Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK

TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH


KEPERAWATAN ANAK

i
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Tujuan......................................................................................................... 2
1.3 Sasaran...................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Terapi Bermain ............................................................................. 3
2.2 Bermain di Rumah Sakit ........................................................................... 5
2.3 Konsep Tumbuh Kembang ....................................................................... 6
2.4 Usia Pra Sekolah ....................................................................................... 8
2.5 Terapi Bermain Anak Usia Pra Sekolah ................................................... 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak
secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas
bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak.
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri.
Perasaan tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak
karena menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit.
Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan
dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan
dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi
melalui kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit
pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat
beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan
kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah
sakit (Wong, 2009).

Bermain adalah hal penting bagi seorang anak, permainan dapat


memberikan kesempatan untuk melatih keterampilannya secara berulang-ulang
dan dapat mengembangkan ide-ide sesuai dengan cara dan kemampuannya
sendiri. Kesempatan bermain sangat berguna dalam memahami tahap
perkembangan anak yang kompleks. Terapi bermain menggambar merupakan
salah satu permainan yang bertujuan untuk mengembangkan kreatifitas,
kecerdasan, dan ide dari anak selama dia di rawat di rumah sakit.

1
1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain pada anak usia pra sekolah yang
dirawat di rumah sakit diharapkan dapat membantu proses pertumbuhan dan
perkembangan dari anak tersebut.

B. Tujuan Khusus
Setelah anak melakukan proses bermain selama kurang lebih 30 menit
diharapkan anak dapat :
a. Untuk memenuhi tahap tumbuh kembang dari anak usia pra sekolah
b. Mengurangi tingkat stress dan kecemasan selama anak berada di rumah
sakit
c. Meningkatkan daya kreatifitas dan ide anak

1.3 Sasaran
Anak usia pra sekolah (3 – 6 tahun) yang dilakukan rawat inap di Ruang
Anak Rumah Sakit X Malang dengan jumlah 4 anak.

2
BAB II
KONSEP TEORI

2.1 Konsep Terapi Bermain


Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang,
makanan, perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan
pengalaman hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk
perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta
intelektual. Oleh karena itu bermain merupakan stimulasi untuk tumbuh
kembang anak (Hidayat, 2008). Bermain dapat diartikan juga sebagai salah satu
aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling penting untuk
menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam
kehidupan anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan,
maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang
mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress. Bermain sangat
penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit
atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

Sedangkan, terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang


direncanakan untuk membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam
menghadapi kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak
menyenangkan baginya. Bermain pada masa pra sekolah adalah kegiatan
serius, yang merupakan bagian penting dalam perkembangan tahun-tahun
pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari waktu mereka
dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 2000). Dalam bermain di rumah
sakit mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana
lingkungan rumah sakit membangkitkan ketakutan yang tidak dapat dihindarkan
(Sacharin, 2003).

Terapi bermain dapat digunakan saat anak tengah mengalami


hospitalisasi. Karena hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang
menakutkan bagi anak. Semakin muda usia anak, semakin kurang
kemampuannya beradaptasi, sehingga timbul hal yang menakutkan. Semakin
3
muda usia anak dan semakin lama anak mengalami hospitalisasi maka dampak
psikologis yang terjadi salah satunya adalah peningkatan kecemasan yanng
berhubungan erat dengan perpisahan dengan saudara atau teman-temannya
dan akibat pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan sesuai
dengannya (Whaley and Wong, 2001). Hospitalisasi juga merupakan masalah
yang dapat menyebabkan terjadinya kecemasan bagi anak. Anak-anak dapat
merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum hospitalisasi, selama
hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak dapat melakukan
kebiasaannya bermain bersama teman-temannnya, lingkungan dan orang-orang
yang asing baginya serta perawatan dengan berbagai prosedur yang harus
dijalaninya terutama bagi anak yang baru pertama kali di rawat menjadi sumber
utama stress dan kecemasan / ketakutan. Dengan demikian berarti menambah
permasalahan baru yang bila tidak ditanggulangi akan menghambat
pelaksanaan terapi di rumah sakit. Aktivitas bermain merupakan salah satu
stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal (Carson, dkk, 2002).

Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini
tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat
dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat
tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena
menghadapi beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu,
dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress
yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat
mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada
prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat
beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi mental,
emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan perkembangan dan
kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di rumah
sakit (Wong, 2009).

4
Dampak hospitalisasi tersebut ada beberapa factor yang mempengaruhi
respon anak yang sedang dirawat di rumah sakit, antara lain :
1. Perkembangan usia : reaksi anak terhadap sakit berbeda -beda sesuai
tingkat perkembangan anak (Supartini, 2000). Pada anak usia
prasekolah reaksi perpisahan adalah kecemasan karena berpisah
dengan orangtua dan kelompok sosialnya. Pasien anak usia pra sekolah
umumnya takut pada dokter dan perawat (Ngastiyah, 2005)
2. Pola asuh keluarga : pola asuh keluarga yang terlalu protektif dan selalu
memanjakan anak juga dapat mempengaruhi reaksi takut dan cemas
anak dirawat di rumah sakit. Beda dengan keluarga yang suka
memandirikan anak untuk aktivitas sehari - hari anak akan lebih
kooperatif bila dirumah sakit.
3. Keluarga : Keluarga yang terlalu khawatir atau stress anaknya yang
dirawat di rumah sakit akan menyebabkan anak menjadi semakin stress
dan takut
4. Pengalaman dirawat di rumah sakit sebelumnya : Apabila anak pernah
mengalami pengalaman tidak menyenangkan dirawat di rumah sakit
sebelumnya akan menyebabkan anak takut dan trauma. Sebaliknya
apabila anak dirawat di rumah sakit mendapatkan perawatan yang baik
dan menyenangkan anak akan lebih kooperatif pada perawat dan dokter
(Supartini, 2004)
5. Support system yang tersedia : Anak mencari dukungan yang ada dari
orang lain untuk melepaskan tekanan akibat penyakit yang dideritanya.
Anak biasanya akan minta dukungan kepada oerang terdekat
dengannya misalnya orang tua atau saudaranya. Perilaku ini biasanya
ditandai dengan permintaan anak untuk ditunggui selama dirawat di
rumah sakit, idampingi saat dilakukan treatment padanya, minta dipeluk
saat merasa takut dan cemas bahkan saat merasa kesakitan.
6. Keterampilan koping dalam menangani stressor : Apabila mekanisme
koping anak baik dalam menerima dia harus dirawat di rumah sakit akan
lebih kooperatif anak tersebut dalam menjalani perawatan di rumah
sakit.

2.2 Bermain di Rumah Sakit


5
Perawatan di Rumah Sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan
stress, baik bagi anak maupun orang tua. Untuk itu, anak memerlukan media
yang dapat mengeskpresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama
degan petugas kesehatan selama dalam masa perawatan.

Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di RS akan


memberikan keuntungan sebagai berikut :
1. Meningkatkan hubungan klien dan perawat.
2. Aktivitas beramain yang terpogram akan memulihkan perasaan mandiri pada
anak.
3. Permainan di RS membantu anak mengekspresikan perasaannya.
4. Permainan yang terapeutik akan membentuk tingkah laku yang positif.

Prinsip – prinsip bermain di rumah sakit :


1. Permainan  yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan
sederhana.
2. Relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.
3. Sesuai dengan kelompok usia.
4. Peramainan tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang
dijalankan.
5. Perlu partisipasi orang tua dan keluarga.

Tekhnik Bermain di Rumah Sakit :


1. Berikan alat permainan untuk merangsang anak bermain sesuai dengan
umur perkembangannya.
2. Berikan cukup waktu dalam bermain dan menghindari interupsi.
3. Berikan permainan yang bersifat mengurangi sifat emosi anak.
4. Tentukan kapan anak boleh keluar atau turun dari tempat tidur sesuai
dengan kondisi anak.

