Disusun oleh :
S18032
S18A
A. Halaman judul
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
B. Konsep Halusinasi
1.Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra.
Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami
perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada. Pasien gangguan jiwa mengalami perubahan dalam
hal orientasi realitas. Salah satu manifestasi yang muncul adalah halusinasi
yang membuat pasien tidak dapat menjalankan pemenuhan dalam kehidupan
sehari-hari.( Yusuf, 2015)
2.Etiologi Halusinasi
1) Faktor Biologis
2) Faktor Psikologis
Menurut Nurhalimah, (2016) Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil
observasi terhadap pasien serta ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala
pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
b. Data Obyektif
4) Menutup telinga
8) Menutup hidung.
9) Sering meludah
10) Muntah
4. Patofisiologi Halusinasi
Proses terjadinya halusinasi diawali dari atau dengan orang yang menderita
halusinasi akan menganggap sumber dari hasilnya berasal dari lingkungan atau
stimulus eksternal (Yosep, 2011)
a. Fase pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah, kesepian.
Klien mungkin melamun atau memfokuskan pikiran pada hal yang
menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress. Cara ini
menolong untuk sementara. Klien masih mampu mengontrol kesadarannya
dan mengenal pikirannya, namun intensitas perepsi meningkat. Perilaku klien
: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakan bibir tanpa bersuara,
pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan
halusinasinya dan suka menyendiri
b. Fase kdeua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan
eksternal, klien berada pada tingkat “listenin” pada halusinasi. Pemikiran
internal menjadi mennjol, gambaran suara dan sensasi halusinasi dapat berupa
bisikan yang tidak jelas takut apabila orang lain mendengar dan klien merasa
tak mampu mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan
halusinasi dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang
lain Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda system saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan
halusinasinya dan tidak bias membedakan dengan realitas
c. Fase ketiga/ controlling
Halusinasi lebh menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi terbiasa
dan tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinsinya.Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang
perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien
berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase keempat / conquering/ panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari control
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenanagkan berubah menjadi
megancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat berhubungan dengan
orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya selamanya. Proses ini
menjadi kronik jika tidak dilakukan intervensi. Perilaku klien : perilaku terror
akibat panic, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau
katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks dan tidak
mampu berespon lebih dari satu orang.
Pohon Masalah
Gangguan sensori
MASALAH
persepsi : Halusinasi
UTAMA
PENYEBAB
Isolasi sosial
Menurut (Yosep, 2011), dalam pemeriksaan penunjang ada jenis alat untuk
memeriksa gangguan struktur otak yang mempengaruhi gangguan jiwa dapat
menggunakan alat sebagai berikut:
Untuk mengetahui struktur otak, jenis alat yang dapat digunakan yaitu :
a. Electroencephalogram (EEG) adalah suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak.
b.Single Photon EmissonComputed Tomography (SPECT) untuk melihat
wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan menggambarkan
perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi.
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik radiologi dengan
menggunakan magnet, gelombang radio dan komputer untuk mendapatkan
gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi perubahan yang
kecil sekalipun dalam struktur tubuh atau otak.
1) Pengobatan
a) Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan
secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau bisa
pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik
atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,
bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya
hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di
lakukan. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat
merangsang perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan
realitas, misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan
permainan
b) Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di
berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
a. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah
yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada.
Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien
atau orang lain yang dekat dengan pasien.
b. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan
ini dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan
memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun
jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
c. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data
pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses
keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila
sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi
bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas.
Perawat menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan
menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan
petugaslain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang
di berikan tidak bertentangan
1. Masalah Keperawatan
1) Gangguan persepsi sensori halusinasi
2) Resiko perilaku kekerasan
3) Isolasi sosial
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan persepsi sensori halusinasi (D.0085)
Definisi :
Tanda mayor :
Subjektif :
Objektif :
a) Distorsi sensori
Tanda minor :
Subjektif :
a) Menyatakan kesal
Objektif :
a) Menyendiri
b) Melamun
c) Konsentrasi
d) Disoientasi waktu, tempat, orang atau situasi
e) Curiga
g) Mondar-mandir
h) Bicara sendiri
Definisi :
Beresiko membahayakan secara fisik, emosi dan atau seksual pada diri
sendiri atau orang lain.
Definisi:
Ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat, hangat, terbuka dan
interdependen dengan orang lain
Tanda Mayor :
Subjektif
a) Mearasa ingin sendiri
b) Merasa tidak aman di tempat umum
Objektif :
a) Menarik diri
c) Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan
Tanda Minor:
Subjektif:
a) Merasa berbeda dengan orang lain
b) Mearasa asik dengan pikiran sendiri
c) Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas
Objektif :
a) Afek datar
b) Afek sedih
c) Riwayat ditolak menunjukkan permusuhan
d) Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
e) Kondisi difabel
f) Tindakan tidak berarti
g) Tidak ada kontak mata
h) Perkembangan terlambat
i) Tidak bergairah/lesu
3. Intervensi Keperawatan
O:
T:
E:
T:
E:
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
Setyani, SD, 2019. Asuhan keperawatan jiwa pada klien halusinasi pendengaran
terintegrasi dengan keluarga di wilayah kerja puskesmas juanda samarind
Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika