungsi ginjal
5. Fungsi hati
6. Pemeeriksaan kadar hormon : tiroid
7. Pemeriksaan jantung : EKG

untuk mendeteksi adanya gangguan organ lainnya


• CT scan (Computed Tomography)
Mendeteksi adanya pendarahan, sumbatan, hingga tumor pada otak yang memicu
stroke hingga menyebabkan koma.
• MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Memberikan gambaran lebih jelas secara visual pada organ otak, dapat
mendeteksi struktur kerusakan organ yang lebih kompleks.
• EEG (ELectrpencephalography)
Memeriksa aktivitas otak melalui gelombang elektrik yang dapat direkam
(Risma)

EKG untuk melihat aktivitas listrik jantung (Aurellia)


9. Bagaimana patofisiologi dari MBO ? (Eva)
- Peningkatan hebat tekanan intrakranial (TIK) yang disebabkan perdarahan atau
edemaotak. Jika TIK meningkat mendekati tekanan darah arterial, kemudian
tekanan perfusi serebral (TPS) mendekati nol, maka perfusi serebral akan
terhenti dan kematian otak terjadi. Aliran darah normal yang melalui jaringan
otak pada orang dewasa rata-rata sekitar 50 sampai 60 mililiter per 100 gram
otak permenit. Untuk seluruh otak, yang kira-kira beratnya 1200- 1400 gram
terdapat700 sampai 840 ml/menit. Penghentian aliran darah ke otak secara total
akan menyebabkan hilangnya kesadaran dalam waktu 5 sampai 10 detik. Hal
inidapat terjadi karena tidak ada pengiriman oksigen ke sel-sel otak yang
kemudian langsung menghentikan sebagian metabolismenya (Dewi)

10. Apa prinsip perawatan paliatif dalam kasus tersebut? (Yayuk)


Fokus perawatan terhadap kualitas hidup, termasuk kontrol gejala yang tepat
b. Pendekatan personal, termasuk pengalaman masa lalu dan kondisi sekarang
c. Peduli terhadap sesorang dengan penyakit lanjut termasuk keluarga atau
orang terdekatnya d. Peduli terhadap autonomy pasien dan pilihan untuk
mendapat rencana perawatan lanjut, eksplorasi harapan dan keinginan pasien
(Fitria, Nur Cemy 2017) (Sukma) (Henita)

-Menjaga keseimbangan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual


- memberikan dukungan agar pasien tetap aktif sampai akhir hayatnya
-Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita
-Menghindari tindakan yang sia sia
(Irna)

Prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah menghargai setiap kehidupan,


menganggap kematian sebagai proses yang normal, tidak mempercepat atau
menunda kematian, serta menghargai keinginan pasien dalam mengambil
keputusan (Maria, 2017) (Mellinia)
-Prinsip perawatan paliatif dilakukan secara holisitik(menyeluruh) baik dari segi
bio-psiko-sosio-cultural-spritual) sehingga pasien mendapatkan perawatan secara
lengkap sesuai kebutuhan dan komprehensif, interdisiplin yang berjalan terpadu
dengan perawatan kuratif di ICU bagi pasien dan keluarganya sejak pasien
dirawat sampai akhir hayat.
(Alfaris)

11. Bagaimana pemeriksaan diagnosis dari MBO? (Aurel)


-Menyorotkan senter atau cahaya ke kedua mata untuk melihat respons pupil
terhadap cahaya
-Mengusapkan tisu atau kapas tipis ke mata untuk melihat reaksi terhadap sentuhan
tersebut karena mata tergolong sangat sensitif
-Melakukan tekanan pada dahi dan mencubit hidung untuk melihat gerakan
sebagai respons
-Memasukkan air dingin ke setiap telinga yang biasanya menyebabkan mata
bergerak
-Menempatkan pipa plastik tipis ke tenggorokan untuk melihat respons tersedak
atau batuk
-Melakukan tes elektroensefalogram (EEG) untuk mengukur kelistrikan otak.
Orang yang sudah meninggal tidak memiliki aktivitas listrik lagi di otaknya
-EKG untuk melihat aktivitas listrik jantung
CT scan, MRI, USG Doppler untuk melihat kondisi otak
Serangkaian tes ini biasanya dilakukan sebanyak dua kali untuk memastikan dan
meminimalkan kemungkinan kesalahan.
Jika tidak ada respons dari semua rangkain tes di atas maka dapat dipastikan orang
tersebut mengalami mati otak.
(Dewi)

12. Apakah dalam kasus tersebut termasuk dalam Euthanasia, jika masuk dalam
kategori apa? (Alfaris)
-Menurut pendapatnya, dalam kasus tersebut masuk dalam Ethanasia karena
pasien dalam kasus ini terdiagnosa MBO dan terdapat permintaan semua
peralatan penunjang hidup dilepas tetapi dokter masih memberikan order DNR,
masuk dalam kategori Euthanasia Pasif (Umihan)

- Iya dalam kasus tersebut termasuk dalam Euthanasia karena pasien di diagnosis
oleh dokter mati batang otak dan dari keluarga pasien meminta semua peralatan
penunjang hidup dilepas karena keluarga pasien keberatan menanggung biaya
selama dirawat di icu.
Untuk kategorinya termasuk dalam kategori Non-Voluntary yaitu :
1. Pasien tidak dapat membuat keputusan sendiri
2. Seseorang memberikan keputusan untuk pasien. Contoh : anak2, pasien koma
dll
(Eva)

13. Diagnosa keperawatan apa yang muncul pada kasus tersebut (Henita)
- Kriteria hasil
SLKI
L.09094
Hal 134
Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x 24 jam keluarga pasien
bisa menerima proses kehiangan dengan kriteria hasil:
1. Verbalisasi menerima meningkat
2. Verbalisasi harapan meningkat
3. Verbalisasi perasaan sedih menurun
4. Menangis menurun

Intervensi SIKI
I.14539
Hal 278

Observasi
1. Identifikasi kehilangan yang dihadapi
2. Identifikasi proses berduka yang dialami
3. Identifikasi reaksi awal terhadap kehilangan
Terpeutik
1. Menunjukan sikap menerima dan empati
2. memotivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atau orang terdekat
3. fasilitasi melakukan kebiasaan sesuai dengan budaya, agama, norma social
4. diskusikan strategi koping yang dapat digunakan

edukasi
1. Anjurkan mengidentifikasi ketakuran dalam menghadapi kehilangan
2. Anjurkan mengekspresikan perasaan tentang kehilangan
3. Ajarkan melewati proses berduka secara bertahap
(Eva)

- Do: kakak pasien meminta semua peralatan penunjang hidup di lepas namun
istri pasien tampak sedih dan histeris
DS: -
D.0081 Berduka b.d proses kematian anggota keluarga
SLKI
1. Verbalisasi menerima kehilangan meningkat
2. Verbalisasi perasaan sedih menurun
3. Menangis menurun
SIKI
1. Dukungan prosess berduka
2. Dukungan emosional
3. Dukungan keluarga
4. Dukungan kelompok
5. Dukungan spiritual
6. Dukungan pelaksanaan ibadah
7. Manajemen mood
8. Terapi keluarga
(Risma)

intervensi
Intervensi RESPEK adalah dukungan rasa nyaman (R), dukungan etik (E),
dukungan spiritual dan screening akhir hayat (S), dukungan psikososial (P),
edukasi (E) dan komunikasi dan kolaborasi interprofessional (K).
(Alfaris)

14. Bagaimana pasien dan keluarga mempersiapkan kematian

1. Ketahui keadaan pasien sebelumnya dan jelaskan kemungkinan penyebab


penurunan kondisi pasien

2. Berikan informasi yang tepat, lengkap, dan baik kepada keluarga. Berikan
kesempatan keluarga bertanya

3.Jelaskan mengenai prognosis pasien dan kemungkinan untuk bertahan hidup

4. Berikan kesempatan kepada pembimbing spiritual untuk menyampaikan doa


terakhir jika diminta oleh keluarga pasien

5. Berikan informasi mengenai perkembangan dari tindakan resusitasi secara


berkala kepada keluarga pasien.

Salah satu anggota keluarga yang sudah mengetahui riwayat penyakit pasien
dapat diajak masuk untuk melihat tindakan resusitasi. Berikan penjelasan
mengenai tindakan resusitasi yang dilakukan, dan tanda-tanda kehidupan yang
dinilai pada pasien, seperti nafas spontan, detak jantung yang terlihat pada
monitor, atau pergerakan anggota tubuh. Hal ini bertujuan agar anggota
keluarga yang melihat langsung dapat meyakinkan keluarganya bahwa segala
tindakan sudah diupayakan.

(Irna)

15. Aspek spiritual yang bisa diberikan kepada keluarga pasien


aspek spiritual

-Menilai pertimbangan budaya, nilai, dan kepercayaan keagamaan dari pasien


dan keluarga yang dapat mempengaruhi pemahaman tentang sakarotul maut,
mengendalikan gejala, dan dukacita keluarga.

-Menilai pasien dan anggota keluarga tentang Ekspektasi mengenai kematian


rasa takut dan cemas menjelaskan tanda-tanda emosional umum mendekati

Kematian bagi pasien

- penilaian sosial keluarga mencakup Hubungan dan pola komunikasi di antara


keluarga

(Alfaris)

1. bentuk dukungan spiritual perawat meliputi membacakan doa disamping


pasien, mengingatkan pasien dan keluarga untuk berdoa.

2. memberikan semangat, memfasilitasi pertemuan dengan rohaniawan, dan


memberikan kesempatan kepada keluarga untuk menjenguk pasien

3. tenaga kesehatan yang memberikan dukungan spiritual adalah perawat,


dokter, dan rohaniawan

(Irna)
Mapping

Gejala klinis :
Mati batang otak (MBO)
GCS E1MIVett, Pupil tidak
bereaksi, nafas dibantu
total, skor nyeri CPOT 2

Antisipasi kematian keluarga


atau orang terdekat
Keluarga meminta
alat bantu dilepas

Euthanasia non-‐ Voluntary Aspek Medikolegal

Anda mungkin juga menyukai