Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

CA MAMAE (KANKER PAYUDARA)

OLEH :

SAYIDIYAH NOFITA .H.

19.30.043

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN
MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker payudara menjadi salah satu penyebab kematian utama di
dunia dan di Indonesia. Kanker ini dapat terjadi pada usia kapan saja dan
menyerang wanita umur 40-50 tahun, tapi saat ini sudah mulai ditemukan
pada usia 18 tahun (American Cancer Society, 2011). Kanker adalah salah
satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Dari total 58 juta
kematian di seluruh dunia pada tahun 2005, kanker menyumbang 7,6 juta
(atau 13%) dari seluruh kematian. Kanker Payudara menyebabkan 502.000
kematian per tahun. Lebih dari 70% dari semua kematian akibat kanker
pada tahun 2005 terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Kematian akibat kanker terus meningkat, dengan 9 juta orang
diperkirakan meninggal karena kanker pada tahun 2015 dan 11,4 juta
meninggal pada tahun 2030 (Parkway Cancer Centre, 2011).
Pada tahun 2008 di Indonesia, jumlah kasus kanker payudara sebesar
36,2% atau sebanyak 39.831 kasus, dengan jumlah kematian 18,6 per
100.000 penduduk (ChartBin, 2011). Pada tahun 2010 menurut data WHO
terakhir yang dipublikasikan pada bulan April 2011, kematian akibat
kanker payudara di Indonesia mencapai 20.052 atau sebesar 1,41%,
dengan tingkat kejadian sebesar 20,25 per 100.000 penduduk Indonesia
dan menempati urutan 45 di dunia (Indonesia Health Profile, 2011).
Jumlah kasus kanker payudara pada tahun 2005 di Provinsi Jawa Tengah,
sebanyak 3.884 atau (36,83%) dari 10.546 kasus kanker. Kasus penyakit
kanker yang ditemukan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2009 sebesar
24.204 kasus lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 2008 sebanyak
27.125 kasus, terdiri dari Ca. servik 9.113 kasus (37,65%), Ca. mamae
12.281 kasus (50,74%), Ca. hepar 2.026 (8,37%), dan Ca. paru 784 kasus
(3,24%). Prevalensi kanker payudara di Provinsi Jawa Tengah pada tahun
2009 sebesar 0,037% dan tertinggi di Kota Surakarta sebesar 0,637%
(Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2010).
Jumlah yang diperkirakan 50% penderita kanker payudara di
Indonesia datang memeriksakan penyakit kanker yang dideritanya sudah
pada stadium lanjut. Deteksi dini kanker payudara merupakan langkah
awal yang baik untuk mengetahui adanya penyakit kanker payudara sedini
mungkin, yaitu dengan Periksa Payudara Sendiri (SADARI).
Keterlambatan deteksi dini ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya
pengetahuan wanita tentang deteksi dini kanker payudara (Indonesian
Cancer Fondation, 2011)
Kurangnya pengetahuan dan fakta tentang kanker payudara karena
rendahnya tingkat pendidikan. Wanita tidak tahu cara mengakses informasi
yang akurat tentang kanker payudara. Mayoritas perempuan tidak tahu
rentang usia saat mamografi sebaiknya dilakukan juga tidak tahu
potensinya dalam mendeteksi kanker payudara dini (Aylin dkk, 2005).
Dalam jurnal Oxford Annals of Oncology (2010), ketika seseorang
dinyatakan menderita kanker, maka akan terjadi beberapa tahapan reaksi
emosional dan salah satunya yang sering terjadi adalah depresi.
Menyediakan informasi bagi pasien merupakan faktor penentu penting
bagi kepuasan pasien dan juga dapat mempengaruhi kualitas kesehatan,
tingkat kecemasan dan tingkat depresi penderita kanker. Depresi sering
kurang terdiagnosis karena banyak faktor, termasuk kurangnya penyediaan
pengetahuan tentang penilaian teknik dan pilihan pengobatan (Schwartz
dkk, 2009).
Menurut Miller (2008), sebanyak 16%-25% pasien menderita kanker
sekaligus depresi. Setelah pasien terdiagnosa kanker payudara pada tahun
pertama, 48% wanita mengalami kecemasan dan depresi. Dampak depresi
pada penderita kanker tidak hanya pada penderitanya saja, tetapi juga bisa
berakibat pada keluarganya, yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas
hidup penderita bila penanganannya tidak adekuat.
Konginan A (2008) menyebutkan, faktor risiko yang mempengaruhi
terjadinya depresi pada pasien kanker diantaranya stadium lanjut,
pengendalian nyeri dan keluhan yang tidak baik, riwayat depresi
sebelumnya, alkoholik, gangguan endokrin, gangguan neurologik, dan
obat-obatan salah satunya kemoterapi. Sedangkan Miller, (2008),
mengungkapkan faktor risiko terjadinya depresi diantaranya adalah pernah
mengalami depresi atau gangguan pikiran sebelumnya, sulit dalam
menerima atau menyesuaikan diri dengan diagnosa kanker, usia masih
muda, memiliki masalah dengan alcohol dan narkoba, kanker terjadi ketika
sedang mengalami kejadian lain yang menimbulkan stres, tidak
mendapatkan dukungan keluarga atau dukungan sosial, sebelumnya pernah
mengalami pengalaman buruk ketika anggota keluarga yang lain atau
teman dekatnya mengidap kanker, tidak memiliki keyakinan terhadap
efektifitas dari perawatan, perubahan fisik atau cacat fisik, perawatan yang
bisa menimbulkan efek samping yang tidak menyenangkan
Dari uraian di atas, penulis berminat untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai kejadian Ca Mamae atau kanker payudara darimulai pengertian
sampai asuhan keperawatan untuk pasien ca mamae.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi ca mamae
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dan factor resiko ca mamae
3. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis ca mamae
4. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi ca mamae
5. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan ca mamae
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal
dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak
termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar
susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara
(Medicastore, 2011).
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel
normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel sel normal,
berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah
(Sofian,2012). Ca Mamae merupakan keganasan pada jaringan payudara
yang dapat berasal dari epitel ductus maupun lobulusnya (Kemenkes,
2017). Ca Mamae biasanya terdeteksi pada saat dilakukan pemeriksaan,
sebelum gejala berkembang, atau setelah wanita memperhatikan benjolan.
Sebagian besar massa terlihat saat terjadi benjolan di payudara dimana
awalnya bersifat jinak dan terus berkembang dan menyebar sehingga tidak
terkendali. Analisi mikroskopis payudara diperlukan untuk diagnosis
definitis dan untuk mengetahui tingkat penyebaran (in situ atau invasif)
dan ciri jenis penyakitnya. Analisis mikroskopis jaringan didapat melalui
biopsi jarum atau bedah. Biopsi didasarkan pada klinis pasien individu
faktor, ketersediaan perangkat biopsi, dan sumber daya tertentu (American
Cancer Soxiety, 2015).

