Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS JURNAL

PENGARUH SENAM ASMA TERSTRUKTUR TERHADAP PENINGKATAN ARUS


PUNCAK EKSPIRASI (APE) PADA PASIEN ASMA

Disusun oleh :

MIDA AULIA NURWINA NIM 11151027

Program studi S1 Keperawatan

Dosen Pembimbing Kunty Utami Dewi, S. Kep., Ns

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) PERTAMEDIKA

2016

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penanganan asma di Indonesia memang cukup sulit karena tidak bisa
disembuhkan dan harus menghindari penyebab dari timbulnya asma itu sendiri. Selain
dengan menghindari beberapa penyebab timbulnya asma tersebut, penderita bisa
melakukan senam asma karena bertujuan untuk memperkuat otot-otot pernapasan,
kemudian juga melatih penderita untuk cara bernapas yang benar, meningkatkan sirkulasi
pernapasan, mengontrol penderita asma dan lainnya. Pada prinsipnya untuk melatihan
otot pernapasan agar nantinya penderita dapat lebih mudah dalam bernapas. Untuk
intensitas senam ini akan lebih baik jika dilakukan secara rutin dan teratur 3 sampai
dengan 4 kali dalam satu minggu, dengan durasi kurang lebih 30 menit.

Arus Puncak Ekspirasi (APE) atau Peak Expiratory Flow atau ada juga yang
menyebut Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) adalah kecepatan ekspirasi maksimal yang
bisa dicapai oleh seseorang, dinyatakan dalam liter per menit (L/menit) atau liter per
detik (L/detik). Nilai APE didapatkan dengan pemeriksaan spirometri atau menggunakan
alat yang lebih sederhana yaitu peak expiratory flow meter (PEF meter).

Pasien yang penderita asma dapat menyebabkan episode berulang mengi, susah
bernapas, dada sesak dan batuk merupakan media bagus untuk penurunan fungsi paru.
Tindakan senam asma disamping sebagai upaya melatih cara bernafas yang benar dan
memperkuat otot pernapasan sehingga pasien dapat merasakan tubuhnya menjadi lebih
bugar dan serangan asma dapat berkurang.

Dengan gambaran tersebut maka penting bagi perawat untuk dapat melakukan
tindakan senam asma secara efektif sehingga dapat membantu pasien untuk latihan atau
exercise yang dapat mempengaruhi peningkatan fungsi paru (APE) pada pasien asma.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan penyusunan makalah telaah jurnal Evidence Based Nursing dengan tema
pengaruh senam asma terstruktur terhadap peningkatan arus puncak ekspirasi (APE)
pada pasien asma menambah referensi tindakan mandiri perawat berdasarkan ilmu
dan fakta (evidence based) yang dapat dilakukan pada lahan praktek untuk
meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien dengan penurunan fungsi paru atau
asma.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami manfaat senam asma untuk meningkatkan fungsi
paru berdasarkan studi literature
b. Mahasiswa mampu menjelaskan peran perawat speasialis dalam melakukan
senam asma dalam meningkatkan fungsi paru
c. Mahasiswa mampu menilai aplikabilitas penatalaksanaan senam asma dalam
meningkatkan fungsi paru
d. Mahasiswa mampu membuat rencana penatalaksanaan senam asma dalam
meningkatkan fungsi paru

C. Manfaat
Setelah menyelesaikan telaah jurnal Evidence Based Nursing : pengaruh senam
asma terstruktur terhadap peningkatan arus puncak ekspirasi (APE) pada pasien asma
mahasiswa/perawat dapat :
1. Menambah wawasan ilmu pengetahuan perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan pasien dengan asma baik dalam tahap promotif maupun tahap
rehabilitative
2. Memberikan informasi tentang pentingnya senam asma dan lebih memotivasi pasien
untuk mengikuti senam asma secara rutin

D. Sistematika
Bab I pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, tujuan, manfaat dan
sistematika penulisan. Bab II tinjauan pustaka. Bab III hasil analisis jurnal. Bab IV
pembahasan. Bab V penutup.
BAB II

KONSEP DASAR

A. Senam Asma
Senam asma merupakan salah satu pilihan olah raga yang tepat bagi penderita
asma. Karena senam asma bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan juga
meningkatkan kemampuan benapas.
Senam asma juga merupakan salah satu penunjang pengobatan asma karena
keberhasilan pengobatan asma tidak hanya ditentukan oleh obat asma yang dikonsumsi,
namun juga faktor gizi dan olah raga. Bagi penderita asma, olah raga diperlukan untuk
memperkuat otot-otot pernapasan.
Manfaat dan tujuan Senam Asma :
1. Melatih cara bernafas yang benar.
2. Melenturkan dan memperkuat otot pernafasan.
3. Melatih ekspektorasi yang efektif.
4. Meningkatkan sirkulasi.
5. Mempercepat asma yang terkontrol.
6. Mempertahankan asma yang terkontrol.
7. Kualitas hidup lebih baik.

Rangkaian senam asma pada prinsipnya untuk melatih memperkuat otot-otot


pernafasan agar penderita asma lebih mudah melakukan pernafasan dan ekspektorasi.

B. Arus Puncak Ekspirasi (APE)


Arus Puncak Ekspirasi (APE) atau Peak Expiratory Flow atau ada juga yang
menyebut Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) adalah kecepatan ekspirasi maksimal yang
bisa dicapai oleh seseorang, dinyatakan dalam liter per menit (L/menit) atau liter per
detik (L/detik). Nilai APE didapatkan dengan pemeriksaan spirometri atau menggunakan
alat yang lebih sederhana yaitu peak expiratory flow meter (PEF meter). Alat ini mudah
dibawa, tidak perlu sumber listrik dan harganya relatif murah sehingga memungkinkan
tersedia di berbagai tingkat layanan kesehatan.
PEF meter relatif mudah digunakan baik oleh dokter maupun penderita, sebaiknya
tersedia di rumah untuk memantau keadaan asmanya. Nilai APE tidak selalu berkorelasi
dengan hasil pemeriksaan faal paru lainnya, selain itu APE juga tidak selalu berkorelasi
dengan derajat beratnya obstruksi. Karena itu pengukuran nilai APE sebaiknya
dibandingkan dengan nilai terbaik sebelumnya (bukan nilai prediksi normal), kecuali
tidak diketahui nilai terbaik penderita yang bersangkutan.
Nilai prediksi normal faal paru setiap orang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti
gender, tinggi badan, berat badan usia, ras, dan lain-lain. Manfaat APE dalam diagnosis asma :
1. Reversibilitas, yaitu perbaikan nilai APE > 15% setelah inhalasi bronkodilator
(disebut uji bronkodilator), atau bronkodilator oral 10-14 hari, atau respons terapi
kortikosteroid (inhalasi/oral selama 2 minggu).
2. Variabilitas, menilai variasi diurnal APE yang dikenal sebagai variabilitas APE harian
selama 1-2 minggu. Variabilitas juga dapat digunakan untukl menilai derajad berat
penyakit

C. Persiapan Pasien
Senam asma sebaiknya dilakukan rutin 3-4 kali seminggu dan setiap kali senam
30 menit. Senam asma akan memberikan hasil bila dilakukan selama 6-8 minggu. Senam
asma tidak berbeda dengan senam pada umumnya. Berikut rangkaian senam asma :
1. Pemanasan : Dimulai dengan pemanasan
2. Latihan Inti
a) Latihan Inti A : Bertujuan untuk melatih cara bernapas yang efektif bagi penderita
asma. Dengan cara menarik napas dan mengeluarkan napas. Proses pengeluaran
napas lebih lama 2 hitungan.
b) Latihan Inti B : Bertujuan untuk melepaskan otot-otot pernapasan. Dengan irama
yang ritmis, otot-otot akan menjadi santai, sehingga mempermudah pernapasan
dan ekspektorasi.
3. Aerobik : Dilakukan supaya tubuh dapat menghasilkan pembakaran O2 tinggi untuk
meningkatkan hembusan napas. Dan disesuaikan dengan kondisi dan usia peserta
senam asma.
4. Pendinginan : Diakhiri dengan pendinginan, dilakukannya gerakan-gerakan lambat
agar otot-otot kembali seperti keadaan semula yaitu dengan menggerakkan tangan
sambal menarik napas pelan-pelan.

Senam asma tidak boleh dilakukan sembarangan. Ada syarat-syarat bagi mereka yang
akan melakukan senam asma yaitu tidak dalam serangan asma, sesak napas dan batuk,
tidak dalam serangan jantung, dan tidak dalam keadaan stamina menurun akibat flu atau
kurang tidur dan baru sembuh.

D. Asma
Asma merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh hipersensitivitas cabang
trakeobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan dan keadaan ini bermanifestasi
sebagai penyempitan jalan napas secara periodic dan reversible akibat bronkospasme.
Asma pada awalnya diperkirakan disebabkan oleh kombinasi faktor genetika dan
lingkungan.
Asma ditandai dengan adanya episode berulang dari mengi, sesak napas, dada
terasa berat, dan batuk. Dahak bisa saja terbentuk di paru-paru karena batuk tetapi sulit
untuk dikeluarkan. Gejala biasanya memburuk pada waktu malam atau pagi hari atau
sebagai respons terhadap kegiatan olahraga atau udara dingin. Pada sejumlah penderita
asma ada yang jarang menunjukkan gejala, sebagai respons terhadap pemicu, sedangkan
sejumlah penderita asma yang lain mungkin menunjukkan gejala yang nyata dan
persisten.
Beberapa individu akan menderita asma tanpa gejala/stabil selama berminggu-
minggu atau berbulan-bulan dan kemudian secara mendadak dalam perjalanannya
berkembang menjadi episode asma akut. Individu yang berbeda akan bereaksi berbeda
pula terhadap berbagai faktor. Pada sebagian besar individu dapat terjadi peningkatan
intensitas gejala suatu penyakit yang berat akibat dari sejumlah pemicu.
Ada banyak faktor di rumah yang dapat menjad penyebab munculnya serangan
asma asma yang meliputi debu, binatang ketombe (terutama rambut kucing dan anjing),
kecoa alergen dan jamur. Parfum merupakan penyebab serangan asma yang paling umum
pada wanita dan anak-anak. Infeksi viral dan bakteri s pada saluran pernapasan atas,
keduanya dapat memperburuk penyakit ini. Faktor psikologi seperti stress dapat
memperburuk gejalanya. Diperkirakan stres dapat mengubah sistem imunitas dan
selanjutnya meningkatkan reaksi peradangan saluran napas sebagai respons terhadap
alergen dan iritan.
Asma dibagi menjadi 3 kategori :
1. Asma Alergik : Kepekaan individu terhadap allergen
2. Asma Intrinsik : Lebih sering timbul sesudah usia 40 tahun dan serangan timbul
setelah infeksi sinus hidung atau pada percabangan trakeabronkial
3. Asma Campuran : Sebagian besar pasien asma intrinsic akan berlanjut menjadi bentuk
campuran. Anak yang menderita asma ekstrinsik sering sembuh sempurna saat dewasa
muda.

Manifestasi klinik setelah pasien terpajan allergen penyebab atau factor pencetus,
segera akan timbul dyspnea. Pasien merasa seperti tercekik dan harus berdiri atau duduk
dan berusaha penuh, mengerahkan tenaga untuk bernapas. Berdasarkan perubahan
perubahan anatomis yang telah dijelaskan, bahwa kesulitan utama terletak pada saat
ekspirasi. Percabangan trakeobronkial melebar dan memanjang selama inspirasi, tetapi
sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronkiolus yang sempit, mengalami edema dan
terisi mucus, yang dalam keadaan normal akan berkontraksi sampai tingkatan tertentu
pada ekspirasi. Udara terperangkap pada bagian distal tempat penyumbatan, sehingga
terjadi hiperinflasi progrsif paru. Akan timbul mengi ekspirasi memanjang yang
merupakan ciri khas asma sewaktu pasien berusaha memaksakan udara keluar.

BAB III

PEMECAHAN MASALAH MELALUI ANALISIS JURNAL

A. Analisis PICO
1. Problem
Asma merupakan proses peradangan kronis yang dapat menimbulkan berbagai
masalah, antara lain susah bernapas, dada sesak, batuk dan peningkatan respon
saluran napas terhadap berbagai rangsangan. Inflamasi ini terjadi karena edema
mukosa, secara teoritis kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru akan menurun
sesuai dengan bertambahnya usia seseorang hal ini juga disebabkan karena terjadi
penurunan elastisitas dinding dada. Selama proses penuaan juga terjadi penurunan
elastisitas alveoli, penebalan kelenjar bronchial, penurunan kapasitas paru dan
peningkatan jumlah ruang rugi (Guyton & Hall, 2014). Dengan penurunan kapasitas
paru disebabkan juga oleh melemahnya otot-otot interkosta sehingga mengurangi
pergerakan dinding dada, adanya osteoporosis vertebra, sehingga menurunkan
fleksibilitas spinal dan peningkatan derajat kiposis dan lebih jauh akan meningkatkan
diameter antero-posterior rongga dada, diagfragma lebih datar dan kehilangan
elastisitasnya (Lemon & Burke, 2000).
Meskipun merupakan penyakit yang dikenal luas masyarakat secara umum namun
kurang dipahami hingga timbul kebiasaan baik dari pihak tenaga kesehatan maupun
masyarakat untuk mengatasi gejala asma hanya saat gejala sesak napas dan mengi
dengan pemakaian obat-obatan bronkodilator saja, tetapi tidak dengan mengelola
asma secara lengkap sehingga bias bersifat menetap dan penurunan produktivitas
serta penurunan kualitas hidup dan komplikasi lanjutan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat mempunyai peluang yang besar
untuk dapat melakukan berbagai tindakan mandiri untuk mencegah terjadinya
komplikasi bahkan terjadinya kegagalan pernapasan dengan melakukan tindakan
senam asma.

2. Intervention
Tindakan senam asma merupakan salah satu tindakan mandiri perawat yang
sangat memungkinkan untuk dilaksanakan secara mandiri dan terbukti efektif di
dalam membantu meningkatkan kemampuan pernapasan sehingga mengurangi
kekambuhan serta meningkatkan efisiensi kerja otot-otot pernapasan, menambah
aliran darah ke paru sehingga aliran darah yang teroksigenasi lebih banyak.
Senam asma didasarkan pada prinsip melatih otot-otot pernapasan dengan
gerakan aerobic 1, 2, 3, dan 4. Dimana melatih dan mengontrol ekspirasi dan inspirasi
untuk pengeluaran CO2 dari tubuh yang tertahan karena obstruksi saluran napas.
Karena ventilasi mendahului peningkatan pembentukan karbondioksida dalam darah
sehingga otak mengadakan suatu rangsangan antisipasi pernapasan pada permulaan
latihan, menghasilkan ventilasi alveolus ekstra bahkan sebelum hal ini dibutuhkan.

3. Comparison
Berbagai tindakan yang dapat dilakukan untuk melatih cara bernapas yang benar
dan memperkuat otot pernapasan, yaitu posisi semi fowler 45. Berdasarkan hasil
penelitian ternyata senam asma merupakan tindakan yang paling efektif untuk melatih
cara bernafas yang benar, melenturkan, dan memperkuat otot pernapasan.
4. Outcome
Setelah dilakukan senam asma di harapkan pasien yang menderita asma tidak
terus menerus kambuh sehingga pernapasan dapat terkontrol dengan baik.

B. Analisa Jurnal/EBN
1. Junrnal Pendukung
a. Senam Asma Tiga Kali Seminggu Lebih Meningkatkan Kapasitas Vital Paksa
(Kvp) Dan Volume Ekspirasi Paksa Detik 1 (Vep 1) Dari Pada Senam Asma
Satu Kali Seminggu Pada Penderita Asma Persisten Sedang
Penelitian ini dilakukan oleh I Ketut Darmayasa sebagai peneliti utama
dan dibantu oleh Rita dan Anwar yang dilakukan pada tahun 2013 Unit
Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.
Penelitian ini melibatkan semua peserta senam yang mengikuti senam
asma dari bulan Mei sampai Juli 2011 di RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan pemberian frekuensi senam asma tiga kali
seminggu dengan senam asma seminggu sekali terhadap peningkatan Volume
Ekspirasi Paksa detik 1 (VEP 1), Kapasitas Vital Paksa (KVP) pada penderita
asma persisten sedang diukur menggunakan Spirometry. Penelitian ini
menggunakan metode rancangan pre test and post test group design. Hasil
penelitian menunjukkan senam asma tiga kali seminggu dengan senam asma satu
minggu sekali diolah menggunakan uji analisis Independent sample t-test. Hasil
uji menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan (p<0,05). Maka disimpulkan
bahwa pemberian senam asma tiga kali seminggu lebih baik daripada senam asma
satu kali seminggu terhadap peningkatan Kapasitas Vital Paksa (KVP) dan
Volume Ekspirasi Paksa Detik 1 (VEP1) pada asma persisten sedang. Hal tersebut
menunjukkan berkurangnya serangan asma dan meningkatkan kekuatan otot-otot
pernapasan dan volume paru.

2. Pembahasan
a. Importance
Meningkatkan fungsi paru dalam memperoleh oksigen dan mengurangi
hiperventilasi paru merupakan prioritas utama pada pasien dengan asma. Teori
senam asma menyatakan bahwa dasar penyebab dari penyakit asma adalah
kebiasaan bernapas secara berlebihan (over-breathing) yang tidah disadari .
Teori yang mendasari Senam Asma ini dalam mengembangkan teknik
pernapasan ini adalah :
Bila pasien asma melakukan pernapasan dalam, maka jumlah CO 2 yang
dikeluarkan akan semakin meningkat. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
defisisensi CO2 disebabkan oleh cara bernapas dalam yang dapat
menyebabkan pH darah menjadi alkalosis. Perubahan pH dapat mengganggu
keseimbangan protein, vitamin dan proses metabolisme. Bila pH mencapai
nilai 8, maka hal ini dapat menyebabkan gangguan metabolik yang fatal.
Terjadinya defesiensi CO2 menyebabkan spasme pada otot polos bronkus,
kejang pada otak, pembuluh darah, spastik usus, saluran empedu dan organ
lainnya. Bila pasien asma bernapas dalam, maka semakin sedikit jumlah
oksigen yang mencapai otak, jantung, ginjal dan organ lainnya yang
mengakibatkan hipoksia disertai hipertensi arteri.
Metode Senam Asma merupakan konsep baru tentang manajemen asma.
Konsep Senam Asma memahami secara fisiologis bahwa ketika pasien
mengalami serangan asma, hal ini disebabkan oleh bronkonspasme pada paru-
paru sehingga menyebabkan berkurangnya kadar karbon dioksida (CO 2)
dalam alveoli. Hal tersebut mengakibatkan terjadi peningkatan tekanan pada
otot polos dalam bronkus sehingga menimbulkan konstriksi pada bronkus dan
susah bernapas. Sehingga konsep metode Senam Asma tersebut berusaha
mengatasi masalah penurunan kadar CO2 agar kembali pada kadar normal.
Hal inilah yang akhirnya menyebabkan relaksasi otot polos pada dinding
bronkus dengan demikian menghindari bronkospasme dan membuka jalan
napas serta mencegah terjadinya serangan asma.

