DENGAN KASUS
Dosen Pembimbing :
Nanang Bagus S.S.Kep.,Ns.,M.,Kep
Oleh :
Fatimah Wahab
NIM : 2020040048
Lung Odema (ALO) pada Tn. Di ruang ICU Perawatan Buli, telah disetujui dan
disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mahasiswa,
(Fatimah Wahab)
Mengetahui,
(.........................................................)
(Nanang Bagus S.S.Kep.,Ns.,M.,Kep)
Kepala Ruangan
(........................................................)
.
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Acute Lung Odema (ALO) atau edema paru akut adalah terjadinya
penumpukan cairan secara massif di rongga alveoli yang menyebabkan pasien
berada dalam kedaruratan respirasi dan ancaman gagal nafas (Gumiwang,
2007).
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya alo dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Edema paru kardiogenik
Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena gangguan pada jantung
atau sistem kardiovaskuler.
a. Penyakit pada arteri koronaria
Arteri yang menyuplai darah untuk jantung dapat menyempit karena
adanya deposit lemak (plaques). Serangan jantung terjadi jika terbentuk
gumpalan darah pada arteri dan menghambat aliran darah serta merusak
otot jantung yang disuplai oleh arteri tersebut. Akibatnya, otot jantung
yang mengalami gangguan tidak mampu memompa darah lagi seperti
biasa.
b. Kardiomiopati
Penyebab terjadinya kardiomiopati sendiri masih idiopatik. Menurut
beberapa ahli diyakini penyebab terbanyak terjadinya kardiomiopati dapat
disebabkan oleh infeksi pada miokard jantung (miokarditis),
penyalahgunaan alkohol dan efek racun dari obat-obatan seperti kokain
dan obat kemoterapi. Kardiomiopati menyebabkan ventrikel kiri menjadi
lemah sehingga tidak mampu mengkompensasi suatu keadaan dimana
kebutuhan jantung memompa darah lebih berat pada keadaan infeksi.
Apabila ventrikel kiri tidak mampu mengkompensasi beban tersebut, maka
darah akan kembali ke paru-paru. Hal inilah yang akan mengakibatkan
cairan menumpuk di paru-paru (flooding)
.
c. Gangguan katup jantung
Pada kasus gangguan katup mitral atau aorta, katup yang berfungsi
untuk mengatur aliran darah tidak mampu membuka secara adekuat
(stenosis) atau tidak mampu menutup dengan sempurna (insufisiensi). Hal
ini menyebabkan darah mengalir kembali melalui katub menuju paru-paru.
d. Hipertensi
Hipertensi tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya penebalan
pada otot ventrikel kiri dan dapat disertai dengan penyakit arteri koronaria.
2. Edema paru non kardiogenik
Yaitu edema paru yang bukan disebabkan karena keainan pada jantung
tetapi paru itu sendiri. Pada non-kardiogenik, alo dapat disebabkan oleh
beberapa hal, antara lain:
1. Infeksi pada paru
2. Lung injury, seperti emboli paru, smoke inhalation dan infark paru.
3. Paparan toxic
4. Reaksi alergi
5. Acute respiratory distress syndrome (ards)
6. Neurogenik
C. KLASIFIKASI
a. Cardiogenic
D. MANIFESTASI KLINIK
Alo dapat dibagi menurut stadiumnya (3 stadium),
a. Stadium 1
Adanya distensi pada pembuluh darah kecil paru yang prominen akan
mengganggu pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas
difusi co. Keluhan pada stadium ini biasanya hanya berupa sesak napas
saat melakukan aktivitas.
b. Stadium 2
Pada stadium ini terjadi oedema paru interstisial. Batas pembuluh darah
paru menjadi kabur, demikian pula hilus serta septa interlobularis menebal.
Adanya penumpukan cairan di jaringan kendor interstisial akan lebih
mempersempit saluran napas kecil, terutama di daerah basal karena
pengaruh gravitasi. Mungkin pula terjadi reflek bronkokonstriksi yang
dapat menyebabkan sesak napas ataupun napas menjadi berat dan
tersengal.
c. Stadium 3
Pada stadium ini terjadi oedema alveolar. Pertukaran gas mengalami
gangguan secara berarti, terjadi hipoksemia dan hipokapnia. Penderita
tampak mengalami sesak napas yang berat disertai batuk berbuih
kemerahan (pink froty). Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun
dengan nyata.
E. PATOFISIOLOGI
alo kardiogenik dicetuskan oleh peningkatan tekanan atau volume yang
mendadak tinggi di atrium kiri, vena pulmonalis dan diteruskan (peningkatan
tekanannya) ke kapiler dengan tekanan melebihi 25 mmhg. Mekanisme
fisiologis tersebut gagal mempertahankan keseimbangan sehingga cairan akan
membanjiri alveoli dan terjadi oedema paru. Jumlah cairan yang menumpuk di
alveoli ini sebanding dengan beratnya oedema paru. Penyakit jantung yang
potensial mengalami alo adalah semua keadaan yang menyebabkan
peningkatan tekanan atrium kiri >25 mmhg. Sedangkan alo non-kardiogenik
timbul terutama disebabkan oleh kerusakan dinding kapiler paru yang dapat
mengganggu permeabilitas endotel kapiler paru sehingga menyebabkan
masuknya cairan dan protein ke alveoli. Proses tersebut akan mengakibatkan
terjadinya pengeluaran sekret encer berbuih dan berwarna pink froty. Adanya
sekret ini akan mengakibatkan gangguan pada alveolus dalam menjalankan
fungsinya.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EKG
1) Bisa sinus takikardia dengan hipertrofi atrium kiri, atau fibrilasi atrium,
tergantung penyebab gagal jantung.
2) Gambaran iskemik, infark, hipertrofi ventrikel kiri atau aritmia bisa
ditemukan.
3) Edema paru non iskemik: gelombang T negative yang lebar dengan QT
memanjang.
b. Laboratorium
c. Foto Toraks
Hilus melebar dan densitas meningkat disertai tanda bendungan paru, akibat
edema interstisial atau alveolar.
3. Kranialisasi vaskuler
d. Ecocardiografi
G. PENATALAKSANAAN
a. Posisi setengah duduk
b. Oksigen (40-50%) sampai 8 liter/menit bila perlu dengan masker. Jika
memburuk pasien makin sesak, takipneu, ronkhi bertambah, PaO2
tidak bisa dipertahankan ≥ 60 mmHg dengan O2 konsentrasi dan
aliran tinggi, retensi CO2, hipoventilasi, atau tidak mampu
mengurangi cairan edema secara adekuat dilakukan intubasi
endotrakeal, suction, dan ventilator/bipep.
c. Infuse emergensi
d. Monitor tekanan darah, monitor EKG, oksimetri bila ada.
e. Nitrogliserin sublingual atau iv.
f. Peroral 0,4-0,6 mg tiap 5-10 menit. Jika tekanan darah > 95 mmHg
bisa diberikan iv mulai dosis 3-5 μg/kgBB. Morfin sulfat: 3-5 mg iv,
dapat diulangi tiap 25 menit sampai total dosis 15 mg.
g. Diuretic : Furosemid 40-80 mg iv bolus dapat diulangi atau dosis
ditingkatkan tiap 4 jam atau dilanjutkan drip kontinu sampai dicapai
produksi urin 1 ml/kgBB/jam.
h. Bila perlu (tekanan darah turun/tanda hiperfusi) Dopamin 2-5
μg/kgBB/menit atau Dobutamin 2-10μg/kgBB/menit untuk
menstabilkan hemodinamik. Dosis dapat ditingkatkan sesuai respons
klinis atau keduanya.
i. Trombolitik atau revaskularisasi pada pasien innfark miokardial.
j. Intubasi dan ventilator pada pasien dengan hipoksia berat, asidosis,
atau tidak berhasil dengan terapi oksigen.
k. Atasi aritmia atau gangguan konduksi.
l. Operasi pada komplikasi akut infark jantung akut, seperti regurgitasi,
VSD, dan rupture dinding ventrikel atau korda tendinae.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin terjadi pada edema paru,meliputi :
1.Gagal nafas
2. Asidosis respiratorik
3. Henti jantung
I. PENCEGAHAN
1. Kenali tahap dini kapan tanda2 dan gejala2 yang ditunjukkan merupakan
tanda dan gejala kongesti pulmonal yaitu auskultasi bidang paru paru
pasien dengan penyakit jantung.
2. Hilangkan stress emosional dan terlalu letih untuk mengurangi kelebihan
beban ventrikel kanan.
3. Berikan morfin untuk mengurangi ansietas, dipsneu dan preload. Lakukan
tindakan mencegah gagal jantung kongestif dan penyuluhan pasien.
4. Nasihatkan untuk tidur dengan bagian kepala tempat tidur ditinggikan
25cm.
5. Tindakan bedah untuk menghilangkan atau meminimalkan defek valvular
yang membatasi aliran darah ke dalam dan keluar ventrikel kanan
J. PATHWAY
Penekanan
Paru tertekan Abdomen
Kurang Pengetahuan
Distress Resiko pada keluarga untuk berfikir Peradangan pleura Penekanan GIT
Kultural mengenai proses penyakit yang diderita
oleh klien bukan karena logis tetapi Nyeri Pleuritik
Anorexia, Nausea
melalui hal yang tidak masuk akal
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
ACUTE LUNG OEDEMA (ALO)
1. PENGKAJIAN
a. Identitas : Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, agama, suku / bangsa, alamat, tanggal dan
jam masuk rumah sakit, diagnosa medik.
a. Keluhan Utama : biasanya mengeluh sesak, badan lemas.
b. Riwayat Masuk: Klien biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak
nafas, cyanosis atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi/tidak.
Kesadaran kadang sudah menurun dan dapat terjadi dengan tiba-tiba pada
trauma. Berbagai etiologi yang mendasar dengan masing-masik tanda
klinik mungkin menyertai klien.
c. Riwayat Penyakit Dahulu: Predileksi penyakit sistemik atau berdampak
sistemik seperti sepsis, pancreatitis, Penyakit paru, jantung serta kelainan
organ vital bawaan serta penyakit ginjal mungkin ditemui pada klien
d. Pola Aktivitas sehari-hari :
1) Nutrisi dan metabolisme
2) Cairan dan metabolik
3) Pola eliminasi
4) Aktivitas dan latihan
5) Pola istirahar tidur
e. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : k/u lemah
Kesadaran : Composmentis
TB : -
BB : -
TTV :
TD : >120/80 mmHg
N : >80x/mnt
RR : > 20x/mnt
S : >37,5oC
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorim yang diperlukan untuk mengkaji etiologi
edema paru. Pemeriksaan tersebut diantaranya pemeriksaan hematologi/
darah rutin, fungsi ginjal, elektrolit, kadar protein, urinalisa gas darah.
2. Radiologi
Pada foto thorax untuk menunjukan jantung membesar, hilus yang
melebar, pedikel vaskuler dan vena azygos yang melebar serta sebagai
tambahan adanya garis kerley A, B dan C akibat edema. Gambar foto
thorax dapat dipakai untuk membedakan edem paru kardiogenik dan
edem paru non krdiogenik. Walaupun tetap ada keterbatasan yaitu
antara lain bahwa edem tidak akan tampak secara radiologi sampai
jumlah air di paru meningkat 30%. Beberapa masalah teknik juga dapat
mengurangi sensitivitas dan spesifitas rontgen paru, seperti rotasi,
inspirasi, ventilator, posisi pasien.
3. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan EKG biasa normal atau seringkali didapatkan tanda-tanda
iskemik atau infark miokard akut dengan edema paru.
Edukasi
Edukasi
1. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
3. Penurunan curah Tujuan : setelah Perawatan jantung I.02075
jantung dilakukan tindakan
berhubungan keperawatan selama Observasi
dengan perubahan 3x 24 jam
1. Identifikasi tanda/gejala
afterload diharapkan curanh
primer penurunan curah
jantung meningkat.
jantung meliputi (dispnea,
Kriteria hasil : kelelahan, edema, ortopnea,
kekuatan nadi perifer PND, peningkatan CVP)
(5), takikardia (5), 2. Identifikasi tanda/gejala
edema (5), dispnea sekunder penurunan curah
(5), tekanan darah jantung meliputi
(5). (peningkatan BB,
hepatomegali dll)
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor intake output
cairan
5. Monitor saturasi oksigen
6. Monitor keluhan nyeri
7. Monitor EKG 12 sadapan
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
1. Tindakan keperawatan
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan,
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. (Perry & Potter, 2005).
1. Tindakan Keperawatan Mandiri.
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan
mendiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang
tenang, mengompres hangat saat klien demam.
2. Tindakan Keperawatan Kolaboratif.
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan
anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan
bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah klien.
2. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi klien.(Potter & Perry. 2009).
S (subyek) : informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan
O (obyek) : informasi yang didapat dari hasil pengamatan, penilaian, dan
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah diberikan
tindakan
A (analisis) : membandingkan antara informasi subyek dan obyek dengan
tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa
masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah tidak teratasi.
P (planning) : rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analisa.
DAFTAR PUSTAKA
1.IDENTITAS DIRI
Nama : Tn D
Jenis Kelamin : laki-laki
Alamat : tanjunganom
Status : nikah
Agama : islam
Umur : 52 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Sopir dan pekerja bangunan
Sumber Informasi : Pasien, keluarga pasien dan rekam medis
A. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama : keluarga pasien mengatakan sesak napas
2. Riwayat Penyakit Sekarang: Klien mengeluh batuk-batuk kecil dan sesak
ringan sejak satu bulan yang lalu, setiap mengeluh biasanya memeriksakan
diri ke "klinik" dan biasanya hilang setelah diberi obat (jenis dan dosis
lupa). klien mengeluh sesaknya makin bertambah, badan cepat lelah
kemudian klien dibawa ke Klinik sekitar pukul 12.00WIB klien baru tiba
di Klinik dalam keadaan sesak dan diberikan bantuan nafas (bag & mask)
dan obat dibawah lidah, saat pengkajian pasien mengalami penurunan
kesadaran ia terlihat ngos-ngosan dan lemah.
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Hipertensi (+) sejak tahun 1987,
Riwayat DM (tidak tahu), riwayat Asthma (-)
4. Riwayat penyakit keluarga :orang tua penderita asthma, riwayat MRS (-).
5. Pernah dirawat : ya tidak kapan :…… diagnosa :
…………
6. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak
jenis : hipertensi
7. Riwayat penggunaan obat : captropil
8. Riwayat alergi:
Obat ya tidak jenis………………………
b. Pola Eliminasi
No Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
Hygiene
e. Aktivitas Lain
No Aktivitas Yang Di Rumah Di Rumah Sakit
Dilakukan
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : lemah
2. Kesadaran : stupor
3. GCS : E :4 V:4 M: 4
4. Tanda-tanda vital :
- Tekanan darah : 130/90 mmhg
- Nadi: 86 x/mnt
- Rr: 28 x/mnt
- Suhu : 36,8 c
5. Kepala : Mesocephal
6. Muka : Pucat
7. Mata : Konjungtiva : tidak anemis, sklera tidak ikterik
8. Hidung : Simetris, Bersih, tidak ada secret
9. Telinga : Tidak ada gangguan pendengaran
10. Mulut : Bersih
11. Leher
Inspeksi : simetris atau tidak
Palpasi : kelenjar limfe tidak teraba, kelnjar tiroid tidak membesar
12. Dada: Paru
Inspeksi : bentuk dada asimetris
Palpasi : vokal fremitus kanan kiri tidak sama
Perkusi : pekak
Auskultasi : terdengar ronki basah setengah lapangan paru atau lebih dan
terdapat wheezing, terdapat takipnea, ortopnea (manifestasi lanjutan).
Jantung
Inspeksi : ictus ordis terlihat
Palpasi : PMI teraba
Perkusi : pekak
Auskultasi : terdengar murmur
13. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada jejas
Auskultasi : Bising usus terdengar 23x/menit
Perkusi : Kuadran I sonor kuadran II, III, IV tympani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
14. Ekstremitas
Inspeksi : atas tau bawah simetris atau tidak, hitung jumlah jari
15. Integumen
Inspeksi : terlihat sianosis pada kuku
Palpasi : akral dingin crt >2 detik turgor jelek
16. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
Pemeriksaan Nilai Satuan
Nilai
Hb 13 - 16 % 14,5
Ht 40 - 54 % 42
Ureum 15 - 39 mg/ dL 27
Cl 98 - 107 mmol/ L 88
pH 7,35–3,45 7,475
HCO3 18 - 23 Mmol/L 12
AADO2 <100 80
Base Excess
13.Therapy
- Captopril 3 X 25 mg
- ISDN 3 X 5 mg
- Spironelacton 1 X 50 mg
- Lasix 1 ampul
- KSR 3 X 1 tab
- infus RL 28 tts/menit 500 cc/24 jam
ANALISA DATA
Nama Px : TN. D
Dianosa Medis : ALO
Cardiac Output ↓
Sesak nafas
2. Ds : - Ketidakseimbangan Gangguan
pertukaran gas
Do : - RR : 28 x/menit Staling Force
- PCO2 meningkat
- Po2 menurun Tekanan Kapiler Paru ↑
- Takikardia
- Bunyi napas
tambahan Cairan berpindah ke
- Sianosis interstitial
- Kesadaran menurun
Akumulasi cairan berlebih
(transudat / eksudat)
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
Terapeutik
Edukasi
10.00
12. Anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap
13. Ajarkan pasien dan keluarga mengkur intake dan
11.00 output cairan harian
Kolaborasi
12.20
Observasi
14.00
1. mengidentifikasi tanda/gejala primer penurunan
curah jantung meliputi (dispnea, kelelahan, edema,
ortopnea, PND, peningkatan CVP)
2. Memonitor tekanan darah
15.20 3. Memonitor intake output cairan
4. Memonitor saturasi oksigen
Terapeutik
Edukasi
16.40
9. Anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap
Kolaborasi
18.20
10. Kolaborasi pemberian antiarimia
11. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
Observasi
08.15
1. mengidentifikasi tanda/gejala primer penurunan
curah jantung meliputi (dispnea, kelelahan, edema,
ortopnea, PND, peningkatan CVP)
08.45 2. Memonitor tekanan darah
3. Memonitor intake output cairan
4. Memonitor saturasi oksigen
5. Memonitor keluhan nyeri
Terapeutik
Edukasi
10.15
9. Anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap
Kolaborasi
12.00
10. Kolaborasi pemberian antiarimia
EVALUASI
Nama pasien :TN.D
Diagnosa Medis :acute lung oedema