Anda di halaman 1dari 17

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI : MERONCE

PADA KLIEN DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG BIMA


RSUD BANYUMAS

DISUSUN OLEH :
1. SAINO
2. SITI ROBI’AH YUNIATUN
3. SITI SYAH SHOLATI
4. SRI SUSANTI
5. SUGIYAH

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS FAKULTAS


KESEHATAN
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2021/2022
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI : MERONCE
PADA KLIEN DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG BIMA
RSUD BANYUMAS

A. TOPIK
Terapi Aktivitas Kelompok Meronce
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan persepsi sensori halusinasi
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi meronce
diharapkan klien mampu mengontrol halusinasinya.
2. Tujuan Khusus
1. Klien mampu mengidentifikasi masalah

2. Klien dapat berlatih mematuhi peraturan

3. Klien dapat meningkatkan interaksi dengan klien lain

4. Klien dapat meningkatkan partisipasi dalam kelompok

5. Klien dapat mengungkapkan pengalamanya yang menyenangkan

6. Klien dapat menyatakan perasaan tentang terapi aktivitas


kelompok

7. Klien mampu mengontrol halusinasinya.

D. LANDASAN TEORI

1. LATAR BElAKANG

Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan


mental yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi.
Diperkirakan 4,4% dari populasi global menderita gangguan depresi, dan 3,6% dari
gangguan kecemasan. Jumlah penderita depresi meningkat lebih dari 18% antara
tahun 2005 dan 2015. Depresi merupakan penyebab terbesar kecacatan di seluruh
dunia. Lebih dari 80% penyakit ini dialami orang-orang yang tinggal di negara
yang berpenghasilan rendah dan menengah. Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa
saja dan kapan saja. Hasil analisis dari WHO sekitar 450 juta orang menderita
gangguan jiwa termasuk skizofrenia. Skizofrenia menjadi gangguan jiwa paling
dominan dibanding gangguan jiwa lainnya. Penderita gangguan jiwa sepertiga
tinggal di negara berkembang, 8 dari 10 orang yang menderita skizofrenia tidak
mendapatkan penanganan medis. Gejala skizofrenia muncul pada usia 15-25 tahun
lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan pada perempuan (Ashturkar &
Dixit, 2013).
Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika pasien ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi pesyaratan tertentu. Focus
terapi kelompok adalah meningkatkan kesadaran diri (self-awereness),
meningkatkan hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiga-tiganya.
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada sekelompok pasien yang mengalami masalah keperawatan yang
sama. Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat yaitu stimulasi
kognitif/persepsi, stimulasi sensoris, orientasi realitas dan sosialisasi. Stimulasi
sensori adalah terapi aktivitas kelompok yang diadakan dengan meemberikan
stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubahan perilaku adaptif kepada
klien.Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya mengstimulasi
semua panca indra (sensori) agar memeberi respon yang adekuat Terapi ini
diberikan karna klien tidak mampu merespon dengan lingkungan sosialnya. Terapi
aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua pascaindra
(sensori) agar memberi respons yang adekuat.

2. HALUSINASI
a. Defenisi Halusinasi

 Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien
dengan gangguan jiwa, Halusinasi sering diidentikkan dengan Schizofrenia. Dari
seluruh klien Schizofrenia 70% diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan
Jiwa lain yang juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan maniak
depresif dan delerium. (Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018)
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui
panca indra tanpa stimulus eksternal (persepsi palsu). Berbeda dengan ilusi
dimana klien mengalami persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi
pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi. Stimulus
internal dipersepsikan sebagai sesutu yang nyata ada oleh klien. (Wahyudi,
Oktaviani, Dianesti dkk. 2018)
b. Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Wahyudi, Oktaviani, Dianesti
dkk (2018), faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami
halusinasi adalah sebagai berikut:

1. Faktor Predisposisi

a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-kromosom tertentu.
Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan
ini sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Anak kembar identik
memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya
mengalami skizofrenia, sementara jika dizigote, peluangnya sebesar 15%.
Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang
15% mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia
maka peluangnya menjadi 35%.

b. Faktor neurobiologis

Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang


abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal, khususnya dopamin,
serotonin, dan glutamat.

1) Studi neurotransmitter : Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya


ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang
dengan kadar serotonin.
2) Teori virus : Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat
menjadi faktor predisposisi skizofrenia.

3) Psikologis : Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi


skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas,
terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan, sementara ayah yang
mengambil jarak dengan anaknya.