b. Applicability
Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk mengontrol asma dengan
melakukan teknik pernafasan senam asma. Tindakan ini sudah terbukti lebih
efektif dibandingkan dengan tindakan - tindakan alternatif lainnya melalui
berbagai penelitian (EBN).
Teknik pernafasan senam asma merupakan salah satu tindakan mandiri
perawat yang amat sangat memungkinkan untuk dilakukan oleh perawat tanpa
harus menunggu instruksi dari profesi lain. Tindakan ini relative mudah untuk
dilakukan oleh perawat dengan segala jenjang pendidikan, karena pada
dasarnya teknik pernafasan senam asma tidak sulit untuk dipelajari dan
diaplikasikan.

C. Rencana Penerapan
Setelah seluruh hasil studi dan literature yang mendukung dianalisis dan disintesis,
tahap selanjutnya adalah melakukan uji coba intervensi/prosedur baru. Berikut ini
beberapa kegiatan dalam tahap uji coba EBN :
1. Menentukan tujuan
2. Mengumpulkan data dasar
3. Membuat desain/petunjuk penerapan EBN
4. Mengimplementasikan EBN pada unit percontohan
5. Melakukan evaluasi proses dan evaluasi hasil
6. Memodifikasi pedoman yang ada di lahan praktik.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Over-breathing dapat menyebabkan ketidakseimbangan kadar CO2 di dalam tubuh
(terutama paru-paru dan sirkulasi) sehingga hal ini akan mengubah kadar O 2 darah dan
menurunkan jumlah O2 seluler. Keseimbangan asam-basa tubuh juga dipengaruhi oleh
pola napas dan konsentrasi O2 dan CO2. Pada waktu serangan, over-breathing dapat
menyebabkan stres pada tubuh (Rakhimov, 2011).
Jika terjadi defisiensi CO2 pada udara di alveoli jalan satu-satunya untuk
mencegah terjadinya tekanan yang berlebihan pada otot polos tersebut yaitu dengan
pengobatan. Bagaimanapun menurut pemahaman metode senam asma, obat tersebut
hanya menangani gejala saja, sehingga jika pengobatan dihentikan maka akan muncul
kembali. Konsep metode senam asma inilah yang mengatasi secara alami terhadap
defisiensi kadar CO2 dalam alveoli.
Beberapa teknik olah napas ini tidak hanya khusus dirancang untuk pasien asma,
karena sebagian dari teknik pernapasan ini dapat bermanfaat untuk berbagai penyakit
lainnya. Namun demikian, ada juga beberapa teknik pernapasan yang memang khusus
untuk pasien asma yaitu teknik pernapasan senam asma (Thomas, 2004; Fadhil, 2009).
Sayangnya teknik pernafasan senam asma jarang diaplikasikan di lahan praktek.
Sebelum melakukan teknik pernapasan senam asma, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain : (1) Pemilihan tempat yang benar, karena latihan senam asma
memerlukan konsentrasi yang baik, dimana ideal tempatnya harus tenang, tidak ada
gangguan seperti televisi, musik, suara telepon atau lainnya: (2) Dilakukan secara rutin;
(3) menentukan tujuan yang ingin dicapai. Teknik pernapasan senam asma yang
dilakukan selama 2 minggu ini, memiliki setting latihan yang berbeda pada tiap
minggunya (Brindley, 2010).
DAFTAR PUSTAKA

Price, Lorraine M. Wilson. 2003, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2,
Edisi 6, Buku Kedokteran, Jakarta : EGC

Baughman, Diane C, JoAnn C. Hackley. 2000, Keperawatan Medikal Bedah, Buku Kedokteran,
Jakarta : EGC

http://www.rsudpurihusada.inhilkab.go.id/index.php/Karya-Ilmiah/manfaat-senam-asma.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Asma

Anda mungkin juga menyukai