2.3 Konsep Tumbuh Kembang


Menurut Whaley dan Wong, pertumbuhan (growth) sebagai suatu
peningkatan jumlah atau ukura\ sel tubuh yang ditunjukkan dengan adanya
peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian tubuh (Supartini, Yupi : 2004).
6
Menurut Whaley dan Wong, perkembangan (development) menitik beratkan
pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari tingkat yang paling rendah ke
tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan
pembelajaran ( Supartini, Yupi: 2004). Perkembangan juga diartikan sebagai
pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih komleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan
( Soetjiningsih : 1998).

Pada anak usia pra sekolah ada beberapa tugas dan perkembangan yang
dilakukan pada usia tersebut, yaitu :
a) Personal / sosial
1) Upaya untuk menciptakan diri sendiri seperti orang tuanya, tetapi mandiri
2) Menggali lingkungan atas hasil prakarsanya
3) Membanggakan, mempunyai perasaan yang tidak dapat dirusak
4) Keluarga merupakan kelompok utama
5) Kelompok meningkat kepentingannya
6) Menerima peran sesuai jenis kelaminnya
7) Agresif
b) Motorik
1) Meningkatnya kemampuan bergerak dan koordinasi jadi lebih mudah
2) Mengendarai sepeda dengan dua atau tiga roda
3) Melempar bola, tetapi sulit uintuk menangkapnya
c) Bahasa dan kognitif
1) Egosentrik
2) Ketrampilan bahasa makin baik
3) Mengajukan banyak pertanyaan; bagaimana, apa, dan mengapa?
4) Pemecahan masalah sederhana: menggunakan fantasi untuk
memahami, mengatasi masalah.
d) Ketakutan
1) Pengrusakan diri
2) Dikebiri
3) Gelap,Ketidaktahuan
4) Objek bayangan, tak dikenal.

7
Ciri tumbuh kembang pada anak menurut Soetjiningsih, anak dimulai dari
masa konsepsi sampai dewasa memiliki ciri-ciri tersendiri, yaitu :
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai
maturitas atau dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan
2. Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam proses
tumbuh kembang pada setiap organ tubuh berbeda
3. Pola perkembangan anak adalah sama tapi kecepatannya berbeda antara
anak satu dengan lainnya
4. Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh setiap
organ

2.4 Usia Pra Sekolah


Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam
tahun (Patmonodewo, 1995). Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai
berbagai macam potensi. Potensi- potensi itu dirangsang dan dikembangkan
agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal. Tertunda atau
terhambatnya pengembangan potensi- potensi itu akan mengakibatkan
timbulnya masalah. Taman kanak- kanan adalah salah satu bentuk pendidikan
prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 3 tahun
sampai memasuki pendidikan dasar (Supartini, 2004).

Masa prasekolah menurut Munandar (1992) merupakan masa-masa untuk


bermain dan mulai memasuki taman kanak- kanak. Waktu bermain merupakan
sarana untuk tumbuh dalam lingkungan dan kesiapannya dalam belajar formal
(Gunarsa, 2004). Pada tahap perkembangan anak usia prasekolah ini, anak
mulai menguasai berbagai ketrampilan fisik, bahasa, dan anak pun mulai
memiliki rasa percaya diri untuk mengeksplorasi kemandiriannya (Hurlock,
1997).

Menurut Hurlock (1997) ciri- ciri anak usia prasekolah meliputi fisik,
motorik, intelektual, dan social . Ciri fisik anak prasekolah yaitu otot– otot lebih
kuat dan pertumbuhan tulang menjadi besar dan keras. Anak prasekolah
mempergunakan gerak dasar seperti berlari, berjalan, memanjat, dan melompat
sebagai bagian dari permainan mereka. Kemudian secara motorik anak mampu
8
memanipulasi obyek kecil, menggunakan balok– balok dan berbagai ukuran dan
bentuk. Selain itu juga anak mempunyai rasa ingin tahu, rasa emosi, iri, dan
cemburu. Hal ini timbul karena anak tidak memiliki hal– hal yang dimiliki oleh
teman sebayanya. Sedangkan secara sosial anak mampu menjalani kontak
sosial dengan orang– orang yang ada di luar rumah, sehingga anak mempunyai
minat yang lebih untuk bermain pada temannya, orang– orang dewasa, saudara
kandung didalam keluarganya.

