DEPARTEMEN JIWA
OLEH KELOMPOK 4 :
Mengetahui,
A. Latar Belakang
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang
sangat signifikan di berbagai belahan dunia. Berdasarkan data dari World
Health Organization (WHO) ada sekitar 450 juta orang di dunia yang
mengalami gangguan jiwa (Yosep, 2013). WHO menyatakan setidaknya ada
satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental dan masalah
gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia yang menjadi masalah yang sangat
serius (Yosep, 2013).
Data dari WHO dalam Yosep (2013) menunjukkan hampir 24 juta
orang di seluruh dunia menderita gangguan skizofrenia dengan angka
kejadian 1 per 1000 penduduk. Data yang didapatkan dari WHO
menunjukkan di Amerika Serikat 300.000 orang setiap tahun menderita
skizofrenia dan Eropa berkisar 250.000 orang (VOA, 2016). Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi
gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi
dan kecemasan di Indonesia sebesar 6% untuk usia 15 tahun
keatas atau sekitar 14 juta orang (Departemen Kesehatan, 2014). Prevalensi
gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau
sekitar 400.000 orang (Departemen Kesehatan, 2014). Menurut Riskesdas
tahun 2013. Diruang kakak tua pada tanggal 20 maret 2019 jumlah pasien
sebanyak 30 pasien dengan diagnosa terbanyak adalah halusinasi yang diikuti
dengan perilaku kekerasan, isolasi sosial,dan harga diri rendah.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, serta
pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi
individu dalam berhubungan dengan orang lain. (Yusuf, Ah 2015 hal:92).
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah gangguan
konsep diri : harga diri rendah, ketidakefektifan
koping, dan perilaku kekerasan.
Dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa diperlukan penanganan
yang tepat termasuk dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa.
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan
dan mempertahankan perilaku klien yang berperan pada fungsi yang
terintegrasi dengan sistem klien atau klien dapat berupa individu, keluarga,
kelompok, organisasi, atau komunitas (Stuart, 2013). Banyak klien dengan
masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan hal yang dialami.
Kemampuan kliendengan gangguan jiwa dalam menyelesaikan masalah juga
bervariasi. Klien cenderung tidak merasa dirinya sakit serta lebih sering
menyalahkan oranglain disekitarnya.
Oleh karena itu, perlu adanya pemberian asuhan
keperawatan secara menyeluruh dengan memaksimalkan peran perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan jiwa
pada klien dengan harga diri rendah diberikan secara komprehensif dengan
melibatkan klien, keluarga klien, dan seluruh tim kesehatan yang ada untuk
mempermudah proses pemulihan pada klien. Undang-Undang No 18 tahun
2014 tentang kesehatan jiwa ditujukanuntuk menjamin setiap orang agar
dapat mencapai kualitas hidup yang baik,serta memberikan pelayanan
kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan
berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif (Departemen Kesehatan RI, 2014). Perawat berperan
memberikan penjelasan terkait dengan gangguan jiwa,
bagaimana pencegahan kekambuhan pada orang dengan gangguan jiwa,
melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi medis yang
tepat, serta pemulihan dan perawatan bagi orang dengan gangguan jiwa
(Maramis, 2006). Dari uraian di atas, penulis terinspirasi untuk membuat
Makalah asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien TN. U dengan Harga Diri Rendah pada F.71.1
Moderate mental retardation significant repairement of behavior requiring
attention or treatment di Ruang Wijaya Kusuma RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Gangguan
Konsep Diri : Harga Diri Rendah dan tindakan keperawatan.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik klien yang mengalami Harga Diri
Rendah
b. Mengidentifikasi intervensi yang dapat dilakukan pada klien yang
mengalami masalah Harga Diri Rendah
c. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan kepada klien dengan
masalah Harga Diri Rendah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
William D. Brooks (Jalaluddin Rakhmat, 2007: 99) mendefinisikan konsep diri
sebagai “those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we
have derived from experiences and our interaction with others”. Konsep diri adalah
pandangan dan perasaan kita tentang diri kita sendiri. Persepsi ini bisa bersifat
psikologi, sosial, dan fisik. Persepsi yang bersifat psikologi misalnya pandangan
mengenai watak sendiri. Persepsi yang bersifat sosial misalnya pandangannya tentang
bagaimana orang lain menilai dirinya. Persepsi yang bersifat fisik misalnya pandangan
tentang penampilannya sendiri.