2. Faktor Presipitasi

1) Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan


memproses informasi di thalamus dan frontal otak.

2) Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.

3) Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,


ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat sistem
syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan.

4) Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah


tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola
aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi
social, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam
bekerja, stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat pekerjaan.

5) Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa,
tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri, merasa punya
kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari
segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku
agresif, ketidakadekuatan pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala.

B. Jenis jenis Halusinasi

Beberapa jenis halusinasi ini sering kali menjadi gejala penyakit


tertentu,seperti skizofrenia.Namun terkadang juga dapat disebabkan oleh
penyalahgunaan narkoba ,demam,depresi atau demensia,berikut ini jenis
jenis halusianasi yang mungkin saja mengintai pikiran manusia.
(Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018)

a. Halusinasi Pendengaran (Audio) 70% : Ini adalah jenis halusinasi yang


menunjukan persepsi yang salah dari bunyi, musik, kebisingan atau
suara. Mendengar suara ketika tidak ada stimulus pendengaran adalah
jenis yang paling umum dari halusinasi audio pada penderita gangguan
mental.Suara dapat didengar baik di dalam kepala maupun di luar
kepala seseorang dan umumnya dianggap lebih parah ketika hal
tersebut datang dari luar kepala, suara bisa datang berupa suara wanita
maupun suara pria yang akrab atau tidak akrab. Pada penderita
skizofrenia gejala umum adalah mendengarkan suara suara dua orang
atau lebihyang berbicara pada satu sama lain, ia mendengar suara
berupa kritikan atau komentar tentang dirinya, prilaku atau pikirannya.

b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20% : Ini adalah sebuah persepsi yang


salah pada pandangan isi dari halusinasi dapat berupa apa saja tetapi
biasanya orang atau tokoh seperti manusia. Misalnya seseorang merasa
ada orang berdiri di belakangnya

c. Halusinasi Pengecapan (Gustatorius) : Ini adalah sebuah persepsi yang


salah mengenai rasa biasanya pengalaman ini tidak menyenangkan.
Misalnya seorang individu mungkin mengeluh telah mengecap rasa
logam secara terus menerus. Jenis halusinasi ini sering terlihat di
beberapa gangguan medis seperti epilepsi dibandingkan pada
gangguan mental

d. Halusinasi penciuman (Olfaktori) : Halusinasi ini melibatkan berbagai


bau yang tidak ada.bau ini biasanya tidak menyenangkan seperti mau
muntah, urin, feses asap atau daging busuk. Kondisi ini juga sering
disebut sebagai Phantosmia dan dapat diakibatkan oleh adanya
kerusakan saraf di bagian indra penciuman.Kerusakan mungkin ini
mungkin disebabkan oleh virus, trauma, tumor otak atau paparan zat
zat beracun atau obat obatan
e. Halusinasi sentuhan (Taktil) : Ini adalah sebuah persepsi atau sensasi
palsu terhadap sentuhan atau suatu yang terjadi di dalam atau pada
tubuh. Halusinasi sentuhan ini umumnya merasa seperti ada suatu
yang merangkak di bawah atau pada kulit.

f. Halusinasi somatik : Ini mengacu pada saat seseorang mengalami


perasaan tubuh mereka merasakan nyeri yang parah misalnya akibat
mutilasi atau pergeseran sendi.pasien juga melaporkan bahwa ia juga
mengalami penyerahan oleh hewan pada tubuh mereka seperti ular
merayap dalam perut.

1. TANDA DAN GEJALA

Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai berikut
(Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018):

a. Bicara,senyum dan tertawa sendiri


b. Mengatakan mendengar suara
c. Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan yang mistis
e. Tidak dapat memusatkan konsentrasi
f. Pembicaraan kacaw terkadang tidak masuk akal
g. Sikap curiga dan bermusuhan
h. Menarik diri, menghindar dari orang lain.
i. Sulit membuat keputusan
j. Ketakutan
k. Mudah tersinggung
l. Menyalahkan diri sendiri/orang lain
m. Tidak mampu memenuhu kebutuhan sendirin.
n. Muka merah kadang pucat
o. Ekspresi wajah tegang
p. Tekanan darah meningkat
q. Nadi cepat
r. Banyak keringat
2. TAHAP-TAHAP HALUSINASI
Pada gangguan jiwa,Halusinasi pendengaran merupakan hal yang paling
sering terjadi, dapat berupa suara suara bising atau kata kata yang dapat
mempengaruhi perilaku sehingga dapat menimbulkan respon tertentu
seperti berbicara sendiri,marah,atau berespon lain yang membahayakan
diri sendiri orang lain dan lingkungan. Tahap-tahap halusinasi sebagai
berikut (Wahyudi, Oktaviani, Dianesti dkk. 2018):

a. Sleep disorder : halusinasi tahap awal seseorang sebelum muncul


halusinasi.

1. Karakteristik : Seseorang merasa banyak masalah, ingin


menghindar dari lingkungan takut diketahui orang lain bahwa
dirinya banyak masalah.

2. Perilaku : Klien susah tidur dan berlangsung terus menerus


sehingga terbiasa menghayal dan menganggap hayalan awal
sebagai pemecah masalah

b. Comforthing : halusinasi tahap menyenangkan: pasien cemas sedang.

1. Karakteristik : Klien mengalami perasaan yang mendalam seperti


cemas, kesepian, rasa bersalah, takut, dan mencoba untuk
berfokus pada pikiran yang menyenangkan untuk meredakan
cemas.

2. Perilaku : Klien terkadang tersenyum, tertawa sendiri,


menggerakan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat
respon verbal yang lambat, diam dan berkonsentrasi

c. Condeming : tahap halusinasi menjadi menjijikan: pasien cemas


berat.

1. Karakteristik : Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan.


Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk
mengambil jarak dirinya dengan sumber yang presepsikan.Klien
mungkin merasa dipermalukan oleh pengalaman sensori dan
menarik diri dari orang lain

2. Perilaku : Ditandai dengan meningkatnya tanda tanda sistem


syaraf otonom akibat ansietas otonom seperti peningkatan denyut
jantung, pernafasan dan tekanan darah,rentang perhatian dengan
lingkungan berkurang dan terkadang asyik dengan pengalaman
sendiri dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan
realita.

d. Controling : tahap pengalaman halusinasi yang berkuasa: pasien


cemas berat

1. Karakteristik : Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap


halisinasi dan menyerah pada halusinasi trsebut.

2. Perilaku : Perilaku klien taat pada perintah halusinasi, sulit


berhubungan dengan orang lain, respon perhatian terhadap
lingkungan berkurang, biasanya hanya beberapa detik saja.

e. Conquering : tahap halusinasi panik umumnya menjadi melebur


dalam halusinasi

1. Karakteristik : Pengalaman sensori menjadi mengancam jika


mengikuti perintah halusinasi.

2. Perilaku : Perilaku panik, resiko tinggi mencederai, bunuh diri


atau membunuh orang lain.

3. TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


1. Definisi TAK
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas ya
ng dlakukan perawat pada sekelompok klien yang mengalami masalah kepe
rawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digun
akan sebagai target asuhan (Keliat & Wiyono, 2106). Terapi aktivitas kelo
mpok adalah salah satu jenis terapi pada sekelompok pasien (5-12 orang) ya
ng bersama-sama melakukan aktivitas tertentu untuk mengubah perilaku ma
ladaptive menjadi perilaku yang adaptif. Lama pelaksanaan TAK adalah 2
0-40 menit untuk kelompok yang baru terbentuk, dan kelompok yang sudah
kohesif TAK berlangsung selama 60-120 menit (Keliat, Wiyono & Susanti,
2015).

2. Tujuan TAK
Adapun tujuan terapi aktivitas kelompok berdasarkan Keliat (2016) adalah:
a. Mengembangkan stimulasi persepsi.
b. Mengembangkan stimulasi sensori.
c. Mengembangkan orientasi realitas.
d. Mengembangkan sosialisasi.
3. Manfaat
Manfaat TAK menurut Direja (2011) meliputi:
Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat:
a) Umum : Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan (Reality testing)
melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau orang lain, membentuk
sosialisasi, meningkatkan fungsi psikologis, yaitu meningkatkan kesadaran
tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku
defensif (bertahan terhadap stress) dan adaptasi, meningkatkan motivasi bagi
kemajuan fungsi-fungsi psikologi seperti kognitif dan afektif.

b) Khusuus : Meningkatkan identitas diri, menyalurkan emosi secara


konstruktif, meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan
sehari-hari, bersifat rehabilitatif: meningkatkan kemampuan ekspresi diri,
keterampilan sosial, kepercayaan diri, Kemampuan diri, dan meningkatkan
kemampuan atau pengetahuan tentang masalah-masalah kehidupan dan
pemecahannya.

4. Jenis TAK
Menurut Keliat & Wiyono (2016) terdapat 4 (empat) jenis TAK yang sudah dike
mbangkan yaitu:

a. TAK sosialisasi : Merupakan TAK dengan aktivitas belajar tahapan komuni


kasi dengan orang lain untuk meningkatkan kemampuan dalam berhubungan sos
ial. TAK sosialisasi diindikasikan untuk pasien isolasi sosial, kerusakan interaksi
sosial dan harga diri rendah.

b. TAK orientasi realita : Merupakan TAK dengan kegiatan utama dalam upay
a mengorientasikan keadaan nyata kepada pasien, yaitu orientasi pada diri sendir
i, orang lain, lingkungan/tempat, dan waktu. TAK orientasi realita bertujuan agar
pasien mengenal tempat ia berada, waktu, diri sendiri dan orang lain. TAK orient
asi realita diindikasikan untuk pasien yang mengalami gangguan orientasi realita
orang, tempat, waktu dan pasien demensia.

c. TAK stimulasi persepsi : Merupakan terapi yang menggunakan aktivitas seb


agai stimulasi dan terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskus
ikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan perseps
i atau alternatif penyelesaian masalah. Tujuan TAK ini adalah agar pasien pasien
dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya sengan tepat dan da
pat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami. Indikasi TA
K stimulasi persepsi adalah pasien dengan resiko perilaku kekerasan, halusinasi,
harga diri rendah, dan isolasi sosial.

d. TAK stimulasi sensori : Merupakan TAK dengan fokus memberikan stimula


si kepada pasien agar memberikan respon yang adekuat. Indikasi TAK stimulasi
sensori adalah pasien isolasi sosial, harga diri rendah, dan kurang komunikasi ve
rbal

Terapi Meronce

Definisi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) : Semakin tinggi intensitas


halusinasi pendengaran, maka semakin besar pengaruhnya pada sikap dan
perilaku pasien yang berpotensi menjurus kepada tindakan maladaptif (Stuart
dan Sundeen, 2008). Karena itu, diperlukan aktivitas positif pada waktu luang
untuk mengalihkan perhatian klien dari halusinasi yang dialami, misalnya
olahraga, bersih-bersih, dan membuat kerajinan tangan.

E. KLIEN
1. KRITERIA/KARAKTERISTIK
1. Klien dengan riwayat halusinasi
2. Klien yang sudah kooperatif
3. Klien yang bersedia
4. Klien yang tidak mengalami gangguan penglihatan
2. PROSES SELEKSI
Setelah ditemukan kriteria klien dan kajian data yang sesuai dengan karakteristik,
maka yang dilibatkan dalam kegiatan terapi aktifitas kelompok ini adalah klien dengan
masalah keperawatan halusinasi.

3. NAMA-NAMA KLIEN
1. Intan
2. Ainul
3. Kasmiyati
4. Nofa
5. ilyas
6. karyo

F. PENGORGANISASIAN

1. WAKTU PELAKSANAAN
Hari :
Tanggal :
Waktu : Pukul 09.00-09.45
Lama kegiatan : 45 menit
Tempat : Aula ruang Bima

2. TERAPIS
1. Leader (Saino )
Tugas
1. Memimpin jalannya terapi aktifitasa kelompok
2. Merencanakan, mengontrol dan mengatur jalannya terapi aktifitas kelompok
3. Menyampaikan materi sesuai tujuan terapi aktifitas kelompok
4. Memimpin diskusi kelompok
2. Fasilitator (Sugiyah, Sri Susanti , Siti Robiah Yuniatun )
Tugas
1. Membuka acara
2. Mendampingi leader
3. Mengambil alih posisi leader jika leader blocking
4. Menyerahkan kembali posisi kepada leader
5. Menutup acara diskusi
6. Ikut serta dalam kegiatan kelompok
7. Memberikan stimulasi dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif
mengikuti jalanya therapy
3. Observer (Siti syah sholati )
Tugas
1. Mencatat serta mengamati respon klien (di catat dalam format yang tersedia)
2. Mengawasi jalannya terapi aktifitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan
3.
3. METODE
Diskusi, tanya jawab dan dinamika kelompok

4. ALAT DAN BAHAN


1. Kursi
2. Senar
3. Manik- manik warna- warni
4. Gunting
5. Mangkok plastik
6. Tikar

5. SETING TEMPAT

Keterangan :

: Leader

: Fasilitator

: Klien

: Observer
6. PERSIAPAN ANTISIPASI
1. Hambatan teknis : Menggunakan komunikasi langsung

2. Waktu : Mengatur ulang waktu pelaksanaan maksimal

satu hari berikutnya.