2.5 Terapi Bermain Anak Usia Pra Sekolah


Bermain dibagi menjadi 2 macam yaitu bermain aktif dan pasif.
1. Bermain aktif
Bermain aktif adalah bermain dengan kegembiraan yang timbul dari apa
yang dilakukan anak itu sendiri. Kebanyakan anak melakukan berbagai
bentuk bermain aktif,tetapi banyaknya waktu yang digunakan dan banyaknya
kegembiraan yang akan diperoleh dari setiap permainan sangat bervariasi.
Berbagai bentuk bermain aktif yang popular dikalangan anak adalah :
a. Bermain Bebas dan Spontan merupakan bentuk bermain aktif yang
merupakan wadah untuk melakukan apa, kapan, dan bagaimana mereka
ingin melakukannya. Anak-anak terus bermain selama kegiatan itu
menimbulkan kegembiraan dan kemudian berhenti bila perhatian dan
kegembiraan dari permainan itu berkurang.
b. Permainan Drama adalah bentuk bermain aktif di masa anak-anak, melalui
prilaku dan bahasa yang jelas, berhubungan dengan materi atau situasi
seolah-olah hal itu mempunyai atribut yang lain ketimbang yang
sebenarnya.
c. Bermain Konstruktif adalah bentuk bermain dimana anak-anak
menggunakan bahan untuk membuat sesuatu yang bukan untuk tujuan
yang bermanfaatmelainkan lebih ditujukan baqgi kegembiraannya yang
diperolehnya dari membuatnya. Kebanyakan bermain konstruktif adalah
reproduktif, dimana anak mereproduksi objek yang dilihatnya dalam
kehidupan sehari-hari atau dalam media massa ke dalam bentuk
konstruksinya, misalnya kue dari tanah liat untuk mewakili kue yang
dilihatnya di rumah atau kemah Indian seperti dilihatnya dalam buku atau
melalui layar televisi.
9
d. Musik merupakan bermain aktif atau pasif, bergantung bagaimana
penggunaannya. Musik dapat berbentuk reproduktif atau produktif. Apabila
anak memproduksi kata-kata dan nada yang dihasilkan orang lain atau jika
mereka berdansa mengiringi irama musik seperti yang telah diajarkan,
bentuknya reproduktif. Sebaliknya bila menyusun sendiri kata-kata sebuah
lagu atau menghasilkan nada untuk kata-kata yang ditulis orang lain, atau
melakukan langkah dansa baru untuk menyertai musik, bentuknya menjadi
produktif dan karenanya merupakan bentuk kreativitas.
e. Mengumpulkan adalah kegiatan bermainn yang umum di kalangan anak-
anak dari semua latar belakang semua ras, agama dan sosioekonomis.
Biasanya dimulai pada tahun-tahun prasekolah, yakni pada anak usia 3
tahun. Pada mulanya anak mengumpulkan segala sesuatu yang menarik
perhatiaannya, tanpa mempersoalkan kegunaannya. Sejak anak memasuki
sekolah hingga mencapai masa puber, mengumpulkan benda yang
menarik perhatiannya pada saat itu atau yang serupa dengan benda yang
dikumpulkan temannya merupakan salah satu bentuk bermain yang
terpopulerbagi anak laki-laki dan perempuan.
f. Mengeksplorasi. Seperti halnya bayi yang memperoleh kegenbiraan besar
dari mengeksplorasi apa saja yang baru atau berbeda, demikian pula
halnya dengan anak yang lebih besar. Akan tetapi, permaianan eksplorasi
anak yang lebih besar berbeda dari kegiatan eksplorasi bayi yang sifatnya
bebas dan spontan.
g. Permainan dan Olah Raga adalah perlombaan dengan serangkaian
peraturan, yang dilakukan sebagai hiburan atau taruhan. Bettelheim
menjelaskan mereka merupakan kegiatan yang dicirikan oleh peraturan
yang disetujui dan mempunyai persyaratan dan peraturan yang diadakan
oleh luar untuk memanfaatkan kegiatan tersebut dengan cara yang
diinginkan, dan tidak untuk kesenangan yang diperolehnya.
2. Bermain pasif
Pada permainan ini anak bermain pasif antara lain dengan melihat dan 
mendengar. Permainan ini cocok apabila anak sudah lelah bernmain aktif dan
membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contoh
; Melihat gambar di buku/majalah.,mendengar cerita atau musik,menonton
televisi dsb. Dalam kegiatan bermain kadang tidak dapat dicapai
10
keseimbangan dalam bermain, yaitu apabila terdapat hal-hal seperti dibawah
ini :
a. Kesehatan anak menurun. Anak yang sakit tidak mempunyai energi untuk
aktif bermain.
b. Tidak ada variasi dari alat permainan.
c. Tidak ada kesempatan belajar dari alat permainannya.
d. Tidak mempunyai teman bermain.

