Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIK PROGRAM STUDI PROFESI NERS STASE JIWA

OLEH :

Nora Setia Ningsih, S.Kep

Nim : 20501050

PRESEPTOR AKADEMIK

Ns. Eka Malfasari, M.Kep, Sp.Kep.J

MASA PRAKTIK

02 NOVEMBER 2020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKes PAYUNG NEGERI

PEKANBARU

2020
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH KRONIK

A. KONSEP HARGA DIRI RENDAH KRONIK


1. Pengertian Harga Diri Rendah Kronik
Harga Diri Rendah Kronik keadaan dimana individu mengalami evaluasi
diri yang negative mengenai diri dan kemampuannya dalam waktu lama dan
terus menerus (NANDA, 2012). Stuart (2013) menyatakan bahwa harga diri
rendah adalah evaluasi diri negative yang berhubungan dengan perasaan yang
lemah, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak berharga, dan
tidak memadai. Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak
berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi diri negative
terhadap diri sendiridan kemampuan diri (Keliat dkk, 2011). Hasil penelitian
menunjukan bahwa terjadi penurunan gejala dan peningkatan kemampuan
klien harga diri rendah kronis secara signifikan setelah diberikan tindakan
keperawatan (Pardede, Keliat dkk, 2013).
2. Tanda dan gejala
Menurut Keliat (2011) Tanda dan gejala yang dapat diobservasi pada
harga diri rendah kronik adalah:
a. Objektif
1) Kontak mata berkurang dan murung
2) Berjalan menunduk dan postur tubuh menunduk
3) Menghindari orang lain
4) Bicara pelan dan lebih banyak diam
5) Lebih senang menyendiri dan aktivitas menurun
6) Mengkritik orang lain
b. Subjektif
1) Sulit tidur
2) Merasa tidak berarti dan merasa tidak berguna
3) Merasa tidak mempunyai kemampuan positif
4) Merasa menilai diri negative
5) Kurang konsentrasi dan merasa tidak mampu melakukan apapun
6) Merasa malu
Selain data diatas, saudara juga dapat mengamati penampilan seseorang
dengan harga diri rendah, terlihat dari kurang memeperhatikan perawatan diri,
berpakaian tidak rapih, selera makan berkurang, tidak berani menatap lawan
bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambat, dengan nada suara lemah.
3. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Kronik
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari
harga diri rendah situsional yang tidak diselesaikan atau dapat juga terjadi
karena individu tidak pernah mendapat feedback dari lingkungan tentang
perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan lingkungan yang
selalu memberi respon negatif mendorong individu menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya
individu berada pada suatu yang penuh dengan stressor (krisis), individu
berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran
bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran.
Penilaian individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi
dan peran adalah kondisi harga diri rendah situsional, jika lingkungan tidak
memberi dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara
terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah
kronis.
4. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan
orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang
tidak realistis.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, menurunnya produktivitas. Gangguan konsep diri:
harga diri rendah dapat terjadi secara situasional maupun kronik.
1) Situasional. Gangguan konsep diri: harga diri rendah yang
terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul
secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan,
menjadi korban perkosaan, atau menjadi narapidana sehingga harus
masuk penjara. Selain itu, dirawat di rumah sakit juga bisa
menyebabkan rendahnya harga diri seseorang dikarenakan penyakit
fisik, pemasangan alat bantu yang membuat klien tidak nyaman,
harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh
serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan
keluarga.
2) Kronik. Gangguan konsep diri: harga diri rendah biasanya sudah
berlangsung sejak lama yang dirasakan klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat. Klien sudah ,memiliki pikiran negatif sebelum
dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.

B. Asuhan Keperawatan gangguan citra tubuh


1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan (Direja, 2011). Data-data tersebut yang dikelompokan menjadi
factor presdiposisi, presipitasi terhadap stressor, sumber koping dan
kemampuan yang dimiliki oleh klien. Data-data yang diperoleh selama
pengkajian juga dapat dikelompokan menjadi data subjektif dan data objektif.
Data subjektif merupakan data yang disampaikan secara lisan oleh klien
maupun keluarga klien melalui wawancara. Sedangkan data objektif adalah
data tang ditemukan secara nyata pada klien melalui observasi atau
pemeriksaan langsung oleh perawat.
2. Diagnosa keperawatan
Harga Diri Rendah Kronik

3. Intervensi/Perencanaan
Perencanaan terdiri dari tiga aspek yaitu: tujuan umum, tujuan khusus, dan
rencana tindakan keperawatan.
a. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan harga dirinya dengan latihan mindfullnes
dengan cara mengenal kemampuan diri sendiri dan selalu berfikir positif.
b. Tujuan Khusus
1) Klien mampu membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, proses
terjadinya dan akibat harga diri rendah kronik dan mengidentifikasi
kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
3) Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
4) Klien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
5) Klien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan
6) Klien dapat melakukan kegiatan yang sudah dilatih
c. Intervensi
1) Bina hubungan terapeutik antara klien dan perawat
2) Beri salam terapeutik dan panggil nama klien
3) Sebutkan nama perawat dan sambil berjabat tangan
4) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien
5) Beri kesempatan klien untuk mencoba aspek positif dan latihan
mindfullnes dengan cara mengenal kemampuan diri sendiri dan selalu
berfikir positif.
6) Setiap bertemu klien hindarkan penilaian agresif dan negative
7) Beri reinforcement positif atas usaha klien
4. Implementasi
Implementasi tindakan keperawatan didiskusikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Pada situasi nyata implementasi sering kali jatuh
berbeda dengan rencana (Direja, 2011).

5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Adapun evaluasi keperawatan HDR:
a) Dapat membina hubungan saling percaya
b) Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
c) Menerima perubahan tubuh yang terjadi
d) Dapat memilih beberapa cara mengatasi perubahan yang terjadi
e) Dapat beradaptasi dengan cara yang dipilih
f) Pada keluarga dapat membina hubungan saling percaya
g) Keluarga dapat merawat klien dengan HDR
DAFTAR PUSTAKA

Direja, S. N. Ade Herma. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha


Medika

Keliat, C. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta: EGC

Marmono, Lisva Dewi. 2018. Penerapan Latihan Mindfullnes. Fakultas Ilmu


Kesehatan UMP

Anda mungkin juga menyukai