B. Etiologi
Ada beberapa penyebab dari Ca Mamae antara lain :
1. Usia
Sekitar 60% terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar ditemukan
pada wanita berusia 75 tahun
2. Pernah Ca Mamae
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki
resiko tertinggi menderita Ca Mamae. Setelah payudara yang terkena
diangkat, maka resiko terjadinya karsinoma pada payudara yang sehat
meningkat sebesar 0,5-1%/tahun
3. Riwayat keluarga menderita kanker payudara
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker,
memiliki resiko 3 kali lebih besar untuk menderita Ca Mamae
4. Faktor genetic dan hormonal
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan terjadinya kanker
payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang wanita memiliki salah
satu dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara
sangat besar
5. Menarche (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah
usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah
hamil. Semakin dini menarke, semakin besar resiko Ca Mamae. Resiko
menderita Ca Mamae adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang
mengalami menarke sebelum usia 12 tahun
6. Pemakaian pil KB atau terapi sulih esterogen
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya Ca mammae, yang
tergantung kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum
diketahui berapa lama efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil
dihentikan. Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun
tampaknya juga sedikit meningkatkan resiko Ca mammae dan resikonya
meningkat jika pemakaiannya lebih lama.
7. Obesitas pasca menopause
Obesitas sebagai faktor resiko Ca mammae masih diperdebatkan.
Beberapa penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko Ca
mammae kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang
obes.
8. Pemakaian alkohol
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko
terjadinya Ca mammae.
9. Bahan kimia
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang
menyerupai estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk
industry lainnya) mungkin meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
10. DES (dietstilbestrol)
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki
resiko tinggi menderita Ca Mamae
11. Penyinaran
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada
masa kanak-kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae
12. Faktor resiko lainnya
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker Rahim, ovarium dan
kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa
meningkatkan resiko terjadinya Ca Mamae (Buku Saku Dokter, 2014).

C. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan Ca mamae adalah
a. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
b. Payudara tidak simetris/mengalami perubahan bentuk dan ukuran
karena mulai timbul pembengkakan
c. Adanya perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar
putting susu, mengkerut seperti jeruk perut dan adanya ulkus pada
payudara
d. Adanya perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan, panas
e. Ada cairan yang keluar dari puting susu
f. Ada rasa sakit
g. Ada pembengkakan di daerah lengan
h. Adanya rasa nyeri atau sakit di daerah payudara
i. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun
sudah diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik
ke dalam
j. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh
lain

D. Pathway
i. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun
sudah diobati, serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik
ke dalam
j. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh
lain
E. Komplikasi
Komplikasi potensial dari Ca payudara adalah limfederma. Hal ini
terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe ke sirkulasi
umum tidak berfungsi dengan adekuat. Jika nodus eksilaris dan sistem
limfe diangkat, maka sistem kolateral dan aksilaris harus mengambil alih
fungsi mereka. Apabila mereka diinstruksikan dengan cermat dan
didorong untuk meninggikan, memasase dan melatih lengan yang sakit
selama 3-4 bulan. Dengan melakukan hal ini akan membantu mencegah
perubahan bentuk tubuh dan mencegah kemungkinan terbukanya
pembengkakan yang menyulitkan.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium meliputi:

a. Morfologi sel darah

b. Laju endap darah

c. Tes faal hati

d. Tes tumor marker (carsino Embrionyk Antigen/CEA) dalam serum


atau plasma

e. Pemeriksaan sitologik

f. Pemeriksaan ini memegang peranan penting pada penilaian cairan


yang keluar spontan dari putting payudar, cairan kista atau cairan
yang keluar dari ekskoriasi

2. Mammagrafi

Pengujian mammae dengan menggunakan sinar untuk mendeteksi


secara dini. Memperlihatkan struktur internal mammae untuk
mendeteksi kanker yang tidak teraba atau tumor yang terjadi pada
tahap awal. Mammografi pada masa menopause kurang bermanfaat
karean gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak.
3. Ultrasonografi

Biasanya digunakan untuk mndeteksi luka-luka pada daerah padat


pada mammae ultrasonography berguna untuk membedakan tumor
sulit dengan kista. kadang-kadang tampak kista sebesar sampai 2 cm.

4. Thermography

Mengukur dan mencatat emisi panas yang berasal; dari mammae


atau mengidentifikasi pertumbuhan cepat tumor sebagai titik panas
karena peningkatan suplay darah dan penyesuaian suhu kulit yang
lebih tinggi.

5. Xerodiography

Memberikan dan memasukkan kontras yang lebih tajam antara


pembuluh-pembuluh darah dan jaringan yang padat. Menyatakan
peningkatan sirkulasi sekitar sisi tumor.

6. Biopsi

Untuk menentukan secara menyakinkan apakah tumor jinak atau


ganas, dengan cara pengambilan massa. Memberikan diagnosa
definitif terhadap massa dan berguna klasifikasi histogi, pentahapan
dan seleksi terapi.

7. CT. Scan

Dipergunakan untuk diagnosis metastasis carsinoma payudara pada


organ lain

8. Pemeriksaan hematologi

Yaitu dengan cara isolasi dan menentukan sel-sel tumor pada


peredaran darah dengan sendimental dan sentrifugis darah.

G. Penatalaksanaan Medis

1. Pembedahan

a. Mastectomy radikal yang dimodifikasi


Pengangkatan payudara sepanjang nodu limfe axila sampai
otot pectoralis mayor. Lapisan otot pectoralis mayor tidak
diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau
tidak diangkat.

b. Mastectomy total

Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan


lapisan otot pectoralis mayor diangkat. Nodus axila tidak
disayat dan lapisan otot dinding dada tidak diangkat.

c. Lumpectomy/tumor

Pengangkatan tumor dimana lapisan mayor dri payudara tidak


turut diangkat. Exsisi dilakukan dengan sedikitnya 3 cm
jaringan payudara normal yang berada di sekitar tumor
tersebut.

d. Wide excision/mastektomy parsial.

Exisisi tumor dengan 12 tepi dari jaringan payudara normal.

e. Ouadranectomy.

Pengangkatan dan payudara dengan kulit yang ada dan lapisan


otot pectoralis mayor.

2. Radiotherapy

Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak


jarang pula merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping:
kerusakan kulit di sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi
pada nervus atau otot pectoralis, radang tenggorokan.

3. Chemotherapy

Pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah menyebar


dalam aliran darah. Efek samping: lelah, mual, muntah, hilang
nafsu makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
4. Manipulasi hormonal.

Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang


sudah bermetastase. Dapat juga dengan dilakukan bilateral
oophorectomy. Dapat juga digabung dengan therapi endokrin
lainnya.

H. Pencegahan

Perlu untuk diketahui, bahwa 9 di antara 10 wanita menemukan adanya


benjolan di payudaranya. Untuk pencegahan awal, dapat dilakukan sendiri.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan sehabis selesai masa menstruasi.
Sebelum menstruasi, payudara agak membengkak sehingga menyulitkan
pemeriksaan. Cara pemeriksaan adalah sebagai berikut :

1. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan pada


payudara. Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya juga tidak
terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah terdapat
keriput, lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila terdapat
kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting susu, segeralah
pergi ke dokter.

2. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali kedua


payudara.

3. Bungkukkan badan hingga payudara tergantung ke bawah, dan periksa


lagi.

4. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang


kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara kiri
dengan telapak jari-jari kanan. Periksalah apakah ada benjolan pada
payudara. Kemudian periksa juga apakah ada benjolan atau
pembengkakan pada ketiak kiri.

5. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada umumnya


kelenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan terasa
kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan terasa keras
dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan dari tempatnya).
Bila terasa ada sebuah benjolan sebesar 1 cm atau lebih, segeralah
pergi ke dokter. Makin dini penanganan, semakin besar kemungkinan
untuk sembuh secara sempurna. Lakukan hal yang sama untuk
payudara dan ketiak kanan

I. Discharge planning

1. Terapi non bedah: penyinaran, kemoterapi, terapi hormone dan


endokrin

2. Lakukan pemeliharaan kulit/diri dengan benar (menggunakan sabun


ringan dengan penggosokan minimal, hindari sabun berparfum atau
berdeodoran, gunakan lotion hidrofilik untuk kekeringan, gunakan
sabun aveno jika terjadi pruritus, dan hindari pakaian yang ketat,
kutang dengan kawat penyangga, dan suhu yang berlebihan atau
cahaya ultraviolet.

3. Hindari mencuci rambut setiap hari dan gunakan sampo ringan untuk
mengihindari kerontokan

4. Biarkan rambutmongeringsecara ajami danjangan menyikatrambut

5. Konsultasikan dengan dokter untuk pemakaian terapi hormonal

6. Makan makananyangbergizisihingga dapat meningkatkan


kekebaiantubuh

7. Istirahatcukup dan olahraga secara teratur

8. Jika menginginkan kehamijan konsultasikan dengan dokter karena


kebanyakan diminta menunggu selama 2 tahun

9. Sadari .Tata cara sadari (periksa payudara sendiri)

a. Berdirilah di depan cermin dan perhatikan apakah ada kelainan


pada payudara, Biasanya kedua payudara tidak sama, putingnya
juga tidak terletak pada ketinggian yang sama. Perhatikan apakah
terdapat keriputj lekukan, atau puting susu tertarik ke dalam. Bila
terdapat kelainan itu atau keluar cairan atau darah dari puting
susu, segeralah pergi ke dokter.

b. Letakkan kedua lengan di atas kepala dan perhatikan kembali


kedua payudara. Kemudian bungkukkan badan hingga payudara
tergantung ke bawah, & periksa lagi.

c. Berbaringlah di tempat tidur dan letakkan tangan kiri di belakang


kepala, dan sebuah bantal di bawah bahu kiri. Rabalah payudara
kiri dengan telapak jari- jari kanan. Periksalah apakah ada
benjolan pada payudara. Kemudian periksa juga apakah ada
benjolan atau pembengkakan pada ketiak kiri.

d. Periksa dan rabalah puting susu dan sekitarnya. Pada urnumnya


ketenjar susu bila diraba dengan telapak jari-jari tangan akan
terasa kenyal dan mudah digerakkan. Bila ada tumor, maka akan
terasa keras dan tidak dapat digerakkan (tidak dapat dipindahkan
dari tempatnya). Bila terasa ada sebuah benjoian sebesar 1 cm
atau lebih, segeralah pergi ke dokter. Makin dini penanganan,
semakin besar kemungkinan untuk sembuh secara sempurna.
Rekomendasi American Cancer Sociaty (2001) untuk deteksi dini
kanker

J. Asuhan Keperawatan Ca Mammae

a. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Sekarang

2. Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya


benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna
merah dan mengeras, bengkak dan nyeri.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

4. Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada


mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami
sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan
penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit
kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

6. Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh


pada kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun
keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti
kanker ovarium atau kanker serviks.

7. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala : normal, kepala tegak lurus, tulang kepala


umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior
dan oksipital dibagian posterior.

b. Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering,


tidak terlalu berminyak.

c. Mata : biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi


mata. Mata anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.

d. Telinga : normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada


tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi
pendengaran.

e. Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan


nyeri tekan.

f. Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.

g. Leher : biasanya terjadi pembesaran KGB.

h. Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange,


dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang.

i. Hepar : biasanya tidak ada pembesaran hepar.

j. Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.


8. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

a. Persepsi dan Manajemen

Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang


terasa pada payudaranya kerumah sakit karena menganggap
itu hanya benjolan biasa.

b. Nutrisi – Metabolik

Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami


anoreksia, muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien
juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung
MSG.

c. Eliminasi

Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan


mengalami melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan
konstipasi.

d. Aktivitas dan Latihan

Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan


lathan klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri.

e. Kognitif dan Persepsi

Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga


kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun
motorik.

f. Istirahat dan Tidur

Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.

g. Persepsi dan Konsep Diri

Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau


kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya
diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.
h. Peran dan Hubungan

Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami


gangguan dalam melakukan perannya dalam berinteraksi
social.

i. Reproduksi dan Seksual

Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan


pada tingkat kepuasan.

j. Koping dan Toleransi Stress

Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan,


denial dan keputus asaan.

k. Nilai dan Keyakinan

Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima


kondisinya dengan lapang dada.

b. Diagnosa
1. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembedahan, mis; anoreksia
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pengangkatan
bedah jaringan
4. Ansietas berhubungan dengan diagnosa, pengobatan, dan
prognosanya .
5. Kurang pengetahuan tentang Kanker mammae berhubungan
dengan kurang pemajanan informasi
6. Gangguan body image berhubungan dengan kehilangan bagian
dan fungsi tubuh
7. Potensial disfungsi seksual berhubungan dengan kehilangan
bagian tubuh, perubahan dalam citra diri
c. Intervensi

DIAGNOSA KEP. NOC NIC

Nutrisi kurang dari NOC : NIC :


kebutuhan tubuh v Nutritional Status : food and Nutrition Management
berhubungan dengan Fluid Intake § Kaji adanya alergi
pembedahan, mis; Kriteria Hasil : makanan
anoreksia v Adanya peningkatan berat § Kolaborasi dengan ahli
badan sesuai dengan tujuan gizi untuk
v Berat badan ideal sesuai menentukan jumlah
dengan tinggi badan kalori dan nutrisi
v Mampu mengidentifikasi yang dibutuhkan
kebutuhan nutrisi pasien.
v Tidak ada tanda tanda § Anjurkan pasien untuk
malnutrisi meningkatkan intake
v Tidak terjadi penurunan Fe
berat badan yang berarti § Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein
dan vitamin C
§ Berikan substansi gula
§ Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
§ Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
§ Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan
harian.
§ Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
§ Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
§ Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
§ BB pasien dalam batas
normal
§ Monitor adanya
penurunan berat
badan
§ Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
§ Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
§ Monitor lingkungan
selama makan
§ Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak selama
jam makan
§ Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
§ Monitor turgor kulit
§ Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
§ Monitor mual dan
muntah
§ Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
§ Monitor makanan
kesukaan
§ Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
§ Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
§ Monitor kalori dan
intake nuntrisi
§ Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral.
§ Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan dengan v Pain Level, Pain Management
proses pembedahan v Pain control, § Lakukan pengkajian
v Comfort level nyeri secara
Kriteria Hasil : komprehensif
v Mampu mengontrol nyeri termasuk lokasi,
(tahu penyebab nyeri, karakteristik, durasi,
mampu menggunakan frekuensi, kualitas
tehnik nonfarmakologi dan faktor presipitasi
untuk mengurangi nyeri, § Observasi reaksi
mencari bantuan) nonverbal dari
v Melaporkan bahwa nyeri ketidaknyamanan
berkurang dengan § Gunakan teknik
menggunakan manajemen komunikasi
nyeri terapeutik untuk
v Mampu mengenali nyeri mengetahui
(skala, intensitas, frekuensi pengalaman nyeri
dan tanda nyeri) pasien
v Menyatakan rasa nyaman § Kaji kultur yang
setelah nyeri berkurang mempengaruhi
v Tanda vital dalam rentang respon nyeri
normal § Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
§ Evaluasi bersama
pasien dan tim
kesehatan lain
tentang
ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
§ Bantu pasien dan
keluarga untuk
mencari dan
menemukan
dukungan
§ Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
§ Kurangi faktor
presipitasi nyeri
§ Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
§ Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan
intervensi
§ Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
§ Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
§ Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
§ Tingkatkan istirahat
§ Kolaborasikan dengan
dokter jika ada
keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
§ Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic
Administration
§ Tentukan lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
pemberian obat
§ Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
§ Cek riwayat alergi
§ Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
§ Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri
§ Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
§ Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
§ Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
§ Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
§ Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
Kerusakan integritas NOC : Tissue Integrity : Skin NIC : Pressure
kulit berhubungan dengan and Mucous Membranes Management
pengangkatan bedah Kriteria Hasil : Anjurkan pasien
jaringan v Integritas kulit yang baik untuk menggunakan
bisa dipertahankan pakaian yang longgar
(sensasi, Hindari kerutan
elastisitas, temperatur, padaa tempat tidur
hidrasi, pigmentasi) Jaga kebersihan kulit
v Tidak ada luka/lesi pada agar tetap bersih dan
kulit kering
v Perfusi jaringan baik Mobilisasi pasien
v Menunjukkan pemahaman (ubah posisi pasien)
dalam proses perbaikan setiap dua jam sekali
kulit dan mencegah Monitor kulit akan
terjadinya sedera berulang adanya kemerahan
v Mampu melindungi kulit Oleskan lotion atau
dan mempertahankan minyak/baby oil pada
