Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KEPERAWATAN JIWA

PASIEN TN.U DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI


RENDAH DI RUANG WIJAYA KUSUMA RSJ Dr. RADJIMAN
WEDIODININGRAT LAWANG

DEPARTEMEN JIWA

OLEH KELOMPOK 4 :

Sayidiyah Nofita (1930043)


Indah Puspitasari (1930022)
Andika Zenif Fajar F. (1930008)
Rara Restu Amiromanar (1930038)
Riski Lidia Putri (1930041)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
TAHUN AKADEMIK 2019 / 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan jiwa pasien Tn U dengan


gangguan konsep diri : harga diri rendah di ruang Wijaya Kusuma RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang.
Telah disetujui laporan kegiatan praktek keperawatan departemen jiwa di
ruang Wijaya Kusuma RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang yang
dilaksanakan pada tanggal 18 November – 30 November 2019.

Lawang, 28 November 2019

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

Nia Agustiningsih, S.Kep, Ns. M.Kep Retno Dyah Gondowati, S.Kep, Ns


NIP. 201001021 NIP. 196711221988032002

Kepala Ruang Wijaya Kusuma


RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang

Retno Dyah Gondowati, S.Kep, Ns


NIP. 196711221988032002
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang
sangat signifikan di berbagai belahan dunia. Berdasarkan data dari World
Health Organization (WHO) ada sekitar 450 juta orang di dunia yang
mengalami gangguan jiwa (Yosep, 2013). WHO menyatakan setidaknya ada
satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental dan masalah
gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia yang menjadi masalah yang sangat
serius (Yosep, 2013).
Data dari WHO dalam Yosep (2013) menunjukkan hampir 24 juta
orang di seluruh dunia menderita gangguan skizofrenia dengan angka
kejadian 1 per 1000 penduduk. Data yang didapatkan dari WHO
menunjukkan di Amerika Serikat 300.000 orang setiap tahun menderita
skizofrenia dan Eropa berkisar 250.000 orang (VOA, 2016). Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi
gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi
dan kecemasan di Indonesia sebesar 6% untuk usia 15 tahun
keatas atau sekitar 14 juta orang (Departemen Kesehatan, 2014). Prevalensi
gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau
sekitar 400.000 orang (Departemen Kesehatan, 2014). Menurut Riskesdas
tahun 2013. Diruang kakak tua pada tanggal 20 maret 2019 jumlah pasien
sebanyak 30 pasien dengan diagnosa terbanyak adalah halusinasi yang diikuti
dengan perilaku kekerasan, isolasi sosial,dan harga diri rendah.
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan, serta
pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi
individu dalam berhubungan dengan orang lain. (Yusuf, Ah 2015 hal:92).
Diagnosa keperawatan yang muncul adalah gangguan
konsep diri : harga diri rendah, ketidakefektifan
koping, dan perilaku kekerasan.
Dalam menghadapi masalah kesehatan jiwa diperlukan penanganan
yang tepat termasuk dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa.
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan
dan mempertahankan perilaku klien yang berperan pada fungsi yang
terintegrasi dengan sistem klien atau klien dapat berupa individu, keluarga,
kelompok, organisasi, atau komunitas (Stuart, 2013). Banyak klien dengan
masalah kesehatan jiwa tidak dapat menceritakan hal yang dialami.
Kemampuan kliendengan gangguan jiwa dalam menyelesaikan masalah juga
bervariasi. Klien cenderung tidak merasa dirinya sakit serta lebih sering
menyalahkan oranglain disekitarnya.
Oleh karena itu, perlu adanya pemberian asuhan
keperawatan secara menyeluruh dengan memaksimalkan peran perawat
sebagai pemberi asuhan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan jiwa
pada klien dengan harga diri rendah diberikan secara komprehensif dengan
melibatkan klien, keluarga klien, dan seluruh tim kesehatan yang ada untuk
mempermudah proses pemulihan pada klien. Undang-Undang No 18 tahun
2014 tentang kesehatan jiwa ditujukanuntuk menjamin setiap orang agar
dapat mencapai kualitas hidup yang baik,serta memberikan pelayanan
kesehatan secara terintegrasi, komprehensif, dan
berkesinambungan melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif (Departemen Kesehatan RI, 2014). Perawat berperan
memberikan penjelasan terkait dengan gangguan jiwa,
bagaimana pencegahan kekambuhan pada orang dengan gangguan jiwa,
melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi medis yang
tepat, serta pemulihan dan perawatan bagi orang dengan gangguan jiwa
(Maramis, 2006). Dari uraian di atas, penulis terinspirasi untuk membuat
Makalah asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Klien TN. U dengan Harga Diri Rendah pada F.71.1
Moderate mental retardation significant repairement of behavior requiring
attention or treatment di Ruang Wijaya Kusuma RSJ Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami Gangguan
Konsep Diri : Harga Diri Rendah dan tindakan keperawatan.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi karakteristik klien yang mengalami Harga Diri
Rendah
b. Mengidentifikasi intervensi yang dapat dilakukan pada klien yang
mengalami masalah Harga Diri Rendah
c. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan kepada klien dengan
masalah Harga Diri Rendah
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
William D. Brooks (Jalaluddin Rakhmat, 2007: 99) mendefinisikan konsep diri
sebagai “those physical, social, and psychological perceptions of ourselves that we
have derived from experiences and our interaction with others”. Konsep diri adalah
pandangan dan perasaan kita tentang diri kita sendiri. Persepsi ini bisa bersifat
psikologi, sosial, dan fisik. Persepsi yang bersifat psikologi misalnya pandangan
mengenai watak sendiri. Persepsi yang bersifat sosial misalnya pandangannya tentang
bagaimana orang lain menilai dirinya. Persepsi yang bersifat fisik misalnya pandangan
tentang penampilannya sendiri.
Buss (Asip F. Hadipranata, dkk, 2000: 74) menyatakan bahwa konsep diri
diartikan sebagai gambaran keadaan diri sendiri yang dilakukan seseorang terhadap
dirinya sendiri. Pendapat dari Arndt mengatakan bahwa konsep diri merupakan konsep
seseorang mengenai keseluruhan tentang dirinya sendiri, baik dari segi kejasmanian
maupun psikisnya.
Menurut Hendra Surya (2007: 3) mengatakan bahwa konsep diri adalah
gambaran, cara pandang, keyakinan, pemikiran, perasaan terhadap apa yang dimiliki
orang tentang dirinya sendiri yang meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, perasaan,
kebutuhan, tujuan hidup, dan penampilan diri. Konsep diri ini sangat dipengaruhi oleh
gabungan keyakinan karakter fisik, psikologis, sosial, aspirasi, prestasi, dan bobot
emosional yang menyertainya.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
konsep diri adalah gambaran, pandangan, pikiran, perasaan, mengenai diri sendiri dan
pandangan diri di mata orang lain yang meliputi keyakinan fisik, psikologis, sosial,
emosional, dan prestasi yang mereka capai.

Respon adaptif Respon maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi


Diri positif rendah identitas

2.2. Tanda dan gejala


Stuart dan Sundeen dalam Keliat (1992: 18) mengemukakan cara individu
mengekspresikan secara langsung harga diri rendah :
a Mengejek dan mengkritik diri sendiri
b Merendahkan / mengurangi martabat
c Rasa bersalah dan khawatir
d Manifestasi fisik
e Menunda keputusan
f Gangguan berhubungan
g Menarik diri dari realitas
h Merusak diri
i Merusak atau melukai orang lain.
Adapun perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah menurut
Stuart dan Sundeen dalam Hamid, et al ( 2000: 102 ) adalah sebagai berikut :
a. Mengkritik diri sendiri dan orang lain.
b. Produktifitas menurun.
c. Destruktif pada orang lain.
d. Gangguan berhubungan
e. Merasa diri lebih penting
f. Merasa tidak layak
g. Rasa bersalah
h. Mudah marah dan tersinggung
i. Perasaan negatif terhadap diri sendiri
j. Pandangan hidup yang pesimis
k. Keluhan – keluhan fisik.
l. Pandangan hidup terpolarisasi.
m. Mengingkari kemampuan diri.
n. Mengejek diri sendiri
o. Mencederai diri sendiri
p. Isolasi sosial
q. Penyalahgunaan zat
r. Menarik diri dari realitas
s. Khawatir
t. Ketegangan peran

2.3 AKIBAT
Harga diri rendah dapat membuat klien menjadi tidak mau maupun tidak mampu bergaul
dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial.
 Data Subyektif :
- Mengungkapkan untuk memulai hubungan / pembicaraan
- Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
- Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
 Data Obyektif :
- Kurang spontan ketika diajak bicara
- Apatis
- Ekspresi wajah kosong
- Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
- Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara
Dampak Harga Diri Rendah Terhadap Kebutuhan Dasar Manusia
Menurut teori Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia terbagi kedalam 5 bagian
yang berbentuk piramid dengan semakin ke atas bentuknya semakin meruncing/mengecil.
Adapun dampak terjadinya gangguan konsep diri : HDR terhadap kebutuhan dasar
tersebut adalah :
1. Kebutuhan Fisiologis
a Kebutuhan Nutrisi
Tidak semua klien dengan HDR mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi. Sebagian memang ada, dikarenakan klien selalu asyik dengan dunianya.
b Istirahat dan Tidur
Pada klien dengan HDR ada kalanya mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur dikarenakan aktifitas fisiknya yang hiperaktif atau karena
pikirannya yang fokus pada suatu masalah sehingga klien tidak bisa tidur.
c Perawatan Diri
Klien dengan HDR hampir semuanya mengalami defisit perawatan diri, hal ini
disebabkan ketidaktahuan, ketidakmampuan dan tidak ada minat. Tetapi ada juga
yang bisa merawat dirinya sendiri dengan baik.
d. Aktivitas
Klien dengan HDR cenderung menarik diri, kurang bergaul, tetapi ada juga yang
menjadi hiperaktif sehubungan dengan adanya perubahan isi pikir.
e. Eliminasi
BAB dan BAK tidak mengalami gangguan karena intake makanan cukup dan
aktifitas fisik meningkat.

2. Kebutuhan Rasa Aman


Harga diri yang rendah bisa mengakibatkan individu marasa gelisah, bingung, kadang
takut terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi sehingga menimbulkan dampak
pada rasa aman.
3. Kebutuhan Mencintai dan Rasa Memiliki
Dengan harga diri yang rendah cenderung individu tidak memperhatikan dirinya
apalagi bila masalah yang dihadapi adalah masalah keluarga, maka ia lebih
memperhatikan keluarganya sendiri.
4. Kebutuhan Harga Diri
Dengan masalah yang dihadapinya, seperti masalah keluarga maka individu cenderung
untuk mengalah, diam sehingga menyebabkan harga dirinya merasa direndahkan.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Dengan adanya harga diri rendah menyebabkan individu tidak dapat mengatasi
kelemahannya secara adekuat bahkan tidak bisa menyadari bahwa ia memiliki
kemampuan yang patut dibanggakan
2.4 Etiologi
1) Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah :
a) Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan
orang tua yang tidak realistis
b) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan
jenis kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaan.
c) Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak percaya pada
anak, tekanan teman sebaya dan kultur sosial yang berubah.

2) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau luar individu ( internal
or eksternal sources ), yang dibagi dalam 5 (lima) katagori sebagai berikut :
a) Ketegangan peran
Adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu dalam
peran atau posisi yang diharapkan seperti konsep berikut ini :
 Konflik Peran
Ketidaksesuaian peran antara yang dijalankan dengan yang diinginkan
 Peran yang tidak jelas
Kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya.
 Peran yang berlebihan
Kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran yang
kompleks.
b) Perkembangan transisi
Adalah perubahan norma yang berkaitan dengan nilai untuk menyesuaikan diri.
c) Situasi transisi peran
Adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan individu
melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti.
d) Transisi peran sehat sakit
Yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan sakit. Transisi ini
dapat disebabkan :
 Kehilangan bagian tubuh
 Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
 Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan.
 Prosedur pengobatan dan perawatan
e) Ancaman fisik
Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidakseimbangan
biokimia, gangguan penggunaan obat, alkohol dan zat.
2.3. Proses keperawatan
1) Pengkajian
a. Data subyektif: Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu
apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.

b. Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih
alternatif tindakan, ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Harga diri rendah

2. Isolasi sosial

C. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1. Harga Diri Rendah
Tujuan umum : klien memiliki konsep diri yang positif
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
b. Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
c. Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
d. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
e. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
f. Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
a Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
c Utamakan memberi pujian yang realistis
d Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
Tindakan :
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
a. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
BAB III
PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Tanggal MRS : 02 November 2019


Tanggal Dirawat di Ruangan : 02 November 2019
Tanggal Pengkajian : 18 November 2019
Ruang Rawat : Wijaya Kusuma
Sumber Informasi : Pasien dan status pasien

I. IDENTITAS
Inisial : Tn. U
Umur : 14 tahun
Alamat : Pasuruan
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Status Perkawinan: Belum Kawin
Pekerjaan :-
Jenis Kelamin : Laki – Laki
No RM : 132XXX

II. ALASAN MASUK


a. Data Primer
b. Pasien mengatakan masuk rumah sakit sejak 2 minggu yang lalu. Pasien mengatakan
dibawa ke RS karena sering diam, coret-coret mobil kakak iparnya dan tidak mau
kumpul dengan orang lain dan teman-temannya.
c. Data Sekunder
Menurut perawat berdasarkan status, pasien lebih sering diam dan menyendiri, kurang
mau diajak beraktivitas kelompok, sering bermain sendiri
d. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Klien mengatakan tidak ada sakit badan, pasien ingin pulang bertemu ibunya.

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG DAN FAKTOR PRESIPITASI


Klien mengatakan dirumah dimarahi kakak iparnya karena mencoret-coret mobil
dengan kuas, pasien mengurung diri dikamar, tidak punya teman-teman dan sering diejek
teman-temannya sejak kelas 1 SD. Pasien merasa tidak bisa apa-apa dan jelek.

IV. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Riwayat Penyakit yang lalu.
Klien pernah MRS di RSJ 1 minggu yang lalu, pasien KRS karena pasien dirumah
suka marah-marah, keluyuran, sulit diarahkan, banyak makan, komunikasi kurang,
kemudian oleh keluarga dibawa ke RSJ kembali.
2. Faktor Penyebab/Pendukung
a. Riwayat trauma
Klien mengatakan dijauhi teman-temannya sejak masuk SD (6 tahun)
Dx Keperawatan : Respon Pasien Trauma
b. Pernah melakukan upaya/percobaan/ bunuh diri
Klien mengatakan tidak pernah melakukan upaya atau percobaan bunuh diri, tetapi
menurut status, pasien pernah makan sabun dan minum shampoo karena ada suara-
suara yang membisiki klien.
Dx Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
c. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan sejak kecil dijauhi teman-temannya. Waktu SD (usia 6 tahun)
pasien sering di bully teman-temannya yang mengatakan bahwa pasien jelek, dan
tidak pernah diajak bermain teman-temannya. Pasien tidak mau keluar bermain
karena merasa malu dan tidak bisa apa-apa.
Dx keperawatan : Respon Pasca Trauma
d. Pernah mengalami penyakit fisik
Klien mengatakan tidak pernah mengalami masalah penyakit fisik. Pasien
mengatakan tidak pernah jatuh sampai pingsan, tidak pernah kejang.
Dx Keperawatan : Tidak ada
e. Riwayat penggunaan NAPZA
Klien mengatakan pernah menggunakan lem untuk mabuk pada saat kelas 6 SD di
usia 12 tahun. Pasien menggunakan lem sepatu untuk dihirup. Pasien mengatakan
pusing, tapi suka mencium aroma lem.
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :
Klien mengatakan tidak pernah berobat terkait kondisinya kemanapun, dirumah tidak
minum obat apapun.
Dx Keperawatan :
4. Riwayat penyakit keluarga
 Klien mengatakan ayahnya pernah dibawa ke RSJ 2 tahun yang lalu.
 Menurut status, ayah pasien meninggal saat usia pasien 6 tahun, tidak ada riwayat
gangguan jiwa.

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :
X
= laki-laki

= perempuan

= pasien

─ = cerai

X = meninggal

= serumah

Penjelasan :
a. Pola asuh : ayah pasien meninggal sejak usia pasien 6 tahun. Dirumah pasien
tinggal dan dibesarkan oleh ibunya serta kakak iparnya. Pasien mengatakan
dirumah sering dimarahi kakak iparnya karena tidak bisa melakukan sesuatu
dengan benar dan mencoret-coret mobilnya.
b. Orang terdekat : oasien mengatakan orang terdekatnya adalah ibunya.
c. Pengambil keputusan : setiap keputusan diambil oleh ibu, kakak dan kakak
iparnya.
d. Pola komunikasi : dirumah pasien lebih sering komunikasi dengan ibunya.
Diagnosa Keperawatan : koping keluarga inefektif.
2. Konsep diri
a. Citra tubuh :
Klien mengatakan menganggap dirinya jelek terutama pada bagian muka. Pasien
mengatakan paling suka bagian hidung dan yang paling tidak disukai bagian
mulutnya.
b. Identitas diri :
Klien mengatakan sebelum dirawat di RS ia dirumah seperti tidak dianggap oleh
saudara-saudaranya. Pasien mengatakan tidak suka jika diperlakukan seperti itu.
Pasien mengatakan puas atau senang sebagai laki-laki.
c. Peran :
Klien mengatakan dalam keluarga ia berperan sebagai anak, biasanya pasien
membantu ibunya melakukan pekerjaan rumah sperti menyapu, mengepel dan
mencuci pirirng. Pasien mengatakan melakukan kegiatan tersebut jika disuruh
ibunya.
d. Ideal diri :
Klien mengatakan berharap bahwa ia tidak jelek. Pasien berharap bahwa
dilingkungannya teman-temannya tidak mengatakan jelek, tidak mengejek dirinya,
dan dapat diterima teman-temannya, diajak bermain bersama.
e. Harga diri :
Klien mengatakan selalu merasa dikucilkan dan tidak diterima orang lain, orang
selalu memandang rendah dirinya dan menilainya jelek, pasien mengatakan
dirumah seperti tidak dianggap saudara-saudaranya, dirumah pasien membantu
pekerjaan rumah jika disuruh ibunya.
Diagnosa keperawatan : Harga Diri Rendah

3. Hubungan sosial
a. Orang terdekat
Di rumah : Klien mengatakan orang terdekatnya adalah ibu.
Di RS : Klien mengatakan orang terdekatnya adalah eko dan ipan
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Di rumah : pasien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok atau
masyarakat karena dia dijauhin teman-temannya dan masyarakat.
Di RS : pasien mengatakan ikut dalam kegiatan kelompok dengan teman-temannya
melakukan aktivitas senam, jalan-jalan dsb.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan malu karena sering dibully teman-temannya dan ditolak bermain
bersama.
Diagnosa keperawatan : Isolasi sosial

4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama islam, mengatakan bahwa islam adalah agamanya sejak
lahir dan semua keluarganya beragama islam.
b. Kegiatan beribadah
Pasien mengatakan dirumah beribadah sholat 5 waktu sholat sendiri. Pasien
mengatakan berpendapat bahwa sholat itu untuk dibawa mati.
Diagnosa keperawatan : tidak ada

VI. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum
Klien terlihat diam, tidak marah-marah, saat diajak bicara sering menunduk, suara
bicara pelan, pasien suka tidur.
2. Kesadaran (Kuantitas)
GCS 4 5 6 (composmetis)
3. Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/90 mmHg
Nadi : 101x/menit
Suhu : 36,6°C
Pernafasan : 20x/menit
4. Ukur
Tinggi Badan : 150cm
Berat Badan : 46 Kg
5. Keluhan Fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik.
Diagnosa Keperawatan: tidak ada.

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan
Klien menggunakan pakaian laki-laki (baju/ kaos dan celana), cara berpakaian pasien
kurang rapi, baju kedodoran, penampilan kurang rapi, kurang bersih.
Diagnosa keperawatan : defisit perawatan diri
2. Pembicaraan
Klien banyak diam, volume bicara pasien pelan, pasien hanya berbicara sedikit-sedikit.
Diagnosa keperawatan : kerusakan komunikasi
3. Aktivitas motorik
Hipokinesia, hipoaktivitas : pasien sulit diajak beraktivitas, pasien banyak diam, lebih
banyak tiduran dikamar, menolah diajak berkativitas. Pasien terlihat sering mengantuk,
pasien sering cuci muka seperti setelah habis dari luar, saat bermain tiba-tiba cuci muka,
saat melakukan terapi edukasi, saat mau makan, habis makan, dsb
Diagnosa keperawatan : defisit aktivitas
4. Emosi dan afek
Mood : kesepian
Klien mengatakan sering merasa dikucilkan dan ditinggalkan, pasien merasa
sedih karena sering dibully temmnya, ingin cepat pulang.
Afek : datar : pasien terlihat tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus.
Pasien terlihat tidak bahagia saat teman-temannya bermain dan bercanda, tidak
marah atau berekspresi saat digoda temannya, dll
Diagnosa keperawatan : ansietas
5. Interaksi selama wawancara
Kontak mata berkurang saat wawancara, pandangan mata pasien sering melihat kebawah
atau lihat keatas. Pasien berkontak mata saat dipanggil namanya
Diagnosa keperawatan : kerusakan interaksi
6. Persepsi sensorik
Halusinasi pendengaran dan penciuman : pasien mengatakan pernah mendengar
bisikan-bisikan tidak jelas. Terakhir mendengar bisikan ia disuruh makan sabun dan
minum shampo. Pasien juga mengatakan mencium bau wangi seperti bunga orang mati
saat teman-temannya tidak bau. Tapi saat pengkajian pasien sudah tidak mendengar
suara-suara
Diagnosa keperawatan : perubahan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
7. Proses pikir
a. Arus pikir : koheren
Kalimat atau pembicaraan pasien dapat dipahami dengan baik. Pasien mampu
menjawab peratnyaan dan berinteraksi dengan baik dan kooperatif. Dibuktikan
dengan saat ditanya alasan kenapa masuk di RSJ pasien menjawab karena ia minum
shampoo dan makan sabun.
b. Isi pikir : pikiran rendah diri
Pasien mengatakan selalu dikucilkan dan tidak diterima orang lain, orang selalu
memandang rendah dirinya dan menilainya jelek, pasien menagatakan dirumah
seperti tidak dianggap saudara-saudaranya, dirumah pasien membantu pekerjaan
rumah jika disuruh ibunya. Pasien mengatakan berharap jika ia tidak jelek, sehingga
tidak dibully teman-temannya.
c. Bentuk pikir : realistik
Pasien mengatakan bahwa dirinya jelek, sering dibully.
Diagnosa keperawatan : Gangguan Proses Pikir
8. Kesadaran
Orientasi (waktu, tempat, orang)
Waktu : pasien tidak mengalami gangguan orientasi waktu karena pada saat pengkajian
dapat menyebutkan tanggal, bulan, tahun (saat pengkajian 18-11-2019).
Orang : Pasien menyebutkan satu per satu nama mahasiswa (Indah, Andika, Rara,
Risky, Nofita)
Tempat : Pasien dapat menyebutkan saat pengkajian adalah siang hari tempatnya di RSJ
Diagosa keperawatan : tidak ada
9. Memori
- Memori jangka panjang : pasien tidak ada gangguan daya
ingat jangka panjang, terbukti dengan pasien ingat
kejadiannya dibawa ke RSJ.
- Memori jangka menengah : pasien tidak ada gangguan
daya ingat jangka menengah terbukti dengan pasien ingat
aktivitas yang kemarin dilakukan.
- Memori jangka pendek : pasien tidak ada gangguan ingat
jangka pendek terbukti dengan pasien bisa menyebutkan
kegiatan tadi pagi mulai bangun.
-Diagnosa keperawatan : tidak ada
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
a. Konsentrasi
Konsentrasi mudah beralih
Pasien dapat konsentrasi menjawab pertanyaan kurang lebih 2-5 menit, setelah itu
pasien selalu ingin pindah tempat.
b. Berhitung
Pasien dapat berhitung penjumlahan dan pengurangan tapi dengan waktu yang
lama. Terbukti dengan diberikan soal “mas udin, coba hitung 4+5=…?” “9”.
“Sekarang 10-5=…?” “15”
Diagnosa keperawatan : gangguan proses pikir
11. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan
Pasien mampu mengambil keputusan saat diberi pilihan. “mas udin mau nonton tv apa
main dilur ?”. “menonton tv”.
Diagnosa keperawatan : tidak ada
12. Daya tilik diri
Klien tidak mengingkari penyakit yang di deritanya, terbukti dengan pasien
mengatakan tau alasan dibawa ke RSJ karena sakit jiwa.
Diagnosa keperawatan : tidak ada

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Klien mengatakan setelah pulang ingin mondok, tinggal di pesantren punya banyak
teman.
2. Kegiatan Hidup Sehari hari
a. Perawatan diri
1) Mandi
Klien mengatakan setiap hari mandi 2x dalam sehari saat pagi dan sore hari.
Cara mandi pasien dimulai dari menyiram tubuh , pakai sabun, dibilas, pakai
handuk.cuci rambut setiap hari, gosok gigi setiap habis mandi.
2) Berpakaian, Berhias dan Berdandan
Pasien berpenampilan kurang rapi, pakaian sering basah karena pasien sering
cuci muka, baju pasien terlihat kedodoran, tidak rapi.
3) Makan
Pasien mengatakan makan 3x sehari pagi, siang dan sore hari.pasien
menghabiskan makanan 1 porsi setiap kali makan.
4) BAB/BAK
Pasien mengatakan BAB dan BAK ditoilet, sebelum BAB atau BAK melepas
celana dulu, BAB atau BAK, cebok terus disiram sampai tidak bau.
Diagnosa Keperawatan : tidak ada
b. Nutrisi
Pasien mengatakan makan 3x sehari pada pagi, siang dan sore hari, pasien jarang
jajan. Pasien mengatakan nafsu makannya baik. BB pasien kurang ideal.
Diagnosa keperawatan : tidak ada
c. Tidur
1) Istirahat dan Tidur
Tidur siang, lama : 12:30 WIB s/d 16.30 WIB
Tidur malam, lama: 20:00 WIB s/d 04300 WIB
Aktivitas sebelum/sesudah tidur : sholat isya dan sholat shubuh
Penjelasan : pasien mengatakan setelah bangun tidur, bangun tidur kegiatannya
sholat shubuh, tidur, makan pagi, senam, jalan-jalan, bermain atau belajar, tidur,
sholay dhuhur, makan siang, tidur, sholat ashar, tidur, sholat maghrib, makan
malam, sholat isya, tidur.
2) Gangguan Tidur
Jelaskan : klien mengatakan tidak ada maslah dalam gangguan tidur.
Diagnosa keperawatan : tidak ada

3. Kemampuan Lain-Lain
Sistem pendukung : kelurga, terapis, teman sejawat, kelompok social.
Penjelasan : keluarga yang berperan sebagai support sistem pasien dan semangat
pasien untuk pulang, terapi berperan sebagai tenaga kuratif untuk kesembuhan mental
pasien, teman sejawat berperan sebagai rekan pasien dalam interaksi, lingkungan
berperan sebagai tempat melakukan aktivitas atau interaksi.
Diagnosa keperawatan : tidak ada

IX. MEKANISME KOPING


Pola komunikasi baik. Pasien mengatakan hanya diam dan pergi saat dibully teman-
temannya. Pasien mengatakan cara menghadapi masalah saat diejek temannya yaitu
pasien menyendiri.
Diagnosa keperawatan : Koping individu infektif

X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
Klien mengatakan sering dikucilkan orang-orang dan teman-temannya, karena mereka
tidak mau bermain bersama pasien alasannya pasien berwajah jelek.
2. Masalah berhunbungan dengan lingkungan, spesifiknya
Klien mengatakan tidak pernah ngobrol-ngobrol di lingkungannya karena merasa malu
sering dibilang jelek, pasien merasa tidak bisa berkomunikasi dengan banyak orang.
3. Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Klien mengatakan dikeluarkan dari sekolah saat kelas 6 SD karena pasien tidak bisa
dengan pelajaran disekolah.
4. Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pekerjaannya, karena pasien mengatakan
hanya melakukan pekerjaan jika disuruh ibunya.
5. Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan perumahannya, karena pasien
mengatakan tidak pernah keluar rumah..
6. Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Klien mengatakan sering tidak punya uang karena tidak dikasi oleh ibunya. Pasien
mengatakan pernah mencuri uang dirumahnya 2 kali dipakai untuk jajan.
7. Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Klien mengatakan tidak ada msalah dengan pelayanan kesehatan yang diterimanya
8. Masalah lainnya, spesifiknya
Tidak ada masalah lainnya.

XI. ASPEK PENGETAHUAN


Klien mengatakan tidak tau tentang kondisinya, kadang tidak tau dengan apa yang
dilakukan dengan masa lalu tidak sadar atau tidak paham apakah yang dilakukan salah
atau benar.
Diagnosa Keperawatan : gangguan proses pikir

XII. Aspek Medis


1. Diagnose Medis : F,71.1- moderate mental retasdution significant impartment of
behavior reqiurring attention of treatment
2. Diagnosa Multi Axis
Axis 1 : F,71.1- moderate mental retasdution significant impartment of behavior
redurring attention of treatment
Axis 2 : tidak ditemukan
Axis 3 : tidak ada
Axis 4 : Primary suport group
Axis 5 : GAF 40-31
3. Terapi Medik :
tab haloperidol 1,5mg (1-0-1)
renaquil (lorazepam) 1mg (0-0-1)

XIII. ANALISA DATA


DIAGNOSA
NO. DATA PENUNJANG
KEPERAWATAN
DS : pasien mengatakan sering dibully dan diejek
teman-temannya karena wajahnya jelek
DO : pasien banyak diam, kontak mata kurang, cara
berjalan menunduk, pasien suka menyendiri Gangguan konsep diri :
1.
harga diri rendah

DS: klien mengatakan hanya diam dan pergi saat


Koping individu
diejek teman-temannya
inefektif
DO : klien banyak diam, ekspresi wajah sedih, kontak
2.
mata kurang, pasien menunduk.

DS : klien mengatakan dirumah orang terdekatnya ibu,


di RS eko dan ipan, pasien tidak pernah ikut kegiata
kelompok karena malu sering diejek jelek..
3. DO : pasien suka menyendiri, cara berjalan Isolasi sosial
menunduk, kontak mata kurang, pasien suka tidur,
kurang bersosialisasi dengan teman-temannya

DS : klien mengatakan sejak kecil dijauhi teman-


temannya, sejak DSD dibully teman-temannya
4. dikatain pasien jelek dan tidak bisa apa-apa. Respon pasca trauma
DO : volume bicara pasien kurang, kontak mata
kurang, ekspresi wajak sedih.
DS : klien mengatakan dirumah sering dimarahi
kakak iparnya, dibesarkan ibunya, setiap keputusan
diambil ibu dan kakak iparnya, pasien lebih sering
Koping keluarga
5. komunikasi dengan ibunya.
inefektif
DO : penampilan pasien acak-acakan, banyak diam,
peti orang bingung, roman muka pasien tidak ada
ekspresinya
DS : klien mengatakan mandi 2x sehari, tidak tau cara
berpakaian dan berhias dengan benar.
6. DO : pasien menggunakan pakaian laki-laki, cara Deficit perawatan diri
berpakaian pasien kurang rapi, baju kedodoran, baju
terlihat acalk-acakan kurang bersih.
DS : klien mengatakan sering dimarahi dirumah, tidak
punya teman, hanya komunikasi dengan ibunya.
7. Kerusakan komunikasi
DO : klien banyak diam, volume bicara pelan, pasien
hanya bicara sendiri-sendiri.
DS : klien mengatakan suka kepanasan, merasa
wajahnya kotor, tidak ada kativitas lagi.
8. DO : klien sedikit- sedikit cuci muka terlihat Deficit aktivitas
pakaiannya basah, pasien terlihat bingung harus
melakukan apa, mondar-mandir.
DS : klien mengatakan bingung harus ngapain, lebih
suka tidur dari pada aktivitas
9. Ansietas
DO :ekspresi wajah pasien datar, tidak ada perubahan
raut wajah saat ada stimulus, mondar-mandir.
DS : klien mengatakan pernah mendengarkan bisikan-
bisikan disuruh makan sabun dan minum shampoo Resiko gangguan
10. tapi saat pengkajian sudah tidak mendengar. persepsi sensori :
DO : suara pasien pelan sering menyendiri, lebih suka gangguan pendengaran
tidur, lebih banyak diam.
DS : klien mengatakan tidak suka aktivitas diluar,
jarang main sama teman-temannya.
11. DO : saat interaksi, pandangan mata pasien sering Kerusakan interaksi
melihat pandangan kebawah, kontak mata kurang,
pasien berkontak mata saat dipanggil namanya.
DS : klien mengatakan tidak tau kondisinya, tidak
sadar yang dilakukan benar atau salah, dll
12. DO : klien terlihat bingung, tidak nyambung saat Gangguan proses pikir
diajak bicara dan masih mengingat-mengingat
kejadian masa lalu.
DS : Klien mengatakan tidak pernah melakukan
upaya bunuh diri, tapi pasien pernah makan sabun dan
minum shampoo karena ada suara-suara yang
13. Resiko bunuh diri
membisiski..
DO : klien terlihat bingung, pandangan mata pasien
kurang, lebih banyak diam.

XIV. DAFTAR DIASNOSA KEPERAWATAN


1. Harga diri rendah 13. Koping individu inefektif
2. Respon pasca trauma
3. Koping keluarga efektif
4. Isolasi sosial
5. Deficit perawatan diri
6. Kerusakan komunikasi
7. Deficit aktivitas
8. Ansietas
9. Resiko gangguan sensori persepsi
10. Kerusakan interaksi
11. Gangguan proses pikir
12. Isolasi sosial
PRIORITAS DIAGNOSA : GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI
RENDAH
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
Inisial klien : Tn. U Dx Medis :
No RM : Ruangan : Wijaya Kusuma

No. DX. Keperawatan Rencana


Tindakan Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi

1. Harga Diri TUM : Klien dapat 1. Setelah … X klien menunjukan 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan
Rendah meningkatkan harga ekspresi wajah yang bersahabat, mengguanakan prinsip komunikasi terapeutik :
 Sapa p
dirinya menunjukkan rasa senang , ada
 Klien dengan ramah baik verbal atau non
kontak mata, mau bejabat tangan,
verbal
TUK 1 : Klien dapat mau menjawab salam, klien mau  Perkenalkan diri dengan sopan
membina hubungan duduk berdampingan terhadap  Tanyakan nama lengkap dan nama

saling percaya perawat, mau mengutarakan panggilan yang disukai klien


 Jelaskan tujuan pertemuan
masalahnya.  Jujur dan menempati janji
  Tunjukkan tujuan empati dan menerima
klien dengan apa adanya beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan dasar pasien.
TUK 2 :  Setelah … kali interaksi klien 2.1. Diskusikan dengan klien tentang :
 Aspek positif yang dimiliki klien,
Pasien dapat dapat menyebutkan :
keluarga dan lingkungan.
engidentifikasi aspek  Aspek positif dan
 Kemampuan yang dimiliki klien
positif dan kemampuan kemampuan yang dimiliki 2.2. bersama klien buat daftar tentang :
yang dimiliki  Aspek positif yang dimiliki klien, kelurga,
pasien
dan lingkungan.
 Aspek positif keluarga
 Kemampuan yang dimiliki klien
 Aspek positif lingkungan 2.3. Beri pujian yang realistis, hindarkan
pasien pemberian nilai negative.

TUK 3 : 1. Setelah … X interaksi klien Diskusikan dengan pasien tentang aspek


Klien dapat menilai menyebutkan kemampuan yang positif yang dimiliki.
 Diskusikan kemampuan yang dapat
kemampuan yang dapat dapat dilaksanakan
dilanjutkan pelaksanaan setelah pulang ke
digunakan
rumah

TUK 4 : 1. Setelah … kali interaksi pasien  Rencanakan bersama pasien aktifitas yang
Klien dapat menetapkan membuat rencana kegiatan dapat dilakukan setiap hari sesuai
atau merencenakan harian dengan keluarga. kemampuan pasien
 Kegiatan mandiri
kegatan sesuai dengan  Kegiatan dengan bantuan
kemampuan yang  Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi pasien
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang
dimiliki
dapat pasien laksanakan
 Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang
dapat pasien laksanakan

TUK 5 : 1. Setelah … kali interaksi klien  Anjurkan pasien untuk


Klien dapat melakukan melakukan kegiatan sesuai melaksanakan kegiatan yang
kegiatan sesuai rencana jadwal yang dibuat. direncanakan
yang dibuat  Pantau kegiatan yang dilakukan
pasien
 Beri pujian atau usaha yang
dilakukan pasien
 Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan kegiatan setelah pulan

TUK 6 setelah … X interaksi pasien  Beri


Pasien dapat memanfaatkan sistem pendidikan
memanfaatkan pendukung yang ada kesehatan
sistem dikeluarga tentang harga
pendukung yang diri rendah
ada  Bantu berikan
dukungan
selama pasien
dirawat
 Bantu pasien
dan keluarga
untuk koseling
tentang
menyiapkan
lingkungan
rumah
TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA DAN CATATAN PERKEMBANGAN
KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
Inisial klien : Tn U Dx Medis :
No RM : Ruangan : Wijaya Kusuma

Tgl & jam Dx.Keperawatan Implementasi tindakan keperawatan Evaluasi keperawatan


19-11-2019 Harga Diri Rendah SP 1: S: klien menjawab salam, klien mengatakan masih ingat
09.00 1. Bina hubungan saling percaya dengan : dengan perawat, alamat rumah Pasuruan. Klien dibawa ke
- memberi salam setiap berinteraksi RSJ karena klien mencoret-coret mobil kakak iparnya dan
- memperkenalkan nama, nama panggilan perawat, dan sering mabuk lem.
O: Klien kooperatif. Klien agak bingung. Kontak mata
tujuan perawat berkrnalan
kurang. Fokus mudah teralih.
- menanyakan dan panggil nama kesukaan klien
A: Klien mampu berkenalan, klien mampu mengidentifikasi
- menunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali
harga diri rendah.
berinteraksi P: Tindak lanjut klien: membuat jadwal kegiatan harian.
- menanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien Tindak lanjut perawat: lanjut SP 1 pertemuan kedua
- membuat kontrak interaksi yang jelas
- mendengarkan dengan penuh perhatian perasaan klien

O: - klien terlihat bingung saat ditanya


- klien dapat mengungkapkan perasaannya
- klien menyebutkan jenis-jenis kegiatan yang berhasil
Harga diri rendah
dilakukan
- klien mau berbincang dengan perawat
A : SP 1 pasien tercapai sebagian

P: Tindak lanjut klien : membuat jadwal harian.


Tindak lanjut perawat: mengajari cara mengontrol harga
diri rendah dan mengajari kegiatan / aktivitas
-Lanjutkan SP 2 pasien

S : Klien mengatakan masih malu tapi sudah mau aktivitas


dan interaksi dengan teman-temannya.
O : - klien dapat menyebutkan kegiatan yang akan dan belum
dilakukan
- Klien berlatih kegiatan kedua
- Klien melaksanakan kegiatan sesuai jadwal
A : klien mangerti tentang penjelasan yang dijelaskan perawat
SP 2
P : Lanjut SP 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Melatih klien mengendalikan harga diri rendah
dengan minum obat secara teratur.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunnaan obat secara teratur
S : Klien mengatakan sudah tidak malu, mau berinteraksi
4. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal dengan teman-temannya
kegiatan harian O : klien sudah lebih tenang dan kooperatif
A : klien mangerti tentang penjelasan yang dijelaskan perawat
P : Intervensi dihentikan
SP 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2. Melatih pasien mengendalikan harga diri rendah
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
(kegiatan yang biasa dilakukan klien)
3. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal
kegiatan harian
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan teori Harga Diri Rendah yang telah dijelaskan didalam tinjauan pustaka
dan studi kasus pada Tn. U dengan gangguan konsep diri harga diri rendah yang berada
diruangan Wijaya Kusuma di dapatkan data sebagai berikut:

Aspek Teori Kasus kelolaan

Definisi Harga diri rendah adalah cara pandang, Pasien mengatakan


selalu merasa
keyakinan, dan pemikiran negative serta
dikucilkan dan tidak
perasaan tidak berharga yang berkembang
diterima orang lain,
sebagai respon terhadap hilangnya atau orang selalu
memandang rendah
berubahnya kepercayaan diri, merasa gagal
dirinya dan menilainya
karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai
jelek, px mengatakan
ideal diri (Keliat, 2001) dirumah seperti tidak
dianggap saudara-
saudaranya, dirumah px
membantu pekerjaan
rumah jika disuruh
ibunya. Px mengatakan
berharap jika ia tidak
jelek sehingga tidak
diejek teman-temannya
dan diajak bermain.

Pasien memiliki ciri-ciri pendiam, perilaku pasif, jarang mau


melaksanakan kegiatan yang diajarkan oleh perawat seperti menyapu dan
melakukan kegiatan lainnya.

Tanda dan 1. mengejek dan mengkritik diri sendiri Klien sering


2. merendahkan / mengurangi martabat
gejala menyendiri, melamun
3. merasa bersalah dan khawatir
4. manifestasi fisik dan kurang konsntrasi,
5. menunda keputusan
sering mengantuk.
6. menarik diri dari realitas
7. merusak / melukai orang lian dan barang
Berdasarkan tanda dan gejala dari teori yang ditemukan di atas, pasien
memiliki tanda gejala harga diri rendah. Hal ini membuktikan pasien
mengalami gangguan konsep diri : harga diri rendah

Faktor 1. Faktor yang mempengaruhi harga diri, Factor klien mengalami


predisposisi termasuk penolakan orang tua, harapan harga diri rendah adalah
orang tua yang tidak realistis. klien merasa dikucilkan
dan tidak dianggap
2. Faktor yang mempengaruhi penampilan
saudara-saudaranya dan
peran, yaitu peran yang sesuai dengan
teman-temannya, pasien
jenis kelamin, peran dalam pekerjaan, dan
merasa tidak bisa apa-
peran yang sesuai dengan kebudayaan
apa dan merasa jelek.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri,
yaitu orangtua yang tidak percaya pada
anak, tekanan teman sebaya, dan kultur
sosial yang berubah.

Berdasarkan faktor predisposisi yang ada. Hal ini sudah membuktikan


klien memiliki faktor yang memang dimiliki oleh klien dengan harga diri
rendah.

Sumber Sumber koping yang berhubungan dengan Kemampuan personal


koping respon sosial maladaptif adalah sebagai berikut: : jika ada masalah klien
tidak mau bercerita
1) Keterlibatan dalam hubungan keluarga
kepada siapapun dan
yang luas dan teman.
2) Penggunaan kreativitas untuk lebih banyak diam.
mengekspresikan stres interpersonal
Dukungan sosial :
(misalnya: kesenian, musik, atau tulisan)
klien tidak pernah
bercerita tentang
masalahnya kepada
pasien lain

Keyakinan positif :

Klien memiliki
kemauan untuk cepat
pulang.

Dapat disimpulkan bahwa klien memiliki keyakinan positif yang dapat


memotivasi klien untuk melakukan usaha agar cepat pulang.
Mekanisme Mekanisme yang sering digunakan klien Mekanisme koping
koping yang di gunakan Tn. U
dengan harga diri rendah meliputi :
 Regresi : menjadi malas beraktifitas adalah adaptive.

sehari-hari Terbukti klien lebih


 Proyeksi : mencoba menjelaskan harga diri
suka tidur, suka
rendah dengan mengajak klien berinteraksi menyendiri, dan kurang

dengan orang lain berkomunikasi dengan


 Menarik diri : kurang berinteraksi dnegan orang lain.

teman-temannya dan kurang aktif

beraktifitas
 Keluarga tidak mengingkari masalah yang

dialami oleh klien

Mekanisme koping pasien adalah adaptive


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA GANGGUAN JIWA

GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

STRATEGI PELAKSANAAN

A. PROSES KEPERAWATAN
STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1) HARGA DIRI RENDAH
1. Kondisi
-
2. Diagnosis Keperawatan
-
3. Tujuan
TUK 1 PASIEN : klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
4. Tindakan Keperawatan
SP 1 PASIEN :
 Membina hubungan saling percaya.
1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
daftar kegiatan)
2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini
untuk dilatih.
4. Masukkan pada jadwal kegiatan harian.
B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat Siang mas, perkenalkan nama saya Indah Puspitasari dari STIKes
Kepanjen, mahasiswa yang akan merawat mas sampai 2 minggu. Kalau boleh
tau nama mas siapa? Senang dipanggil apa? “
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan mas hari ini? Apa mas sudah mandi? Sudah makan?”
c. Kontrak
1) Topik
“hari ini saya ingin berbincang-bincang dengan mas tentang diri mas.”
2) Waktu
“sekitar 30 menit”
3) Tempat
“Di ruangan ini saja bagaimana ? apa mas bersedia?”

2. Kerja
“mas disini sudah lama? Berapa hari ? umur mas berapa? alamatnya dimana?
Terakhir mas sekolah dimana? Agama ? apakah mas tau alasan kenapa mas
dibawa kesini? Sekarang apa yang sedang mas rasakan? Silahkan mas bercerita
jujur tentang masalah yang mas alami sehingga saya bisa memberikan saran
kepada mas. Sebelumnya pakah mas tau sekarang mas ada dimana? Apa mas
pernah punya masa lalu yang tidak menyenangkan? Apa mas pernah mengalami
masalah fisik? apa mas pernah minum alkohol? Pernah pakai narkoba?
Sebelumnya keluarga mas apa ada yang pernah dirawat disini? Apakah sekarang
mas merasa puas dengan keadaan mas saat ini? Apa ada anggota tubuh mas yang
tidak disukai? Bagaimana peran mas ketika dirumah? Apakah mas sering
berbincang-bincang dengan teman mas disini? Mas biasanya melakukan aktivitas
apa? Apakah mas rajin beribadah? Siapa orang yang paling mas sayangi?”
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“bagaimana perasaan mas setalah bercakap-cakap?”
b. Evaluasi objektif
“bagaimana cara mas mengatasi pengalaman yang tidak menyenangkan?”
c. Rencana tindak lanjut
“besok pagi kita bertemu lagi untuk mengenal masalah-masalah mas dan
melakukan aktivitas serta dimasukkan jadwal harian mas”.
d. Kontrak yang akan datang
1) Topik
“kalau begitu kita akan bercincang-bincang tentang masalah yang mas
alami”
2) Waktu
“Besok jam 09.00 pagi ya?”
3) Tempat
“”diruangan bermain saja bagaimana? Apa mas setuju? Kalau begitu sampai
jumpa besok. Assalamualaikum.wr.wb”

No Tanggal IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI


Dx & Jam
1. 18-11-19 Membina hubungan saling percaya: S : 1. klien dapat
1. Menyapa klien dengan ramah baik verbal memperkenalkan
maupun non-verbal dirinya kepada
2. Memperkenalkan diri dengan sopan perawat
3. Menanyakan nama lengkap & ama panggilan 2. Klien masih belum
yang disukai pasien mau menceritakan
4. Menjelaskan tujuan pertemuan tentang
5. Bersikap jujur dan menepati janji masalahnya
6. Menunjukkan sikap empati & menerima klien 3. Klien mengingkari
apa adanya masalahnya
7. Memberi perhatian & perhatikan kebutuhan
dasar klien O : 1. Ada kontak mata
2. Klien mau
berjabat tangan
3. Wajah klien
tampak datar
4. Klien cukup
kooperatif

A : 1. Klien mau
membina
hubungan saling
percaya dengan
perawat
2. BHSP tercapai
sebagian
P : Lanjutkan SP 1 px.
STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)

A. Kondisi klien
DS : Klien mengatakan masih sering minder, sudah mau melakukan aktivitas meskipun
sedikit, mau kumpul sama teman – temannya.
DO : Cara berpakaian pasien sudah sedikit rapi, Mau berbincang – bincang dengan
temannya, mulai aktivitas.
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Konsep Diri = Harga Diri Rendah

C. Tujuan
TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki.

TUK 3 : klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan.

TUK 4 : klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

TUK 5 : klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang di buat.

D. Tindakan Keperawatan
1. Mengidentifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien (buat
daftar kegiatan)

2. Membantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih dari daftar
kegiatan)

3. Membantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat ini untuk
dilatih

4. Melatih kkegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukanya )

5. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan 2 kali / hari

E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


a. Fase Orientasi :
 Salam terapeutik : ” Selamat pagi, mas, Bagaimana kabarnya hari ini? Mas masih
ingat sama saya? Mas sudah makan belum? Kalau mandi ?
 Evaluasi validasi : ” mas tampak segar hari ini. ? bagaimana perasaanya hari ini ?
sudah siap buat ngobrol – ngobrol ? masih ingat dengan kesepakatan kita
kemarin ? apa bisa menyebutkan cara – caranya?”
 Kontrak :
Topik :
”Seperti kesepakatan kita, bagaimana kalau sekarang kita ngobrol tentang kegiatan
yang mas pernah dan akan lakukan ? tentang apa saja?”
Waktu :
”Kita akan ngobrol 10 menit, apakah mas setuju?”
Tempat :
”dimana kita akan mengobrol? Bagaimana kalau diters depan? Apakah mas
setuju?”
b. Fase kerja
” apa mas sudah siap ngobrol? Baiklah, kemarin kita sudah membahas tentang cara –
cara meningkatkan percaya diri, sekarang kita akan membahas tentang kemampuan
yang mas miliki. Apa yang biasa mas lakukan di rumah? Kegiatan apa saja yang
dilakukan? Coba sebutkan satu per satu kegiatan yang mas lakukan. Bagaimana
perasaan mas saat sendirian tidak ada teman? Dalam mengontrol rasa kesepian yang
mas alami, mas bisa menyibukan diri dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat.
Jangan biarkan waktu luang tanpa melakukan apa – apa. Mas bisa segera menyibukan
diri dengan kegiatan seperti merapikan tempat tidur, mencuci piring, senam, mengepel,
dll atau kegiatan yang bermanfaat.”

c. Fase terminasi
 Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama. Saya
senag sekali mas mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan
mas setelah kita berbincang-bincang?”

 Evaluasi obyektif : ”coba mas jelaskan lagi cara dan kegiatan yang bisa mas
lakukan.”

 Tindak lanjut : ”besok pagi kita latihan lagi tentang kemampuan mas yang bisa
dilakukan setiap hari. Apa mas bersedia? Baik besok kita akan bertemu lagi.”

 Kontrak yang akan datang :


Topik :
”kalau begitu kita akan melakukan kegiatan yang pertama”
waktu :
”besok jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau besok jam 9 ?”
tempat :
”besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Termakasih mas
sudah berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”

No Tanggal IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI


Dx & Jam
1. 20-11-19 2.1 Mendiskusikan dengan klien tentang : S : 1. klien dapat
1. Aspek positif yang dimiliki pasien, keluarga, memperkenalkan
dan lingkungan dirinya kepada
2. Kemampuan yang dimiliki klien perawat
2.2 Membuat daftar tentang : 4. Klien masih belum
1. Aspek positif klien, keluarga, dan lingkungan mau menceritakan
2. Kemampuan yang dimiliki klien tentang
2.3 Memberi pujian yang realistis, hindarkan masalahnya
memberi penilaian negatif 5. Klien mengingkari
3.1 Mendiskusikan dengan klien kemampuan yang masalahnya
dapat dilaksanakan
3.2 Mendiskusikan kemampuan yang dapat O : 1. Ada kontak mata
dilanjutkan pelaksanaannya 5. Klien mau
4.1 Merencanakan bersama klien aktivitas yang berjabat tangan
dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 6. Wajah klien
klien : tampak datar
1. kegiatan mandiri 7. Klien cukup
2. kegiatan dengan bantuan kooperatif
4.2 Meningkatkan kegiatan sesuai kondisi klien
4.3 Memberi contoh cara pelaksanaan kegiatan A : 1. Klien mau
yang dapat klien lakukan membina
5.1 Menganjurkan klien untuk melaksanakan hubungan saling
kegiatan yang telah direncanakan percaya dengan
5.2 Memantau kegiatan yang dilaksanakan klien perawat
5.3 Memberi pujian atas usaha yang dilakukan 3. BHSP tercapai
klien sebagian
5.4 Mendiskusikan kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pulang. P : Lanjutkan SP 1 px.
STRATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3)

A. Kondisi klien
DS : Klien mengatakan sudah bisa melakukan semua kagiatan yang dianjurkan
DO : Klien sudah berinteraksi dan aktivitas dengan yang lainnya
B. Diagnosa Keperawatan : gangguan konsep diri = harga diri rendah
C. Tujuan Khusus
TUK 6 : klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.
TUK 7 : klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
D. Tindakan Keperawatan
1. Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam merawat pasien dirumah.
2. Menjelaskan tentang pengertian tanda dan gejala harga diri rendah
3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
4. Mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5. Membuat perencanaan pulang
6. Menjelaskan pada keluarga tentang manfaat minum obat secara rutin
7. Menganjurkan keluarga mengontrol pola minum obat pasien ketika dirumah..
i. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi :
 Salam terapeutik : ” Selamat pagi, Bu perkenalkan saya indah puspitasari
dari STIKes Kepanjen, saya mahasiswa yang merawat dan mengobservasi
anak ibu. bagaimana kalau hari ini kita berbicara tentang cara merawat anak
ibu? Bagaimana kalau 30 menit? Apa ibu bersedia?”
 Evaluasi validasi : ”bagaimana kabarnya hari ini? Apa ibu sudah tau
perkembangan anak ibu?”
 Kontrak
Topik :
”bagaimana kalau kita membahas cara merawat pasien dan cara minum
obat?”
Tempat :
”bagaimana kalau kita berbicara kurang lebih 30 menit? Apa ibu setuju?”
Waktu :
”bagaimana kalau kita berbicara diruang tamu?”
2. Fase Kerja
”apa yang ibu ketahui tentang masalah anak ibu? Sampai disini ibu mengerti
apa yang di maksud harga diri rendah?” ”bagus sekali ibu sudah mengerti”
”setelah ibu tau bahwa masalah U dapat menjadi masalah serius, maka kita
perlu memberikan perawatan yang baik untuk U”. ”apa saja kemampuan yang
dimiliki U”. ”disini U sudah berlatih beberapa aktivitas. Untuk itu, ibu dapat
mengingatkan untuk melakukan kegiatan tersebut. Ajak pulang memberi tanda
ceklist pada jadwal dan kegiatannya”. ”Selain itu, bila Mas U sudah tidak
dirawat dirumah sakit ibu tetap memantau perkembangan U dan jangan lupa
berikan pujian untuk setiap kegiatan positif yang dilakukan U”. ”apakah
ucapan saya bisa dipahami?”. ”baik, poin terakhir ibu harus mengontrol minum
obat, pola minum obat dan harus tepat waktu?”. ”sampai disini ada yang mau
ditanyakan Bu?”

F. Fase Terminasi
 Evaluasi subyektif : ”bagaimana perasaan ibu setelah percakapan ini??”
 Evaluasi obyektif : ”dapatkah ibu menjelaskan kembali masalah yang
dihadapi U dan bagaimana cara merawatnya?” ”nah, bagus ibu dapat
menjelaskan dengan baik. Ibu dapat lakukan seperti itu dirumah juga”
 Tindak lanjut : ”bagaimana Bu ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan
harian mas U. Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau
ada gejala yang tampak”. ”terima kasih atas waktunya. Semoga bermanfaat”
 Kontrak yang akan datang
Topik:
”sekarang mas U telah mengetahui cara-cara untuk mengontrol harga diri
rendah. Mas U sudah dipebolehkan pulang..”
Waktu :
”jam berapa Bapak bisa? Bagaimana kalau jam 08.00? Bapak setuju?”
Tempat :
”semoga ilmu yang saya punya bermanfaat untuk mas U dan keluarga, dan
kegiatannya jangan lupa untuk dilakukan, semoga mas U lekas sembuh..”

No Tanggal IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI


Dx & Jam
1. 25-11-19 6.1 Memberi pendidikan kesehatan pada keluarga S : - Pasien dapat
tentang cara merawat klien dengan HDR mengingat cara-cara
6.2 Membantu keluarga memberikan dukungan mengontrol harga
selama klien dirawat diri rendah
6.3 Membantu keluarga menyiapkan lingkungan - Pasien dapat
dirumah menyebutkan
7.1 Mendiskusikan dengan klien tentang manfaat kegiatan yang
dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dilakukan
dosis, cara, efek terapi, dan efek samping - Pasien dapat
penggunaan obat mengingat waktu
7.2 Memantau klien saat menggunakan obat minum obat
7.3 Memberi pujian jika klien menggunakan obat
dengan benar O : - Pasien dapat
7.4 Mendiskusikan akibat berhenti minum obat menyebutkan cara-
tanpa konsultasi dnegan dokter cara dan kegiatan
7.5 Menganjurkan klien untuk konsultasi pada yang dilakukan
dokter / perawat jika terjadi hal-hal yang tidak - Pasien dapat
diinginkan. beraktivitas dan
berinteraksi dengan
teman-temannya
- Pasien dapat
minum obat sesuai
jadwal
- Pasien mampu
melakukan
kegiatan sesuai di
jadwal hariannya
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien


Tn U dengan gangguan konsep diri harga diri rendah. Dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:

1. Terdapat persamaan antara teori dasar halusinasi dengan pasien kelolaan baik
secara definisi, tanda dan gejala, factor predisposes, sumber koping, mekanisme
koping.
2. Membina hubungan saling percaya dengan klien gangguan konsep diri harga diri
rendah merupakan tindakan utama yang harus dilakukan oleh perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi, karena dari BHSP
ini lah kita dapat memperoleh kepercayaan pasien dan kita dapat melakukan
tindakan keperawatan yang selanjutnya
3. Melatih klien dalam mengontrol harga diri rendah dengan cara mengajak klien
berinteraksi dengan orang lain dan melakukan aktivitas.

1.2 Saran
Dari kesimpulan diatas kami menyarankan sebagai berikut:
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan harga diri rendah hendaknya hubungan saling
percaya dilakukan secara bertahap dan terus menerus mulai dari perawat, kemudian
perawat lain, serta pada pasien lainnya
2. Kontrak yang dibuat bersama klien hendaknya dilakukan secara konsisten.
3. Memberikan reinforcement positif setiap melakukan kegiatan
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic
Course). Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna, dkk. 2009. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC

Keliat, Budi Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Stuart, Gail W & Laraian. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta EGC

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Diagnosis NANDA,


Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC

Anda mungkin juga menyukai