3. Tempat : Alternatif tempat di selasar ruang bima

4. Klien : Mempersiapkan klien cadangan

5. Terapis : Mempersiapkan terapis cadangan

6. Topik TAK : tema meronce gelang alternatif meronce kalung atau


dibentuk sesuai keinginan Pasien

7. Media/alat : Menggunakan alat yang tersedia diruangan

F. PELAKSANAAN
1. PERSIAPAN
1. Mempersiapkan therapis
2. Memepersiapkan tempat
3. Mempersiapkan alat
4. Mempersiapkan klien
2. ORIENTASI (5 menit)
1. Dibuka dengan salam
2. Perkenalan
3. Berdoa
4. Menjelaskan tujuan
5. Penyampaian tata tertib :
1) Mengikuti arahan leader
2) Mengikuti therapi dari awal sampai akhir
3) Minta ijin jika hendak meninggalkan ruangan untuk BAK

3. KERJA (15 menit)


1. Membagi klien menjadi 2 kelompok masing-masing 3 orang
2. Menunjuk ketua dalam setiap kelompok
3. Setiap kelompok menyelesaikan tugas Meronce gelang selama 10 menit
ketika Meronce gelang dilakukan secara bersama-sama..
4. Ketua kelompok mempresentasikan tugas yang telah dilaksanakan,
didampingi oleh fasilitator masing-masing.
5. Proses Meronce dilakukan selama 15 menit.
6. Leader menyimpulkan tentang manfaat kegiatan yang telah dilaksanakan.
7. Leader mengakhiri sesi TAK stimulasi persepsi untuk mengontrol
halusinasi.

4. FASE TERMINASI (10 menit)


1. Evaluasi
S : Pasien mengatakan senang dengan kegiatan Meronce gelang yang telah
dilakukan.
O : Klien dapat menyelesaikan tugas Meronce secara Berkelompok.

2. RTL
Mengajarkan SP 1 (halusinasi)
3. Akhiri dengan baik
1. Akhiri kegiatan dengan mengapresiasi para klien atas apa yang telah
dilakukan pada kegiatan hari ini.
2. Memberikan hadiah berupa snack kepada para klien yang mengikuti kegiatan
TAK.
3. Tutup kegiatan dengan mengucap hamdalah dan salam penutup.
4. EVALUASI
1. Proses

NO Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5 6


1 Klien menjawab salam
Klien melakukan
2
perkenalan
Klien berdoa sebelum
3 dan sesudah kegiatan
TAK
4 Klien Meronce
5 Klien melakukan SP 1
Halusinasi
Mengikuti kegiatan
6
dari awal sampai akhir

2. Hasil
NO Aspek yang dinilai 1 2 3 4 5 6
Klien mampu mengidentifikasi
1
masalah
Klien dapat berlatih mematuhi
2 peraturan
Klien dapat meningkatkan interaksi
3 dengan klien lain
Klien dapat meningkatkan partisipasi
4 dalam kelompok

Klien dapat meningkatkan partisipasi


5 dalam kelompok
Klien dapat mengungkapkan
6
pengalamanya yang menyenangkan
Klien dapat menyatakan perasaan
7
tentang terapi aktivitas kelompok
Klien mampu mengontrol
8
halusinasinya.
DAFTAR PUSTAKA

Ashturkar, M. D., & Dixit, J. V. (2013). Selected Epidemiological Aspects of


Schizophrenia: A Cross Sectional Study At Terityary Care Hospital In
Maharashtra. National Journal of Community Medicine, 65-69.
Keliat, Budi Anna & Akemat Pawiro Wiyono. (2016). Keperawatan Jiwa: Terapi
Aktivitas Kelompok edisi 2. Jakarta: EGC
Keliat, Budi Anna, Akema Pawiro Wiyono & Herni Susanti. (2015). Manajemen
Kasus Gangguan Jiwa: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC

Riyadi, S dan Teguh Purwanto. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi


Yogyakarta : Graham Ilmu

Wahyudi, A, I., Oktaviani, C., Dianesti, E, N., dkk..2018. Strategi Pelaksanaan


dengan Halusinasi. E-Journal Universitas Rustida Banyuwangi

Anda mungkin juga menyukai