HALUSINASI
OLEH KELOMPOK 8 :
1. DEFI EKO SUSANTO (15110432)
2. YOLANDA CINDY NIKITHA (15110470)
Laporan pendahuluan ini telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing serta
pemimpin prodi Sarjana Keperawatan STIKes Satria Bhakti Nganjuk.
Disusun Oleh :
Kelompok : 8 (delapan)
Halusinasi adalah kesalahan persepsi yang berasal dari lima panca indera
yaitu pendengaran, penglihatan,peraba,pengecap,dan penghidu. (Stuart &
Laria)
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa
suara,penglihatan,pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien seakan
stumulus yang sebenarnya tidak ada. (Keliat)
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada
rangsangan yang menimbulkannya atau tidak ada obyek (Sunardi)
Jenis halusinasi :
1. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan ,paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara dengan klien.Bahkan sampai pada percadengarkapan lengkap
antara dua orang yang mengalami halusinasi.Pikiran yang terdengar
dimana klien mendengarkan perkataan bahwa klien disuruh untuk
melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.
2. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya,gambar geometris,gambar
kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster. Kejadian
tersebut mengakibatkan ketakutan dan selalu menunjuk-nunjuk kearah
tertentu.
3. Penghidung
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah,urin dan feses umumnya
bau-bauan yang menyenangkan. Halusinasi penghidung sering akibat
stroke,tumor,kejang,kejang,atau dimensia.
4. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti darah,urin atau feses sehingga sering
meludah dan muntah.
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah,benda mati atau orang lain, dan
merasa ada serangga dipermukaan kulit.
B. Etiologi
Menurut Stuart (2007),faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah :
1. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut :
Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah
frontal,temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor
dopamindikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi
otak klirn dengan skizofrenia kronis,ditemukan pelebaran lateral
ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil
(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung
oleh otopsi (post-mortem).
2. Psikologis
Keluarga,pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti : kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,kerusuhan,bencana
alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
C.Manifestasi Klinis
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution
(2003),seseorang yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-
gejala yang khas seperti :
1. Menyeringgai atau tertawa yang tidak sesuai.
2. Menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara.
3. Gerakan mata abnormal.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Diam.
6. Bertindak seolah-olah dopenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya
peningkatan nadi,pernafasan dan tekanan darah.
8. Penyempitan kemampuan konsentrasi.
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi
dan realitas.
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya daripada menolaknya.
12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
14. Berkeringat banyak.
15. Tremor.
16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
17. Perilaku menyerang teror secara panik.
18. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
19. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan
agitasi.
20. Menarik diri atau katatonik.
21. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.
22. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
Penatalaksanaan
1. Psikofarmakologis
Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran
yang merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia adalah obat-
obatan antispikosis;
2. Terapi kejang listrik atau elektro compulcive Therapy (ECT)
3. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Risiko tinggi
kekerasan Sindrom defisit perawatan
diri: mandi/kebersihan,
berpakaian/berhias
Perubahan sensori-perseptual:
Halusinasi
Masalah utama Intoleransi aktivitas
HDR
Ansietas
F. Discharge Planning
G.Asuhan Keperawatan
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensansi palsu berupa suara,
penglihatan pengecapan perabaan atau pehiduan. Pasien merasakan stimulus yang
sebenarnya tidak ada. Pada proses pengkajian, data penting yang perlu Anda
dapatkan adalah sebagai berikut :
. Respon Halusinasi
J. Diagnosis Keperawatan
Stelah pengkajian dilakukan dan data subjektif dan objektif ditemukan pada
pasien, diagnosis keperawatan yang dapat dirumuskan adalah gangguan presepsi
sensori : halunsinasi
K. Tindakan Keperawatan
- Tindakan keperawatan pada pasien
a. Bantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi , perawat dapat
berdiskusi dengan pasien tentang halusinasi, waktu terjadi halusinasi,
situasi yang menyebabkan halusinasi
L. STRATEGI PELAKSANAAN
SP 1 pasien : membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan
menghardik halusinasi
Fase Orientasi
"Selamat pagi! Saya perawat yang akan merawat anda. Saya suster ss, senang
di panggil suster . nama anda siapa? Senang di panggil apa?. Bagaiman
perassaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini?. Baiklah, bagaimana kalau kita
bercakap cakap tentang suara yang selama ini D dengar, tetapi tidak tampak
wujudnya ?. Dimana kita duduk? diruang tamu? Berapa lama? Bagaimana
kalau 30 menit?"
Fase kerja
"Apakah D mendengar suara tanpa ada wujudnya ? apa yang dikatakan suara
itu?"
"Apakah suara itu terus menerus terdengar? Kapan D paling sering mendengar
suara itu? Berapa kali dalam sehari? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah ketika sendiri?"
" Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu? Apa yang D lakukan
pada saat mendengar suaa itu? Bagaimana kalau kita mencegah suara suara itu
muncul?"
"D, ada 4 cara untuk mencegah suara suara itu muncul. Pertama, dengan
menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap cakap dengan orang
lain. Ketiga, melakuan kegiatan yang sudah terdaftar keempat minum obat
dengan teratur ."
"Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.
Caranya adalah saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya tidak
mau dengar.....saya tidak mau dengar! Kamu suara palsu! Begitu diulang-ulang
sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu,...bagus!
Coba lagi! Ya bagus, D sudah bisa."
Fase terminasi
"Bagaimana perasaan D setelah memeragakan latihan tadi?. Kalau suara-suara
itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut! Bagaimana kalu kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Anda masukkan kegiatan latihan
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau
kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan
cara yang kedua? Pukul berapa D? Bagaimana kalau dua jam lagi? Dimana
tempatnya?".
"Baiklah, sampai jumpa."
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna, Akemat. 2007. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC
Nurarif,Amin Huda,Kusuma Hardhi. 2015 . Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC .