Anda di halaman 1dari 12

PENGKAJIAN

DISPNEA
Keperawatan menjelang ajal dan paliatif
Kelompok 2

Farhan Reza Rivaldi


Muhammad Taufik F
Novie Tresnawati
Sintan Nurul Hasifah
Dispnea
● Nyeri dada merupakan keluhan
yang paling dominan pada
penyakit paru.
● Sesak napas merupakan gejala
utama pada payah jantung.
● Secara umum yang dimaksud
dispnea adalah kesulitan
bernapas,kesulitan bernapas ini
terlihat dengan adanya
kontraksi dari otot-otot
pernapasan tambahan.
Respitatory/pernafasan
- Akut Pneumonia, emfisema, pneumothoraks
- Kronis COPD. Asma
Sepsis, Bronkiektasis, cystic, fibrosis
Kanker, kanker paru, mesohelioma,intrathotacic
metastases
Fibrosis
Kelemeahan otot-otot pernafasan akibat kaheksia
Penyakit neuromuskular, motor neurone disease,
muscular distropi
Penyakit skeletal : kelainan dinding atau bentuk dada
Pulmonary Vascular Pulmonary thromboembolism, hipertensi pulmonal
Cardiac/ Jantung
- Akut Penyakti jantung koroner
- Kronis Heart failure, aaritmia seperti atrial fibrilasi
Psikologis Kecemasan, depresi, dan hiperventilasi
Anemia
Kakeksia
Pengkajian Pasien Paliatif

Perawatan suportif dan paliatif bertujuan untuk


meringankan gejalal dan mengurangi distress
psikososial yang dialami oleh pasien dan keluarganya.
pengkaian gejala dan keluhan pasien merupakan hal
sangat penting mengingat bahwa gejala maupun
keluhan berhubungan langsung dengan tingkat distress,
kualitas hidup, dan peluang untu bertahan hidup
pasien. Beberapa faktor seperti fisik, psikologis, dan
spiritual distress dapat mempegarhui kualitas hidup
pasien termasuk aspek emosional dan
sosial( Yenurajalingam & Bruera, 2016).
Pengkajian Holistik
Melakukan pengkajian secara komprehensif
dan multidimensi (sedang populer) pada pasien
dengan penyakit pada tahap lanjut yang
disertai berbagai gejala dan keluhan.
Pengkajian multidimensi harus dapat
membantu mengenal kontribusi berbagai
dimensi terhadap ekspresi gejala dan keluhan
yang dialami oleh pasien. Sehingga pengkajian
dapat membantu merencanakan suatu tindakan
atau intervensi. Pengkajian terhadap gejala
dan keluhan yang dilakukan dengan baik maka
perawatan dan penanganan gejala maupun
keluhan dapat dilakukan secara
efektif( Yenurajalingam & Bruera, 2016).
Pengkajian Fungsi Fisik

Pengkajian fisik dalam perawatan sufortif dan perawatan paliatif untuk


mengetahui kondisi dan status fungsional pasien secaa fisik. Penurunan status
fungsional memungkinkan adanya hubungan dengan kondisi seperti nyeri
berat yang tiba –tiba, delirium, dispnea dengan usaha yang minimal,
kerusakan saraf yang bersifaat ireversibel. Oleh karena itu, pengkajian fungsi
fisik harus diintegrasikan dengan pemahaman mengenai status psikososial
(Bruera, Higginson, Von Gunten & Morita, 2015).
.
Pengkajian Dispnea

Berbagai alat ukur yang tervalidasi dapat digunakan untuk menilai dispnea
baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada pasien paliatif. Intrusment
tersebut mulai dari yang mengggunakan skala ordinal dengan menggunakan
acuan single item seperti :
 VAS, NRS dimana angka 0 menunjukan tidak mengalami dispnea
sedangkan angka 10 menunjukan dispnea yang sangat berat atau sangat
buruk (Kamal, Maguire, Wheeler, Currow,& Abernethy, 2011).
 Modified Borg Scale (MBS) digunakan untuk menilai intensitas dispnea
 The Medical Research Council Dyspnea Scale dan baseline dyspnea index
(BDI) untuk menilai status fungsional terkait dispnea.
Selain yang menggunakan skala ordinal, skala pengukuran dyspnea ada juga yang menggunakan skala
katagorik seperti The Memorial Symptom Assessment Scale dan Edmoton Symptom Assessment Scale
(ESAS ) .Tanaka dkk

The RDOS adalah instrument yang


The Cancer Dyspnea Scale instrument menggunakan skala ordinal pada 8 variabel
pengukuran dipsnea terkhusus pada yang digunakan untuk menilai derajat dispnea.
pasien kanker. Setiap variable di nilai dari skor 0-2, lalu
The Cancer Dyspnea Scale merupakan seluruh skor ditotal untuk menentukan derajat
instrument yang kompleks namun dispnea. Semakin tinggi skor dari hasil
pengukuran mengidentifikasikan semakin tinggi
instrument tersebut sebelum
pula intensitas distress pernafasan pasien. The
diaplikasikan dalam tatanan klinis akan RDOS dapat diaplikasikan pada semua kasus
tetapi dalam penelitian the cancer pasien yang memiliki risiko terjadinya distress
dyspnea scale digunakan untuk pernafasan yang mana pasien tersebut tidak
membantu mengindentifikasi penyebab mampu melaporkan kondisi dispneanya secara
dyspnea dan menilai adanya perubahan akurat termasuk pasien yang sedang
mendapatkan intervensi ventilasi mekanik baik
pada criteria hasil dan proses pengobatan.
secara invasive maupun non invasive.
Petunjuk penggunaan instrument RDOS

● RDOS tidak dapat digunakan pada pasien yang mampu


melaporkan kondisi dispneanya
● RDOS merupakan instrument pengkajian untuk pasien dewasa
● RDOS tidak dapat digunakan bila pasien mengalami paralisis
atau pasien yang mendapatkan obat agen penghambat
neuromuscular
● Hitung frekuensi denyut nadi dan pernafasan dalam satu
menit, bila perlu lakukan secara auskultasi
● Suara mendengkur kemungkinannya dapat pula didengar
melalui auskultasi pada pasien yang dilakukan intubasi
● Perhatikan ekspresi wajah ketakutan
Dispnea, serupa dengan nyeri, dimana hanya dapat dirasakan oleh pasien. Pengkajian
yang adekuat haruslah berdasarkan pada laporan pasien terhadap kondisi dispnea
yang dialaminya (Booth, Burkin, Moffat & Spathis,2014). Selama pengkajian,
perawat harus memberikan kesempatan yang cukup pada pasien untuk menceritakan
mengenai perasaannya terkait dispnea yang dialaminya. Hal tersebut selain untuk
menggali informasi lebih detail juga dapat bernilai terapi terhadap pasien itu sendiri.
Selain itu, perlu juga diperhatikan saat pasien menceritakan kondisi dispneanya,
karena beberapa pasien justru merasakan kondisi pernafasannya semakin memburuk
disaat menyampaikan tentang dispnea yang dialaminya. (Booth, Burkin, Moffat &
Spathis,2014).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai