Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

“ MENINGITIS ”

KELOMPOK VI:

1. HERMIN WIRATWATI ( 11202088 )


2. EIRENE PAYUNGALLO ( 11202070 )
3. M. ICHWAN AFANDI HADI ( 11202103 )
4. TUTI NINGSIH ( 11202126 )
5. YULIANTO ( 11202123 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA


PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN NON REGULER
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
MENINGITIS

A. KONSEP DASAR TEORI


1. Definisi Meningitis
Merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arachnoid dan
piamatter di otak serta spinal cord. inflamasi ini sering disebabkan oleh
bakteri dan virus. (Donna D.,1999).
Meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang
mengelilingi otak dan medulla spinalis) yang disebabkan oleh virus ,
bakteri atau jamur. (Smeltzer,2001).
Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges,lapisan
yang tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang
punggung, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang
dapat terjadi secara akut dan kronis. (Harsono., 2003)
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya
ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok,
Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan
aseptis (virus) ( Long: 2008)

2. Etiologi
1) Bakterial :
a. Pada bayi prematur dan anak baru lahir-3bln
• Streptococcus grup B (subtipe III yang biasanya hidup di
vagina).
• Escherichia Coli (hidup dalam saluran pencernaan)
• Listeria monocytogenes (mengenai bayi baru lahir dan
menimbulkan epidemi)
b. Pada anak yang lebih besar
• Neisseria meningitidis
• Streptococcus pneumoniae
c. Pada orang dewasa
• Neisseria meningitidis
• Streptococcus pneumoniae
• Listeria monocygenes
2) Virus :
• Enterovirus
• Virus herpes simpleks tipe 2
• Virus varicella zoster
• Paromisovirus
• HIV
3) Jamur :
• Meningitis jamur yg paling sering adalah meningitis Cryptococcal
akibat Cryptoccus Neoformaris. Jenis jamur lain yg sering
dijumpai adalah spesies Hitoplasma Capsulatum, Coccidioides
Immitis, Blastromyces Dermatitidis dan Candida.
4) Parasit :
• Angiostrongylus Cantonensis
• Gnathostoma Spinigerum
• Schistosoma
5) Non Infeksi :
• Meningitis jenis ini disebabkan oleh beberapa faktor : kanker,
penyakit lupus, beberapa obat, cedera kepala, pembedahan otak.
3. Klasifikasi
1) Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau
menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak,
ensefalitis, limfoma, leukimia, atau darah di ruang subarakhnoid.
Spesifikasi :
• Disebabkan oleh virus seperti campak, mumps, herpes simpleks,
dan herpes zooster.
• Tidak terbentuk eksudat dan pada pemeriksaan cairan
serebrospinal (CSS) tidak ditemukan adanya organisme.
• Inflamasi terjadi pada korteks serebri, white matter, dan lapisan
menigens.
2) Sepsis
Meningitis bakterial merupakan salah satu penyakit infeksi yang
menyerang susunan saraf pusat, mempunyai resiko tinggi dalam
menimbulkan kematian, dan kecacatan. Diagnosis yang cepat dan tepat
merupakan tujuan dari penanganan meningitis bakteri (Pradana, 2009).
Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh
organisme bakteri seperti meningokokus, stafilokokus atau basilus
influenza.
3) Tuberculosa
Etiologi dari meningitis tuberkulosa adalah Mycobacterium
tuberculosis (Pradana, 2009).
Untuk meningitis tuberkulosa sendiri masih banyak ditemukan di
Indonesia karena morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis
tuberkulosa bukanlah karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh
penyebaran hematogen, melainkan biasanya sekunder melalui
pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsung tulang belakang
atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga arakhnoid (Pradana,
2009).

4. Manifestasi Klinik
Ada 3 gejala umum yaitu :
1) Gejala infeksi akut :
• Demam
• Lesu
• Anoreksia.
2) Gejala kenaikan tekanan intracranial :
• Nyeri kapala
• Muntah
• Kesadaran menurun dari apatis sampai koma
• Kejang
• Fotofobia
3) Gejala rangsangan meningen positif :
• Kaku kuduk
• Kernig
• Lasegue
• Brudzinsky I
• Brudzinsky II

5. Klasifikasi
1) Asepsis
Meningitis asepsis mengacu pada salah satu meningitis virus atau
menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak,
ensefalitis, limfoma, leukimia, atau darah di ruang subarakhnoid.
Spesifikasi :
• Disebabkan oleh virus seperti campak, mumps, herpes simpleks, dan
herpes zooster.
• Tidak terbentuk eksudat dan pada pemeriksaan cairan serebrospinal
(CSS) tidak ditemukan adanya organisme.
• Inflamasi terjadi pada korteks serebri, white matter, dan lapisan
menigens.
2) Sepsis
Meningitis bakterial merupakan salah satu penyakit infeksi yang
menyerang susunan saraf pusat, mempunyai resiko tinggi dalam
menimbulkan kematian, dan kecacatan. Diagnosis yang cepat dan tepat
merupakan tujuan dari penanganan meningitis bakteri (Pradana, 2009).
Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh
organisme bakteri seperti meningokokus, stafilokokus atau basilus
influenza.
3) Tuberculosa
Etiologi dari meningitis tuberkulosa adalah Mycobacterium
tuberculosis (Pradana, 2009).
Untuk meningitis tuberkulosa sendiri masih banyak ditemukan di
Indonesia karena morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis
tuberkulosa bukanlah karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh
penyebaran hematogen, melainkan biasanya sekunder melalui
pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsung tulang belakang
atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga arakhnoid (Pradana,
2009).

6. Patofisiologi
Beberapa tahapan yang terjadi hingga terjadinya infeksi pada meningen yaitu :
- Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis
yang dapat menyebabkan obstruksi sehingga dapat menyebabkan
hidrosefaus dan peningkatan TIK.
- Organisme masuk melalui sel darah merah pada blood barie.masuknya dapat
melaui trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau pecahnya abses
serebral atau kelainan sistim saraf pusat dapat menimbulkan meningitis,
dimana terjadi hubungan CSF dan dunia luar.
- Masuknya Oganisme ke susunan saraf pusat melalui suang sub arachnoid
dan menimbulkan respon peradangan pada via, aracnoid,csf dan ventrikel.
- Dari reaksi radang muncul eksudat dan perkembangan infeksi pada
ventrikel, edema, dan skar jaringan sekeliling ventrikel menyebabkan
obstruksi pad CSF dan menimbulkan hidrosefalus
- Penumpukan pada CSF akan bertambah dan mengganggu aliran CSF di
sekitar otak dan medulla spinalis. Terjadi vasodilasi cepat dari pemuuh
darah yang dapat menimbulkan ruptur atau thrombosis dindin pembuluh
darah dan jaringan otak dapat infark.
7. Pemeriksaan Penunjang
1) Lumbal Pungsi
Lumbal pungsi adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal
dengan memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid diantara tulang
belakang daerah lumbal ketiga dan keempat atau antara lumbal keempat
dan kelima hingga mencapai ruang subarachnoid dibawah medulla
spoinalis di bagian causa. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan cairan
serebrospinalis. Pemeriksaan cairanserebrospinal sangat membantu dalam
mendiagnosa penyakit-penyakit neurologi.Selain itu juga untuk evaluasi
pengobatan dan perjalanan penyakit
Hasil pemeriksaan lumbal pungsi :
• Jumlah leukosit meningkat
• Kadar glukosa darah menurun
• Protein meningkat
• Tekanan cairan meningkat
• Asam laktat meningkat
• Glukosa serum meningkat
2) EEG (Electroencephalography)
Mengidentifikasi penyakit didasarkan pada gelombang otak dan
mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
3) CT Scan
Untuk melihat adanya kontusio, hematoma, hidrosefalus, edema
otak.
4) MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Menunjukkan daerah yang mengalami infark, hemoragik, dan
malformasi arteriovena. salah satu bentuk pemeriksaan radiologi yang
menggunakan prinsip magnetisasi. MRI menciptakan gambar yang dapat
menunjukkan perbedaan sangat jelas dan lebih sensitive untuk menilai
anatomi jaringan lunak dalam tubuh, terutama otak
5) Angiografi serebral
Membantu menentukan perdarahan, obstruksi arteri atau adanya
Titik oklusi/ ruptur. sebuah teknik sinar-x di mana zatwarna disuntikkan
ke dalam arteri yang mengarah ke otak
8. Komplikasi
Gangren: kondisi serius yang muncul ketika banyak jaringan tubuh
mengalami nekrosis/mati terjadi setelah seseorang mengalami luka,
infeksi/masalah kesehatan kronis yang memengaruhi sirkulasi darah.
Pada anak-anak yang menderita meningitis meningokokus yang parah,
ruam petechial (bintik-bintik merah akibat pendarahan didalam kulit)
memburuk menjadi gangren sehingga kadang anggota badan harus
diamputasi.
• Sepsis: Infeksi meningitis dapat memicu sepsis, suatu sindrom respons
radang sistemik dimana terjadi penurunan tekanan darah, denyut
jantung cepat, suhu tubuh abnormal yang tinggi/rendah, dan
peningkatan laju napas.
• Resiko pendarahan: Aktivasi berlebihan dari penggumpalan darah,
dapar mengobstruksi aliran darah ke organ dan secara langsung
meningkatkan resiko pendarahan.
• Hidrosefalus: Dengan jaringan otak membengkak, tekanan di dalam
tengkorak akan meningkat dan otak yang membengkak dapat
mengalami herniasi melalui dasar tengkorak. Hal ini terlihat dari
menurunnya kesadaran, hilangnya refleks pupil terhadap cahaya, dan
postur tubuh abnormal. Terjadinya ini pada jaringan otak juga dapat
menyumbat aliran normal CSS di otak dan menyebabkan hidrosefalus.
• Kejang: Merupakan tahap awal meningitis, disebabkan oleh
peningkatan tekanan dan luasan daerah radang di otak.
• Abnormalitas pada saraf kranial: Adanya gangguan pada kelompok
saraf yang berasal dari batang otak yang mensuplai kepala dan leher
dan mengontrol dari berbagai fungsi diantaranya gerakan mata, otot
wajah, dan fungsi pendengaran sehingga pada anak yang mengalami
meningitis dapat terjadi kebutaan, tuli, kelemahan, hilangnya
sensasi/gerakan dan fungsi berbagai bagian tubuh terutama pada
bagian wajah.
• Infark serebri: Berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak
9. Penatalaksanaan Medis
1) Penanganan farmakologi
• Meningitis bakterial, umur < 2 bulan
Cephalosporin Generasi ke 3, atau
Kombinasi Ampicilin 150-200 mg (400 mg)/KgBB/hari IV dibagi
dalam 4-6 kali dosis sehari danChloramphenicol 50 mg/KgBB/hari
IV dibagi dalam 4 dosis
• Meningitis bakterial, umur >2 bulan:
Kombinasi Ampicilin 150-200 mg (400 mg)/KgBB/hari IV
dibagi dalam 4-6 kali dosis sehari danChloramphenicol 50
mg/KgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis, atau
Sefalosporin Generasi ke 3 Dexamethasone dosis awal 0,5
mg/KgBB IV dilanjutkan dengan dosis rumatan 0,5 mg/KgBB IV
dibagi dalam 3 dosis, selama 3 hari. Diberikan 30 menit sebelum
pemberian antibiotika
• Antimikroba Agen Agen ini digunakan untuk mengobati atau
mencegah infeksi yang disebabkan oleh patogen paling mungkin
dicurigai atau diidentifikasi seperti Ceftriaxone (Rocephin),
Sefotaksim (Claforan)
• AntivirusAgen
Agen ini mengganggu replikasi virus, mereka melemahkan atau
meniadakan aktivitas virus. Seperti Acyclovir (Zovirax),
Gansiklovir (Cytovene).
• Antijamur Agen ini digunakan dalam pengelolaan penyakit
menular yang disebabkan oleh jamur. Nama obat : Flukonazol
(Diflucan), Flusitosin (Ancobon).
• Antitubercular Agen untuk Meningitis tuberkulosa Agen ini
digunakan dalam pengelolaan penyakit mikobakteri dalam
kombinasi dengan agen antitubercular lainnya. Nama obat :
Isoniazid , Rifampicin.
• Kortikosteroid
Penggunaan steroid telah terbukti meningkatkan hasil keseluruhan
dari pasien dengan beberapa jenis meningitis bakteri, seperti H
influenzae, tuberkulosis, dan meningitis pneumokokus. Jika steroid
diberikan, mereka harus diberikan sebelum atau selama pemberian
terapi antimikroba. Nama obat : Deksametason.
• DiuretikAgen
Agen ini digunakan untuk mengurangi tekanan intrakranial dan
mengobati edema otak. Nama Obat : manitol
• Menghentikan kejang:
Diazepam 0,2-0,5 mg/KgBB/dosis IV atau 0,4-0,6
mg/KgBB/dosis REKTAL SUPPOSITORIA, kemudian
dilanjutkan dengan: Phenytoin 5 mg/KgBB/hari IV/PO dibagi
dalam 3 dosis atau Phenobarbital 5-7 mg/Kg/hari IM/PO dibagi
dalam 3 dosis
• Antipiretika: Paracetamol 10 mg/KgBB/dosis PO
atau Ibuprofen 5-10 mg/KgBB/dosis PO diberikan 3-4 kali sehari
2) Penanganan non-farmakologi
• Konsumsi cairan sebanyak mungkin
• Istirahat secara total
• Diet makanan
• Mandi air hangat
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

1. Pengkajian Meningitis
a) Biodata Klien :
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, alamat, tanggal masuk
rumah sakit, nomor registrasi, tanggal pengkajian dan diagnose medis.
b) Riwayat kesehatan yang lalu
1) Apakah pernah menderita penyakit ISPA atau TBC ?
2) Apakah Pernah Jatuh atau Trauma Kepala
3) Pernah Operasi daerah kepala ?
c) Riwayat penyakit sekarangm :
1) Aktifitas
Gejala : perasaan tidak enak (malaise), tanda : ataksia,kelupuhan,
gerakan involunter
2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi :endokarditis dan PJK, tanda :
TD meningkat, Nadi menurun, takikardia,disritmia
3) Eliminasi
Inkontinensi atau retensi
4) Makanan atau Cairan
Kehilangan nafsu makan, sulit menelan, tanda: anoreksia,
muntah,turgor kulit jelek dan membrane mukosa kering.
5) Hygiene
Ketergantungan terhadap semua kebuuhan perawatann diri.
6) Neurosensori
Gejala : Saki kepala, parastesia, tersa kaku pada persarafan yang
terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang,diplobia, fotobia,
ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai
kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan
memori, afasia, anisokor, mistagmus,ptosis, kejangumum / local,
hemiparese, tanda burdzinski atau kernig positif, babinski positif.
7) Nyeri / keamanan
Gejala : sakit kepala (berdenyut hebat), Tanda : gelisah, menangis.
8) Pernapasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru, Tanda : peningkatan kerja
pernafasan.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan hematog
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
peningkatan TIK
3. Hipertermia berhubungan dengan penyakit
4. Nyeri akut berhubungan dengan agens cidera biologis (infeksi)
5. Mual berhubungan dengan biofisik (meningitis)
-

6. Hambatan mobilitas ditempat tidur berhubungan dengan nyeri dan


gangguan neuromuscular
7. Resiko dubitus berhubungan dengan penurunan mobilitas
3. Intervensi

Tanggal Diagnosa Tujuan dan Tindakan


Keperawatan Kriteria Hasil
Infeksi Setelah dilakukan
1. Mengidentifikasi faktor
tindakan 2 X 24 resiko infeksi
jam, tidak terjadi
2. Mengidentifikasi tanda dan
penyebaran gejala infeksi
infeksi. Dengan
3. Memonitor status
kriteria hasil: perubahan kesehatan
- Suhu 4.
tubuh Melakukan vaksinisasi
pasien normal yang direkomendasikan
(36,70C – 37,70C)5. Kolaborasi dengan dokter
- TTV klien pemberian antibiotik
normal:
Suhu ((36,70C –
37,70C)
RR : 16-20
kali/menit
Nadi: 60 – 100
kali/menit
TD: 120/80
(normal)
- Hasil
pemeriksaan
lumbal fungsi
klien (-)
Resiko Setelah dilakukan
1. Monitor status neurologi
ketidakefektifan tindakan setiap 2 jam: tingkat
perfusi jaringan keperawatan kesadaran, pupil, reflex,
cerebral selama 1 X 24 kemampuan motoric, nyeri
berhubungan jam, diharapkan : kepala, kaku kuduk.
peningkatan 1. Nilai TIK normal2. Pertahankan tirah baring
TIK 1. Tanda vital dengan posisi kepala datar
normal 3. Pantau tanda tanda vital
2. Tidak terjadi sesuai indika setelah
defisit neurologi tindakan lumbal
4. Pantau GCS klien
5. Beri tindakan yang
menimbulkan rasa nyaman.
6. Kolaborasi dengan dokter
pemberian dexamethason
dan terapi O2.
Hipertermia Setelah dilakukan
1. Monitor tanda-tanda vital
berhubungan tindakan 1 X 24
2. Melakukan control infeksi
dengan penyakit jam, suhu tubuh
3. Melakukan pengecekan
klien normal. suhu secara berskala
Dengan criteria
4. Memandikan pasien dengan
hasil : air hangat.
- –
Suhu ((36,70C 5. Kolaborasi pemberian obat
37,70C) antipiretik
- RR : 6.
16-20 Kolaborasi pemberian
kali/menit nutrisi total perenteral
- Nadi: 60 – 100
kali/ment
- TD: 120/80
(normal)
- Klien tidak
merasa menggigil
lagi
Nyeri akut Setelah dilakukan
1. Melakukan manajemen
berhubungan tindakan selama 1 nyeri
dengan agens X 24 jam, nyeri
2. Hindari pasien dari suara-
cidera biologis dapat teratasi suara bising
(infeksi) dengan kriteria
3. Atur posisi pasien
hasil : senyaman mungkin
- Skala nyeri 0 4. Memberikan terapi
- Klien tidak relaksasi
menyeeluh 5.
sakit Kolaborasi pemberian obat
kepala lagi analgesik
- Klien tidak
merasa lemas lagi
Mual Setelah dilakukan
1. Monitor asupan dan
berhubungan tindakan selama 1 haluaran cairan pasien
dengan biofisik X 24 jam, mual
2. Melakukan manajemen
(meningitis) dapat teratasai. mual dan muntah
Dengan kriteria
3. Monitor kesimbangan
hasil: nutrisi pasien
- Nafsu 4.
dapat Kolaborasi pemberian
mengontrol mual terapi intravena
dan muntah
- Nafsu makan
klien meningkat
- Terjadi
keseimbangan
elektrolit dan
asam basa
Hambatan Setelah dilakukan
1. Kaji tingkat kemampuan
mobilitas tindakan ROM aktif pasien
ditempat tidur keperawatab 2. Melakukan latihan
berhubungan selama 4 X 24 peregangan
dengan nyeri jam, klien dapat
3. Melakukan terapi
dan gangguan melakukan pergerakan sendi
neuromuscular mobiliasasi. 4. Melakukan pengaturan
Dengan kriteria posisi pasien (miring kanan
hasil: dan miring kiri)
1. TTV klien normal
5. Kolaborasikan pada
: Nadi klien fisioterapi dalam melakukan
normal (60-100 terapi ROM
kali/menit)
TD: 120/80
2. Skala nyeri 0
3. Klien dapat
melakukan
ambulasi
4. Klien dapat
menggerakn
sendi-sendi
tubuhnya
5. Fisik pasien
kembali bugsar
Resiko dubitus Setelah diberikan
1. Pantau tanda-tanda vital
berhubungan asuhan klien
dengan keperawatan 2. Anjurkan klien miring
penurunan selama 2x24 jam kanan dan miring kiri
mobilitas resiko dekubitus
3. Berikan posisi nyaman
dapat diatasi klien
dengan criteria
4. Bersikan tubuh pasien
hasil : secara teratur
1. Klien dapat
5. Kolaborasikan dengan ahli
fisioterapi
menggerakan
tubuhnya.
2. Klien tidak lemas
3. Klien bisa bangun
dari tempat tidur

DAFTAR PUSTAKA
Huda, amin. 2015. Nanda Nic-Noc. jogjakarta: mediaction.
Eric, muhamad. 2010. mikrobiologi kedoteran. Jakarta: Binarupa Aksara.
Aminoft, michael. 2015, clinical neurology. United states of ameica: craw
education.
Lippincot, Williams & Wilkins.2011.Nursing : Memahami Berbagai Macam
Penyakit.Jakarta:Indeks.
Muttaqin, Arif.2008.Buku Ajar Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan.Jakarta:Salemba Medika.
Suririnah.2009.Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan.Jakarta:Gramedia Pustaka
Utama.
Sears, William & Martha Sears.2003.THE BABY BOOK.Jakarta:Serambi.
Susanti, Desi. 2012. Disitasi https://www.scribd.com/doc/84882440/Makalah-
Askep-Meningitis. Diakses tanggal 24 novembe 2020.

Anda mungkin juga menyukai