kelembaban kulit dan derah yang tertekan
perawatan alami Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
Monitor status nutrisi
pasien
Ansietas berhubunga NOC : NIC :
n dengan diagnosa, v Anxiety control Anxiety Reduction
pengobatan, dan v Coping (penurunan
prognosanya . Kriteria Hasil : kecemasan)
v Klien mampu · Gunakan
mengidentifikasi dan pendekatan yang
mengungkapkan gejala menenangkan
cemas · Nyatakan dengan
v Mengidentifikasi, jelas harapan
mengungkapkan dan terhadap pelaku
menunjukkan tehnik untuk pasien
mengontol cemas · Jelaskan semua
v Vital sign dalam batas prosedur dan apa
normal yang dirasakan
v Postur tubuh, ekspresi selama prosedur
wajah, bahasa tubuh dan · Temani pasien
tingkat aktivitas untuk memberikan
menunjukkan keamanan dan
berkurangnya kecemasan mengurangi takut
· Berikan informasi
faktual mengenai
diagnosis, tindakan
prognosis
· Dorong keluarga
untuk menemani
anak
· Lakukan back /
neck rub
· Dengarkan dengan
penuh perhatian
· Identifikasi tingkat
kecemasan
· Bantu pasien
mengenal situasi
yang menimbulkan
kecemasan
· Dorong pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
· Instruksikan
pasien menggunakan
teknik relaksasi
· Barikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
Kurang pengetahuan NOC : Teaching : Dissease
tentang penyakit, v Kowlwdge : disease process Process
perawatan,pengobatan v Kowledge : health Behavior - Kaji tingkat
kurang paparan terhadap Kriteria Hasil : pengetahuan klien
informasi v Pasien dan keluarga dan keluarga tentang
menyatakan pemahaman proses penyakit
tentang penyakit, kondisi, -Jelaskan tentang
prognosis dan program patofisiologi
pengobatan penyakit, tanda dan
v Pasien dan keluarga mampu gejala serta
melaksanakan prosedur penyebabnya
yang dijelaskan secara -Sediakan informasi
benar tentang kondisi klien
v Pasien dan keluarga mampu -Berikan informasi
menjelaskan kembali apa tentang
yang dijelaskan perkembangan klien
perawat/tim kesehatan -Diskusikan perubahan
lainnya gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau kontrol proses
penyakit
-Jelaskan alasan
dilaksanakannya
tindakan atau terapi
-Gambarkan komplikasi
yang mungkin terjadi
-Anjurkan klien untuk
mencegah efek
samping dari
penyakit
-Gali sumber-sumber
atau dukungan yang
ada
-Anjurkan klien untuk
melaporkan tanda
dan gejala yang
muncul pada petugas
kesehatan
Gangguan body 1) Klien tidak malu dengan Diskusikan
image berhubungan keadaan dirinya. dengan klien atau
dengan kehilangan bagian 2) Klien dapat menerima orang terdekat respon
dan fungsi tubuh efek pembedahan. klien terhadap
penyakitnya.
Rasional : membantu
dalam memastikan
masalah untuk
memulai proses
pemecahan masalah
Tinjau ulang efek
pembedahan
Rasional : bimbingan
antisipasi dapat
membantu pasien
memulai proses
adaptasi.
Berikan
dukungan emosi
klien.
Rasional : klien bisa
menerima keadaan
dirinya.
Anjurkan
keluarga klien untuk
selalu mendampingi
klien.
Rasional : klien dapat
merasa masih ada
orang yang
memperhatikannya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal
dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak
termasuk kulit payudara. Ca mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di
dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar
susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara
(Medicastore, 2011).
Carsinoma mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel
normal mammae dimana sel abnormal timbul dari sel sel normal,
berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah
(Sofian,2012).

B. Saran
Dari kesimpulan di atas penulis dapat sedikit memberi saran
kepada beberapa pihak agar kualitas pelayanan kesehatan Indonesia
semakin meningkat, diantaranya sebagai berikut:
a. Keluarga klien
Keluarga klien diharapkan dapat memberikan perawatan dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota keluarga dengan masalah Ca
mammae serta mampu menjaga mulai dari pola makan, sampai pola
aktivitas sehingga anggota keluarga lain terhindar dari penyakit ca
mammae.
b. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mampu menguasai konsep dan
memberikan Asuhan Keperawatan pasien dengan ca mammae.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Aziz H, 2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis


Data. Jakarta : Salemba Medika
Bylander, A., dkk. 2007. Journal of Children Microbiology
Djaafar, Z.A., Helmi, Restuti, R.D., 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI
Revai, R, et al. 2007. Incidence of Acute Otitis Media and Sinusitis
Complicating Upper Respiratory Tract Infection. Journal of The
American Academy Pediatrics
Rahajoe, N. 2012. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Balai Penerbit IDAI

Anda mungkin juga menyukai