Buss (Asip F. Hadipranata, dkk, 2000: 74) menyatakan bahwa konsep diri
diartikan sebagai gambaran keadaan diri sendiri yang dilakukan seseorang terhadap
dirinya sendiri. Pendapat dari Arndt mengatakan bahwa konsep diri merupakan konsep
seseorang mengenai keseluruhan tentang dirinya sendiri, baik dari segi kejasmanian
maupun psikisnya.
Menurut Hendra Surya (2007: 3) mengatakan bahwa konsep diri adalah
gambaran, cara pandang, keyakinan, pemikiran, perasaan terhadap apa yang dimiliki
orang tentang dirinya sendiri yang meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, perasaan,
kebutuhan, tujuan hidup, dan penampilan diri. Konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh
gabungan keyakinan karakter fisik, psikologis, sosial, aspirasi, prestasi, dan bobot
emosional yang menyertainya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
konsep diri adalah gambaran, pandangan, pikiran, perasaan, mengenai diri sendiri dan
pandangan diri di mata orang lain yang meliputi keyakinan fisik, psikologis, sosial,
emosional, dan prestasi yang mereka capai.
2.3 AKIBAT
Harga diri rendah dapat membuat klien menjadi tidak mau maupun tidak mampu bergaul
dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial.
Data Subyektif :
- Mengungkapkan untuk memulai hubungan / pembicaraan
- Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
- Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
Data Obyektif :
- Kurang spontan ketika diajak bicara
- Apatis
- Ekspresi wajah kosong
- Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
- Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara
Dampak Harga Diri Rendah Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
Menurut teori Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia terbagi kedalam 5 bagian
yang berbentuk piramid dengan semakin ke atas bentuknya semakin meruncing/mengecil.
Adapun dampak terjadinya gangguan konsep diri : HDR terhadap kebutuhan dasar
tersebut adalah :
1. Kebutuhan Fisiologis
a Kebutuhan Nutrisi
Tidak semua klien dengan HDR mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi. Sebagian memang ada, dikarenakan klien selalu asyik dengan dunianya.
b Istirahat dan Tidur
Pada klien dengan HDR ada kalanya mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur dikarenakan aktifitas fisiknya yang hiperaktif atau karena
pikirannya yang fokus pada suatu masalah sehingga klien tidak bisa tidur.
c Perawatan Diri
Klien dengan HDR hampir semuanya mengalami defisit perawatan diri, hal ini
disebabkan ketidaktahuan, ketidakmampuan dan tidak ada minat. Tetapi ada juga
yang bisa merawat dirinya sendiri dengan baik.
d. Aktivitas
Klien dengan HDR cenderung menarik diri, kurang bergaul, tetapi ada juga yang
menjadi hiperaktif sehubungan dengan adanya perubahan isi pikir.
e. Eliminasi
BAB dan BAK tidak mengalami gangguan karena intake makanan cukup dan
aktifitas fisik meningkat.
2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau luar individu ( internal
or eksternal sources ), yang dibagi dalam 5 (lima) katagori sebagai berikut :
a) Ketegangan peran
Adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam
peran atau posisi yang diharapkan seperti konsep berikut ini :
Konflik Peran
Ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan dengan yang diinginkan
Peran yang tidak jelas
Kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya.
Peran yang berlebihan
Kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang
kompleks.
b) Perkembangan transisi
Adalah perubahan norma yang berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.
c) Situasi transisi peran
Adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu
melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti.
d) Transisi peran sehat sakit
Yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini
dapat disebabkan :
Kehilangan bagian tubuh
Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan.
Prosedur pengobatan dan perawatan
e) Ancaman fisik
Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidakseimbangan
biokimia, gangguan penggunaan obat, alkohol dan zat.
2.3. Proses keperawatan
1) Pengkajian
a. Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
b. Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.
B. Diagnosa Keperawatan
2. Isolasi sosial
I. IDENTITAS
Inisial : Tn. U
Umur : 14 tahun
Alamat : Pasuruan
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan: Belum Kawin
Pekerjaan :-
Jenis Kelamin : Laki – Laki
No RM : 132XXX
V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Keterangan :
X
= laki-laki
= perempuan
= pasien
─ = cerai
X = meninggal
= serumah
Penjelasan :
a. Pola asuh : ayah pasien meninggal sejak usia pasien 6 tahun. Dirumah pasien
tinggal dan dibesarkan oleh ibunya serta kakak iparnya. Pasien mengatakan
dirumah sering dimarahi kakak iparnya karena tidak bisa melakukan sesuatu
dengan benar dan mencoret-coret mobilnya.
b. Orang terdekat : oasien mengatakan orang terdekatnya adalah ibunya.
c. Pengambil keputusan : setiap keputusan diambil oleh ibu, kakak dan kakak
iparnya.
d. Pola komunikasi : dirumah pasien lebih sering komunikasi dengan ibunya.