Bentuk-bentuk permainan yang diberikan pada anak, seharusnya cocok


dan sesuai dengan perkembanngan usia anak tersebut, yaitu seperti pada anak
usia 32 – 72 bulan, tujuannya adalah :
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah, mengurangi.
d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain pura-pura
(sandiwara).
e. Membedakan benda dengan permukaan.
f. Menumbuhkan sportivitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari, dll).
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan orang diluar
rumahnya.
l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misal :
pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.

Sedangkan alat permainan yang dianjurkan pada anak usia tersebut


adalah:
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak,
alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air, dll.
b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain diluar rumah.
c. Alat olah raga.
11
d. Alat masak
e. Alat menghitung
f. Sepeda roda tiga
g. Benda berbagai macam ukuran.
h. Boneka tangan.
i. Mobil.
j. Kapal terbang, kapal laut

12
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak
secara optimal. Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih
sayang, makanan, perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi
kesenangan dan pengalaman hidup yang nyata. Terapi bermain adalah suatu
bentuk permainan yang direncanakan untuk membantu anak mengungkapkan
perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan ketakutan terhadap sesuatu
yang tidak menyenangkan baginya.

Terapi bermain dapat digunakan saat anak tengah mengalami


hospitalisasi. Karena hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang
menakutkan bagi anak. Semakin muda usia anak, semakin kurang
kemampuannya beradaptasi, sehingga timbul hal yang menakutkan. Semakin
muda usia anak dan semakin lama anak mengalami hospitalisasi maka dampak
psikologis yang terjadi salah satunya adalah peningkatan kecemasan yanng
berhubungan erat dengan perpisahan dengan saudara atau teman-temannya
dan akibat pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan sesuai
dengannya. Dalam bermain di rumah sakit mempunyai fungsi penting yaitu
menghilangkan kecemasan, dimana lingkungan rumah sakit membangkitkan
ketakutan yang tidak dapat dihindarkan

13
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, A.Aziz. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta :


Salemba Medika
Hurlock, Elizabeth B. 1998. Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Perry, A,G & Potter, P.A. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta :
EGC.
Riyadi, Sujono & Sukatmin. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak Ed Pertama.
Yogyakara : Graha Ilmu
Soetjiningsih. 2005. Buku Ajar II Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : IDAI
Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang Anak. EGC: Jakarta
Supartini Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Buku Kedokteran EGC:
Jakarta
Suryanti,Sodikun, Mustiah. 2011 Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Dan Rigami
terhadap Tingkat Kecemasan Sebagai Efek Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra
Sekolah Di Rsud Dr. R. Goetheng Tarunadibrata Purbalingga.
Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

14

Anda mungkin juga menyukai