Diagnosa Keperawatan : koping keluarga inefektif.
2. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Klien mengatakan menganggap dirinya jelek terutama pada bagian muka. Pasien
mengatakan paling suka bagian hidung dan yang paling tidak disukai bagian
mulutnya.
b. Identitas diri :
Klien mengatakan sebelum dirawat di RS ia dirumah seperti tidak dianggap oleh
saudara-saudaranya. Pasien mengatakan tidak suka jika diperlakukan seperti itu.
Pasien mengatakan puas atau senang sebagai laki-laki.
c. Peran :
Klien mengatakan dalam keluarga ia berperan sebagai anak, biasanya pasien
membantu ibunya melakukan pekerjaan rumah sperti menyapu, mengepel dan
mencuci pirirng. Pasien mengatakan melakukan kegiatan tersebut jika disuruh
ibunya.
d. Ideal diri :
Klien mengatakan berharap bahwa ia tidak jelek. Pasien berharap bahwa
dilingkungannya teman-temannya tidak mengatakan jelek, tidak mengejek dirinya,
dan dapat diterima teman-temannya, diajak bermain bersama.
e. Harga diri :
Klien mengatakan selalu merasa dikucilkan dan tidak diterima orang lain, orang
selalu memandang rendah dirinya dan menilainya jelek, pasien mengatakan
dirumah seperti tidak dianggap saudara-saudaranya, dirumah pasien membantu
pekerjaan rumah jika disuruh ibunya.
Diagnosa keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial
a. Orang terdekat
Di rumah : Klien mengatakan orang terdekatnya adalah ibu.
Di RS : Klien mengatakan orang terdekatnya adalah eko dan ipan
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Di rumah : pasien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok atau
masyarakat karena dia dijauhin teman-temannya dan masyarakat.
Di RS : pasien mengatakan ikut dalam kegiatan kelompok dengan teman-temannya
melakukan aktivitas senam, jalan-jalan dsb.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan malu karena sering dibully teman-temannya dan ditolak bermain
bersama.
Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama islam, mengatakan bahwa islam adalah agamanya sejak
lahir dan semua keluarganya beragama islam.
b. Kegiatan beribadah
Pasien mengatakan dirumah beribadah sholat 5 waktu sholat sendiri. Pasien
mengatakan berpendapat bahwa sholat itu untuk dibawa mati.
Diagnosa keperawatan : tidak ada
3. Kemampuan Lain-Lain
Sistem pendukung : kelurga, terapis, teman sejawat, kelompok social.
Penjelasan : keluarga yang berperan sebagai support sistem pasien dan semangat
pasien untuk pulang, terapi berperan sebagai tenaga kuratif untuk kesembuhan mental
pasien, teman sejawat berperan sebagai rekan pasien dalam interaksi, lingkungan
berperan sebagai tempat melakukan aktivitas atau interaksi.
Diagnosa keperawatan : tidak ada
1. Harga Diri TUM : Klien dapat 1. Setelah … X klien menunjukan 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan
Rendah meningkatkan harga ekspresi wajah yang bersahabat, mengguanakan prinsip komunikasi terapeutik :
Sapa p
dirinya menunjukkan rasa senang , ada
Klien dengan ramah baik verbal atau non
kontak mata, mau bejabat tangan,
verbal
TUK 1 : Klien dapat mau menjawab salam, klien mau Perkenalkan diri dengan sopan
membina hubungan duduk berdampingan terhadap Tanyakan nama lengkap dan nama
TUK 4 : 1. Setelah … kali interaksi pasien Rencanakan bersama pasien aktifitas yang
Klien dapat menetapkan membuat rencana kegiatan dapat dilakukan setiap hari sesuai
atau merencenakan harian dengan keluarga. kemampuan pasien
Kegiatan mandiri
kegatan sesuai dengan Kegiatan dengan bantuan
kemampuan yang Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi pasien
Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang
dimiliki
dapat pasien laksanakan
Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang
dapat pasien laksanakan
Berdasarkan teori Harga Diri Rendah yang telah dijelaskan didalam tinjauan pustaka
dan studi kasus pada Tn. U dengan gangguan konsep diri harga diri rendah yang berada
diruangan Wijaya Kusuma di dapatkan data sebagai berikut:
Keyakinan positif :
Klien memiliki
kemauan untuk cepat
pulang.
beraktifitas
Keluarga tidak mengingkari masalah yang
STRATEGI PELAKSANAAN
A. PROSES KEPERAWATAN
STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1) HARGA DIRI RENDAH
1. Kondisi
-
2. Diagnosis Keperawatan
-
3. Tujuan
TUK 1 PASIEN : klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 PASIEN :
Membina hubungan saling percaya.
1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
daftar kegiatan)
2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
untuk dilatih.
4. Masukkan pada jadwal kegiatan harian.
B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat Siang mas, perkenalkan nama saya Indah Puspitasari dari STIKes
Kepanjen, mahasiswa yang akan merawat mas sampai 2 minggu. Kalau boleh
tau nama mas siapa? Senang dipanggil apa? “
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan mas hari ini? Apa mas sudah mandi? Sudah makan?”
c. Kontrak
1) Topik
“hari ini saya ingin berbincang-bincang dengan mas tentang diri mas.”
2) Waktu
“sekitar 30 menit”
3) Tempat
“Di ruangan ini saja bagaimana ? apa mas bersedia?”
2. Kerja
“mas disini sudah lama? Berapa hari ? umur mas berapa? alamatnya dimana?
Terakhir mas sekolah dimana? Agama ? apakah mas tau alasan kenapa mas
dibawa kesini? Sekarang apa yang sedang mas rasakan? Silahkan mas bercerita
jujur tentang masalah yang mas alami sehingga saya bisa memberikan saran
kepada mas. Sebelumnya pakah mas tau sekarang mas ada dimana? Apa mas
pernah punya masa lalu yang tidak menyenangkan? Apa mas pernah mengalami
masalah fisik? apa mas pernah minum alkohol? Pernah pakai narkoba?
Sebelumnya keluarga mas apa ada yang pernah dirawat disini? Apakah sekarang
mas merasa puas dengan keadaan mas saat ini? Apa ada anggota tubuh mas yang
tidak disukai? Bagaimana peran mas ketika dirumah? Apakah mas sering
berbincang-bincang dengan teman mas disini? Mas biasanya melakukan aktivitas
apa? Apakah mas rajin beribadah? Siapa orang yang paling mas sayangi?”
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“bagaimana perasaan mas setalah bercakap-cakap?”
b. Evaluasi objektif
“bagaimana cara mas mengatasi pengalaman yang tidak menyenangkan?”
c. Rencana tindak lanjut
“besok pagi kita bertemu lagi untuk mengenal masalah-masalah mas dan
melakukan aktivitas serta dimasukkan jadwal harian mas”.
d. Kontrak yang akan datang
1) Topik
“kalau begitu kita akan bercincang-bincang tentang masalah yang mas
alami”
2) Waktu
“Besok jam 09.00 pagi ya?”
3) Tempat
“”diruangan bermain saja bagaimana? Apa mas setuju? Kalau begitu sampai
jumpa besok. Assalamualaikum.wr.wb”
A : 1. Klien mau
membina
hubungan saling
percaya dengan
perawat
2. BHSP tercapai
sebagian
P : Lanjutkan SP 1 px.
STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)
A. Kondisi klien
DS : Klien mengatakan masih sering minder, sudah mau melakukan aktivitas meskipun
sedikit, mau kumpul sama teman – temannya.
DO : Cara berpakaian pasien sudah sedikit rapi, Mau berbincang – bincang dengan
temannya, mulai aktivitas.
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri = Harga Diri Rendah
C. Tujuan
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.
TUK 4 : klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
D. Tindakan Keperawatan
1. Mengidentifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
daftar kegiatan)
2. Membantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar
kegiatan)
3. Membantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk
dilatih
c. Fase terminasi
Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama. Saya
senag sekali mas mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan
mas setelah kita berbincang-bincang?”
Evaluasi obyektif : ”coba mas jelaskan lagi cara dan kegiatan yang bisa mas
lakukan.”
Tindak lanjut : ”besok pagi kita latihan lagi tentang kemampuan mas yang bisa
dilakukan setiap hari. Apa mas bersedia? Baik besok kita akan bertemu lagi.”
A. Kondisi klien
DS : Klien mengatakan sudah bisa melakukan semua kagiatan yang dianjurkan
DO : Klien sudah berinteraksi dan aktivitas dengan yang lainnya
B. Diagnosa Keperawatan : gangguan konsep diri = harga diri rendah
C. Tujuan Khusus
TUK 6 : klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
TUK 7 : klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
D. Tindakan Keperawatan
1. Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam merawat pasien dirumah.
2. Menjelaskan tentang pengertian tanda dan gejala harga diri rendah
3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
4. Mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5. Membuat perencanaan pulang
6. Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat minum obat secara rutin
7. Menganjurkan keluarga mengontrol pola minum obat pasien ketika dirumah..
i. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi :
Salam terapeutik : ” Selamat pagi, Bu perkenalkan saya indah puspitasari
dari STIKes Kepanjen, saya mahasiswa yang merawat dan mengobservasi
anak ibu. bagaimana kalau hari ini kita berbicara tentang cara merawat anak
ibu? Bagaimana kalau 30 menit? Apa ibu bersedia?”
Evaluasi validasi : ”bagaimana kabarnya hari ini? Apa ibu sudah tau
perkembangan anak ibu?”
Kontrak
Topik :
”bagaimana kalau kita membahas cara merawat pasien dan cara minum
obat?”
Tempat :
”bagaimana kalau kita berbicara kurang lebih 30 menit? Apa ibu setuju?”
Waktu :
”bagaimana kalau kita berbicara diruang tamu?”
2. Fase Kerja
”apa yang ibu ketahui tentang masalah anak ibu? Sampai disini ibu mengerti
apa yang di maksud harga diri rendah?” ”bagus sekali ibu sudah mengerti”
”setelah ibu tau bahwa masalah U dapat menjadi masalah serius, maka kita
perlu memberikan perawatan yang baik untuk U”. ”apa saja kemampuan yang
dimiliki U”. ”disini U sudah berlatih beberapa aktivitas. Untuk itu, ibu dapat
mengingatkan untuk melakukan kegiatan tersebut. Ajak pulang memberi tanda
ceklist pada jadwal dan kegiatannya”. ”Selain itu, bila Mas U sudah tidak
dirawat dirumah sakit ibu tetap memantau perkembangan U dan jangan lupa
berikan pujian untuk setiap kegiatan positif yang dilakukan U”. ”apakah
ucapan saya bisa dipahami?”. ”baik, poin terakhir ibu harus mengontrol minum
obat, pola minum obat dan harus tepat waktu?”. ”sampai disini ada yang mau
ditanyakan Bu?”
F. Fase Terminasi
Evaluasi subyektif : ”bagaimana perasaan ibu setelah percakapan ini??”
Evaluasi obyektif : ”dapatkah ibu menjelaskan kembali masalah yang
dihadapi U dan bagaimana cara merawatnya?” ”nah, bagus ibu dapat
menjelaskan dengan baik. Ibu dapat lakukan seperti itu dirumah juga”
Tindak lanjut : ”bagaimana Bu ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan
harian mas U. Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau
ada gejala yang tampak”. ”terima kasih atas waktunya. Semoga bermanfaat”
Kontrak yang akan datang
Topik:
”sekarang mas U telah mengetahui cara-cara untuk mengontrol harga diri
rendah. Mas U sudah dipebolehkan pulang..”
Waktu :
”jam berapa Bapak bisa? Bagaimana kalau jam 08.00? Bapak setuju?”
Tempat :
”semoga ilmu yang saya punya bermanfaat untuk mas U dan keluarga, dan
kegiatannya jangan lupa untuk dilakukan, semoga mas U lekas sembuh..”
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Terdapat persamaan antara teori dasar halusinasi dengan pasien kelolaan baik
secara definisi, tanda dan gejala, factor predisposes, sumber koping, mekanisme
koping.
2. Membina hubungan saling percaya dengan klien gangguan konsep diri harga diri
rendah merupakan tindakan utama yang harus dilakukan oleh perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi, karena dari BHSP
ini lah kita dapat memperoleh kepercayaan pasien dan kita dapat melakukan
tindakan keperawatan yang selanjutnya
3. Melatih klien dalam mengontrol harga diri rendah dengan cara mengajak klien
berinteraksi dengan orang lain dan melakukan aktivitas.
1.2 Saran
Dari kesimpulan diatas kami menyarankan sebagai berikut:
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan harga diri rendah hendaknya hubungan saling
percaya dilakukan secara bertahap dan terus menerus mulai dari perawat, kemudian
perawat lain, serta pada pasien lainnya
2. Kontrak yang dibuat bersama klien hendaknya dilakukan secara konsisten.
3. Memberikan reinforcement positif setiap melakukan kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, Budi Anna, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic
Course). Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna, dkk. 2009. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC
Keliat, Budi Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Stuart, Gail W & Laraian. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta EGC